Amelia Putri, gadis cantik berusia 26 tahun yang bekerja sebagai sekretaris seorang Direktur muda berusia 29 Tahun.
Amelia merupakan perempuan yang ceria dan mudah dekat dengan siapapun, namun dibalik ceria Amelia ia memiliki masalah keluarga yang menurutnya pahit
Sejak SMA kedua orangtuanya bercerai, Ibu Amelia selingkuh dengan laki laki lain dengan Alasan ayah Amelia yang tak mampu memenuhi ekonomi.
Sedangkan Ayah Amelia, ia hanya laki laki pengangguran yang terus meminta uang kepada Ibu Amelia. Uang tersebut pun bukan digunakan untuk kebutuhan, melainkan judi online dan mabok.
Saat itu Amelia memilih tinggal sendiri daripada harus ikut kepada kedua orangtuanya, kedua orangtuanya kini sudah memiliki keluarga baru. Namun entah kenapa, semenjak keduanya tau tentang pekerjaan Amelia yang sukses mereka terus meminta uang kepada Amelia.
Beberapa kali Amelia menolak memberikan, bukannya keduanya menyerah tapi justru mereka malah memaki bahkan tak segan datang kerumah Amelia dan memukul Amelia.
Semenjak saat itu Amelia mengalah, setiap bulan pasti ia akan mengirimkan uang kepada Ayah dan Ibunya.
Amelia juga kini meneruskan studi S2, ia harus bekerja sambil kuliah. Beruntung ia mendapatkan beasiswa, jadi uang yang ia keluarkan untuk kuliah tak terlalu besar.
Amelia bekerja sebagai sekretaris Direktur yang terkenal dingin, bahkan sudah 3 tahun Amelia bekerja tak pernah melihat atau mendengar atasannya memiliki kekasih.
Hingga banyak rumor mengatakan jika atasan Amelia itu suka terhadap sesama jenis, namun Amelia tak terlalu perduli yang ia lakukan ia hanya profesional dalam pekerjaannya.
Dion Mahendra, ya nama laki laki itu. Bertubuh tinggi, berkulit putih, hidung mancung dan memiliki wajah yang tampan.
Siapapun wanita yang melihat mungkin terpesona bahkan jatuh cinta, namun bagi Amelia sendiri Dion itu laki laki yang dingin bahkan tak pernah Amelia melihat sang atasan tersenyum untuk berkata panjang saja itu ia dengar jika saat meeting atau hal hal penting.
Pagi itu Amelia sudah rapih dengan blazer abu dan rok berwarna senada, ia selalu menaiki kendaraan umum untuk menghemat pengeluarannya.
Begitu sampai di kantor tempat ia bekerja, ia langsung menaiki lift menuju ruangannya bekerja dimana ruangannya itu bersebelahan dengan ruangan Dion dan para manager lainnya.
" Pagi Amel " sapa Yudi Manager keuangan yang selalu menggoda Amelia
" Pagi Pak Yudi " sapa Amelia balik dengan tersenyum
" Cantik banget Mel hari ini, pasti mau temenin si bos meeting keluar yah " ucap Yudi kembali
" Engga ko, so tau nih Pak Yudi. Dah Ah Amel mau ke ruangan dulu, takut dicariin si bos " jawab Amelia dengan santai
Amel kembali melangkah melewati rekan rekannya, begitu sampai diruangan ia langsung menyalakan laptop dan lain lainnya.
Amel langsung melihat jadwal Dion hari ini, beruntung hari ini Dion tak banyak jadwal dan hari ini lebih banyak stay di kantor.
" Untung aja kerjaan juga lagi ga banyak, gue bisa sambil belajar buat ujian juga " ucap Amel sendiri
Amel langsung mencetak jadwal Dion hari ini, setelahnya ia pun langsung memberikan kepada Dion
Tok.. Tok.. Tok..
Amel mengetuk pintu ruangan.
" Masuk " ucap suara dari dalam
Amel memegang handle pintu dan mendorongnya.
" Pagi Pak " sapa Amel dengan tersenyum, namun berbeda dengan laki laki yang ada di kursi kerja sana.
Amel berjalan mendekat kearah Dion, ia pun meletakkan map yang ia bawa kepada Dion
" Ini untuk jadwal bapa hari ini Pak " ucap Amel menjelaskan
" Hmm " gumam Dion sambil membacanya
" Pak Dion, maaf kalau boleh hari ini saya mau izin pulang lebih awal karena ada ujian " ucap Amel
" Hmm " jawab Dion
" Boleh Pak ? " tanya Amel untuk memastikan
" Jam berapa ujian kamu ? " tanya Dion
" Jam 7 Pak, tapi karena ujian hari ini dosennya cukup ketat jadi saya mau datang lebih awal agar bisa dapat duduk belakang pak " jelas Amel
Dion yang sejak tadi hanya menatap map, kini beralih menatap Amel yang berdiri dihadapannya.
" Harus ? " tanya Dion singkat
" Maksudnya pak ? harus apa ya pak ? Harus ujian ? Ya harus Pak, kalau saya ga ujian nanti saya bisa-" ucapannya terpotong
" Harus kamu duduk di belakang? Berarti kamu ga yakin kalau bisa menjawab ujian kamu ? " Dion dengan cepat memotong ucapan Amel
" Yah harus ga harus sih Pak, tapi kalau bapa ga izinkan ga apa apa ko pak " jawab Amel kembali
" Kembali keruangan kamu " ucap Dion yang kini sudah kembali menatap layar laptopnya
" Maaf pak jadi saya diizinkan atau tidak yah pak ? " tanya Amel karena masih belum mendapatkan jawaban
" Belajar sana, saya gamau punya sekretaris bodoh. Hanya kali ini saya izinkan" ucap Dion
Bodoh ? Amel langsung menatap sinis kearah Dion sebelum ia pergi
" Baik pak, terimakasih kalau gitu saya kembali keruangan saya " ucap Amelia
Amel langsung keluar dari ruangan Dion dengan rasa kesal, begitu sampai diruangan ia langsung duduk dan mengambil kertas bekas di sampingnya.
" Dasar bos ga punya hati, ga punya perasaan, gue sumpahin punya istri yang bawel biar mampus sekalian lu pusing" ucap Amel sambil meremas kertas ditangannya
Dela yang baru saja masuk kedalam ruangan Amel, langsung mendekati sahabatnya itu.
" Kenapa sih Mel, ko kayaknya kesel banget " ucap Dela sambil tertawa kecil
Ini bukan kali pertama Dela melihat hal seperti itu, bahkan dulu Amel pernah mencetak foto Dion dan mencoret coret wajahnya dengan spidol merah.
" Lo tau Del, gue hari ini kan izin mau pulang cepet yah karena gue ada ujian si dosen Hutabarat. Ya gue jelasin kenapa gue mau pulang cepet mau duduk di belakang " jelas Amel dengan kesal
" Ya terus ? Lo diizinin kan ? " tanya Dela
" Iya, terus ya dia bilang gue suruh balik keruangan buat belajar katanya dia gamau punya sekretaris bodoh. Tuh mulut pengen gue remes rasanya " ucap Amelia sambil kembali meremas kertas yang ia pegang
" Duuh jangan dong Mel, nanti bibir Pak Dion yang seksi itu jadi jelek. Mending lu sumpel aja Mel " ucap Dela kembali
" Sumpel apa ? Kertas ini " Amel mengangkat kertas yang sudah hencur
" Sumpel pake bibir Lo, hahaha. Dah ah gue mau balik, jangan lupa sumpel yah Mel " ucap Dela sambil meninggalkan Amel
Amel yang mendengar langsung kembali meremas kertas, Amel tak bisa membayangkan ucapan Dela tadi
" Ciuman, gue rasa dia Deket cewe aja alergi. Gue yakin dia tuh gabisa apa apa, kaku. Pacaran sama cowo kayak dia tuh ngebosenin" ucap Amel sendiri
Amel menenangkan dirinya, ia pun langsung mengerjakan pekerjaannya dengan cepat agar ia bisa belajar nantinya.
Saat jam makan siang Amel, Yudi dan Dela makan bersama di kantin kantor.
Biasanya hanya Amel dan Dela, namun kali ini Yudi ikut makan bersama dengan keduanya.
" Lo jadi pulang cepet Mel ? " tanya Dela
" Jadi lah, jam setengah 5 gue balik " jawab Amel sembari menyeruput mie rebus yang ia pesan
" Lo mau ujian ko makan mie sih, mana masuk ke otak. " ucap Yudi yang membuat Amel kembali teringat ucapan Dion
" Maksudnya pak Yudi apa ? Bapa mau bilang, makan mie bikin bodoh ? Dasar ya laki laki itu sama aja " ucap Amel dengan ketus
Yudi tak bermaksud untuk mengatakan hal itu, Yudi yang tak paham langsung menatap Dela.
" Gue salah ya Del ? " tanya Yudi dengan gugup
" Salah, mending Lo diem. Daripada mulut lo di remes sama Amel " ucap Dela dan Yudi menutup mulutnya
Amel yang mendengar pun tersenyum, mereka kembali melanjutkan makan mereka karena jam istirahat akan segera berakhir.
Selesai makan siang Dela memilih untuk duduk diruangan Amel, Dela melihat Amel yang tengah sibuk menghafal.
" Mel, kancing baju Lo kayaknya mau lepas deh " ucap Dela yang tak sengaja memperhatikan
" Masa ? Duh gue ga bawa jarum lagi, ah aman kali yah sampe nanti gue pulang " ucap Amel sambil memperhatikan
" Ya semoga aja, makanya punya dada jangan gede gede kancing aja ga kuat haha " goda Dela
" Sial Lo, dah sana Lo balik kerja mending gue mau fokus hapalan " ucap Amel dan Dela hanya mengiyakan dan dan keluar
Amel kembali belajar, ia mencoba fokus dengan hafalan yang ia pegang sekarang.
Pukul 4 sore sebelum pulang, Amel menyerahkan beberapa berkas yang harus Dion tandatangani.
Setelah mengetuk pintu dan mendapatkan izin masuk, Amel pun langsung mendorong pintu tersebut.
" Permisi Pak" ucap Amel dan Dion tak menjawab
" Maaf pak, ini ada beberapa berkas yang harus bapa tanda tangani. " Amel meletakkan di atas meja Dion
" Hmm " gumam Dion
" Biar saya bantu pak " ucap Amel sedikit merunduk, untuk membantu membalik dokumen yang akan Dion tanda tangan
Semula semuanya masih aman, hingga tiba tiba Dion menghentikan Amel.
" Saya bisa sendiri" ucap Dion dengan cepat dan Amel yang terkejut langsung mengangguk
Dion terus menatap lurus kearah dokumen, ia hanya fokus menandatangani dan enggan menatap Amel.
" Ini sudah, kembali keruangan kamu " kata Dion tanpa menatap Amel
" Baik Pak, terimakasih " kata Amel sambil mengambil dokumen tersebut
Amel menjadi bingung, padahal biasanya Amel selalu melakukan hal yang sama tapi Dion tak pernah keberatan.
Begitu sampai diruangan, ia melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore.
Dengan segera Amel bersiap siap untuk pergi ke kampus, beruntung pekerjaannya pun sudah selesai semua.
Dion masih mencoba menenangkan dirinya, ia masih terus terbayang dengan apa yang ia lihat.
" Cih ga mungkin kan dia sengaja, tapi kenapa dia ceroboh sih " ucap Dion sendiri sambil mengetuk pulpen di mejanya.
Setelah berfikir cukup lama Dion pun keluar dari ruangannya, ia berjalan menuju ruangan Amel.
Begitu Dion masuk, ia tak melihat Amel disana.
" Astaga kenapa gue bisa lupa, dia izin pulang cepat kan " ucapnya sendiri
Saat Dion keluar ia tak sengaja melihat Dela yang baru saja selesai dari mesin fotocopy.
" Sore pak " sapa Dela
" Amel sudah pulang ? " tanya Dion dengan tenang
" Sudah pak dari 10 menit yang lalu, ada apa yah pak ? Bukannya kata Amel dia sudah izin pak ? " tanya Dela balik
" Ga apa apa " jawab Dion yang langsung kembali ke ruangan nya
Dela yang melihat menjadi bingung, namun Dela pun langsung tak memperdulikannya ia kembali ke meja kerjanya.
Untuk mempercepat sampai Amel memilih untuk naik ojek online, walaupun ongkos yang ia keluarkan cukup lumayan namun terpaksa agar ia datang lebih awal
Begitu sampai di kelas Amel langsung duduk di kursi belakang, dan disana sudah ada beberapa murid yang datang seperti dirinya.
" Widihh ada sekretaris cantik udah Dateng " goda Nolan teman kelas Amel
" Berisik " ketus Amel
" Lo cantik banget sih Mel hari ini " goda Nolan yang diikuti tawa dari beberapa temannya
Amel tak menggubris, sebab ia malas berurusan dengan laki laki modus seperti Nolan dan teman temannya.
Tak lama Sinta teman dekat Amel datang, Nolan dan teman temannya pun tak lagi menggoda Amel.
" Gue kira lo bakal Dateng mepet Mel kayak biasa " ucap Sinta
" Engga, gue tadi dapet izin sih beruntung " jawab Amel
" Lagi baik kayaknya tuh bos Lo " ucap Sinta yang memang satu profesi
" Yah begitulah " jawab Amel
" Makanya Mel, ambil lah hati si bos. Lo kan udah 3 tahun, masa Iyah sih ga ada apa gitu " ucap Sinta
" Maksudnya gimana ? Gue godain dia gitu Sin ? " tanya Amel
" Ya bukan godain, tapi kan yah laki laki bujang pasti lagi tinggi tingginya. Ya paham lah Lo, kan gue sering cerita " ucap Sinta yang membuat Amel tersenyum sembari menggeleng
" Yaa itu sih lo, gue gamau. Lagian bos gue itu dingin kayak kulkas 1 pintu. " jawab Amel dan Sinta tertawa
Amel tau jika Sinta beberapa kali harus melayani bosnya, namun hal itu Sinta lakukan demi untuk menghidupi keluarganya.
Tapi walaupun begitu, Sinta tak pernah melakukan hal buruk lainnya. Dan Amel juga tak ingin menghakimi Sinta, maka mereka pun selalu terbuka satu sama lain.
Mela merasa jam kuliah yang seharusnya dimulai belum juga di mulai, ia tau pasti malam ini akan pulang sedikit larut
Begitu dosen masuk, semua murid langsung duduk di tempat masing masing. Entah kenapa malam itu, banyak murid yang justru tidak hadir. Bahkan murid perempuan malam itu hanya ada 5, dan selebihnya didominasi laki laki.
" Hari ini saya akan ujian lisan, jadi saya akan memanggil satu persatu " ucap sang Dosen
Semua murid langsung lemas, mereka tau jika tidak bisa bekerjasama atau melakukan hal lainnya.
Satu persatu murid dipanggil, hingga kini tiba giliran Amel.
Saat Amel duduk di hadapan sang dosen, Amel langsung memulai ujian.
Sang Dosen langsung melempar pertanyaan kepada Amel, namun bukannya sang dosen mendengar jawab Amel ia justru salah fokus dengan kancing baju Amel yang hampir lepas.
" Itu menurut saya pak " ucap Amel yang telah selesai
" Oo yayya, saya masih ingin bertanya lagi. Tolong kamu jelaskan teori dari masing masing tersebut " ucap dosen itu kembali
Sambil menunggu Amel menjawab, Sang dosen terus memperhatikan kembali pakaian Amel yang mulai terbuka.
" Menurut saya itu saja pak " jawab Amel
Sang dosen menatap wajah Amel, ia baru sadar jika memiliki murid cantik di kelasnya.
" Hmm oke " jawab dosen sambil memperhatikan murid yang lain
" Sudah kan pak ? " tanya Amel
" Gini Mel, kamu mau mata kuliah kamu lulus di saya ? Ya kamu tau sendiri kan mata kuliah saya ini ga gampang" ucap sang Dosen
" Ya mau lah pak, makanya saya serius belajar " jawab Amel dengan santai
" Jadi gini Mel, saya mau minta nomor kamu boleh ? " ucap dosen itu pelan
" Buat apa pak ? Kita kan ada grup pak " jawab Amel dengan ragu
" Udah kamu ikutin aja, mau ga nilai bagus " ucap dosen kembali
" Iyah pak Mau " akhirnya Amel memberikan nomor nya kepada sang Dosen, sebab ia berfikir mungkin sang dosen hanya iseng atau yang lainnya.
Setelah selesai Amel kembali duduk di kursinya, ia pun kembali menunggu semua selesai.
Pukul sembilan, Amel baru selesai perkuliahan. Hari ini Amel tak bisa pulang bersama Sinta, jadi ia pun harus pulang sendirian.
Amel menunggu kendaraan umum di halte, karena sudah cukup malam kondisi pun sedikit sepi dibandingkan biasanya.
Saat Amel tengah menunggu ada dua laki laki disana yang terus menatap Amel, Amel mencoba mengabaikan dan tak memperdulikan.
" Cantik sendirian aja " ucap salah satu laki laki itu
Amelia tak menghiraukannya, ia hanya menatap lurus menunggu angkutan umum.
" Sombong banget sih, mending sini sama Abang" ucap teman laki laki tersebut
Amelia yang mulai gelisah, sedikit berpindah dari tempat sebelumnya namun sayangnya usahanya gagal kedua laki laki itu terus mendekat kearahnya.
" Neng, berapa semalaman yuk kita seneng seneng " kedua laki laki itu mendekati Amelia
Belum sempat Amelia menjawab, ada sebuah mobil berhenti tepat di halte.
" Masuk " ucap orang yang ada di mobil
Amel sedikit ragu dengan apa yang ia lihat sekarang.
" Siapa Lo, ga usah ikut campur" ucap laki laki itu tak senang melihat mobil yang berhenti
Dion laki laki yang ada di dalam mobil itu keluar, ia langsung memukuli dua laki laki itu dengan tangannya.
" Berani Lo mukul kita " ucap satu laki laki itu
Kedua laki laki itu langsung memukul balik Dion, Amel yang melihat mencoba mencari pertolongan.
" Berhenti atau saya panggil polisi " Amel langsung mengeluarkan ponselnya
Kedua laki laki itu langsung berhenti menghajar Dion, kedua pun pergi dari sana meninggalkan Amel dan Dion
" Pak, Pak Dion luka " ucap Amel sambil memegangi Dion
" Masuk Amel " ucap Dion dengan tegas
" Tapi itu luka bapa " Amel masih khawatir
" Saya bilang, masuk Amel kamu ga dengar yah " ketus Dion yang sedikit meninggikan suaranya
Amel pun langsung masuk kedalam mobil Dion, dan Dion pun ikut menyusul Amel masuk kedalam mobil.
Didalam mobil Amel langsung mengambil kotak obat yang tersimpan di mobil, ia ingin mengobati luka Dion.
" Pak lukanya saya obati yah " ucap Amel dengan khawatir
" Saya bisa sendiri " ucap Dion dengan ketus
" Tapi ini kan gara gara saya pak, atau kita kerumah sakit yah pak. " ucap Amel kembali
" Gausah, ga perlu " jawab Dion
" Tapi pak, saya ngerasa ga enak. Bapa kayak gini karena bapa nolongin saya pak " ucap Amel dengan wajahnya yang masih khawatir
Dion yang sejak tadi enggan menatap Amel, kini pun menoleh kearah Amel.
" Kamu sengaja yah " ucap Dion kembali ketus
" Sengaja apa pak ? Saya ga ngerti " jawab Amel
" Ya itu pakaian kamu, lihat saja. " jelas Dion
Amel langsung memperhatikan pakaiannya, dan benar saja Amel baru sadar jika bajunya sedikit terbuka hingga memperlihatkan sedikit belahan dadanya.
" Sa..saya gatau pak " Amel dengan cepat menutup dengan tasnya
" Kamu itu ceroboh sekali Amel, kalau saya terlambat datang mungkin kamu sudah menjadi makanan mereka " ucap Dion
" Makanan ? Maksudnya saya mau di bunuh pak ? Mereka mau mutilasi saya, terus masak daging saya gitu pak ? " ucap Amel dengan polos
Dion yang mendengar ucapan Amel hanya bisa menepuk keningnya, ia baru sadar jika sekretaris nya ini antara polos dan juga bodoh.
" Kamu ternyata memang bodoh ya Amel, heran kenapa saya punya sekretaris bodoh seperti kamu " ucap Dion yang membuat Amel semakin bingung
" Yah bapa bilang menjadi makanan, yah berarti kan saya di bunuh kan pak ? Maksudnya gimana sih pak ? " tanya Amel kembali
" maksud saya, kamu tuh pasti sudah di bawa ke suatu tempat dan mereka itu mempekaos kamu Mel " jelas Dion
Amel pun menutup mulutnya, ia membayangkan jika ucapan Dion benar benar terjadi.
" Kenapa ? " tanya Dion melihat ekspresi wajah Amel
" Saya ngebayangin yang bapa ucapin " jawab Amel polos
" Ngebayangin? Jadi kamu mau mereka melakukannya? " tegas Dion
" Bukan pak bukan, saya bayangin mungkin kalau mereka habis lakukan itu, saya di bunuh pak. Pasti saya mati pak " jawab Amel dengan polos
" Hmm " gumam Dion
Amel langsung memiringkan tubuhnya, hingga kini menatap Dion.
" Makasih banyak yah Pak, makasih bapa udah nolong saya. Saya gatau jadinya kalau ga ada bapa tadi, saya makasih banget pak. Maaf juga karena saya jadi babak belur " ucap Amel dengan wajahnya yang cemas
Baru kali ini Dion menatap dengan jelas wajah sekretaris nya, dan baru kali ini juga Dion menyadari jika sekretaris nya cantik dan gemas.
" Kenapa kamu ga minta jemput pacar kamu saja Mel ? " tanya Dion
" Saya ga punya pacar pak, saya sibuk kerja, kuliah. Kadang libur aja saya masih harus kerja kalau bapa ada meeting dadakan " jawab Amel seolah menyindir Dion
" Oo " jawab Dion singkat
Keduanya masih belum beranjak dari tempat, Dion masih merasa sakit di tubuhnya akibat pukulan yang ia terima.
" Pak saya ga enak sama bapa " ucap Amel
" Ga enak kenapa ? " tanya Dion
" Ya Iyah, karena saya bapa di gebukin. Gimana kalau saya traktir bapa ucapan terimakasih saya, atau bapa mau apa ? asal jangan yang mahal ya pak " jawab Amel
Dion menahan senyumnya mendengar ucapan Amel, ia mencoba untuk tenang saat ini.
" Ga butuh, dimana rumah kamu biar saya antar " ucap Dion
" Tapi pak saya-" ucap nya terpotong
" Dimana ? Kamu mau tetap naik kendaraan umum ? Terus kamu kayak tadi " ucap Dion memotong dengan capat
" Engga pak " jawab Amel sambil menggelengkan kepalanya
" Kasih tau dimana rumah kamu " ucap Dion yang mulai melajukan mobilnya
Amel mulai memberitahu alamat rumahnya, dan Dion hanya mengikuti arah dari ucapan Amel.
Selama Amel bekerja, memang Amel termasuk orang yang bawel dan ceria. Namun Dion tak pernah menyadari hingga akhirnya, malam ini ia baru menyadari semuanya.
Hingga akhirnya keduanya pun sampai dihalaman rumah Amel.
" Sepertinya keluarga kamu sudah tidur " ucap Dion melihat rumah Amel yang tampak sepi
" Saya tinggal sendiri pak, emang sengaja lampu nya saya matiin " jawab Amel
" Makasih ya pak sudah mengantar saya pulang, dan makasih buat semuanya " ucap Amel kembali sebelum turun
" Hmm " gumam Dion sembari mengangguk
Amel pun segera turun dari mobil, biasanya Dion tak pernah mengantar Amel pulang. Ia hanya memberikan ongkos lebih, atau memesankan taksi online untuk Amel.
Setelah itu Dion pun langsung pergi meninggalkan rumah Amel, sepanjang jalan entah kenapa wajah Amel terus terbayang dipikiran Dion.
" Apasih Dion, dia itu sekretaris Lo. Gausah mikir macem macem " ucap Dion menepis pikirannya
Dion yang sudah tiba di rumah, langsung dibuat kesal oleh perempuan yang duduk di sofa ruang tamu.
" Dion, kamu udah pulang ? Kamu darimana aja ? Aku nungguin kamu " ucap wanita itu dengan manja
" Gue cape " ketus Dion
Wanita itu langsung bangun dan menghampiri Dion, namun saat wanita itu hendak menyentuh Dion lebih cepat Dion menepisnya.
" Jauhin tangan Lo " bentak Dion
Kedua orangtua Dion yang berada didalam pun keluar mendengar suara Dion
" Dion, kenapa kamu ? Abis berentem sama siapa ? " tanya sang Mamah khawatir
" Tante " ucap wanita itu dengan manja
" Dion jangan kasar dong sama celin, dia nungguin kamu dari tadi" ucap sang Mamah kembali
" Huh udah lah, Dion cape. Mending Dion pergi, dan Dion jelasin sekali lagi. Dion ga suka sama celin, sampai kapanpun juga ga akan pernah suka " jelas Dion yang kemudian kembali keluar
Dion langsung kembali masuk kedalam mobilnya, ia sudah muak dengan wanita itu.
Memang orangtuanya belum mengatakan setuju dengan perjodohan Celin dan Dion, tapi Dion tak suka melihat Celine yang terus mengganggu dirinya.
Malam itu Dion memutuskan untuk pulang ke apartemen pribadinya, ia ingin menghilangkan rasa lelah dan rasa sakitnya.
Saat Dion memejamkan matanya, entah kenapa wajah Amel terus terbayang.
" Ahh bisa gila gue bisa gila " umpatnya dengan emosi
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!