Pagi ini Maya, Rika dan Sasa sedang bersiap untuk datang ke konser group boyband yang sangat digandrungi banyak kaum hawa, termasuk mereka bertiga yang sangat mengidolakan boyband "Starlight".
Acara itu diselenggarakan disalah satu stadion di kota Jakarta.
Mereka bertiga sangat excited sekali, meskipun harga tiket konser itu tidaklah murah apalagi untuk kaum mahasiswi yang masih mengandalkan orang tua dan belum bekerja seperti mereka bertiga.
"Habis gini gue berangkat ya guys... gue jemput Rika dulu terus jemput sasa. Kalian sudah siap kan?" Tanya Maya kepada sahabatnya melalui group yang hanya berisikan mereka bertiga pada pesan singkat di ponselnya.
Akhirnya Maya melangkah keluar kamar dan tidak lupa ia berpamitan kepada orang tuanya Sinta dan Rudy.
"Udah mau berangkat nak?" Tanya Rudi kepada Maya.
"Iya pa... Maya mau jemput Rika dan Sasa dulu baru ke tempat konser pa." Jawab Maya.
"Ya sudah hati-hati ya nak. Gak usah ngebut-ngebut nyetirnya." Ucap Sinta dan Rudy memperingatkan anaknya.
"Siap ma... pa... kalau gitu Maya berangkat dulu ya.."
Maya melangkah menuju ke garasi mobilnya dan sebelum melajukan mobilnya ia memeriksa ponselnya ternyata Rika dan Sasa sudah mengirimkan pesan balasan bahwa mereka juga telah siap dan sedang menunggu Maya menjemput mereka.
Maya melajukan mobilnya sesuai rencana awal, ia akan menjemput Rika dulu kemudian Sasa.
["Ri... gue udah sampai didepan rumah lo ya, buruan bestie..."] Maya menghubungi Rika ketika sudah berada dihalaman rumah Rika.
Tak lama kemudian Rika keluar dari rumahnya dan masuk kedalam mobil Maya.
"Wih... cakep bener lo Ri". Goda Maya kepada Rika.
"Apaan... lo tuh yang dandannya maksimal banget, udah gitu baju lo tuh apaan dandan style-style kayak cewek korea aja. Inget bestie ini tuh idola kita lokal bukan interlokal." Ejek Rika dengan tertawa pecah mengejek Maya.
"Sialan lo... kan siapa tahu aja tuh abang Reynold kecantol sama gue." Jawab Maya sambil menampilkan senyum centilnya.
"Yaahhh abang... dikata tukang bakso kali. Ha..ha..ha.." Begitulah mereka jika sudah bertemu. Sifat barbar yang susah dihilangkan seakan sudah mendarah daging ditubuh mereka.
Akhirnya mereka berangkat menjemput Sasa. Saat akan berbelok ke halaman rumah Sasa, Maya seperti melihat mobil yang sangat dikenalnya. Tetapi karena sepintas saja ia melihat, jadi ia tidak terlalu memikirkannya.
"Tadi tuh kayak mobilnya si Andi bukan sih Ri?" Tanya Maya memastikan.
"Masak sih? Gak mungkin juga sih May... Ngapain coba Andi ke rumah Sasa? Mereka kan gak ada hubungan apa-apa." Jawa Rika.
"Gak tahu juga sih gue. Mungkin gue yang salah lihat kali".
Udah gue telepon Sasa dulu deh, suruh dia keluar." Ucap Rika.
Akhirnya Rika menelepon Sasa dan mereka berangkat menuju ke tempat konser idola mereka.
Di perjalanan mereka bercanda seperti biasanya. Sifat barbar mahasiswi yang sudah bersahabat sejak SMA itu memang kocak dan terlihat akrab sekali.
Sesampainya mereka di tempat konser...
"Wahhh... ini sih beneran gak nyesel banget gue dateng ke konser Starlight. Lihat.. banyak banget yang nonton". ujar Maya kepada sahabatnya Rika dan Sasa.
"Bener nih... keren banget, gak sabar gue lihat bias gue." Jawab sasa sambil tertawa.
Pembawa acara dikonser itu sudah mulai membuka jalannya acara. Sebelum bintang yang ditunggu-tunggu muncul, ada beberapa penyanyi yang ikut memeriahkan konser Starlight dengan menyanyikan lagu album dari Starlight.
"Gila keren banget guys... apalagi kalau Reynold yang nyanyiin pasti bakal meleleh nih hati gue". ujar Maya yang terkagum kagum dengan penampilan para penyanyi dan lagunya itu.
Akhirnya penampilan bintang utama yang sudah ditunggu tunggu dari tadi akan segera muncul juga, spontan langsung membuat para penonton berteriak histeris.
Pembawa acara yang memanggil boyband Star Light agar masuk kedalam panggung langsung diiringi tepuk tangan dan teriakan dari para penonton.
"Bintang yang ditunggu-tunggu let's go keluarlah..." teriak pembawa acara tersebut.
"Halo semua... apa kabar?" Sapa boyband Star light yang berisikan 3 orang pemuda tampan itu (Reynold, Bryan dan Willie).
Teriakan histeris para penggemar yang memenuhi stadion itu sangat memukau. Kaum hawa yang mengeluarkan teriakan maksimal mereka benar benar seperti sedang terhipnotis oleh ketampanan tiga orang lelaki yang sedang berdiri diatas panggung.
"Oke... tidak perlu berlama lama lagi ya... mari kita persilahkan Starlight menyanyikan lagu mereka sekarang." Ucap pembawa acara dengan bersemangat.
"Reynold gue... Cakep banget sih bang... Badan tinggi atletis, cakep, terkenal. Idola para wanita banget." seloroh Maya yang dibalas dengan dorongan jari Rika dikepala Maya.
"Omongan lo udah kayak tante-tante mesum tahu gak." Ucap Rika sambil sedikit berteriak, karena suasana yang ramai sekali disana.
"Gak apa-apa kali mesum sama abang Reynold. Gue ikhlas lahir dan batin di mesumin sama abang Reynold." Balas Maya tak mau kalah.
"Willie cakep bener gak sih guys" kata Sasa menimpali omongan Maya.
"Cakep Bryan tahu gak sih." Balas Rika tidak mau kalah.
"Enak banget sih bang suaranya... mau donk dinyanyiin tiap pagi bangun tidur." Ucap Maya lagi.
"Lo tuh kesambet apaan sih May? Lo ngarep dinikahin sama abang Reynold lo itu? Mimpi kok disiang bolong begini. Halu banger lo." Ucap Rika dengan sedikit ketus memperingatkan temannya satu itu yang paling alay dan tergila gila dengan reynold agar tidak terlalu halu.
"Boleh kali kita nge-fans tapi jangan sampai terlalu tinggi ngehalunya. Ntar kalau jatuh sakit atuh." Ucap Sasa memperingatkan.
Tidak terasa konser sudah selesai dan para anggota boyband Starlight sedang istirahat di ruangan yang memang sudah disediakan untuk mereka beristirahat.
"Biarin... Kita kan gak pernah tahu yang namanya jodoh." Balas Maya. "Gue ke toilet dulu ya bestie, tungguin disini ya jangan ngilang lo pada." Maya berpamitan ingin ke toilet, karena sejak konser berlangsung ia rela menahan panggilan alamnya agar tidak ketinggalan menonton lelaki yang menjadi idolanya itu.
Saat Maya hendak keluar dari toilet setelah menuntaskan panggilan alamnya tidak sengaja ia bertabrakan dengan seorang laki-laki yang memakai hodie hitam, topi hitam serta masker untuk menutupi wajahnya.
"Eh... Eh... siapa kamu kok masuk ke toilet cewek sih? Kamu pasti pria mesum yang suka ngintip cewek-cewek di toilet ya!" Sergah Maya tanpa tahu siapa lelaki dibalik masker itu.
Sambil mendorong kening Maya dengan jari telunjuknya, lelaki itu berkata. "Kamu tuh sudah salah masuk toilet, pakai menuduh orang sembarangan pula. Awas sana minggir, aku mau masuk."
Maya yang mendengar suara yang sangat dikenalnya itu langsung melotot dibuatnya. Tidak mengira jika ia akan salah masuk toilet pria. Malunya bukan main, membuat wajah Maya merah merona.
Ia memperhatikan gambar yang ada di depan pintu yang menunjukkan jika itu gambar untuk toilet pria sambil menepuk jidatnya sendiri. Kemudian ia melihat lelaki itu, seketika Maya histeris dibuatnya.
...********...
"Ka... kamu..." Maya tak bisa melanjutkan kata-katanya karena terkejut dan ini adalah suatu kesempatan emas yang tidak mungkin bisa ia dapatkan lagi pikir Maya.
Lelaki tampan, hidung mancung, rahang tegas dan badan yang atletis itu sangat bisa jika dibandingkan dengan oppa-oppa korea.
"Kenapa? Apa kau mau masuk ke toilet cowok lagi?" Jawab Reynold dengan cengar cengir karena ia merasa lucu melihat reaksi Maya.
"Apa kau benar Reynold Wijaya? Aku tidak sedang mimpi kan? Coba cubit tanganku sekali supaya aku tahu ini kenyataan atau hanya mimpi saja." Ujar Maya.
Ia bisa mengenali jika itu Reynold Wijaya meskipun pria itu sedang mengenakan masker saat ini.
"Hahaha... Hei, ini kenyataan. Kenyataan jika kamu bertemu aku Reynold Wijaya dan kenyataan jika kamu baru saja kau salah masuk ke toilet cowok." Jawab Reynold sambil tertawa terbahak mendengar kata-kata Maya yang menurutnya sangat lucu.
"Sudah aku mau buang hajat ya. Bye adik kecil.." Balas Reynold lagi.
"Ah... Tunggu kak Rey." Cegah Maya sambil berusaha mencekal tangan Reynold tapi dengan cepat Maya langsung melepaskan tangannya karena ia merasa malu sendiri.
"A.. Aku... Bolehkah aku berkenalan dengan kakak? Aku adalah penggemar kakak, sudah lama sekali aku mengidolakan kakak." Kata Maya dengan matanya yang berbinar-binar.
"Bukannya kita sudah kenal barusan." Jawab Reynold.
"Bukan kenalan yang seperti itu kak. Maksudku kenalan yang seperti teman begitu." Jawab Maya kemudian.
"Okay... Namaku Reynold, siapa nama kamu?" Ucap Reynold sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Maya.
"Bukan yang seperti itu kak. Kita kan bukan anak SD yang berkenalan saat di sekolah." Jawab Maya kemudian.
"Terus kamu maunya gimana adik kecil?" bingung Reynold dengan kemauan gadis didepannya ini.
"Aku sudah dewasa ya, aku sudah kuliah dan sekarang semester akhir bulan depan aku akan wisuda." Jawab Maya panjang lebar kepada Reynold.
"Tetap saja kamu lebih kecil dari aku. Okay.. Sekarang jelaskan kepadaku kau ingin kita berkenalan yang bagaimana?" Jawab Reynold kemudian.
Ditempat parkir Rika dan Sasa yang menunggu Maya mulai khawatir karena Maya tidak kembali-kembali.
"Maya ini buang air kecilnya di toilet gedung ini atau di toilet rumah dia sih. Lama banget." Ucap Sasa.
"Sabar aja Sa. Mungkin toiletnya antri, kan lo liat sendiri tadi yang nonton konser itu banyak banget sampai berjubel-jubel. Kita tunggu di mobil aja yuk, kebetulan tadi Maya nitip kunci mobilnya di gue." Terang Rika.
Rika adalah teman yang paling dekat dengan Maya dibandingkan Sasa. Karena Rika orang yang netral dan paling bisa memberikan saran masukan untuk masalah Maya selama ini, sedangkan Sasa sedikit tertutup dan lebih suka memendam masalahnya sendiri.
Kembali kepada Maya dan Reynold.
"Terserah kakak deh mau panggil aku apa." Ucap Maya sambil mengerucutkan bibirnya yang mungil dan merah karena liptintnya.
"Terus gimana dong? Ya udah ini kartu namaku, kau bisa menghubungiku untuk berkenalan lebih lanjut denganku. Udah ya aku harus segera ke toilet dan kembali ke teman-temanku. Mereka pasti sudah menungguku. Bye adik kecil." Jawab Reynold dengan melambaikan tangannya.
Reynold bukanlah sembarangan orang yang memberikan nomer telepon pribadinya kepada siapapun. Tapi entah kenapa ia sedikit tertarik kepada Maya meskipun ini adalah pertemuan pertama mereka, maka dari itu ia memberikan kartu namanya supaya Maya bisa menghubunginya.
Maya yang tidak menyangka akan mendapatkan nomer telepon Reynold hanya diam saja sambil mulutnya menganga melihat Reynold mulai berjalan meninggalkannya.
Tak lama Reynold berbalik ke belakang dan melihat Maya masih berdiri ditempat dengan mulut menganga sambil melihatnya terus tanpa berkedip.
"Awas nanti dimasukin lalat loh mulutnya adik kecil." Seru Reynold dengan tersenyum.
Maya yang baru tersadar langsung menutup rapat-rapat mulutnya.
"Apaan sih... Bye kakak." Jawab Maya sambil sedikit berteriak dan melambaikan tangannya dan Reynold balas melambaikan tangannya.
Maya berjalan keluar hendak menemui teman-temannya. Saat dilihat Rika dan Sasa tidak ada ia lalu mencoba untuk menghubungi Rika.
["Halo Rik, lo dimana? Kok gue ditinggalin sih."] Gerutu Maya.
["Kita udah dimobil May, nungguin lo kelamaan sih capek kita berdiri terus."] Jawab Rika.
Setelah sambungan telepon terputus, Maya melangkah masuk kedalam mobilnya dengan wajah yang berseri-seri.
"Kena angin apa nih kok cerah banget muka lo?" Tanya Rika yang penasaran dengan temannya yang terlihat bahagia sekali.
"Ada deh... kalo gue cerita pasti kalian pada gak nyangka." Jawab Maya yang semakin membuat Sasa dan Rika penasaran.
"Cerita aja sih May... jangan buat kita penasaran." Ketus Sasa yang mulai penasaran juga kenapa sahabatnya yang satu itu begitu ceria, takut jika Maya ada sesuatu kembali dengan Andi mantan Maya yang saat ini sedang ada hubungan dekat dengan Sasa secara sembunyi-sembunyi.
"Tadi waktu gue ke toilet gue ketemu sama babang ganteng gue tau gak sih guys..." jawab Maya dengan bersemangat.
"Dan lo tau... gue sempet ngobrol sama dia meskipun cuma bentar. Tapi gue happy banget." Sambung Maya.
"Ya elah May... gue kira ada apaan lo happy banget kelihatannya." Jawab Sasa. Dia merasa lega karena ternyata tidak ada hubungannya dengan Andi kekasihnya.
"Beneran May?? Gila... terus gimana cerita dong penasaran gue." Rika yang memang lebih dekat dengan Maya ikut senang jika sahabatnya itu bisa move on dari Andi mantannya.
"Beneran dong Ri... ganteng banget tau aslinya kak Reynold itu. Kalau dia jadi pacar gue apalagi suami gue, gak bisa banyangin gue. Mungkin gue bakal syukuran 7 hari 7 malam mengucap syukur kepada yang Kuasa." Ucap Maya panjang kali lebar dengan wajah berbinar-binar.
"Mimpi kok disiang bolong sih lo May." Jawab Sasa.
"Bisa aja kali Sa, kita tidak pernah tahu rencana yang Kuasa untuk kita para hambanya." Ucap Rika dengan bijak.
Setelah obrolan mereka Maya mengantarkan Sasa dan Rika pulang kerumah mereka masing-masing.
Malam hari dikediaman Maya, keluarga Maya sedang makan malam bersama.
"Pa, ma... Maya udah selesai makannya. Maya ke kamar dulu ya, mau baca materi kuliah untuk besok." Pamit Maya kepada orang tuanya.
"Iya sayang, belajar yang rajin ya." Jawab mama Sinta.
Maya berasal dari keluarga yang cukup terpandang dikota Jakarta. Ayah Maya memiliki perusahaan yang bekerja dibidang kontraktor.
Pak Rudi ayah Maya sering bekerja sama dengan beberapa perusahaan besar untuk membangun gedung-gedung yang ingin mereka bangun dari hotel, villa, apartemen dan lainnya.
"Masih jam 7, enaknya gue ngapain ya? Si Rika sama Sasa lagi apa ya mereka? Hmm... apa gue video call mereka aja kali ya dari pada gue nganggur gak jelas." Lirih Maya.
Rencananya mau baca materi untuk mata kuliah besok. Tapi apa daya rencana tinggal rencana kala rasa malas menderu.
Setelah ia menemukan nama Rika diponselnya tiba-tiba saja ia teringat pada Reynold idola pujaannya.
"Oya gue kan punya kartu namanya kak Reynold. Apa gue coba kirim pesan aja kali ya siapa tahu dibales sama kak Reynold." Lirih Maya kembali dengan wajar berseri-seri.
Akhirnya Maya memberanikan diri untuk mengirim pesan singkat kepada Reynold.
"Halo kak... Ini aku Maya, yang tadi kita bertemu di toilet. Apa kakak masih ingat?" Begitu isi pesan yang Maya kirim kepada Reynold.
5 menit Maya menunggu tetapi tidak ada balasan dari Reynold, dibaca saja belum.
"Lagi sibuk kali ya dia? Kok gak dibaca-baca sih." Sambil rebahan ditempat tidur Maya menunggu balasan dari Reynold. Maya mulai kesal sendiri karena pesannya tidak dibaca apalagi dibalas oleh Reynold.
30 menit telah berlalu dan Maya mulai mengantuk dan memejamkan matanya menyelami alam mimpi.
********
Saat ia mulai memejamkan matanya bunyi notifikasi di ponselnya berbunyi dan spontan rasa kantuknya hilang dalam sekejap.
Maya langsung melihat ponselnya yang ternyata itu balasan dari Reynold.
"Hai adik kecil. Masih ingat sih, gak mungkin lupa dong sama adik kecil yang salah masuk toilet pria. Hahaha..." begitu isi pesan balasan dari Reynold.
Maya mengerucutkan bibirnya membaca pesan tersebut.
Semalaman mereka saling berkirim pesan, tak terasa jam di dinding sudah menunjukkan pukul 23.00.
"Ya udah bobo sana gih. Katanya besok ada kuliah pagi kan. Kakak juga mau tidur karena besok ada meeting pagi." Kata Reynold dalam pesannya.
"Okay kak. Good night. Bye." Balasan dari Maya.
"Good night adik kecil." Balas Reynold.
Akhirnya mereka berdua masuk kedalam dunia mimpi masing-masing.
Keesokan paginya...
"Pagi ma... pa..." sapa Maya kepada kedua orang tuanya saat tiba diruang makan.
Mama Shinta dan papa Rudi menunggu Maya untuk turun sarapan bersama-sama.
"Ayo kita sarapan dulu sayang... mama sudah masak makanan kesukaan kamu tadi." Ucap mama Shinta.
"Waahhh... mama memang paling terbaik." Puji Maya sambil memeluk mamanya dari samping.
"Ceria sekali pagi ini anak mama. Ada berita baik kah?" Tanya mama Shinta yang melihat anaknya pagi ini berbeda dari biasanya.
"Gak ada ma... Maya cuma lagi bahagia saja." Jawab Maya sambil cengar cengir.
Kemudian mereka bertiga duduk dan makan dalam diam, hanya terdengar suara sendok dan garpu.
"Papa berangkat kerja dulu ya ma." Pamit papa Rudi kepada istrinya. Tak lupa ia mencium kening istrinya dan anaknya juga.
"Iya hati-hati dijalan ya pa." ucap Shinta kepada suaminya.
Setelah papa Rudi berangkat kerja, tak lama Maya juga berpamitan kepada mama Shinta.
"Ma... Maya berangkat ke kampus dulu ya. Bye mama." Pamit Maya sambil mencium tangan ibunya.
"Hati-hati ya sayang, jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya." Jawab mama Shinta dan dibalas anggukan dan lambaian tangan oleh Maya.
Sesampainya di universitas tempat Maya dan kedua sahabatnya, Maya menunggu Rika dan Sasa dikantin sambil memainkan ponselnya.
"Hai May... Udah dari tadi?" tanya Rika saat menghampiri Maya.
"Baru aja kok Rik. Sasa mana ya? Lama bener tuh anak, keburu telat masuk kelasnya kita." ucap Maya.
"Umur panjang tuh anak. Tuh dia lari kearah sini." ucap Rika yang melihat Sasa dari kejauhan sedang berlari menghampiri mereka.
"Sorry guys gue telat. Tadi ojek online gue mogok motornya." ucap Sasa sambil ngos-ngosan karena habis berlari.
"Santai aja Sa.. Ya udah yuk kita masuk kelas, keburu telat." jawab Rika.
Mata kuliah pengantar ilmu hukum memang paling tidak disukai oleh Maya. Bukan tidak suka pelajarannya, tetapi lebih kepada dosen yang mengajar. Dosennya sangat membosankan pada waktu menjelaskan mata kuliahnya sehingga tidak sedikit mahasiswa maupun mahasiswi yang mengantuk saat mata kuliah ini berlangsung.
Merasa bosan Maya mengambil gawainya didalam tas dan mulai mengirim pesan kepada idola yang mulai semalam sedikit lebih dekat dengannya.
"Hai kakak... lagi apa nih?" Maya mengirimkan pesan kepada Reynold.
Berbeda dengan pesannya yang semalam, kali ini Reynold dengan cepat mengirim balasan kepada Maya.
"Hai.. aku mau meeting nih sama asisten aku. Kamu gak jadi kuliah?" Pesan balasan dari Reynold.
"Bukannya kakak ini idol ya? Kok pakai meeting segala sih?" Tidak menjawab pertanyaan Reynold tetapi Maya malah mengajukan pertanyaan lainnya.
Maya memang tidak tahu kalau Reynold adalah CEO dari perusahan besar di Jakarta yang bergerak dibidang properti, bahkan perusahaannya sekarang sedang mulai membuka cabang ke negara singapura dan perancis. Bukan hanya Maya, tetapi para penggemarnya bahkan pegawainya dikantor juga tidak ada yang tahu.
Reynold memang sengaja tidak pernah menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya adalah seorang CEO muda yang sukses dalam karirnya. Bahkan pegawai dikantornya tidak pernah tahu wajah CEO mereka. Ia terjun menjadi idola semata-mata karena hobinya dalam menyanyi saja. Karena ia tidak ingin reputasinya dalam menjadi idol mempengaruhi dalam urusan bisnisnya, akhirnya Reynold memilih tidak terjun langsung dalam bisnisnya. Tetapi ada Jonathan, asisten sekaligus tangan kanan Reynold yang dipercaya untuk membantu Reynold menjalankan bisnisnya tersebut.
"Meetingnya diapartemen aja, online sama asisten. Orang tahunya aku seorang idola, sebenarnya aku memiliki pekerjaan lain juga selain menjadi idola." Jawab Reynold. Entah kenapa ia menjadi nyaman bercerita dengan Maya bahkan ia mengatakan rahasia yang selama ini hanya dirinya dan Jonathan sang asisten yang tahu.
"Ooh... Ya.. Ya.. Maaf mengganggu kalau gitu kak. Kakak lanjutin aja meetingnya ya." Balas Maya tidak enak karena telah mengganggu pekerjaan Reynold.
"Gak ada yang menganggu kok. Kakak meeting dulu ya, nanti kakak chat lagi jika sudah selesai meeting. Bye adik kecil." Balasan pesan dari Reynold.
Karena tidak ingin mengganggu akhirnya Maya tidak membalas pesan itu lagi.
Tidak terasa mata kuliahnya sudah selesai. Untuk menunggu mata kuliah berikutnya Maya dan kedua sahabatnya memutuskan untuk menunggu dikantin sekaligus mereka akan makan siang dikantin.
"Cerita dong May... gimana sama kak Reynold? Seru gak sih orangnya?" Tanya Rika sambil menunggu makanan pesanan mereka datang.
"Kepo banget sih... mau tahu aja atau mau tahu banget nih..." goda Maya sambil tertawa.
"Tapi yang gue denger ya, katanya Reynold itu udah punya calon. Dengernya sih mereka dijodohin gitu. Jadi lo jangan terlalu berharap May, ntar sakit kalo jatuh." Timpal Sasa yang memang mendengar desas desus berita tersebut dari internet.
"Masa sih? Kok gue jadi sedih gini ya.. ternyata patah hati itu sakit banget ya guys. Jadi pengen nangis gue." Gerutu Maya yang langsung percaya dengan perkataan Sasa dan menampilkan raut wajah putus asanya.
Setelah makan mereka melanjutkan mata kuliahnya lagi. Sepanjang kuliah itu berlangsung Maya sama sekali tidak bisa fokus karena perkataan dari Sasa membuatnya sedih sekaligus patah hati.
Ingin sebenarnya bertanya langsung kepada Reynold, tetapi Maya sadar jika ia tidak memiliki hak untuk itu. Apalagi mereka baru kenal dua hari dan terbilang mereka tidak memiliki hubungan spesial apapun.
Tak terasa waktu sudah sore dan tiga mahasiswi yang sudah bersahabat sejak lama itu berjalan menuju ke kendaraan mereka masing-masing.
"Gue pulang dulu ya guys." Pamit Maya dengan lesu. Hatinya sakit sekali saat ini, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ditambah Reynold yang sejak tadi tidak menghubunginya lagi, sehingga Maya berpikir mungkin Reynold menganggap Maya hanya sebatas penggemar saja.
Maya tidak tahu saja jika Reynold adalah tipe lelaki yang tidak mungkin memberikan nomer ponsel pribadinya kepada sembarangan orang. Tapi entah kenapa dengan mudah Reynold memberikan kartu namanya waktu itu.
"Yaaa... langsung pulang aja nih May? Nongkrong dulu ke cafe biasa yuk. Bosen nih gue kalo pulang sekarang." Timpal Rika.
"Gue pulang aja ya, gue juga gak enak badan nih."
"Bye Rik... Bye Sa..." pamit Maya sambil melambaikan tangannya.
"Ya udah deh hati-hati ya May." Sahut Rika dan Sasa bersamaan.
Jalanan ibukota yang kian padat, apalagi di sore hari bertepatan dengan para pekerja yang pulang membuat jalanan semakin macet. Kini mobil yang dikendarai oleh Maya berhenti tepat di depan garis pembatas dan lampu merah sedang menyala.
Maya yang tengah memikirkan perkataan Sasa saat dikantin tadi menjadi tidak bersemangat menjalani hari-harinya. Bahkan ia menyetir mobilnya dengan kurang fokus, padahal Maya harus tetap konsentrasi agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
********
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!