POV: Catherine
" Key!, Lu harusnya tidak usah perjuangin ini perusahaan. Kalau elunya tersiksa begini. Apa elu akan tahan...!!?" Protes Meta sahabatku.
Meta menjadi sahabatku sejak kuliah. Dan hingga kini tetap masih bersama.
" Gw bukanya takut ninggalin ini perusahaan!, tapi gw juga memperjuangkan anak anak panti. Yg selama ini bergantung dari perusahaan ini Meta...!" jawabku.
" Gw ngerti!, gw paham Key!. Tapi perusahaan ini nyatanya bukan milik elu!. Walaupun elu yg pimpin setelah tuan Wilson meninggal. Dan gw paham kalo elu mau menikah karena panti itu juga. Tapi lihat!, dirimu yg kacau seperti ini...!!" Meta kembali ngomel tidak karuan. Karena seringkali melihatku, seorang Catherine Midleson, jika sudah kembali ke apartemen selalu mabuk mabukan. Bahkan mengabaikan kesehatanku sendiri . Hingga dirinyalah yang selalu menjaga ku. Dan pagi ini aku serasa masih ngelantur tentang lelaki untuk menghangatkan tubuhku.
Meta tahu, setelah tuan Wilson meninggal. Hidup ku sudah tidak bergairah lagi. Namun itu semua karena adanya ancaman dari pihak keluarga Wilson. Jika aku tidak boleh dekat dengan lelaki maupun menikah lagi. Dan tetap memimpin perusahaan ini beserta fasilitas fasilitasnya. Termasuk panti asuhan yg ku kelola bersama Wilson dahulu.
Namun jika aku ketahuan bersama seorang lelaki manapun, maka semua fasilitas yg diberikan kepadaku, akan dicabut. Dan aku yakin tidak bisa meneruskan mengurus panti asuhan ku yg dulu.
" Tapi....??"
" Alah..!!, kamu sudah terbiasa hidup sederhana tanpa fasilitas seperti saat ini Key...!!"
" Dan elu bisa menikah dan hidup sederhana di kampung. Tidak mungkin mereka akan mengejar Lo!, apalagi elu tidak memakai fasilitas mereka..." lanjut Meta.
" Panti asuhan...?"
" Biarin aja!, toh masih banyak orang yg peduli ke mereka. Sekarang yg elu pikirin adalah diri lu sendiri Key!. Jangan orang lain!. Belum tentu orang lain peduli sama elu...!!" teriak Meta memberi saran kepadaku.
Aku termenung mendengarkan perkataan Meta sahabatku ini. Bahkan Meta satu satunya sahabatku yg peduli dengan diriku saat ini. Aku pun membayangkan perkataan Meta. Tentang suami. Ah, suami. Mana ada yg mau denganku. Usiaku sudah 26 tahun, janda lagi. Walaupun kenyataanya aku memang Cantik, sexy kadang rambutku kubiarkan tergerai, tentu banyak lelaki yg mau denganku. Apalagi dadaku yg lebih besar daripada wanita umumnya. Kulitku yg mulus, tentu sangat menggairahkan, jangankan lelaki yg normal dan masih seumuran denganku. Almarhum suamiku yg sudah tua saja masih tergila gila denganku.
" Udah ah, ga usah bahas itu. Mana yg harus gw kerjakan saat ini...." Aku mendengus begitu agar meta cepat keluar dari sini.
" Ga usah alasan Key!. Lu harus pikirin itu!. Gw ga mau elu tersiksa terus seperti ini...!!" Protes Meta.
" Iya iya!, Meta sayang..."
Meta pun menyerahkan berkas di mejaku, walau aku masih terasa pusing, karena minuman semalam. Namun aku tahan agar tidak mendengarkan ocehan Meta lagi.
" Ini udah?, Sono keluar. Hus hus...!" usiaku kepada Meta..
" Sialan Lo!, kalau bukan bos gw udah gw bejek bejek lu Key...!" Gerutu Meta.
Aku hanya nyengir sambil melambaikan tangan ke arah Meta. Meta keluar pintu dan menutupnya kembali.
Kepalaku terasa semakin pusing dan nyut nyutan. Mungkin efek minuman yg aku minum semalam. Sehingga pagi ini masih sangat terasa. Biasanya OB sudah menyediakan kopi di pagi hari ini. Namun hari ini tidak terlihat.
Aku mencoba bersandar serta menatap sekelilingku. Semua terasa berputar putar, namun aku mencoba untuk tetap kuat hingga sore nanti.
Sudah setengah jam berlalu, OB yg biasanya membuatkan kopi tidak datang juga. Aku mencoba menghubungi Meta. Dan beberapa saat kemudian.
" Met, OB belum keruangan ku ya...?" aku bertanya kepada Meta melalui pesawat telepon kantor.
" eh iya lupa. OB sari mengundurkan diri. Karena mau menikah dikampung. Belum ada pengganti. Ada OB cowok sih?. Emang boleh...?" jawab Meta di sambungan telepon.
Aku berfikir sejenak tentang perkataan Meta. Apalagi jika mengingat tidak ada yg boleh seorang lelaki dekat denganku. Apalagi masuk ke ruanganku. Walaupun aku sendiri yg membuat peraturan itu. Tapi apa daya, ini hanyalah OB pengganti.
" Untuk sementara kan?, boleh...!" gerutuku melalui telepon.
Dan aku pun menutup telepon ke Meta . Kemudian bersandar di kursi kebesaran Wilson dahulu. Dan hal itu membuatku termenung.
" Kenapa gw mau ya, dijadikan istri lelaki tua itu. Cinta kagak. Matre juga kagak. Apa karena gw sayang sama Wilson. ...?" gerutuku dalam hati.
Dan tak lama kemudian pintu pun diketuk.
" Masuk...!" kataku.
Dan pintu terbuka. Seorang pemuda sangat tampan menurutku, dengan kulit putih bersih, dan dada bidang dengan kaos OB datang ke tempatku. Senyum manisnya membuatku mleyot. Mungkin dia rajin olah raga, sehingga tampak seperti seorang atlet. Akupun tak berkedip ketika melihatnya melangkah ke arahku.
" Pagi Bu!. Ada yg bisa saya bantu?. Saya OB baru disini...!" sapa pemuda tampan itu.
" Namamu siapa...?" tanyaku.
" Agung Setiawan Bu..." jawabnya.
" Buatkan saya kopi hitam tanpa gula ya...!" perintahku kepada Agung.
" Baik Bu. tunggu sebentar..."
Agung pun keluar dari ruanganku , mungkin menuju pantry untuk membuat kan kopi untukku. Kepala yang tadi nyut nyutan tiba tiba hilang. Apa mungkin karena melihat cowok ganteng ya. Ah, Key key apa yg di pikiranmu.
Tak lama kemudian pintu pun diketuk. Dan aku persilahkan masuk. Ternyata Agung datang membawa nampan berisi kopi pesanannya. Agung menaruhnya di meja kerjaku.
" Ini Bu, maaf kalau rasanya tidak sesuai selera ibu bos..."
" Sebentar!, biar aku rasakan terlebih dahulu..."
Aku pun mencicipi kopi buatan Agung. Ini pas sesuai keinginanku. Dan Agung masih menunggu jawaban dariku tentang kopi buatannya ini.
" Kamu sudah berapa lama kerja disini...?" tanyaku kepada Agung.
" Baru 2 hari Bu..." jawabnya
Aku pun mengangguk angguk, mendengar jawaban Agung.
" Ruangan ini belum dibersihkan, kamu bisa kan...?" perintahku kepada Agung.
" Bisa Bu, baik saya akan kerjakan..." jawabnya.
Aku menatap kepergian Agung yg keluar dari ruanganku. Mungkin ambil peralatan kebersihan. Hingga Agung langkah Agung menghilang dari balik pintu. Aku tidak berkedip melihatnya. Apa aku terpesona dengan seorang lelaki. Masih muda lagi.
Dan tak lama kemudian Agung kembali masuk kedalam ruanganku, kemudian menyapu lantai dan membersihkan rak rak di sekelilingku. Aku masih saja menatap Agung tanpa berkedip.
" Pintu ditutup Gung...!" perintahku.
Agung pun mengiyakan perintahku kemudian menutup pintu ruanganku. Saat mataku bertemu pandang dengan Agung, jantungku berdegup begitu kencang. Badan rasanya gemetar. Yang membuat aku beralih pandang untuk menghindari tatapan Agung. Berani beraninya dia menatapku seperti itu. Tapi tatapannya sangat teduh membuatku sedikit terpesona.
" Kok kamu bisa kerja disini Gung..?". Aku bertanya ke Agung tentang hal itu. penasaran aja sih.
" Saya dapat info di media online Bu. Kebetulan baru lulus SMA, langsung mendaftar. Alhamdulillah diterima..." jawab Agung masih sambil membersihkan beberapa bagian ruanganku.
Ruanganku begitu besar bahkan ada kamar pribadi juga dan kamar mandi didalamnya. Peninggalan suamiku dahulu. Entah dulu suamiku itu casanova dan suka menyimpan wanita disini atau bagaimana?. Tapi aku tidak peduli. Karena ketika menjadi suamiku, dia sudah tobat dan tidak bermain dengan wanita.
" Engga kuliah Gung...?" tanyaku kembali.
" Engga Bu!, ngga ada biaya jika kuliah..." jawab Agung polos.
Aku kembali menganggukkan kepala. Dari perkataan Agung ini hampir mirip denganku dahulu. Tapi ketika itu, aku kuliah sambil kerja sehingga biaya pun bisa kudapat ketika kerja.
Aku kembali fokus ke pekerjaanku, karena kalau sering bertanya kepada Agung aku menjadi seorang yg kepo, terhadap kehidupan orang lain. Hingga Agung pun selesai untuk membersihkan ruanganku dan ingin segera pamit undur diri.
" Sudah Bu!, ruangan sudah saya bersihkan..." kata Agung.
" Toilet sudah...?" sengaja aku bertanya begitu.
" Belum Bu...!" jawab Agung.
" Sekalian lah...!"
" Eh tunggu...!"
Aku merasa kebelet, ingin buang air kecil. Dan meminta Agung untuk menunggu terlebih dahulu. Sebelum membersihkan toilet di ruangan ini.
" Baik Bu...!"
Aku pun sedikit berlari menuju toilet. Namun kepalaku kembali nyut-nyutan , setelah berdiri dan melangkahkan kaki menuju toilet. Aku mencoba bertahan. Dan aku pun berhasil masuk kedalam toilet. Kemudian buang air kecil dan membasuhnya. Aku kembali berdiri. Namun mataku, serasa tidak bisa melihat, walau masih sangat sadar. Kepala semakin bertambah nyut-nyutan. Hingga
Buuuggghhh......
" Gung...!!"
" Tolong...!"
Aku ambruk, dan mendengar suara langkah kaki. Dan pintu pun terbuka.
" Bu....!!"
Agung mencoba membangunkan ku. Aku sadar, tapi mataku serasa berkunang-kunang. Bahkan kepala semakin berdenyut.
" Bantu aku ke kamar...!" pintaku.
Aku terpaksa minta tolong Agung untuk memapah ku menuju ke kamar pribadiku . Karena tidak ada orang lain selain Agung saat ini. Meta, ah...jika Meta yg dimintai tolong pasti akan ngomel tidak karuan. Dan akan menambah kepalaku semakin pusing.
Agung memapah ku perlahan menuju ke kamar. Bahkan tangannya sempat menyentuh buah dadaku. ahhh...desahku. Walau agung dengar, mungkin karena sakit ku. Tapi aku merasakan yg lainnya.
Hingga aku pun sampai dikamar, dan Agung masih terus memegang ku, agar tidak terjatuh kembali.ahhh...jeritku lirih. Karena Agung kembali memegang buah dadaku sedikit kencang karena ingin membaringkan ku di ranjang. Dan aku kini terbaring. Agung masih dihadapanku tampak gagah perkasa. Ah, otakku.
" Maaf Bu, saya tidak sengaja menyentuhnya..." kata Agung.
Mungkin dia merasa telah menyentuh dadaku bahkan sempat meremasnya. Tapi tidak mengapa. Aku justru menikmatinya.
" Gapapa Gung!, terima kasih. Lanjutkan pekerjaan mu!. Setelah selesai kamu kesini lagi ya?. Kamar mandi disini belum dibersihkan sejak kemarin...!".
Aku membuat alasan begitu, agar bisa menatapnya lebih dekat.
" Baik Bu....!" jawabnya.
Dan Agung pun keluar kamar pribadiku. Mungkin meneruskan pekerjaannya kembali. Sementara aku terbaring lemah disini. ternyata minumanku tadi malam membuatku seperti ini. Tapi aku merasa aneh saja ketika ketemu Agung.
.
.
.
######
Aku terbaring di ranjang ini seorang diri, kepalaku masih berdenyut. Dan aku mencoba untuk duduk ke bibir ranjang. Sedikit demi sedikit rasa pusingku mulai hilang. Dan aku mencoba berdiri dan keluar kamar. Aku melihat Agung masih di toilet ruanganku. Terlihat ia sangat rajin, tanpa lelah. Karena sejak tadi memang aku memperhatikannya.
Aku kembali ke meja kerjaku. Karena teringat jika jam 10 nanti, Meta akan mengadakan pertemuan dengan klien. Aku mencoba menghubungi Meta.
" Met, lu yg meeting ya!. Gw masih pusing...!"
" Ya udah!, elu mending pulang deh!. Kalau ga tidur di dalam...!" sahut Meta.
" Iya..!"
Kemudian aku pun menutup kembali pesawat telpon. Dan menaruh kembali di mejaku masih ada sisa kopi buatan Agung. Aku mencoba meminumnya kembali.
" Sudah mendingan Bu...?" tanya Agung yg baru keluar dari bebersih toilet.
" Mendingan..."
Aku melihat Agung yg sedikit basah bagian celananya. Mungkin tersiram air atau pas menolongku tadi. Biarin sajalah!.
Tak lama kemudian Meta pun telpon, jika ia sudah akan berangkat bersama team yg lain. Dan aku mempersilahkannya. Otomatis lantai ini sepi tidak ada orang. Karena mereka pergi untuk meeting di sebuah restoran. Entah kenapa harus restoran. Membuat pengeluaran perusahaan sedikit berkurang. Bodo ah.
Agung telah selesai membersihkan toilet ruangan. Dan sedang membereskan peralatannya.
" Sudah Gung...?"
" Sudah Bu...!" jawabnya
Entah kenapa saat bersama Agung selalu bertanya ini itu. Bahkan mendengar jawaban Agung seakan menjadi candu di telingaku. Mungkin karena terlihat polos, tapi juga tampan ini. Dan terlihat masih sangat muda. Perkiraanku usianya kurang lebih 18 tahun.ahhh... kenapa sampai sejauh itu..!!"
Aku kembali merasa pusing, apakah karena kopi buatan Agung ini atau karena minuman semalam. Entahlah, pikirku.
Buuuggghhh...
Aku kembali terjatuh karena pusing kepala semakin menjadi. beruntung hanya dimeja. Bukan jatuh ke bawah lantai.
" Gung....!!"
" Ibu...!!"
Agung berteriak memanggilku. Kemudian langkah Agung terdengar mendekat, hingga di sampingku.
" Masih pusing Bu...?"
" Istirahat dulu!. Jangan dipaksakan....!"
Kata Agung yg kudengar. Aku mencoba mengangkat kepalaku. Namun begitu sakit dan pusingnya semakin menjadi.
" Mau masuk kamar lagi...?"
Aku mengangguk perlahan dan mencoba berdiri.
" Bisa bantu...?"
" Tapi maaf Bu...!?"
" Tidak apa apa Gung, tidak sengaja kan...?" ketus ku. Karena jika bertanya tanya lagi justru seperti sengaja.
Agung kembali memapah ku, bahkan kali ini kedua tangannya berada di kedua ketiakku . Aku pasrah, karena kepalaku berdenyut denyut pusing.
" Maaf Bu, apa ibu tadi malam minum minuman keras....?"
Aku tidak menjawab pertanyaan Agung. Entah kenapa aku jadi sedikit emosi.
" Kalau memang benar, berarti pagi harinya tidak boleh minum kopi...." Gerutunya.
" Begitu..."
Agung mengantarku kembali ke ranjang kamar. Kepalaku semakin berdenyut. Dan ketika sudah sampai dibibir ranjang.
Buuuggghhh...
Aku terjatuh di ranjang dan Agung pun ikut terjatuh tepat diatas ku. Dengan posisiku terlentang saat ini membuat dadaku semakin berdegup kencang. Apalagi Agung berada tepat diatas ku dan menindih ku.
" Gung...!"
Aku memanggil Agung, namun Agung berusaha untuk bangkit dan menghindari ku. Padahal aku sudah berharap seperti di novel novel. Tapi ini sungguh beda.
" Maaf Bu..."
Tapi aku menarik Agung agar kembali terjatuh. Dan benar saja. Agung pun terjatuh kembali di atasku. Jantungku semakin tidak karuan. Terlebih wajahnya tepat dihadapanku. Dia memanggil ku lagi. Namun aku mengabaikan. Hingga tanpa sadar, bibirku bersentuhan dengan bibir Agung. Kubuka mulutku sedikit demi sedikit. Dan mataku terpejam. Dan aku mencoba meraih bibir Agung yg tepat dihadapanku. Berhasil.
Aku melumatnya perlahan lahan. Dan ternyata diluar dugaanku. Aku mengira Agung akan menolaknya. Namun justru membalas ciumanku. Cukup lama kami saling berbagi suliva. Hingga nafas kami benar benar habis. Agung pun kemudian menghentikannya.
" Maaf Bu...!"
Agung kembali meminta maaf. Aku hanya menggelengkan kepala karena aku sudah kecanduan bibirnya. Aku pun kembali menekan leher Agung. Dan kami kembali melakukannya.
Agung kembali menyudahinya. Karena kembali kehabisan nafas.
" Jangan minta maaf lagi..." kataku.
" Tapi...??"
Agung seperti ingin mengatakan sesuatu.
" Aku sudah lama tidak merasakan ini Gung!. Dan baru kamu, lelaki yang bisa membuatku terlena. Dan menggetarkan jantungku. Bahkan mantan suamiku tidak sepertimu. Aku harap kamu jangan bercerita kepada siapapun. Termasuk kepada Meta asistenku..."
pintaku ke Agung. Entah kenapa aku seperti ketagihan. Dengan posisi saat ini.
" Benar, semalam saya memang mabuk. Dan pusingnya sampai saat ini...."
Aku jujur ke Agung entah kenapa aku jadi bisa bicara seperti ini.
" Masa sih Bu...?" cibir Agung tidak percaya.
Aku hanya mengangguk, dengan posisi Agung masih diatas ku ini.
" Gung...!"
" Iya Bu..."
" Boleh minta tolong...?"
" Apa Bu...?"
" Kerokin saya...."
Entah kenapa aku pingin kerokan. Mungkin aku masuk angin atau apa. Badanku panas dingin saat ini. Mungkin karena dekat dengan Agung atau karena minuman tadi malam.
" Tapi diluar ada Bu Meta..." Protes Agung
Aku hanya menggelengkan kepala. Karena Meta tidak ada ditempatnya. Dan sedang meeting bersama klien.
" Ngga ada orang!, tolong ya?, masih pusing ternyata..."
Dan Aku pun meminta Agung mengambil minyak yg ada dikotak obat, dan mengambil koin. Dan entah kenapa Agung pun menurut dengan perkataanku. Agung pun kembali dan kini duduk di tepi ranjang.
" Naik ngga apa apa...!"
Pintaku ke Agung dan Agung pun menurut naik ke ranjang. Aku memunggunginya. Aku perlahan membuka bajuku bagian atas. Hingga terbuka, dan tinggal bra yg masih melekat.
" Yang ini dicopot Bu...?"
Hais, pakai nanya.
" Iyalah Gung!. Emang bisa kalau tidak dibuka...?"
Aku geleng geleng kepala, dan Agung membuka pengait bra ku. Agung memulai mengerok punggungku . Perlahan lahan, karena aku tidak tahan sakit. Aku merasa tangan Agung yg satunya mengusap punggung dan bahu dan leherku. Aku merasakan sensasi tersendiri dibuatnya. Karena tempat itu membuat badanku merinding. Tak lama kemudian Agung pun selesai. Mengerok bagian punggung.
" Sudah Bu..."
" Yg depan belum...".
Agung melongo, ketika aku mengatakan itu, aku melihatnya karena aku menoleh ke belakang. Kemudian aku berganti posisi menghadap ke Agung. Dan tanganku masih memegang kain untuk menutup daerah dadaku.
" Kenapa...?"
" Serius Bu...?!" Agung mungkin tidak percaya. Aku pun mengangguk,. Kemudian Agung merubah posisinya dari sampingku, karena katanya kalau didepan persis tidak bisa.
" Ngga usah melirik yg tadi kamu pegang..." celetukku kepada Agung.
Karena sempat melihat mata Agung yg melirik area dadaku. Namun Agung justru tersenyum mendengar perkataanku. Dan tak lama kemudian Agung pun mulai mengerok perlahan lahan. Aku sengaja membuka bagian yg ku tutupi. Dan Agung semakin melongo,karena perbuatanku ini. Dan kemudian aku mengambil koin ditangan Agung. Kemudian memindahkan tangannya ke bagian yg di pegang Agung tadi.
" Apa tidak apa apa Bu..."
" Sudah diam dan lakukan..." Aku menginginkannya. Agung pun mulai meremas perlahan. Membuatku merem melek dibuatnya. Hingga aku pun bersandar di dadanya. Tubuhnya yg lebih tinggi dariku itu. Membuatku bisa dalam pelukannya. Kedua tangan Agung mulai beraksi. Aku menengadahkan wajahku. Dan aku kembali berpagut dengannya.
" Gung...!"
" Hem..."
" Nenneenn mau...?" perintahku memaksa. Agung pun langsung menyerbu. bahkan tanpa jeda. Di kiri dan kanan. Aku seperti orang yg liar saat ini. Hingga dibawah sana milikku sudah tidak tahan. Benar benar tidak tahan dengan sentuhan sentuhan Agung saat ini
" Gung...!"
" Ya Bu..."
Aku mendessaah kenikmatan karena Agung ini. Sesuatu ingin keluar dibawah sana. Entah apa, tapi aku menginginkannya. Aku membuka kaos OB milik Agung, sehingga terpampang jelas dada yg seperti roti sobek itu di depanku. Aku terkesima. Dan aku pun memberanikan diri memegang milik Agung yg masih tertutup rapat itu, tongkat bisbol.
" Ibu mau yg itu...?"
Aku pun mengangguk, karena sudah tidak tahan. Dan Agung pun melucuti semua pakaiannya. Wow, besar sekali menurutku. Agung pun kemudian membaringkan ku. Kemudian membuka satu persatu kain penutup bawahku. Tampak Agung menghela nafas melihatnya. Namun kepala Agung justru mengarah kebawah sana. Membuat aku melayang. Aku pun tak tahan, kemudian menarik rambut Agung untuk naik ke atas. Agung mengikutinya. Aku mengangguk dan selanjutnya, sesuatu yg besar berhasil masuk kedalam milikku. Aku benar benar melayang saat ini. Gerakan gerakan Agung membuat sensasi tersendiri dalam hidupku. Cukup lama, bahkan Agung memandu ku untuk berganti posisi. Dalam pikiranku, Agung adalah orang yg sangat berpengalaman dalam hal ini. Hingga sesuatu pun keluar membasahi milikku didalam sana. Sungguh sungguh luar biasa.
" Udah Gung!, aku lemas...."
Aku lemas seketika, keringat sebiji jagung membasahi tubuhku. Aku seperti tidak berdaya saat ini. Agung pun menuruti perkataanku. Kemudian berbaring di sebelahku.
" Engga lagi...?" Sindir Agung kepadaku.
Aku diam, dan hal ini adalah hal gila yg pernah aku lakukan. Aku tidak mampu menjawab. Karena teringat dengan ancaman ancaman keluarga Wilson kepadaku.
" Gung!. Ini yg pertama dan terakhir!. Kumohon jangan ceritakan kepada siapapun. Dan awas jika bercerita...!" ancam ku.
Namun Agung justru tertawa tertahan, kemudian terkikik geli.
" Kalau mau lagi saya siap kok Bu...!"
Aku hanya menggelengkan kepala, karena perkataan Agung itu. Aku pun meminta Agung agar segera meninggalkan ruanganku ini. Khawatir Meta datang dan mengetahuinya.
.
.
BERSAMBUNG
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah kepergian Agung, aku merasa kesepian. Entah mengapa Agung selalu bergelayut manja di pikiranku. Aku mengabaikannya. Kemudian aku menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Hingga jam istirahat pun tiba, aku lelah dan ingin pulang. Karena tugas tugasku sudah selesai. Tinggal menunggu Meta. Tapi meta belum kembali. Dan Akhirnya pun aku pulang tepat jam 12 siang , dan aku pun pulang ke apartemen ku. Apartemen cukup mewah, mempunyai penjagaan yg ketat. Terutama orang yg tidak dikenali.
****
Sesampainya di Apartemen, aku dibuat penasaran dengan orang yg namanya Agung itu. Kemudian aku pun menyalakan laptop dan mencari informasi tentang Agung.
Dan aku melihat disana informasi tentang Agung Setiawan seorang siswa yg cerdas dan mandiri. Suka balapan motor. Anak yatim piatu, hidup dengan neneknya, pernah bekerja di klub malam sebagai pelayan ketika masih sekolah. Hanya itu saat ini yg kudapat, dan apakah karena pernah bekerja di klub malam sehingga sangat berpengalaman dalam hal itu. Batinku mengingat kejadian bersama agung tadi. Ah sudahlah aku hanya ingin istirahat saat ini.
Ku rebahkan tubuhku yg sangat lelah karena permainan Agung tadi. Hingga akupun terlelap dalam mimpi.
Aku terbangun ketika sore hari. Tampak di ponselku, Meta memanggil beberapa kali dan aku mengabaikannya. Dan aku pun memanggil balik Meta. Meta memberitahu jika meeting nya berjalan alot. Namun dapat meyakinkan klien untuk bisa bekerjasama. Aku lega mendengarnya, karena ini adalah harapanku bisa bekerja sama dengan perusahaan besar nantinya.
Perusahaan ku Wilson, memang sudah lumayan besar. Akan tetapi, akan lebih bagus jika bisa bekerja sama dengan perusahaan sekelas Deco. Perusahaan ternama di negeri ini di bidang real estate. Sementara perusahaan ku adalah perusahaan infrastruktur. Dan dihari besok aku harus bisa meyakinkan bawahanku ketika sudah bekerja sama dengan PT Deco tersebut.
Aku bangun dari ranjang ku. Hari ini malas mandi. Bahkan hanya ingin tertidur lelap hingga pagi. Tapi aku belum makan sejak siang tadi. Bahkan dari pagi. Hingga saat ini perutku pun berbunyi karena lapar. Dan Akupun memesan secara online, makanan cepat saji.
POV: Catherine end
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
POV Agung.
Aku baru lulus sekolah beberapa minggu lalu. Dan aku ingin berkuliah, tapi apa daya aku tidak mempunyai dana yg cukup untuk melanjutkan pendidikan ku. Ah, mungkin tahun depan. Nenek juga sudah perlu perawatan, walau masih terlihat segar dan sehat, aku tidak rela jika nenek terus menerus mengurus warung kecilnya itu. Aku berharap, warung itu bisa membantu kebutuhan nenek di kemudian hari. Tapi tidak mungkin terus menerus.
Aku pun sudah mengundurkan diri di club malam itu. Sewaktu masih sekolah, aku bekerja disana. Godaan godaannya begitu banyak. Bahkan seringkali aku diseret ke kamar oleh pelanggan. Beruntung pertahanan ku kuat. Sehingga sampai saat ini aku masih perjaka.
Tidak hanya itu, teman sekolahku juga sudah banyak yg menggodaku tentang hal hal yg berbau intim seperti itu. Mungkin karena badanku yg atletis dan tinggi. Serta aku sering olah raga. Bahkan aku sering berlatih karate dan kini sudah bersabuk hitam.
Semenjak keluar dari klub malam itu. Aku menganggur dan mencari pekerjaan lain yg tidak banyak godaannya. Walaupun kadang seringkali tergoda, dan hanya pegang pegang. Tapi tidak berlanjut di ranjang. Ah, kenapa aku memikirkan itu.
Di ponselku aku melihat ada lowongan di perusahaan Wilson dalam beberapa posisi. Namun sayangnya, hanya OB yg bisa menggunakan ijazah SMA dan itulah yg ku punya satu satunya. Aku pun terpaksa mendaftarkan diri menjadi OB siapa tahu gajinya juga lumayan. Walau lebih besar ketika di klub malam menurutku, tapi disana aku terlalu banyak godaan.
Aku melamar dan diterima. Selama seharian aku mengikuti perintah Bu Yanti, kepala bagian OB dan OG. Salah satu OG mengundurkan diri. Sehingga aku diperintahkan oleh Bu Yanti untuk mengurus lantai paling atas. Lantai 15 ruangan milik bos. Aku mendengar desas desis, jika bosnya galak dan seorang wanita. Masih muda katanya. Dan seorang janda dan tidak mempunyai anak. Dan ruangan itu hanya ada dua orang. Yaitu Bu Meta asisten Bu bos Catherine.
Seharian ini aku di arahkan oleh Bu Yanti tentang apa saya yg aku kerjakan. Hingga hari pertamaku kerja berakhir, aku tidak melihat adanya orang di ruangan bos ini. Entahlah mungkin mereka sedang ada keperluan diluar.
Hari keduaku bekerja aku kembali diperintahkan untuk berada di lantai tempat bos berada. Karena tidak ada yg mau berada ditempat ini. Katanya Bu Meta galak. Bos juga galak. Dan yg paling betah hanya Sari. Tapi ia mengundurkan diri.
Aku masuk ruangan lantai 15 ini menggunakan lift. Dan ketika keluar sudah ada seorang wanita yg sangat cantik menurutku. Berada di meja kerjanya. Di lantai 15 ini ada 3 ruangan. Satu ruangan ini, ketika sampai dan keluar lift. Satu lagi ruangan bos. Dan satu lagi ruangan pantry berada di belakang Bu Meta bersebelahan dengan ruangan bos. Aku menyapa Bu Meta. Namun ia hanya menoleh dan melanjutkan pekerjaan lagi.
Bu Meta tampak menelepon seseorang. Dan kemudian menutupnya. Dan aku melihat ia pun menatapku.
" Kamu anak baru ya...?" tanyanya kepadaku.
" Iya Bu..."
" Kerjakan tugasmu, dan disini jangan macam macam. Setelah selesai silahkan tinggalkan ruangan ini..." Perintah Bu Meta
" Baik Bu.!."
Aku mengiyakan semua perintah itu. Karena mau apa lagi disini lama lama. Cantik cantik kok judes amat, batinku. Aku membiarkan orang yg bernama Meta itu. Dan melanjutkan pekerjaanku.
Namun tak lama kemudian, Bu Meta memanggilku dan aku diminta untuk masuk ke ruangan bos. Entah kenapa jantungku berdegup kencang. Ketika diminta untuk masuk ruangan bos. Mungkin aku takut kena omel. Karena tidak becus bekerja. Aku menuruti perintahnya.
Aku pun mengetuk pintu, dan dipersilahkan masuk. Aku terpana melihat kecantikan bos yg sedang duduk di sana. Kulit putih mulus, dan wajahnya yg cantik, serta rambut gelombang yg tergerai. Sungguh ini membuat pikiranku liar saat ini. Apalagi di ruangan ini hanya berdua.
" Kamu OB baru ya...?" tanyanya kepadaku.
" Iya Bu..!"
Dan Bu Catherine memintaku membuatkan kopi pahit untuk dirinya. Aku pun menurutinya. Setelah itu aku diperintahkan untuk membersihkan ruangan milik bos ini. Aku sungguh sangat senang. Ketika ia tidaklah seperti kata OB yg lain. Yang katanya galak itu. Padahal kalau menurutku semua perkataannya lembut. Dan indah jika didengar. terlebih ia seperti antusias bertanya tanya padaku. Aku menjawab selembut mungkin. Aku terpesona melihat wajah bosku itu. Terlebih bagian dadanya yg montok, membuat milikku berdiri. Ah, kenapa pikiranku jadi jorok begini.
Cukup lama aku membersihkan ruangan Bu bos. Hingga aku juga sempat bertatap mata. Sungguh aku tidak ingin melepaskannya. Namun sayang, aku hanyalah OB. Tidak mungkin bisa menyentuhnya.
Aku melihat Bu bos memijit pijit kepalanya. Mungkin pusing, hingga ia terjatuh di toilet, dan aku pun menolongnya. Aku pun memapahnya ke kamar. Tidak sengaja aku memegang buah dada miliknya yg begitu kenyal. Aku meremasnya sedikit. Oh sensasinya, beruntungnya aku. Kemudian aku membantu membaringkan ke ranjang di kamar pribadinya. Ruangan yg sangat luas dan harum khas bunga lavender. Dan akupun meninggalkannya. Meneruskan pekerjaanku membersihkan toilet.
Aku sibuk membersihkan Toilet, dan kulihat Bu bos sudah kembali ke meja kerjanya. Dan ia kembali kesakitan di kepalanya. Aku memberanikan kali ini untuk menolongnya. Benar benar aku sudah tergoda dengan kemolekan dan tubuh indah Bu Catherine. Mungkin jika ia yg mengajakku seperti di klub malam itu aku tidak akan melepaskannya.
Aku kembali memapah bos Catherine ke dalam kamarnya kembali. Ah, apa dia menggodaku. Hingga sampai di ranjang, aku seperti ditarik hingga akupun terjatuh di atas ranjang tepat diatas Bu Catherine. Aku berusaha untuk bangun dan menghindar. Takut dia marah. Tapi alangkah terkejutnya aku. Justru dia menarik leherku hingga kami pun berciuman panas. Nafasku sampai habis dan aku menyudahinya. Karena takut kebablasan. Dan aku pun berniat keluar meninggalkannya. Namun Bu Catherine memintaku untuk mengerok punggungnya. Ini kesempatanku. Dan akupun bersedia.
Aku sengaja mengelus punggung hingga leher, area sensitif nya. Bahkan kemudian memintaku untuk mengerok bagian depannya juga. Ah, yg benar saja. Bahkan ia juga menawari aku untuk nennen. Wah alangkah senangnya aku. Tanpa ba bI bu, aku langsung menyergap nya tanpa henti. Bahkan ia juga mau bagian lainnya
Aku telusuri setiap jengkal tubuhnya. Dan tampaknya Bu Catherine menikmatinya. Dan memintaku untuk memompanya. Sungguh ini diluar dugaanku. Dan hari keduaku bekerja ini. Aku mendapatkan kenikmatan sendiri. sungguh aku merasa jika Bu Catherine ini sangat butuh sentuhan lelaki. Hingga sampai di klimaksnya aku pun menyudahinya.
Bahkan aku memberanikan diri, untuk siap sedia kapan saja jika Bu Catherine membutuhkanku.
Setelah aksi panasku berdua aku pun meninggalkan ruangan Bu Catherine. Kemudian melanjutkan pekerjaan yg lain.
Ketika istirahat, aku melihat Bu bos pergi meninggalkan perusahaan. Dan aku masih terbayang bayang dengan sentuhan sentuhan tadi.
Sore harinya aku pulang ke rumah tempat nenek berada. Dan paginya aku tetap kembali bekerja. Aku sudah sangat ingin memandang wajah cantik Bu bos. Tapi sayangnya pagi ini Bu bos dan Bu Meta tidak ada di tempat. Namun aku melihat tas Bu Meta sudah ada di meja kerja. Aku melakukan pekerjaanku hingga selesai. Dan tidak bertemu dengan bos Catherine. Sungguh malang nasibku.
POV: Agung end
.
BERSAMBUNG
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!