NovelToon NovelToon

Ikhlanya Seorang Wanita

Bab 1

"Bagaimana saksi, SAH?". Ucap Pak Penghulu pada semua orang.

" Sah! ". Kata semua orang bersama.

Alhamdulillah, lancar sudah acara pernikahan ku hari ini. Aku merasa sangat bahagia dan aku memberikan senyum manis ku pada setiap orang yang menyalami kami.

Pok...pok...pok...

" Wah...wah...wah... , hebat kamu ya Mas bisa-bisa nya kamu menikah lagi tampa sepengetahuan ku! ".Ujar Wanita yang baru masuk itu.

Jantung ku rasa nya berdetak sangat kencang, kecawa jelas, marah sudah pasti aku ingin marah, aku tak menjangka ternyata Mas Raka dengan istri pertama nya belum pisah.

Tak terasa air mata ku jatuh ke pipi, kini istri dari Mas Raka sudah pergi setelah memberitahu semua orang. rasa nya aku sangat malu pada para tamu undangan.

" Keluar semua nya!! ". Teriak ku di depan semua orang.

Mereka pun keluar, aku berjalan masuk ke kamar dengan berderai air mata yang terus terjatuh tampa mau berhenti.

" Yu, maaf kan Mas". Kata Mas Raka mencoba menenangkan ku.

"Yu". Panggil nya lagi masih berusaha.

Aku pun berdiri dan berkata, " Kamu jahat Mas, kamu bilang, waktu itu sudah lama pisah dengan istri pertama mu tapi apa, dia datang ke sini". Ucap ku terus meneteskan air mata.

"Maaf kan Mas sudah berbohong, tapi Mas dan dia sudah lama tidak satu rumah. hanya saja kami belum ada surat cerai nya". Jelas Mas Raka panjangan lebar.

Aku diam, sekarang aku tak mau mendengar apa pun, rasa nya semua nya berhenti begitu saja.

Aku pun merebah kan badan ku di kasur, dan tidur menyamping. Aku tak mau menghiraukan Mas Raka dulu.

Ku dengar pintu kamar di buka, seperti nya Mas Raka keluar, entah lah aku tak mau pusing. Kenapa Mas Raka tega membohongi ku seharus nya dia bilang kalau mereka sudah pisah ranjang tapi belum cerai. Jika harus menunggu aku akan menunggu tapi bukan berarti harus di cap pelakor.

Kelamaan menangis membuat ku capek dan tampa sadar aku memejam kan mata ku perlahan.

Daffa pov

" Nek kok Ibu tadi menangis, kenapa ya? ".Tanya bocaha yang berumur 6 tahun itu.

" Ibi tadi menangis bahagia sayang! ". Jelas Ibu Nila, Ibu nya Ayu.

" Tapi kenapa semua orang di suruh pergi Nek?".Tanya Daffa lagi, yang membuat Ibu Nila harus menjawab apa ia bingung, karna Daffa selalu bertanya karna ia masih belum mengerti dengan keadaan tapi walaupun ia tak mengerti Daffa terus bertanya.

"Daffa, anak baik kan". Kata Ibu Nila.

Daffa pun mengangguk kan kepala nya, " Nah sekarang tidur dulu ya sayang". Ujar Ibu Nila pada Daffa.

"Baik lah Nek! ". Kata Daffa menuruti perintah Nenek nya.

Ibu menepuk-nepuk punggu Daffa supaya ia cepat tidur, perlahan tapi pasti kini Daffa sudah tidur begitu juga dengan Ibu Nila tampa sengaja ia ikut tertidur juga di samping Daffa.

Ayu pov

Aku terbangung dari tidur ku, ku lihat jarum jam menunjukkan pukul 19.00 WIB, aku tak menyangka aku tidur selama itu. Aku pun berangkat dari kasur lalu berjalan masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajah ku, karna aku tidak mau mandi karna dingin akhir nya ku putuskan untuk mencuci wajah saja.

Setelah selesai aku pun keluar kamar, ku lihat sepi dan ku lihat lagi ke sekeliling ternyata Mas Raka tidak ada, entah lah dia pergi ke mana aku tak mau pusing memikirkan itu.

Saat aku hendak ke dapur untuk melihat adakah makan atau tidak, karna perut ku sangat lapar.

Ibu keluar dari kamar Daffa.

" Ibu..." Ucap ku saat aku melihat Ibu yang mau menutup pintu kamar Daffa.

"Ayu, kenapa nak? ".Tanya Ibu saat ia menoleh.

" Ayu lapar jadi Ayu keluar kamar". Jelas ku pada Ibu.

Ibu pun menganggukkan kepala nya.

Lalu aku berjalan ke dapur, setelah ku dapati ternyata ada masih ada makan aku pun mengambil piring lalu mengisi nasi dan juga lauk nya, setelah itu aku pun duduk ke meja makan.

Saat aku sedang makan, tiba-tiba saja Ibu datang lalu ia duduk di depan ku.

Ibu diam, mengamati aku makan. Seperti nya ada yang ingin Ibu katakan namun ia menunggu sampai aku selesai makan. Karna di keluar agar kami kalau sedang makan tidak boleh bersuara.

harus menunggu sampai selesai baru boleh berbicara.

Selesai sudah acara makan ku.

Ibu pun buka suara saat ia melihat ku selesai makan.

"Yu, dimana suami mu? ".Tanya Ibu, sudah ku duga pasti ada yang ingin ia katakan dan benar saja.

" Sore tadi pamit pergi tapi entah lah sampai sekrang belum pulang". Bohong ku pada Ibu, aku tak mau Ibu jadi kepikiran.

"Owhh..." Ibu hanya menjawab seperti itu. Lalu ia pergi masuk kamar.

Ku pandangan Ibu dari belakang, "Maaf kan aku Bu! ". Gumam ku pelan setelah kepergian Ibu. Aku pun membawa piring bekas makan ku ke tempat pencucian lalu aku mencuci nya, tak terasa air mata ini jatuh lagi. Aku buru-buru menyelesaikan pekerjaan ku ini setelah selesai aku pun mengelap tangan ku di handuk.

Aku pun berjalan masuk ke kamar ku kembali, air mata yang ku rasa jatuh tadi ku hapus, aku harus kuat tidak boleh lemah itu lah isi di dalam fikiran ku saat ini.

Namun sia-sia, air mata itu terus terjatuh sehingga ku biarkan untuk malam ini menangis sesegukkan. Aku berharap besok tidak ada lagi kesedihan dan akan berganti dengan kebahagian.

Malam ini biar lah akan ku berikanlah waktu nya untuk mata ini menangis melampiaskan semua nya kejadian tadi.

Tampa ku ketahui ternyata Ibu, ada di belakang pintu kamar ku dan dia mendengar suara tangisan ku, suara tangis ku pelan namun karna sunyi nya malam masih bisa di dengar jika dari dekat.

Perlahan tapi pasti aku pun tertidur kembali setelah lelah menangis.

Ibu yang berada di depan kamar ku pun pergi setelah lama tidak mendengar suara tangisan ku, Ibu pun masuk ke kamar, sebenar nya tadi Ibu ingin masuk namun tidak jadi karna mendengar suara sayu tangisan dari ku.

Kini matahari menampakkan sinar nya, namun mata ku masih sangat mengantuk dan enggan untuk terbuka, ku dengan satu-satunya suara Daffa dari luar, ya kebetulan hari ini hari libur sekolah, jadi suara Daffa sudah terdengar di rumah. Tapi besok ia sekolah lagi karna hari senin.

"Nenek, apa Ibu belum bangun? ". Tanya Daffa yang sedang berada di meja makan menunggu makanan nya siap.

"Belum, mungkin Ibu mu masih mengantuk". Jelas Ibu pada Daffa.

bab 2

Aku terbangun dari tidur ku, entah lah sudah jam berapa ku rasa matahari semakin tinggi, aku mengerejabkan mata ku lalu melihat ke jam di dinding kamar ku, saat ku lihat ternyata sudah jam 09.35 WIB.

Aku berangat lalu berjalan ke kamar mandi, untuk membersihkan diri, sebelum masuk kamar mandi aku baru ingat ternyata Mas Raka belum pulang juga. Kemana dia, itu lh yang ada di fikiran ku saat ini.

Aku melihat ponsel ku di atas nakas, lalu mengecek nya namun ternyata tidak ada kabar dari Mas Raka. Karna tidak mau hanyut dalam fikiran negatif tentang Mas Raka aku pun pergi ke kamar mandi untuk menenangkan diri dengan mengguyur badan ku dengan air dingin.

Setelah selesai mandi, aku pun bersiap-siap untuk bersantai di luar tapi sebelum itu aku mau makan dulu mengisi cacing-cacing yang ada di perut ku ini.

Ku buka pintu kamar, aku pun keluar menuju dapur, aku duduk dan membuka tudung saja. Ternyata Ibu belum membereskan nya aku pun makan, selesai makan piring kotor nya ku cuci terlebih dulu.

Setelah itu aku berjalan ke ruang tamu, rumah ini sederhana saja, aku tinggal bersama Ibu, Daffa anak ku dan juga Mas Raka sebenar nya sih sebelum nya kami tinggal bertiga. Karna aku menikah lagi akhirnya kami tinggal berempat.

Di rumah ini ada kamar tiga, ruang tamu dan dapur. Aku bersyurkur dengan tempat tinggal kmi ini menurut ku tempat kami ni sangat bagus, ini adalah peninggalan Ayah.

Di ruang tamu Daffa dan juga Ibu duduk menonton TV dan memakan cemilan, aku pun ikut bergabung bersama mereka.

"Ibu baru bangun? ". Tanya Daffa pada ku sambil melihat ke arah ku.

" Iya sayang, Ibu capek jadi kesiangan! ". Jelas ku pada Daffa.

Daffa pun tersenyum manis mendengar penjelasan ku, lalu ia fokus lagi menonton TV.

" Yu, suami mu belum juga pulang? ". Tanya Ibu pada ku.

Saat aku hendak menjawab, dari luar pintu ada yang menotok, aku berdiri Ibu hanya melihat saja sedangkan Daffa tak begitu peduli. Saat ku buka pintu ternyata Mas Raka baru pulang.

Mas Raka pun masuk ke dalam, dengan santai nya ia melewati ku, dan juga melewati Ibu.

Aku menutup kembali pintu rumah, aku pun menyusul Mas Raka ke kamar, di dalam kamar aku bertanya, " Dari mana saja Mas? ".Tanya ku, ku lupakan masalah kemarin, karna biar bagaimana pun aku dan Mas Raka sudah menikah.

" Dari luar". Jawab Mas Raka, ia pun merebahkan badan nya di kasur.

"Ngpain kamu? ".Tanya ku lagi sedikit menahan emosi ku.

" Sudah lah Yu, aku capek, aku mau tidur dulu! ". Ujar Mas Raka.

Jawaban dari Mas Raka membuat ku murka aku pun meluapkan emosi ku tampa berfikir panjang dengan suara ku yang kedengaran sampai ke luar, aku tak memikirkan itu saat ini karna emosi ku.

" Kamu bilang capek, memang kamu dari mana Mas!! ". Intonasi suara ku meninggi.

Karna suara ku yang keras membuat Mas Raka duduk di pinggir kasur, tatapan nya juga tajam sedang mengarah menatap ku.

Aku takut melihat tatapan Mas Raka yang seperti itu, ku fikir ia akan balik marah pada ku, tapi ternyata aku salah Mas Raka pergi lagi dari rumah entah lah kemana ia pergi.

" Mas...tunggu dulu, Mas...". Panggil ku pada Mas Raka namun dia tidak peduli ia keluar dengan membanting pintu rumah dengan kencang, membuat kami terkejut dan memejamkan mata.

Tampa sadar, kelakuan kami di lihat oleh Ibu dan juga Daffa yang masih berada di ruang tamu.

Aku pun duduk di sofa, menyandarkan badan ku lalu memejam kan mata ku sejenak.

"Nek Ibu dan Om itu kenapa? ". Tanya Daffa dengan hati-hati, melihat ke nenek dan bergantian melihat Ibu nya.

" Swuittt, Daffa anak baik kan? ". Tanya Ibu Nila pada cucu nya.

Daffa pun menganggukkan kepala nya.

"Daffa main di kamar saja ya sayang! ".Perintah Ibu pada Daffa, Daffa pun setuju ia pun pergi dari sana menuju kamar nya.

Di ruang tamu kini tinggal aku dan Ibu saja.

" Yu". Panggil Ibu.

Mendengar suara Ibu, aku pun membuka mata lalu melihat beliau dengan raut wajah khwatir.

"Yang sabar Yu". Ujar Ibu lagi menenangkan ku.

Aku pun diam, menganggukkan kepala melihat Ibu.

Ibu pun tersenyum mengarah pada ku, aku pun membalas senyum manis Ibu.

Di lain sisi.

" Wah...Mas ada apa? ". Tanya Widia istri pertama Mas Raka.

Mas Raka diam dengan raut wajah yang sangat kusut, lalu ia duduk di sofa menyandarkan badan nya lalu memejam kan mata nya.

Jika di lihat Widia seperti nya Mas Raka sedang bertengkar dengan istri baru nya.

" Bertengkar kah? ". Ujar Widia terus berusaha berbicara pada Mas Raka.

Raka membuka mata nya, lalu melihat ke arah Widia, " Aku capek jadi jangan ganggu aku! ". Ucap Raka dengan tatapan tajam nya.

" Huh...sialan kamu Mas! ". Kesal Widia. padahal ia sudah berusaha menjadi lebih baik untuk menarik perhatian Raka lagi, tapi ternyata masih saja seperti biasa kata-kata nya ketus.

Widia pergi ke luar, karna jujur sana ia males sekali jika harus melihat wajah Raka, jujur saja sebenar nya ia masih mencintai Raka jadi bagai mana pun cara nya ia akan merebut lagi milik nya.

Namun lagi-lagi respon yang di berikan Raka pada nya, membuat Widia kesal jika harus berlama-lama berada bersama Raka.

" Apakah istri baru nya Mas Raka, apa jadi nya jika ia tahu kalau Mas Raka dari semalam tidur bersama nya, walapun tidak satu ranjang tapi tetap menyakitkan bukan jika ia tau kalau Mas Raka bersama ku". Ucap Widia pada diri nya sendiri.

"Lo kenapa Wid? ". Tanya Puji pada teman sekaligus sahabat nya itu.

Widia tersenyum lalu ia berkata, " Kemarin Mas Raka tidur di rumah ku, dan sekrang dia ada di rumah ku juga. " Ucap Widia dengan bangga nya pada Puji.

"Hah". Puji kaget mendengar tuturan dari Widia.

" Lo mudah banget terima dia Wid, setelah apa yang dia lakukan sama lo". Kata Puji kesal karna ternyata Widia masih mempunyai rasa pada Raka yang jelas-jelas menduakan nya dan lebih parah nya lagi Raka dengan tega menikah lagi dengan perempuan lain.

"Dia harus merasakan sakit nya karna tidak di pedulikan. " Ucap Widia menahan emosi nya, karna perlakuan Mas Raka dari awal dia menikah tapi Raka tidak pernah memperlakukan dia dengan baik.

"Wid, saran gw. lepaskan dia untuk apa juga kamu bertahan sama Raka yang jelas-jelas tidak menganggap keberadaan mu". Ucap Puji menasehati teman nya itu, Puji merasa kasihan pada Widia, Puji tau betul lika liku rumah tangga Widia dan Raka.

Namun Widia tetap kekeh berharap suatu saat Raka akan berubah.

Bab 3

Aku pun masuk ke kamar, sejenak aku berfikir kenapa hidup ku seperti ini, aku harus bagai mana.

Dret...dreppt... drett...

Suara ponsel ku berdering, seperti nya ada telpon ku ambil ponsel ku yang berada di atas nakas, nama yang tertera di sana Cika, aku pun mengangkat nya.

"Halo". Ucap Ku setelah ponsel ku angkat.

" Lo di mana Yu? ".Tanya Cika dari sebrang telpon.

" Gw di rumah". Jawab Ku.

"Ketemuan yuk, nanti gw sherlock. " Ucap Cika mengajak ku bertemu.

Aku ingin menolak namun ya sudah lah, mungkin keluar untuk refresing gak salah kan.

Setelah mematikan sambungan telpon dengan nya, aku pun bersiap-siap untuk pergi.

Setelah aku bersiap-siap, aku pun keluar dari kamar, ku lihat ke sekeliling rumah namun tidak ada orang sepi, aku pun ke dapur ke halaman belakang ternyata Daffa dan Ibu di sana sedang merawat tanaman.

Aku menemui mereka dan meminta izin untuk pergi sebentar.

"Ibu aku keluar dulu ya". Izin ku pada Ibu.

" Memang mau kemana Yu? ". Tanya Ibu berhenti sejenak dari kegiatan nya, dan menoleh ke arah ku yang di depan pintu.

" Mau ketemuan sama Cika, Bu". Ucap ku pada Ibu.

Ibu pun memberi izin pada ku, dan ia berpesan agak aku tidak pulang malam karna biar bagai mana pun sekarang aku sudah menikah sudah punya suami, aku pun mengiyakan perkataan Ibu pada ku.

"Daffa jangan nakal ya sayang, Ibu pergi dulu". Ucap ku pada Daffa dan tidak lupa mencium kening nya.

Aku pun berjalan ke luar rumah, menuju jalan ke depan rumah ku berada du belakang jadi jika harus ke jalan besar harus melewati satu rumah dulu, saat aku sedang di jalan tak sengaja ada ibu-ibu yang duduk di depan warung, aku mencoba tersenyum ramah pada mereka dan mereka pun membalas nya tapi setelah aku berada agak jauh dari mereka samar-samar ku dengar mereka membicarakan aku.

Menyebut ku sebagai pelakor lah, ada ada banyak lagi yang mereka cerita kan, aku pun berusaha menutup telinga dan berjalan cepat, aku juga berpura-pura tidak mendengar perkataan mereka.

Sampai nya di pinggir jalan besar aku menunggu taksi, setelah ku lihat ada taksi, aku pun memberhentikan nya, kemudian aku masuk dan menujuk kan tujuan aku ke mana.

Tak butuh waktu lama akhir nya aku sampai juga di tempat tujuan ku, aku pun turun dan berjalan masuk melihat ke sekeliling mencari keberadaan Cika.

Setelah ku dapati ternyata Cika duduk di pojok, aku pun berjalan menghampiri nya.

"Cik, udah lama? ". Tanya ku pada Cika, lalu aku duduk di depan nya.

" Baru juga sih". Jawab Cika.

Kami pun memesan makanan ringan, sambil menunggu pesanan kami berdua mengobrol.

Namun tiba-tiba saja di tengah obrolan kami Cika melihat mantak suami pertama ku bersama istri nya.

"Ehh, Yu itu bukan nya Mas Dika? ". Tunjuk Cika yang melihat ke arah depan, aku pun melihat mengikuti arah tunjuk Cika.

Ternyata memang benar itu adalah Mas Dika, dia bersama istri nya tapi tunggu dulu ternyata istri nya sedang hamil.

Aku pun melamun, ku akui sekarang tidak ada lagi rasa cinta pada Mas Dika, tapi andai dulu aku tidak banyak tingkah mungkin Mas Dika dan aku tidak akan bercerai sperti ini.

" Ayu". Sapa Mas Dika saat mereka melewati meja kami.

"Ehh Mas". Jawab ku membalas sapan Mas Dika, walapun kami sudah bercerai namun komunikasi kami tetap baik. Dan juga aku berdua bercerai dengan cara baik-baik.

" Selamat ya atas pernikahan mu". Ucap Mas Dika tersenyum ramah pada ku dan mengucapkan selamat.

"Iya Mas, owhh semoga anak dan ibu nya sehat selalu ya Mbak, Mas". Ujar ku tersenyum getir pada mereka berdua.

" Iya, terimakasih ya Yu". Ucap mereka berdua pada ku lalu berlalu pergi dan duduk di belakang.

"Yu". Panggil Cika pada ku.

Aku pun kaget karna sempat melamun.

" Ehhh, iya Cik kenapa? ". Tanya ku reflek pada Cika.

" Lo gak apa-apa kan? . Lo baik-baik aja kan? ". Pertanyaan Cika bertubi-tubi pada Ku.

" Santai, Cik gak apa-apa kok". Ucap ku santai karna memang benar aku biasa saja sama Mas Dika.

Kami berdua pun melanjutkan obrolan kami, ternyata dari tadi makan kami sudah datang, aku tak sadar lagi.

Ku lihat Mas Dika dan suami nya beranjak pergi dari cafe tapi sebelum pergi ia menghampiri ku, dan memberi tahu ku bahwa uang nya sudah di transfer ke rekening Daffa.

Mas Dika selalu mentrasfer uang untuk Daffa, fikir nya biar pun ia sudah tidak bersama dengan ku biar bagai mana pun Daffa adalah anak nya darah daging nya, dan ia juga menitip pesan untuk Daffa dan juga mantan ibu mertua nya pada ku.

Aku pun tersenyum dan mengiyakan omongan dari Mas Dika pada ku.

"Duhh Yu, Mas Dika baik banget ya ia tidak lupa dengan tanggung jawab nya. ". Kata Cika memuji Mas Dika.

" Udah deh, kita bahas yang lain aja lah". Jawab ku.

Cika pun mengangukkan mengerti.

"Owh ya, apa kabar kamu sama Raka? ". Tanya Cika ke arah pembicaraan yang membuat ku teringat kembali permasalahan kemarin-kemarin.

" Baik-baik aja sih Cik, gak ada permasalahan". Bohong ku pada Cika, aku belum siap untuk cerita semua nya pada Cika. Karna bisa-bisa ia kan marah belum lagi ia akan menyuruh ku untuk tinggalkan Mas Raka.

Dari awal pertemuan Raka dan Cika, Cika sudah tak menyukai tingkah Raka yang sok-sok'an. Sebelum menikah dengan Mas Raka, Cika sempat melarang ku karna alasan nya yang tak masuk akal bagi ku, alhasil aku tak mendengarkan nya, dan sekarang aku sedikit menyesal. Namun apa lah data nasi sudah menjadi bubur jadi tidak bisa lagi di ubah.

"Alhamdulillah, kalau begitu Yu. Tapi maaf ya waktu acara pernikahan mu aku gak datang". Sedih Cika karna tidak bisa datang di hari pernikahan sahabat nya ini.

" Gak apa-apa kok, Cik". Jawab ku tersenyum manis ke arah Cika.

"Tapi makasih ya kado nya Cik". Ucap ku lagi pada Cika.

" Iya sama-sama, tapi ya Yu, aku benar-benar gak tau kalau ternyata Mas Aldi masih ada kerjaan di sana waktu itu". Jelas Cika lagi

"Iya Cik, owh ya apa kabar Aldi? ". Tanya ku berusaha mengalihkan pembicaraan yang lain pada Cika.

" Duhh, suami aku tuh ya Yu, makin hari makin posesif aja". Jawab Cika tersenyum bahagia, Cika merasa sangat di cintai oleh Aldi suami nya itu.

Ayu diam lalu ia tersenyum bahagian juga melihat Cika bahagian, dalam hati nya berapa beruntung nya Cika mendapat kan suami yang mencintai nya sepenuh nya, sedangkan dia satu kali gagal, ini lagi pernikahan ke dua nya tidak tau. Ayu tak mengerti.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!