NovelToon NovelToon

Mariana'S Doll House

Berkunjung ke Rumah Paman

Ini adalah musim panas dimana ujian sudah selesai dan waktunya semua orang menikmati liburan mereka, termasuk mereka yang sudah kuliah.

Perseville, distrik 3 di sebuah kota yang dipenuhi oleh banyaknya pepohonan pinus menjadi tujuan untuk sebuah mobil van keluarga yang dikendarai oleh seorang remaja tampan berambut hitam dengan bola mata biru dan kulit putih. Siang hari begitu cerah saat itu.

"Keane, arahnya sudah benar?" tanya pemuda itu pada sosok remaja lain yang duduk di sebelahnya.

Tidak kalah tampan, wajah keduanya hampir mirip. Pemuda dengan smartphone yang menampilkan rute jalan dan map itu menjawab, "Ini sudah benar. Tinggal lurus saja melewati jalan ini."

"Begitu..." pemuda yang menyetir itu memperhatikan sekitar jalan yang dilaluinya. "Tapi sungguh, jalan ini sangat sepi. Aku ingin tau kenapa paman dan bibi membeli rumah baru di tempat ini."

"Mungkin karena tempat ini tidak bising seperti di kota. Perseville terkenal dengan hutan pinus dan pemandangan lembahnya." jawab pemuda bernama Keane.

Pemuda yang menyetir itu kembali berkata, "Tapi ini bukan tempat yang baik untuk anak-anak seperti Mariana. Aku ingin tau apa yang dipikirkan paman dan bibi. Tempat ini nyaris mirip hutan untukku."

"Lucas, sebaiknya perhatikan jalanmu. Di sini masih cerah dan lihat itu..." Keane terdiam saat dirinya melihat ke arah jendela mobilnya.

Ada sesosok pria yang memegang sesuatu. Tidak jelas benda apa yang dibawa olehnya, namun pria itu seperti memberi sebuah isyarat. Sayangnya isyarat itu terlewat karena laju mobil yang kencang.

Keane menoleh ke belakang dengan ekspresi penuh tanda tanya.

"Apa itu tadi?"

"Apanya yang apa?" tanya pemuda bernama Lucas.

"Yang barusan. Tadi aku yakin ada seseorang di luar sana, tapi aku tidak begitu jelas melihatnya."

"Mungkinkah kamu hanya berhalusinasi. Ingat kalau di sini sepi. Aku bisa menghitung jumlah mobil yang lewat sejak memasukki wilayah ini."

"Tapi aku...ah, sudahlah. Tidak ada gunanya. Mungkin saja memang halusinasi. Ini awal musim panas dan aku yakin banyak hal seperti ini di tempat sepi."

Lucas hanya tersenyum menyetir kembali.

Jalan lurus yang melewati hutan pinus itu memang sepi, namun saat mulai keluar dari wilayah tersebut, mereka mulai melihat beberapa rumah yang sangat luas.

Sepanjang jalan, ada satu sampai dua rumah dengan jarak yang cukup berjauhan karena halaman yang sangat luas di sekitar pagar rumah masing-masing.

"Rumah di sini besar dan luas. Kurasa mereka tidak kenal tetangga satu sama lain." kata Keane seolah mengomentari.

"Jangan begitu, Keane. Ah, coba lihat berapa lama lagi kita tiba di rumah baru paman dan bibi."

Keane mengecek map pada smartphone di tangannya, "Sekitar 10 menit lagi. Lurus saja kemudian ambil belokan ke kiri."

"Baiklah."

Lucas menyetir dengan menambahkan sedikit kecepatan. Tidak banyak kendaraan dan orang-orang yang melalui tempat itu sehingga Lucas bisa menaikkan kecepatan dengan sedikit lega.

Hal yang disadari oleh keduanya adalah wilayah itu sangat sepi. Semakin sepi meskipun ada beberapa rumah.

Saat mengambil arah kiri, mobil van itu berhenti di sebuah rumah yang sama luasnya dengan rumah-rumah lain di sekitarnya.

[Nova's Residence]

Itulah tag nama pada samping pagar rumahnya. Satu klakson dari Lucas dan pintu terbuka.

Mereka masuk ke halaman menuju pintu masuk dan melihat tiga orang yang siap menyambutnya.

Keduanya memarkirkan mobilnya terlebih dahulu dan menyapa ketiganya. Sosok ketiganya adalah pasangan suami-istri dan seorang gadis kecil cantik dengan dress berwarna merah muda.

Senyum hangat ditunjukkan kedua remaja itu.

"Paman, bibi, kami datang. Mariana, halo."

"Halo Lucas, Keane~" gadis kecil itu memeluk keduanya.

Sosok pria tinggi yang menawan itu mendekati kedua remaja yang baru tiba dengan ransel dan backpack mereka.

"Lama tidak bertemu dengan kalian, Lucas, Keane. Kalian sudah semakin tampan seperti kakakku. Bagaimana keadaan ayah dan ibu kalian?"

Lucas menjawab dengan ramah, "Mereka masih sibuk seperti biasa tapi mereka menitipkan salam untuk kalian. Ucapan selamat untuk rumah baru kalian juga dititipkan pada kami."

"Ahahaha, perjalanan ke sini pasti sulit dan sangat mengejutkan kalian ya."

"Sedikit kaget tapi sudah tidak apa-apa."

Akhirnya, kedua remaja itu masuk seperti yang dikatakan oleh pria itu. Mereka membawa seluruh barang-barang mereka dan masuk ke dalam rumah yang luas itu.

Rumah keluaga yang cukup luas dengan kesan minimalis dan gaya vintage yang sangat kental. Ornamennya terbuat dari kayu jati yang kokoh dan beberapa sentuhannya sangat kental dengan sisi seni yang indah.

Inilah awal liburan dari kedua kakak beradik yang datang dari kota.

***

Sedikit kilas balik bahwa sekitar seminggu yang lalu, keduanya dihubungi oleh sang paman untuk datang dan menemani sang putri menghabiskan liburan sekolahnya.

"Bisakah minggu depan kalian datang?" tanya pada suara di telpon yang dipegang oleh Lucas saat dia berada di rumahnya.

"Aku rasa bisa. Tapi aku tidak tau rumah barumu, paman. Bisakah paman mengirimkan alamat rumahmu?"

"Jangan khawatir, akan aku kirimkan. Mariana akan sangat senang bertemu kakak sepupunya lagi."

"Baiklah, sampai bertemu di rumahmu, paman. Sampaikan salamku untuk bibi dan Mariana kecil ya."

Lucas menutup telponnya dan segera berjalan naik ke lantai dua. Dia berhenti di sebuah pintu ruangan dan mengetuknya.

"Keane, minggu depan kita ke tempat paman."

"Ok. Aku akan siap-siap." jawab Keane dari dalam kamar tanpa membuka pintunya.

"Kamu yakin tidak ada janji dengan teman-temanmu selama musim panas kan? Aku tidak mau dengar rengekanmu saat kita akan berangkat."

"Aman. Semua teman-temanku menghabiskan waktu menginap di resort dan aku ingin mencari suasana baru untuk liburan."

"Begitu, baiklah. Tolong persiapkan semuanya ya."

***

Itulah sedikit kilas balik yang mengawali liburan mereka ke Perseville.

Saat ini, keduanya diantar masuk menuju kamar yang sudah disiapkan oleh sang paman untuk keduanya.

Saat mereka menaikki tangga melewati sebuah kamar dengan pintu terbuka, ada sebuah benda yang menarik perhatian.

Lucas berhenti di depan ruangan dan melihatnya.

"Rumah boneka yang besar dan indah sekali, apa itu hiasan?"

Gadis kecil di dekat Lucas memegang tangannya dan menariknya masuk untuk menunjukkan rumah boneka itu pada remaja itu.

"Ini rumah boneka hadiah dari ayah untukku, Lucas. Mirip dengan rumah kami, kan?"

"Lihat ini, bonekanya saja mirip denganku, ayah dan ibu! Manis, iya kan?"

Lucas memperhatikan detail rumah boneka itu dan tersenyum, "Benar, manis dan sangat unik. Begitu detail."

"Apanya?" Keane masuk ke ruangan itu dan melihat rumah boneka milik Mariana. Tidak kalah takjub, Keane bahkan memotretnya dengan kamera smartphone miliknya.

"Ini keren, Mariana. Nanti tunjukkan cara mainnya ya." kata Keane untuk menyenangkan hati gadis kecil itu.

Tentu gadis itu sangat senang mendengarnya.

Keluar dari ruangan itu, keduanya tiba di kamar yang menjadi tempat tidur mereka.

Dua kamar terpisah yang luas untuk dua pemuda itu. Selesai merapikan barang-barang mereka, keduanya keluar dan berkumpul dengan keluarga paman mereka.

Di ruang tamu yang penuh suguhan, mereka mulai bicara banyak hal. Mulai dari kondisi keluarga, hal yang dilakukan sampai akhirnya mereka membahas rumah baru sang paman.

"Aku membeli rumah di sini karena dekat dengan jalan utama menuju kantor baruku. Besok, aku akan dinas dan istriku akan menemaniku selama satu minggu." kata sang paman.

Lucas bertanya, "Mariana tidak diajak?"

"Mariana sudah diajak. Tapi dia menolak karena ingin bermain dengan rumah boneka kesayangannya."

"Kenapa tidak dibawa saja?"

Gadis kecil itu akhirnya menjawab, "Nanti aku tidak punya teman bermain. Main di rumah saja, ayah dan ibu bisa pergi. Lucas dan Keane saja yang menemaniku."

"Dengar sendiri kan? Dia tidak mau ikut meskipun aku sudah coba memaksanya." kata sang paman.

Keane tertawa dan berkata, "Baiklah, tidak masalah. Kami juga ingin liburan jadi paman dan bibi pergilah dinas. Kami akan menemani Mariana."

"Terima kasih banyak ya. Kami akan pergi besok pagi jadi mulai besok kalian bebas melakukan apapun di sini."

"Kami mengerti."

Siang itu, kedua remaja itu makan siang bersama keluarga sang paman dan setelah selesai gadis kecil bernama Mariana langsung pergi sambil berkata kepada semuanya, "Aku mau main rumah boneka lagi ya."

Gadis kecil itu langsung berlari dengan senang meskipun sang ibu berkata untuk hati-hati.

Lucas dan Keane membantu membawa piring kotor dan langsung menuju ruangan tempat sepupu kecilnya bermain boneka.

"Mariana~" panggil Keane.

Keduanya melihat gadis kecil itu sudah duduk di lantai bersama dengan rumah boneka miliknya.

Kedua remaja itu di lantai dan melihat cara gadis kecil itu bermain dengan rumah bonekanya.

Sesekali Lucas dan Keane memegang boneka kecil yang mirip dengan paman dan bibi mereka.

"Lucu sekali boneka ini bisa persis seperti paman dan bibi." puji Lucas.

"Manis kan, Lucas?" tanya gadis kecil itu.

"Iya, manis."

Gadis itu berniat meletakkan boneka yag dipegangnya ke dalam salah satu ruangan di rumah boneka. Sampai akhirnya dia melihat sesuatu yang membuatnya senang.

"Huwaa~ada boneka lagi!"

"Boneka lagi?"

Kedua pemuda itu langsung terdiam saat melihat dua pasang boneka yang mirip dengan mereka dipegang oleh gadis itu.

"Manis sekali~apa ini hadiah dari Lucas dan Keane untukku?"

"..." keduanya hanya bisa diam dan memandangi kedua boneka itu.

Awal liburan yang menyenangkan akan dimulai.

...\=\=\=\=\=\=\=***\=\=\=\=\=\=\=...

Boneka

"Aku senang sekali menerima boneka dari kalian~"

"Bajunya saja sama, bonekanya jadi ada banyak!"

Gadis kecil itu jelas terlihat senang. Namun tidak dengan ekspresi kedua pemuda yang saling melihat satu sama lain.

Lucas bahkan memperhatikan detail boneka di tangan si gadis kecil dan bertanya padanya.

"Mariana, aku ingat seharusnya hanya ada tiga boneka di dalam rumah boneka itu dan kami sama sekali tidak membawa boneka."

"Mungkinkah paman dan bibi yang memberikannya padamu?"

Gadis kecil itu hanya diam yang menunjukkan bonekanya lebih dekat kepada Lucas.

"Ayah dan ibu tidak memberikan ini."

"Tapi kami juga tidak..."

Sebelum Lucas selesai dengan ucapannya, sang bibi datang ke ruangan itu dan memanggil si gadis kecil.

"Mariana, saatnya cemilan. Lucas dan Keane juga sebaiknya makan cemilan dulu. Ada pie persik dan jus mangga untuk menemani waktu bermain."

"Kami akan membereskan mainan Mariana dulu, bibi. Mariana, aku dan Keane yang merapikan rumah bonekanya ya."

"Baiklah~" gadis kecil itu memberikan boneka di tangannya dan berjalan menggandeng tangan sang ibu.

Lucas yang memegang dua boneka itu memperhatikannya secara detail.

"Boneka ini..."

"Aku ingat saat datang dan melihatnya hanya ada tiga boneka. Sejak kapan..."

Keane memperhatikan ekspresi serius saudaranya dan bertanya, "Ada sesuatu dengan boneka itu?"

"Aku tidak tau. Di mataku ini terlihat seperti boneka biasa tapi..."

Keane mengambil satu boneka yang terlihat mirip dengannya, 'Ini cukup lucu, bagaimana bisa semirip ini dengan kita?"

"Aku benar-benar tidak ingat boneka ini ada di sini, serius." kata Lucas penuh tanda tanya.

"Ayolah Lucas, jangan berpikiran yang tidak-tidak. Letakkan bonekanya dan kita keluar untuk pie."

Keane meletakkan boneka di tangannya ke dalam salah satu ruangan di rumah boneka dan memperhatikan seluruh boneka yang diletakkannya secara acak. "Menarik..."

Lucas akhirnya mengikuti sang adik dan meletakkan boneka tersebut di sembarang ruangan di rumah boneka dan membereskan semua bekas mainan sepupu manisnya.

Keduanya keluar dengan menutup pintu ruangan dan pergi ke bawah.

**

Selama menghabiskan waktu dan berkumpul bersama bibi dan sepupunya, Lucas bertanya pada sang bibi.

"Bibi Aria, apa rumah boneka itu memang dirancang secara custom sampai sama persis dengan rumah ini?"

Sang bibi menjawab, "Itu diberikan sebagai hadiah."

"Sepertinya Mariana menyukainya dan setiap hari dia selalu bermain dengan rumah bonekanya."

"Begitu..." Lucas diam sejenak dan bertanya, "Tapi, boneka yang ada di rumah boneka itu benar-benar persis sekali seperti...kalian."

"Boneka?" sang bibi sedikit bingung, "Memang ada bonekanya?"

"Apa?"

"Bukankah hanya rumah boneka saja? Benar kan, Mariana?"

Sang bibi bertanya pada anaknya dan sang anak menjawab dengan wajah berseri, "Ada bonekanya, ma! Sekarang ada 5 boneka!"

"Hooo, mama tidak tau. Pantas Mariana senang sekali memainkannya. Mama pikir hanya rumah boneka saja."

Sang ibu tertawa kecil sambil mengusap-usap kepala sang anak, tapi tidak untuk Lucas dan Keane.

Mereka terdiam seakan masih bingung akan sesuatu.

**

Di malam hari, Keane yang baru saja mandi keluar dengan piyama menuju ruang tamu. Saat hendak turun ke lantai satu, dia melewati ruang bermain dimana rumah boneka itu berada.

Mendekatinya perlahan, Keane melihat sedikit celah dan cahaya dari ruangan itu.

"Pintunya terbuka?"

Keane mendekatinya dan mengintip ke dalam ruangan.

"Hmm? Mariana?" pikirnya.

Sosok Mariana yang sedang memainkan rumah boneka terlihat. Gadis kecil itu duduk di lantai dengan memegangi boneka di tangannya.

Tanpa dihiasi pikiran apapun, Keane mengetuk pintu dan membuka pintu ruangan tersebut.

"Mariana~" panggilnya, "Kenapa bermain sendiri?"

Gadis itu menengok namun tidak mengatakan apapun. Dia hanya tersenyum dan berdiri. Saat Keane mendekatinya, dia berlari keluar ruangan.

"Mariana?" Keane tidak keluar dan hanya melihat gadis kecil itu keluar dari ruangan.

Dia melihat rumah boneka itu berada di lantai dan menghela napas untuk membereskannya.

"Ya ampun, padahal orang tuanya akan pergi dinas besok tapi masih sempat bermain rumah boneka–...ng?"

Keane berlutut dan melihat boneka-boneka yang ada di dalam ruangan di rumah boneka.

Ada sesuatu yang membuatnya kaget dan syok sampai tidak bisa berkata apapun.

Alasannya, karena boneka-boneka tersebut mengalami keanehan. Keane mengambil boneka yang mirip dengan dirinya dan saat dia melihat boneka tersebut, tangannya sedikit dingin.

"Apa-apaan ini?"

Keane langsung menjatuhkan boneka tersebut di salah satu ruangan yang ada di rumah boneka dan mundur perlahan untuk keluar dari ruangan tersebut.

Remaja itu segera berlari ke kamar sang kakak untuk menemuinya dan mengatakan apa yang dia alami.

Tanpa mengetuk pintu kamar sang kakak itu langsung membuka pintu kamar dan berteriak dengan panik.

"Lucas, ikut aku sebentar!"

"Keane?"

Remaja itu langsung menarik tangan sang kakak yang saat itu sedang duduk di tempat tidur sambil memegang handphonenya.

"Ikut aku sebentar!"

"Kenapa? Ada apa? Kita harus membantu paman dan bibi untuk–"

"Pokoknya ikut saja dulu!"

Keane menuju ruang bermain Mariana. Sedikit kaget karena pintu ruangan itu tertutup rapat sekarang. Seingatnya, dia langsung keluar tanpa menutupnya sama sekali.

Menyadari tangan sang adik dingin, Lucas sedikit cemas. "Kamu tidak apa-apa kan, Keane?"

"Aku ingin...memastikan bahwa aku tidak gila..."

"...?" Lucas jadi bingung.

Ketika sang adik melepaskan tangannya dan membuka pintunya, dia melihat rumah boneka itu sudah berada di atas meja seakan tidak tersentuh apapun.

"..." sekarang Keane hanya bisa diam dan tidak bisa berkata-kata.

Lucas bertanya-tanya apa yang ingin ditunjukkan sang adik di ruang bermain Mariana dan hanya bisa melihat sang adik berjalan mendekati rumah boneka di meja untuk mengambil sebuah boneka.

Di tangan Keane sekarang terdapat sebuah boneka dan dengan ekspresi serius, dia menujukkan boneka tersebut pada sang kakak.

"Merasa ada yang aneh dengan boneka di tanganku atau tidak?"

Lucas mengambil boneka tersebut dan rupanya itu adalah boneka yang mirip dengan sang adik.

"Eh?"

Dia memperhatikan sang adik dan boneka di tangannya. Wajah Lucas berubah pucat dan sekarang dia hanya bisa terdiam.

Keane mulai sedikit cemas, "Aneh...kan? Kenapa boneka itu bisa memakai pakaian yang mirip denganku sekarang? Sudah begitu...di dalam rumah boneka itu, ada boneka yang mirip denganmu."

"Dan pakaian yang dipakai boneka itu juga...sama persis denganmu, Lucas. Kalau ini kebetulan, sangat sangat sangat lucu untuk sebuah kebetulan."

Lucas melihat ke arah rumah boneka itu dan berjalan untuk melihatnya sendiri. Sesuatu yang membuat matanya tidak bisa berkedip.

Yang menarik perhatiannya adalah boneka-boneka tersebut berada di ruangan yang mirip dengan denah rumah sang paman, bahkan boneka yang mirip dengan dirinya berada di ruangan yang mirip dengan ruang bermain, lengkap dengan pakaian yang sama persis dengan yang dikenakannya sekarang.

...\=\=\=\=\=\=\=***\=\=\=\=\=\=\=...

Perubahan Boneka dan Kejanggalan

Boneka yang dipegang oleh Lucas seperti mereka sekarang. Sungguh sangat tidak biasa. Namun karena tidak ingin curiga, Lucas bertanya pada saudaranya.

“Keane, sebelum kamu menemukan ini apakah ada seseorang yang kemari?”

“Seseorang?” Keane mengingat siapa yang datang saat itu dan dia menjawab, “Mariana…”

“Haa~” Lucas menghela napasnya.

“Lucas?”

Dengan hati-hati, Lucas meletakkan kembali boneka yang ada di tangannya ke sembarang ruangan yang ada di rumah boneka.

“Jangan membuat ini seperti film horor, Keane. Sekarang aku tau siapa yang melakukannya.”

“Hah? Apa maksudnya itu?”

“Ayo keluar. Kita harus membantu paman dan bibi.”

Lucas berjalan menuju pintu keluar diikuti oleh sang adik. Mereka menutup pintu ruangan tersebut dan berjalan menuju ruangan milik sang paman. Keane masih penasaran dan bertanya pada sang kakak.

“Lucas, aku masih tidak mengerti. Kenapa kamu bisa sesantai itu? Ini jelas sangat tidak biasa.”

Lucas tersenyum dan mencoba membuat saudaranya itu tenang.

“Keane, adikku. Aku pikir kamu terlalu khawatir. Pakaian boneka itu berubah pasti karena Mariana kecil yang memainkannya. Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau sebelum kamu datang, ada Mariana di dalam ruangan tersebut?”

“Tapi itu sangat tidak biasa!” jawab Keane bersikeras, “Mariana sendiri juga sangat aneh saat aku menemuinya…”

“Jangan membayangkan hal yang aneh, Keane. Tidak ada hal menakutkan di sini. Ini bukan film horor, ingat itu.”

“...” Keane hanya terdiam.

Memang akan jadi berlebihan jika menganggap semua hal yang terjadi adalah hasil dari aktivitas mistis. “Aku mengerti. Mungkin karena tempat ini baru untukku dan lagi, wilayah ini sangat sepi dengan suara.” Keane mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Lucas tersenyum dan akhirnya mereka tiba di kamar sang paman. Kamar itu tidak ditutup dan banyak sekali koper serta pakaian yang hendak mereka kemasi. Ada sang bibi juga yang sedang melipat pakaian untuk pergi besok.

“Paman, kami datang untuk membantu. Apakah ada yang bisa kami bantu?”

“Oh, astaga kalian berdua! Aku tidak apa-apa. Apa kalian sudah mandi?” tanya sang paman.

“Sudah, airnya segar. Hampir sama dengan yang ada di kota.” jawab Keane. Dia melihat-lihat ruangan tersebut seperti mencari sesuatu. “Mariana dimana?”

“Ah, Mariana sudah tidur setelah mandi. Dia sepertinya lelah.”

“Tidur? Bukankah dia baru saja keluar dari kamar bermain beberapa waktu lalu?”

Paman dan bibi mereka tertawa kecil dan mengatakan bahwa anak mereka sudah tidur karena mereka sendiri yang menidurkannya beberapa waktu lalu.

Lucas berbisik, “Tidak ada hal aneh, siapapun bisa saja bangun setelah tidur lagi. Mungkin saja Mariana memang sudah tidur saat paman dan bibi menidurkannya namun dia pergi lagi dan bermain sebentar.”

“Memangnya itu mungkin?” tanya Keane.

“Bisa saja kan?”

Malam itu, keempatnya mulai mempersiapkan semuanya dan pagi hari tiba. Lucas dan Keane serta Mariana kecil mengantar paman dan bibi mereka untuk pergi sampai ke pintu gerbang.

“Jaga rumah baik-baik ya Mariana.” pesan sang ibu pada anaknya.

“Mariana akan jadi anak yang baik. Nanti kalau kalian sudah pulang, jangan lupa bawakan hadiah yang banyak ya~”

Ayah dan ibunya memeluk dan menciumnya. Sempat beberapa kali ayah dan ibu gadis itu bertanya apakah tidak ingin ikut dengan mereka, namun lagi-lagi jawaban sang gadis kecil adalah penolakan hingga akhirnya mereka menyerahkan seluruh penjagaannya pada dua keponakan tampannya.

“Lucas, Keane, aku titip putri kecilku ya.” kata sang paman.

“Kami akan menjaganya. Satu minggu bukan waktu yang sulit, paman. Kami akan sangat bersenang-senang.”

Tampaknya kedua orang tua Mariana sangat percaya pada kedua keponakannya dan berpamitan untuk pergi.

Setelah gerbang ditutup, akhirnya mereka mulai bersenang-senang.

“Horee~Lucas dan Keane akan main boneka dengan Mariana ya!” kata anak kecil yang manis itu sambil menarik tangan keduanya masuk ke dalam rumah.

Di dalam rumah, anak itu langsung naik ke atas dengan keduanya dan membawa rumah boneka kesayangannya ke ruang tamu.

Dia meletakkannya di lantai dan melihat bonekanya.

“Huwaa~pakaiannya sudah ganti lagi ya. Mereka manis sekali!”

“Apa?”

Lucas dan Keane yang mendengarnya langsung duduk di lantai dan melihat rumah boneka yang ada di hadapan gadis kecil itu.

“Tadi kamu bilang apa, Mariana?”

“Bonekanya ganti baju lagi. Mereka senang sekali ganti baju sendiri, iya kan. Lihat~yang ini sama seperti Mariana sekarang.”

Gadis itu menunjukkan boneka yang ada di tangannya. Boneka yang mirip dengan dirinya dengan mengenakan pakaian dan aksesoris yang sama dengannya.

Lucas dan Keane menjadi sedikit heran dan keringat dingin mulai muncul di pagi hari. Jelas semalam mereka melihat seperti apa bentuk boneka yang ada semalam dan pakaian apa yang dikenakan oleh boneka tersebut.

Untuk menjawab hal tidak biasa itu, Keane bertanya pada gadis kecil itu.

“Kamu memainkannya kemarin malam, iya kan? Apa tadi kamu mengganti pakaiannya juga?”

“Hmm? Mariana sudah tidur dan tidak keluar kamar. Tapi bonekanya memang suka ganti baju sendiri.” sambil mengambil boneka lain dari dalam rumah bonekanya, Mariana dengan senyum lebar menunjukkan boneka yang mirip dengan Lucas dan Keane.

“Lihat, pakaiannya jadi sama. Kembar~ehehehe. Oh, boneka ayah dan ibu kemana ya? Kenapa jadi tidak ada?”

“Apa?” Lucas memperhatikan baik-baik isi di dalam rumah boneka itu dan tidak ada boneka lain kecuali yang mirip dengan mereka.

Sekarang, haruskah mereka merasa janggal sekarang?

...\=\=\=\=\=\=\=***\=\=\=\=\=\=\=...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!