NovelToon NovelToon

Love Of The Gonzalu Beach

Kakakku mana?

Hari ini Gina sangat senang karena waktu untuk liburan telah tiba, rencanannya dia akan berangkat ke Larantuka bersama dengan kakaknya yang bernama Agatha serta pacar Agatha yang bernama Rully.

“Rully, kakakku mana? Kok kamu datang sendirian aja?” Tanya Gina saat ketemu dengan Rully di depan bandara yang hanya datang sendirian.

“Iya dikit lagi pasti datang kok.” Jawab Rully santai.

Gina yang tidak mau banyak bicara, hanya berpikir positif saja, dia duduk di kursi yang sebelumnya dia duduki sambil memainkan hp nya. Rully pun mengikuti apa yang dilakukan Gina, dia duduk di samping Gina.

“Aduh kenapa Randy lama banget?” Bisik Rully gelisah tapi masih bisa di dengar oleh Gina.

“Apa? Randy? Siapa tuh Randy? Bukannya mikirin kak Agatha yang belum kunjung datang, eh malah kamu mikirin orang yang tidak jelas siapa.” Bentak Gina pada calon kakak iparnya itu yang hanya memikirkan orang lain dan tidak mengkhawatirkan kakaknya.

Rully tidak menghiraukan perkataan Gina, dia terus mengotak-atik Hp dengan gelisah.

“Eh itu dia orangnya.” Seru Rully senang sambil menunjuk ke arah pria ganteng yang sedang menuju tempat dimana mereka berada. “Hei, Randy, ayo cepat ke sini!” Rully mengayunkan tangan memanggil Randy.

“Rully, maaf agak telat dikit. Udah lama yah?” Sapah Randy ketika berada di dekat Rully dan Agatha.

“Kak Rully, ayo jemput kak Agatha, ini udah telat banget dia, dikit lagi kita uda harus masuk ke ruang tunggu loh.” Kata Gina sambil marah-marah.

“Oh yah Rand, kenalin, ini Gina! Cewek yang gue ceritain itu.” Rully memperkenalkan Gina pada Randy tanpa mempedulikan perkataan Gina sebelumnya.

“Halo Gina!” kata Randy lembut sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Gina pertanda kenalan.

“Ganteng juga ni orang, tatapannya, suaranya lembut banget, sopan, dan ……” Gina menatap Randy dengan tatapan kosong, sepertinya dia sedang melamun.

“Hoiii Ginaaaaaaa….” Teriak Rully sambil mengayunkan kedua tangannya di depan wajah Gina. “Ngelamun aja nih cewek.” Bentak Rully.

“Eeehhhmmmm, sorry! Gina.” Gina membalas perkenalan Randy sambil memeggang tangan Randy yang terulur di hadapannya sejak tadi.

“Wahhh tangannya pun lembut dan hangat tidak seperti laki-laki biasanya.” Kata Gina dalam hati saat bersalaman dengan Randy.

“Ehheemmmm…” Rully berdehem. “Itu tangannya kelamaan di pegang bro.” Sindir Rully karena sedari tadi Gina terus menggenggam tangan Randy sambil menatap wajah pria di hadapannya itu.

“Maaf!” Randy dan Gina tiba-tiba melepaskan genggaman tangan keduanya. Wajah Gina berubah menjadi merah padam, sedangkan Rully tertawa melihat aksi kedua orang yang berada bersamanya itu.

“Udah yah!” Kata Rully setelah menetralkan ekspresinya. “Gina, aku mewakili kakak kamu Agatha dan aku sendiri, kami minta maaf karena tidak dapat menemanimu dalam liburan kali ini karena kami ada banyak tugas yang harus dikerjakan, makanya aku meminta Randy untuk menemani kamu.” Jelas Rully.

“Apa?” Gina kaget mendengar perkataan Rully. “Mana bisa kalian membiarkan aku pergi liburan dengan orang yang baru saja aku kenal?” Gina marah dengan ekspresi yang tidak dapat dijelaskan.

“Kamu tenang aja Gin, dia itu teman aku yang paling baik. Agatha juga mengenalnya. Dia tidak akan mungkin menyakitimu.” Rully menenangkan Gina.

“Tapi aku tidak mau kak.” Rengek Gina yang masih belum bisa mempercayai Randy.

“Udah, tenan aja, ayo sana pergi, denger tuh pengumuman, kalian sudah di suruh naik ke dalam pesawat.” Tambah Rully lagi.

“Tidak mau.” Gina hendak mengambil langkah berbalik untuk pulang.

“Gina, rugi loh, kasihan tiketnya hangus gitu aja.” Bujuk Rully.

Gina menatap Randy yang membalas dengan senyum lembutnya.

“Yah sudah!” Bentak Gina pada Rully berusaha untuk tenang dan menerima kenyataan. “Sampaikan salamku untuk kak Agatha.” Gina menyalimi Rully.

Akhirnya Gina dan Randy melangkahkan kaki mereka meninggalkan tempat mereka semua menuju ruang tunggu untuk naik ke atas pesawat.

“Aku tidak menyangka kalau kejadiannya bakalan jadi seperti ini dimana aku harus pergi berlibur bersama orang yang aku tidak kenal asal-usulnya sama sekali. Apakah liburan kali ini akan menyenangkan seperti dulu atau akan berakhir dengan menyedihkan? Ahh aku tidak tahu, mudah-mudahan saja aku mendapat pengalaman yang menarik.” Pikir Gina dalam hati dalam perjalanan menuju ke dalam pesawat.

“Gina, kamu lagi mikirin apa? Kenapa diam aja? Kalau ada sesuatu yang kamu pikirkan, kamu bisa katakan padaku.” Randy memegang lengan Gina secara spontan karena melihat Gina yang mematung.

“Hah?” Gina tersadar dari lamunannya. “Tolong lepaskan tanganku!” Perintah Gina melirik ke arah lengannya yang dipegang oleh Randy.

“Baiklah.” Secara spontan Randy melepaskan genggaman tangannya. “Tapi Gina, aku mohon jangan acuhkan aku, jangan diam aja kayak tadi, aku kan ada di sini sebagai temanmu, aku di tugaskan oleh kakakmu untuk menjagamu, aku juga bukan boneka atau patung, aku ini manusia Gin.” Omel Randy panjang lebar.

“Hemmm…? Hah…?” Gina bingung harus berbicara apa pada pria yang duduk di sampingnya itu.

“Gina, kenapa kamu diam aja dan tidak mau bicara padaku? Kamu anggap aku ini apa? Aku juga punya perasaan loh yah.” Lanjut Randy dengan tatapan sedih.

“Baiklah, maafkan aku!” Gina menghembuskan nafas secara kasar ke udara, dia berusaha menerima Randy sebagai temannya saat ini karena memang benar, saat ini yang dia kenal hanyalah Randy seoarang walaupun mereka baru saja kenal beberapa menit yang lalu.

“Heeemmmm….  Aku tidak bermaksud membuatmu sedih tapi entah kenapa aku tidak punya selera untuk mengeluarkan kata-kata, aku juga tidak bermaksud mengacuhkanmu tapi aku benar-benar tidak tahu harus berbicara apa denganmu Ran, dan aku juga tidak dapat menatapmu karena jika aku memandang wajahmu, aku seperti terhipnotis untuk terus menatapmu dan tak dapat melepaskan pandangan itu darimu.” Batin Gina dalam hati.

Entah apa yang dipikirkan oleh Gina saat itu terhadap Randy, mungkin dia memang tidak percaya sepenuhnya pada pria itu karena mereka baru saja kenal, namun di sisi lain ketampanan Randy mampu menghipnotis perasaan dan pikiran Gina.

“Tuh kan diam lagi, kamu ngelamun mikirin apa sih? Apa kamu tidak senang dengan kehadiranku?” Tanya Randy hati-hati. “Kalau kamu tidak suka dengan keberadaanku, aku akan berhenti di bandara berikutnya dan kembali ke Manado. Aku tidak ingin mengganggu liburanmu.” Kata Randy tidak enakan.

“Maaf, aku senang kok dengan kehadiranmu tapiii….” Gina menatap wajah Randy beberapa saat, dia berusaha menghibur Randy dan merasa bersalah pada pria itu atas perlakuannya yang sebenarnya bukan karena tidak menginginkan keberadaan pria itu.

“Tapi kenapa Gin?” Tanya Randy. “Kenapa kamu menatapku seperti itu?” Randy sadar kalau Gina menatap wajahnya dan hal itu membuatnya salting.

“Ah, yah? Aku hanya ingin melihat wajahmu saja.” Jawab Gina spontan. Keduanya menjadi salah tingkah.

Percakapan itu menjadi pamungkas bagi mereka berdua yang di obok-obok perasaan masing-masing.

Uforia Gina

“Wah tidak ku sangka ternyata Larantuka lebih indah daripada yang aku bayangkan, begitu menakjubkan.” Teriak Gina melihat pemandangan dari atas pesawat ketika terdengar pengumuman dari pramugari bahwa dalam beberapa saat lagi pesawat yang mereka tumpangi akan segera mendarat di Bandara Gewayantanah Larantuka.

“Gina, zzzzttttt!” Randy meletakan telunjuknya dibibir Gina pertanda menyuruh wainta itu untuk diam. “Kita masih di dalam pesawat.” Bisik Randy.

“Ehhhmmmmm….” Gina terpaku menatap wajah Randy, dia tersadar kalau benar mereka masih berada di dalam pesawat. Uforia Gina melihat Larantuka dari atas pesawat membuat dirinya lupa kalau mereka masih berada di dalam pesawat.

“Jangan menatap aku seperti itu Gin, nanti ketampananku akan berkurang.” Bisik Randy gombal karena sudah hampir lima menitan Gina menatap wajahnya tanpa sadar kalau pesawat sudah landing.

“Isshhh nyebelin!” Kata Gina menahan malu.

“Makanya jangan menatap aku terus-terusan, lagian kayak tidak ada waktu lagi untuk menatapku.” Kata Randy usil.

“Randyy….!” Bentak Gina tidak terima dengan perkataan Randy.

“Sudah, ayo, mendingan kamu berdiri dari kursimu itu karena semua penumpang sudah turun, tersisah kita berdua di sini.” Randy menunjuk ke arah kursi-kursi penumpang yang telah kosong kemudian melangkah mendahului Gina yang mengejarnya dari belakang.

“Brruuukkkk…” Bunyi benturan yang terdengar kuat dan dekat dari posisi dimana Randy berada.

“Ginnnaaaaa!” Teriak Randy ketika melihat apa yang terjadi di belakangnya. Ternyata Gina tertabrak motor dan Randy tak dapat menyelamatkannya karena jarak mereka lumayan jauh.

Gina langsung tak sadarkan diri, yang dia ingat hanyalah sepeda motor yang menghampirinya dan menabraknya setelah itu suara Randy berteriak memanggil namanya. Selanjutnya Gina tersadar telah berada di kamar rawat rumah sakit bersama dengan dua orang pria ganteng disampingnya, yang satunya Randy dan yang satunya lagi tidak dia kenal.

“Hei, dia sudah sadar.” Pria yang tidak dia kenal itu berkata pada Randy.

“Gina, kamu sudah sadar? Gimana keadaannmu sekarang?” Tanya Randy panik.

“Randy, ini dimana?” Gina berusaha bertanya walaupun suaranya masih tertahan.

“Kita di rumah sakit Gin, pria ini tadi menabrakmu.” Jelas Randy.

“Hah?” Gina kaget, dia bingung mau berkata apa.

“Eh kalian orang Manado yah?” Tanya orang yang tadi menabrak Gina.

Randy dan Gina metap pria itu dengan ekspresi kaget dan bingung atas pertanyaannya.

“Namaku Ega, aku berasal dari Manado, aku di undang temanku ke sini untuk liburan.” Jelas Ega sambil mengulurkan tangan memperkenalkan dirinya pada Randy dan Gina.

“Aku Randy dan dia temanku, Gina.” Randy menyambut uluran tangan dari Ega kemudian memperkenalkan dirinya serta Gina yang tidak bisa membalas uluran tangan Ega karena tangannya diperban.

“Oh Gina yah? Gina aku minta maaf atas kejadian tadi yah, aku tidak sengaja menabrakmu, aku sungguh mohon maaf pada kalian.” Ega mendekap kedua tangannya di dada memohon.

Randy menatap Gina menunggu respon wanita yang sedang terbaring di atas tempat tidur perawatan itu.

“Aku tahu dengan membiayai semua pengobatanmu itu tidak sebanding dengan luka yang kamu alami ini, tapi dengan kerendahan hati aku mengakui kesalahanku serta memohon maaf dari kalian, aku akan menanggung semua biaya pengobatan.” Mohon Ega.

“Memang sudah seharusnya kamu yang membayarnya.” Kata Randy sinis.

“Randy, Gina, sekali lagi aku minta maaf dengan segenap hatiku.” Pintah Ega.

“Maaf, waktu kunjung sudah habis, kami hanya mengijinkan satu orang di dalam ruangan yang menjaga pasien.” Kata seorang perawat yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang perawatan Gina.

“Baik, aku permisi Gin, Rand.” Ega dengan sadar diri untuk keluar dari ruangan itu.

“Udah, pergi sana!” Randy masih jengkel pada Ega yang telah mengakibatkan kondisi Gina seperti ini, seharusnya mereka menikmati liburan dengan senang-senang tapi malah harus terkurung di dalam ruangan rumah sakit.

“Tapi….” Kata Ega terpotong.

“Tapi apa lagi?” Tanya Randy jengkel.

“Apakah permintaan maafku diterima?” Tanya Ega dengan hati-hati, takut membuat keributan.

“Gin…?” Randy menatap Gina meminta persetujuan.

Gina menganggukkan kepala pertanda menyetujui permintaan maaf dari Ega.

“Gina uda maafin kamu jadi sebaiknya kamu pergi sekarang!” Randy mendorong Ega sampai keluar dari dalam ruangan perawatan Gina.

“Kamu butuh apa Gin?” Randy mendekat ke arah ranjang Gina karena melihat Gina yang tidak tenang di atas tempat tidurnya. “Kalau kamu butuh sesuatu, kasih tahu aku aja, kamu tidak perlu bergerak, lagian kamu memang belum bisa terlalu banyak bergerak supaya lukamu tidak mengeluarkan darah lagi.” Perintah Randy menunjuk ke arah luka di lengan Gina yang sedang diperban. “Kamu lapar?” Tanya Randy.

“Aku belum lapar. Makasi yah kamu sudah perhatian padaku.” Jawab Gina.

“Sama-sama. Memang sudah seharusnya aku perhatian padamu.” Lanjut Randy. “Lagian kamu mengalami ini semua gara-gara aku yang meninggalkanmu di belakangku.” Kata Randy merasah bersalah yang tentunya dia ucapkan dalam hati.

Selama dua hari Gina dirawat di rumah sakit, akhirnya dia diperbolehkan oleh dokter untuk pulang tapi dengan syarat tidak boleh banyak bergerak, bahkan disarankan untuk sebaiknya terus berada di tempat tidur sampai lukanya mulai mengering.

“Randy, Gina.” Sapah Ega yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan Gina. “Tadi dokter menelponku, katanya Gina sudah bisa keluar dari rumah sakit ini.” Kata Ega.

“Syukurlah.” Kata Randy dan Gina bersamaan.

“Kalau begitu, Gina aku tinggal sebentar untuk mengurus administrasinya yah?!” Kata Randy berpamitan pada Gina.

“Tidak perlu Rand, tadi sebelum ke sini aku sudah menyelesaikan administrasinya.” Potong Ega sebelum Randy keluar.

“Kamu?” Randy bingung.

“Iya, tadi sudah aku selesaikan administrasinya.” Jelas Ega lagi.

“Yang benar saja?!” Randy masih belum bisa termia perkataan Ega.

“Makasi Ega.” Kata Gina yang juga bingung harus berkata apa.

“Tidak perlu berterima kasih seperti itu Gin, ini sudah jadi tanggung jawab aku karena aku yang telah menyebabkan kamu terluka seperti ini.” Kata Ega dengan segenap hati. “Dan sebagai bentuk tanggung jawabku juga, mak ijinkan aku mengajak kalian nginap di apartemenku.” Ajak Ega.

“Tidak perlu, kami sudah punya penginapan sendiri.” Kata Randy yang tidak mau menerima ajakan Ega.

“Paling tidak sampai luka Gina sembuh, supaya aku tidak merasa beban mengingat kesalahanku.” Jelas Ega.

“Tidak….” Kata Randy yang kemudian dipotong oleh Gina.

“Aku mau menginap diapartemenmu.” Kata Gina yang berpikir tidak mau tinggal berduaan dengan Randy, dia berusaha berpikir waras, mereka berdua adalah manusia biasa yang berlawanan jenis kelamin, lebih baik menghindari kondisi tinggal berdua. Kalau ada Ega, paling tidak mereka ada bertiga, dan kecil kemungkinan untuk terjadi hal yang tidak di inginkan. “Kamu juga mau kan Rand?” Desak Gina.

“Tapi Gin, penginapan kita sudah diatur sama Rully dan Agatha.” Kilah Randy yang berusaha untuk menghindar dari ajakan Ega.

Memakaikan kalung

“Urusan Rully dan kakakku nanti aku selesaikan, paling tidak Ega harus bertanggung jawab sampai aku sembuh. Kamu mau kan Rand? Benar kan Ega? Kamu harus bertanggung jawab sampai aku sembuh.” Jelas Gina.

“Iya benar.” Jawab Ega.

“Rand?!” tuntut Gina.

“Iya deh, baiklah.” Akhirnya Randy menyetujui permintaan Ega.

“Kalau begitu ayo berangkat!” Ajak Ega.

“Aku beresin dulu barang-barangnya.” Kata Randy cemberut.

Setelah semuanya beres, mereka menuju ke parkiran tempat Ega memarkirkan mobilnya sambil Ega mendorong kursi roda yang dinaiki oleh Gina sedangkan Randy dengan wajah cemberutnya terpaksa mengangkat semua koper miliknya dan Gina.

Ternyata apartemen Ega sangat besar, Gina diberi kamar di samping kanan kamar Ega yang sangat besar dan Randy di samping kiri. Jadi kamar Ega menjadi pembatas antara kamar Gina dan Randy. Randy sebenarnya tidak setuju tapi dengan terpaksa dia menurut saja karena apartemen itu milik Ega bukan miliknya sendiri.

“Tok… tok… tokkk.” Ega mengetuk pintu kamar Gina.

“Siapa?” Teriak Gina dari dalam kamar.

“Gina, ini aku Ega, apakah aku bisa masuk?” Tanya Ega dari luar.

“Iya masuk saja, pintunya tidak tertutup.” Jawab Gina dari dalam.

Ega masuk dengan membawah sebuah kotak kecil berwarna kuning mengkilap.

“Ada apa malam-malam datang mencariku?” Tanya Gina setelah Ega masuk.

“Aku Cuma mau ngasih kalung ini sama kamu.” Jawab Ega dengan polos.

“Hah? Tapi ini kan mahal Ega.” Gina kaget dan tidak mau menerima pemberian Ega itu.

“Aku harap kamu menerimanya Gina, anggap saja ini tanda persahabatan kita dan juga sebagai permintaan maaf dariku atas kesalahanku.” Jelas Ega.

“Aku rasa semua yang kamu lakukan sudah cukup untuk menebus kesalahanmu Ga, tidak perlu dengan memberikan hadiah seperti ini.” Gina menolak dengan halus.

“Sini aku pakaikan!” Tanpa persetujuan Gina, Ega mengambil kalung itu dan langsung memakaikan ke leher Gina.

Gina hanya mampu berdiam diri tanpa penolakan lagi dengan apa yang sedang dilakukan oleh Ega.

“Sekarang ayo tidur! Sampai jumpa besok.” Kata Ega setelah memakaikan kalung ke leher Gina kemudian langsung melangkahkan kaki menuju pintu untuk keluar sebelum Gina mengatakan sesuatu.

“Selamat malam Ega.” Bisik Gina yang masih belum sadar sepenuhnya dari perlakuan Ega.

Beberapa hari kemudian, luka Gina semakin membaik, perlahan dia sudah bisa beraktifitas seperti biasa, serta perban di tangannya telah dilepas.

“Gina, lukamu sudah sembuh, kamu sudah bisa beraktifitas seperti biasanya, jadi kita sudah bisa keluar dari apartemen Ega ini dan pindah ke penginapan yang seharusnya kita tempati.” Randy memulai pembicaraan dengan Gina yang sedang duduk di teras kamarnya.

“Aku memutuskan untuk tetap tinggal di sini sampai besok, karena tidak baik jika kita keluar dari rumah orang malam-malam gini.” Kata Gina santai tanpa memalingkan wajahnya dari pemandangan pantai di depan teras itu.

“Malam ini kita jalan-jalan saja dulu.” Lanjut Gina.

“Baiklah.” Kata Randy menyetujui permintaan Gina, dia tidak berani membantah karena takut jika Gina marah.

Gina yang sedang bahagiah karena lukanya sudah sembuh itu tidak membuang-buang waktu lagi untuk menikmati liburan di negeri kebudayaan itu, dia rasa rugi beberapa hari telah terbuang percuma karena terkurung di dalam kamar apartemen Ega itu. Dia segera menyuruh Randy untuk bersiap-siap.

“Kamu sudah siap atau belum?” Tanya Randy dari luar sambil mengetuk pintu kamar Gina.

“Entar lagi Rand, kamu tunggu saja di bawah, dikit lagi aku turun.” Jawab Gina dari dalam.

Setelah itu Randy dan Gina keluar untuk menikmati suasana malam di kota Larantuka, walaupun dalam benak Gina agak takut-takut karena masih terngiang-ngiang di pikirannya mengenai peristiwa yang menimpa dirinya saat pertama kali sampai di kota itu.

“Dari mana kalian?” Tanya Ega saat Randy dan Gina pulang.

“Tadi kami cari angin sedikit di luar.” Jawab Randy santai.

“Oh gitu, heemmm… kenapa tidak kasi tahu aku kalau mau keluar? Aku bisa mengantar kalian.” Kata Ega polos.

“Terima kasih atas tawaranmu.” Kata Randy sinis membuat Ega bingung. “Ohh yah, besok aku dan Gina akan pindah ke penginapan kami.” Lanjut Randy.

“Kok cepat benget?” tanya Ega.

“Aku rasa memang sudah seharusnya kami pindah, aku tidak mau terlalu merepotkanmu.” Kata Randy lagi.

“Tapi….” Kata Ega.

“Gina kan sudah sembuh. Jadi sudah seharusnya kami pergi. Terima kasih sudah menerima kami di apartemenmu beberapa hari ini.” Kata Randy.

“Yah sudah terserah kalian saja. Sekarang sudah malam ayo istirahat dulu, kalau lapar di kulkas ada banyak makanan yang disimpan nanti kalian ambil sendiri! Aku tidur dulu.” Ega melangkah ke kamarnya meninggalkan Randy dan Gina.

Besok paginya, ketika Gina bangun dia melihat ada sepucuk surat di bawah pintu.

“Apa ini?” Gina mengambil kertas yang tergeletak di lantai itu kemudian membukanya.

“Gina, aku sudah siapkan sarapan untuk kalian, sebelum pergi kalian sarapan dulu yah! Aku minta maaf tidak dapat mengantar kalian ke penginapan karena ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Oh yah, sebentar jam lima sore aku tunggu kamu di restoran Meteor yah, jangan lupa datang. Salam Ega.” Isi surat yang ternyata di tulis oleh Ega.

“Ega…. Egggaaa…. Eggaaaa!” Gina berteriak memanggil sang pemilik apartemen sambil menuju ke dapur.

“Ada apa Gin?” Tanya Randy yang ternyata sudah duduk di meja makan terlebih dahulu.

“Ega mana? Kamu lihat dia nggak?” Gina membalas Randy dengan bertanya.

“Dia sudah keluar sejak tadi, katanya dia lagi ada kerjaan sekalian harus menemui temannya. Katanya dia tidak sempat mengantar kita ke penginapan, dia juga nyuruh kita untuk sarapan.” Jelas Randy.

“Oh gitu… yah sudah, ayo sarapan dulu!” Gina duduk di salah satu kursi yang ada di ruang makan tersebut kemudian memulai sarapannya.

“Rand, jam sepuluh kita jalan yah?! Barang-barangmu udah disiapkan semua kan?” Tanya Gina setelah selesai makan.

“Iya, sudah kok.” Jawab Randy yang masih mengunyah beberapa potong roti sarapannya.

“Oke kalau gitu aku ke kamar dulu, aku mau mandi. Ingat selesai makan langsung siap-siap yah!” tanpa menunggu balasan dari Randy, Gina langsung meninggalkan pria tampan yang satu itu di ruang makan.

Rasanya memang tidak sopan sih Gina ninggalin Randy yang masih sementara sarapan tapi yah sudah, Randy tidak mempermasalahkan itu.

“Tok…. Tok…. Tok…” dua puluh menit kemudian, Gina telah siap dan menghampiri Randy di kamarnya.

“Randy buka pintunya, aku Gina. Kamu sudah siap belum?” Teriak Gina dari luar.

“Masuk aja Gin, pintunya tidak dikunci. Dikit lagi aku selesai.” Teriak Randy yang ternyata masih di dalam kamar mandinya.

Gina pun langsung masuk ke dalam kamar Randy kemudian duduk di ranjang sambil menunggu pria itu keluar dari kamar mandi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!