NovelToon NovelToon

Menikahi Majikan Kejamku

1

Laura Agatha 20 tahun merupakan gadis yatim piatu yang di tinggal di sebuah kota metropolitan. Ia mengabdi kepada satu keluarga terkaya di kota tersebut sudah hampir 5 tahun lamanya.

Majikannya seorang blasteran Indo Belanda yang berdomisili sejak tahun 90 an. Awalnya ia hanya menjadi baby sitter cucu majikannya yang sudah renta itu.

"Laura, kau sudah siap nak?" ucap nyonya Laurent kepada Laura.

Laura hanya menatap wanita tua itu, matanya berkaca-kaca. Ia ingin menolak pernikahan ini. Ya! Laura terpaksa menikahi anak majikannya itu. Yang tak lain dan tak bukan ayah dari anak yang selama ini di asuhnya.

"Kemari lah, penghulu sudah tiba. Kau akan segera melangsungkan izab kabul" sambung nyonya Laurent.

Laura bangkit dan mendekati wanita tua itu, ia berjalan beriringan dengan wanita itu. Laura melihat ke kanan dan ke kiri, di sana hanya terdapat beberapa kerabat yang hadir menyaksikan acara sakral tersebut.

Laura di persilahkan duduk di samping anak majikannya itu.Tubuhnya gemetar, ia tak menatap sedikit pun pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu.

Begitu juga pria yang di sampingnya, ia tampak kesal raut wajah marah menyelimuti wajahnya.

Setelah beberapa menit mereka resmi menjadi sepasang suami-istri. Pria itu menyematkan cincin Bermata intan berlian di jari manis Laura. Laura hanya diam dan melakukan hal yang sama kepada pria yang telah sah menjadi suaminya itu.

"Selamat ya sayang, kau telah menjadi menantuku sekarang" ucap nyonya Laurent sambil memeluk tubuh mungil itu.

Sementara Laura hanya tersenyum tipis dan membalas pelukan mertuanya itu.

"Oma, benarkah mama Laura menjadi mama Abel?" ucap gadis kecil itu kepada neneknya.

"Benar sayang, apakah kau senang?" sahut nyonya Laurent sambil mensejajarkan tubuh nya dengan gadis kecil itu.

"Hore! Hore! Akhirnya Abel punya mama" pekiknya senang.

Laura tersenyum senang melihat gadis kecil yang dirawat nya dari masih berumur 2 hari itu.

Laura merawat bayi itu setelah ibu kandungnya meninggal setelah melahirkan bayi mungil itu. Bahkan ayahnya sangat membencinya. Itu karena cinta sang ayah kepada ibu nya sehingga ia menganggap kelahiran Abel adalah penyebab istrinya meninggalkannya.

"Demian, kau akan bekerja?" tanya nyonya Laurent begitu melihat putranya telah bersiap dengan setelan jas yang dikenakannya.

"Ya!" Ketus Demian.

Laura hanya menatapnya, ia bahkan tak berani menegur bahkan meneriaki nama pria itu.

"Kau tidak boleh ke kantor! Ini hari pernikahan mu, kau harus hormati istrimu" ucap nyonya Laurent lagi.

Mendengar ucapan ibunya, Damian menghentikan langkahnya sejenak."Pernikahan?!"Bukankah mama yang menginginkan nya bukan aku!"sahutnya sambil tersenyum miring.

Damian melanjutkan langkahnya ia bergegas melangkah menuju keluar.

Laurent hanya menghela nafasnya lalu memandang Laura yang baru saja menjadi menantunya itu. "Kau tidak apa-apa sayang?" tanya nyonya Laurent kepada Laura.

Laura hanya menggeleng, ia bahkan tahu sifat sang majikan yang telah menjadi suaminya itu. Selama hampir 5 tahun hidup bersama mereka. Laura tidak pernah dan memang tidak pernah berinteraksi dengan Damian. Bahkan jika Abel sakit Damian tidak memperdulikan nya.

"Nyonya, bolehkah saya beristirahat di kamar?" tanya Laura lembut kepada Nyonya Laurent.

Laurent menatap nya"Panggil aku mama, sama seperti Damian memanggilku. Saat ini kau telah menjadi menantuku. Aku harap kau terbiasa"sahut nyonya Laurent.

Laura hanya tersenyum.

"Pergilah ke kamar Damian, mulai saat ini kau akan tidur di kamar nya" sambungnya lagi.

Laura terkejut, ia tak berpikir akan menempati kamar majikannya itu. "Maafkan nyonya, maksud saya mama, saya tak ingin mengganggu tuan, ma" sahutnya terbata.

"Apa yang kau bicarakan. Kau sudah sah menjadi istri nya baik secara hukum dan agama. Kau harus bisa ingat itu,kau sekarang merupakan istri baginya" sahut nyonya Laurent.

Laura akhirnya menurut dan ia berjalan menuju kamar majikannya itu. Perlahan ia membuka handle pintu itu. Setelah pintu itu terbuka, terpampang jelas foto wanita cantik bertubuh ramping berkulit putih yang menghiasi dinding kamar itu tepat di atas ranjang milik Damian.

Tubuh Laura gemetar, ingin rasanya ia pergi saja dari tempat itu. Namun ia tak ingin mengecewakan nyonya Laurent yang begitu baik kepadanya.

Langkah Laura semakin dalam memasuki kamar itu yang hanya di penuhi dengan pajangan foto mendiang istri dari suaminya itu. Laura menduduki sofa yang ada di sana. Ia menghela nafas panjang dan merebahkan tubuhnya. Riasan dan gaun pernikahan belum lepas dari tubuh nya.

2

"Apa yang kau lakukan di kamarku?" pekik Damian ketika melihat Laura tertidur di sofa kamarnya.

Mendengar teriakan itu, sontak membuat Laura terbangun dari tidurnya. Ia mengerjapkan kedua matanya perlahan lalu memperbaiki posisi duduknya.

Belum sempat Laura menjawab pertanyaan itu, nyonya Laurent masuk dan menjelaskan kepada putranya itu.

"Apa kau lupa! Laura sekarang adalah istrimu, kau harus bisa menerimanya mulai saat ini" sahut nyonya Laurent yang tentu saja membuat berang Damian.

"Ma! Aku sudah bersedia menikahinya, tapi bukan berarti aku akan tidur dengannya" balas Damian geram.

"Oke oke, mama tak memaksa mu, tapi dia tetap istrimu. Kau harus bisa menerimanya nya. Kau ingin membuatku mati?" ucap nyonya Laurent.

Mendengar ucapan nyonya Laurent membuat Laura merasa iba. Ia sungguh sangat menyayangi nyonya itu.

"Nyonya, jangan berkata seperti itu. Jangan pernah meninggalkan saya. Hanya nyonya yang saya punya" ucap Laura seraya mendekati nyonya Laurent. Bahkan ia tak mampu membendung air matanya.

Melihat tingkah Laura, Damian semakin jijik ia merasa Laura hanya menarik simpatinya saja.

"Menjijikan! Jangan berlaga seperti itu. Kau hanya membuatku muak!" ucap Damian kepada Laura.

"Damian! Tutup mulutmu! Kau keterlaluan!" sahut nyonya Laurent lalu keluar bersama Laura.

"Ayo Laura, kau bisa kembali ke kamarmu!" sambungnya lagi.

Laura pun menurut. Ia segera membawa tubuhnya dan mengekor nyonya Laurent dari belakang. Sementara Damian menatap kedua punggung mereka yang berbeda usia itu nanar.

"Kau tak apa-apa sayang?" tanya nyonya Laurent kepada menantunya itu.

"Saya baik ma!" sahut Laura.

"Kau tak perlu berbicara formal padaku. Kau harus membiasakan dirimu" sahut nyonya Laurent.

Laura pun mengiyakannya. Kemudian Laura kembali ke kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya. Walaupun ia hanya seorang pembantu di rumah itu, tapi nyonya Laurent telah menganggap Laura sebagai putrinya. Ia selalu memberikan yang terbaik untuk Laura.

Laura memang seorang gadis yang baik. Tak hanya itu ia memiliki wajah yang cantik dan kulit yang putih mulus.

Laura menatap langit-langit kamarnya "Ya Tuhan, berikan lah aku kekuatan untuk menjalani takdir ini" gumamnya.

Tak lama terdengar handle pintu dari kamarnya. "Mama!" pekik Abel gadis kecil yang selalu menemaninya.

Laura bangkit dari tidurnya. "Sayang, kau sudah bangun?" ucapnya seraya merentangkan kedua tangannya.

Abel menyambut dan memeluk tubuh mungil Laura. "Aku lapar ma!" ucap Abel.

"Kau lapar? Kau ingin makan apa sayang? Mama akan membuatkannya untuk mu" sahutnya seraya mencubit pipi gembul gadis kecil itu.

Sejak di rawat Laura, Abel terbiasa memanggilnya mama, walau ia telah diberitahu neneknya bahwa Laura bukan ibunya, namun Abel tetap bersikukuh menyebutnya seperti itu.

"Aku ingin nasi goreng saja" sahutnya.

Akhirnya mereka berdua keluar dari kamar itu menuju dapur.

"Kau duduk di sini ya sayang, mama akan memasak untuk mu" ucap Laura seraya meletakkan tubuh mungil itu di kursi meja makan yang berada di sana.

Abel hanya mengangguk dan mengiyakan ucapan mamanya itu.

Laura berkutat dengan kesibukan memasaknya, tiba-tiba terdengar langkah kaki memasuki dapur itu. Laura menoleh ke arah sumber suara. Ternyata yang tak lain dan tak bukan Damian, suaminya.

Damian melirik sekilas mereka berdua.

"Papa! Kau ingin makan bersamaku?" tanya Abel manja, namun Damian tak menghiraukan nya.

Melihat Abel si acuhkan membuat Laura menjadi sedih. Abel tak pernah sekali pun di gendong oleh ayahnya itu. Walau demikian, Abel selalu saja ingin mendekati dan bermanja dengan pria itu.

Setelah mengambil air di dalam lemari pendingin, Damian lalu meninggalkan mereka di sana.

"Sayang, nasi goreng sudah siap" ucap Laura gembira menghibur bocah itu.

Mood di wajah gadis kecil itu pun berubah. Yang awalnya bahagia kini menjadi lesu setelah melihat ayahnya yang tak mengindahkan nya.

"Aku sudah kenyang, ma" sahutnya.

Mendengar itu Laura pun menghela nafas sejenak"Yahh, sia-sia dong mama masak ini. Lalu ia meletakkan piring itu di atas meja".

Abel melihat itu membuat dirinya tambah bersedih. "Apakah mama marah padaku?" tanyanya.

Laura menatap gadis itu, ia menggeleng kepalanya pelan. "Tidak! Mama sedih Abel tak ingin menyantap masakan mama lagi" sahut Laura yang berpura-pura ngambek.

Abel memeluknya dan mengecup pipi mulus Laura. "Baiklah ma, Abel akan menghabiskan untuk mama!"

Mendengar Abel mengatakan itu membuat Laura menjadi senang.

3

Hari ini rencana Laura membawa Abel ke bersenang-senang ke taman hiburan di kota tersebut. Nyonya Laurent sengaja menyuruh Damian untuk mengantar mereka ke sana.

"Dam, mama ingin kau mengantar mereka?" ucap nyonya Laurent.

Damian langsung menghentikan sarapannya. Ia menatap Laura dan mamanya itu. "Aku sibuk!" ketusnya.

Mendengar ucapannya, Laura sudah tak lagi heran. Namun mama nya merasa Damian keterlaluan.

"Bisakah kau bersikap lebih baik, Dam? Kau sudah terlalu lama berlarut sehingga anakmu sendiri kau acuhkan!" ucap nyonya Laurent.

Damian meletakkan sendoknya lalu ia bangkit dari kursi itu"Aku berangkat!"ketusnya.

"Dam! Damian! " pekik nyonya Laurent,.

Damian tak menghiraukan teriakan ibunya itu. Sementara Laura mencoba menenangkan mertuanya itu.

"Sudah ma! Mama jangan khawatir Laura dan Abel sudah biasa pergi berdua saja" ucapnya sambil mengelus punggung renta milik nyonya Laurent.

Nyonya Laurent menatap menantunya itu nanar. Dirinya merasa menyesal telah mengambil keputusan untuk menjadikan Laura sebagai istri dari putranya.

"Maafkan mama, Laura! Mama yakin suatu hari Damian akan menerima kau dan Abel" sahut nyonya Laurent.

***

"Ma, aku ingin menaiki permainan itu!" ucap Abel seraya tangannya menunjuk tepat dimana permainan itu berada.

Laura mengikuti arah jari bocah itu. "Ya Tuhan! Tidak boleh sayang itu sangat berbahaya. Mama sangat takut! Naik yang lain saja ya?" ucap nya pelan meyakinkan bocah itu.

Abel merasa kesal, namun ia tetap menuruti mama nya itu.Mereka berjalan menuju arah yang lain.

"Aduh! Maaf nona aku tidak sengaja!" ucap pria yang baru saja menabrak punggung Laura.

Laura membalikan tubuhnya. "Tak apa! Apa anda baik-baik saja, tuan?" sahutnya.

Pria itu masih berdiri menatap Laura intens. Laura kembali menegurnya.

"Hei tua, apakah anda baik-baik saja?" ucapnya lagi, sehingga pria itu tersadar dari lamunannya.

"Ya, aku tak apa-apa" ucap pria itu.

"Baiklah kalau begitu kami pamit" ucap Laura.

Pria itu masih menatap kepergian mereka.Ia terpesona melihat kecantikan dan kelembutan Laura. Sedetik kemudian ia mengejar langkah mereka.

"Hei tunggu!" teriaknya sehingga membuat Laura dan Abel menghentikan langkahnya.

Laura membalikkan tubuhnya. "Ya, ada apa tuan?" sahut Laura.

"Ah tidak! Hanya saja, kau menjatuhkan ini" ucapnya sambil memberikan dompet milik Laura.

Laura mengambil benda itu dan tak lupa ia berterima kasih kepada pria itu.

Sepanjang hari mereka sangat menikmati hari-hari yang selalu mereka lewati bersama. Abel tak sekalipun merasakan kesepian dan kekurangan kasih sayang dari seorang ibu. Laura selalu memberikan kebahagian kepada bocah itu. Laura sudah menganggap Abel seperti darah daging nya sendiri.

Dari kejauhan sepasang mata memperhatikan mereka. Terselip senyum di garis bibirnya. Damian selalu memperhatikan gerak-gerik Laura dan Abel. Walau tak ingin menyentuh gadis kecil itu. Namun dalam hatinya ia sangat menyayangi gadis itu. Apalagi paras wajahnya mewarisi sosok wanita yang sangat ia cintai.

"Maafkan papa!"gumamnya lalu ia melangkah pergi meninggalkan mereka.

" Ma, sepertinya Abel melihat papa!"ucap gadis itu.

Laura hanya tersenyum. Setiap berkunjung ke sana, Abel selalu mengatakan itu. Tapi nyatanya sosok papa yang di maksud gadis kecil itu tidak pernah ada. Laura menganggap Abel terlalu berhalusinasi dan mengharap kehadiran sosok ayah dalam dirinya.

"Oh ya? Mungkin Abel salah lihat" sahutnya.

"E-em, tidak ma! Abel yakin sekali itu papa" ucapnya tegas.

Laura pun hanya mengiyakannya agar bocah itu tak lagi membicarakannya.

Hampir jam 5 sore akhirnya mereka berdua memutuskan untuk kembali ke rumah.

"Abel sudah lelah, sayang? Bagaimana jika kita pulang?" ucap Laura. Abel hanya menurut.

Mereka segera keluar dari tempat itu. Laura mencoba menghubungi sopir yang mengantar mereka namun tidak terjawab.

"Ya Tuhan, kemana perginya pak Dorman? Kenapa teleponnya tidak di angkat?" ucapnya pelan.

Tin tin tin

Laura menoleh sumber suara.

"Perlu tumpangan?" ucap pria yang berada di dalam mobil tersebut.

Laura menundukkan tubuhnya ia melihat siapa yang berada di dalamnya. "Tuan?!" ucapnya.

Pria itu tersenyum ke arah nya. "Apa kalian sedang menunggu? Jika berkenan aku akan mengantar ke tempat tujuan kalian" ucapnya menawarkan diri.

Laura agak ragu, namun melihat cuaca yang mendung akhirnya Laura menerima tawaran itu. "Apa tidak merepotkan tuan?".

" Tentu saja tidak! Silahkan masuk!"sahutnya seraya membuka pintu mobil itu.

Laura pun segera memasuki mobil itu. Benar saja, tak lama kemudian hujan turun membasahi bumi.

"Hampir saja. Terimakasih tuan kami membuat Anda repot saja" ucap Laura.

Pria itu hanya tersenyum simpul. Sementara Abel yang sudah lelah kini tertidur dipangkuan Laura.

Setelah beberapa saat akhirnya mereka sampai di kediaman Laura.

"Terimakasih tuan atas tumpangan nya, lain kali saya akan membalas budi baik tuan" ucap Laura sambil menggendong tubuh mungil Abel.

"Tidak perlu sungkan,kapan pun kamu perlu bantuan aku akan bersedia membantumu!" ucapnya.

"Kalau begitu kami izin masuk dulu" sahut Laura.

Dari arah balkon sepasang mata kembali mengintai mereka. Raut wajah penasaran terpancar dari wajah tegas nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!