Dalam sebuah Toko yang penuh dengan dekorasi ukiran batu giok di dalam kota Golden. Seorang pemuda sedang memegang batu giok hijau. Pemuda itu berpakaian biasa,penampilannya sangat tidak cocok dengan interior mewah toko.
Pengemar batu giok yang berada di dalam toko memandang rendah pemuda itu. Orang seperti dia tidak pantas disini. Melihat sekilas saja sudah tahu kalau pemuda ini hanya punya beberapa uang receh, berani-beraninya dia datang ke tempat semewah ini?
"Broom! Broom! "
pada saat ini, di luar terdengar suara deru mesin mobil. Jalan raya menjadi heboh dan para pejalan kaki pun menghindar. Sebuah Bentley dengan lima Marcedes Benz hitam di belakangnya parkir di depan toko batu giok tersebut.
Ketika pintu mobil terbuka, sepuluh pengawal berpakaian hitam mengelilingi seorang pria tua yang beraura luar biasa, lalu mereka jalan memasuki toko. Semua pelanggan toko terkejut. Tokoh besar dari mana ini?
Kalau bisa berteman dengannya....
pria tua berpakaian rapi itu masuk ke toko lalu melihat sekeliling.
Ketika pria tua melihat pemuda itu, wajahnya langsung berseri-seri. Pria tua itu segera menghampiri pemuda tersebut.
Ketika pemuda berpakaian biasa itu berdiri di sebelah pria tua tersebut, dia terlihat seperti bawahan si pria. Akan tetapi, pria tua yang beraura luar biasa dan berpakain rapi ini malah bersikap sangat sopan terhadap si pemuda.
"Tuan Muda Leon, ini sudah kelima kalinya saya mengundang anda. Sekarang Keluarga Carson sudah tidak mempunyai pemimpin, sedangkan anda adalah satu-satunya penerus. Keluarga Carson sedang menunggu Anda untuk mengambil alih," kata pria tua itu dengan hormat kepada Leon.
Ketika pria tua itu menyebut, "Tuan Muda Leon," semua orang yang berada di dalam toko ternganga.
Leon masih memainkan batu giok yang ada di tangannya. Raut wajahnya datar, dia terlihat tidak peduli sama sekali.
Leon meletakkan batu giok tersebut di rak, lalu membalikkan badan dan berkata kepada pria tua itu, "Keluarga Carson tidak ada pemimpin? Apa hubungannya dengan anak buangan seperti diriku?"
Pria tua itu dengan pasrah menjawab, "Tuan Muda Leon, anda adalah keturunan langsung Keluarga Carson."
"Aku dari kecil tidak suka berebutan dengan orang. Mau itu status ataupun kekayaan keluarga, aku bisa menyerahkannya. Meskipun begitu, mereka tetap merasa aku akan merebut posisi kepala keluarga, jadi mereka mengusirku dari Keluarga Carson. Waktu itu Keluarga Carson yang memaksaku keluar, sekarang Keluarga Carson dalam bahaya, jadi ingin aku kembali? Kalian pikir aku ini anjing yang bisa kalian suruh-suruh? Tapi, benar juga karena diusir dari keluarga tidak ada bedanya dengan anjing terlantar. Tolong Keluarga Carson jangan mengganggu aku lagi,aku lebih suka sendirian."
Setelah itu, Leon mengambil batu giok yang sudah dibungkus, lalu pergi. Leon sama sekali tidak melirik ke arah mobil Bentley yang seharga beberapa miliar itu. Pria tua itu terlihat sedih, dia membuka mulutnya tanpa mengatakan sepatah kata pun, akhirnya pria tua itu menghela nafas.
"Sudah beres?" pria tua itu menatap pemilik toko.
"Tenang saja Bos. Batu gioknya sudah kuganti dengan yang kamu bawa, " jawab pemilik toko.
Pria tua itu menganggukkan kepala. Walaupun Leon tidak mau kembali ke Keluarga Carson, bagaimanapun juga, kini Leon satu-satunya keturunan langsung dari Keluarga Carson. Tidak peduli bagaimana kehidupan Leon,tapi mulai hari ini semuanya akan berubah.
"Tuan Muda Leon, Keluarga Carson telah ada selama tiga ratus tahun,tidak boleh hancur begitu saja. Jadi, tolong jangan salahkan aku," kata pria tua itu.
Kemudian, pria tua itu membuat panggilan dan tanpa basa basi berkata, "Besok adalah perayaan perusahaan tempat Tuan Muda Leon bekerja siapkan hadiah yang mewah."
Keluarga Bimasena mempunyai reputasi yang lumayan besar di kota Golden. Meskipun mereka bukan perusahaan terkemuka,mereka juga terkenal di kota Golden. Tiga tahun yang lalu,Leon di usir dari Keluarga Carson tanpa membawa apa-apa dan dia pergi ke kota Golden. Dengan kebaikan tuan besar Bimasena, Leon dinikahkan dengan nona muda Keluarga Bimasena.
Tidak tahu apa yang terjadi antara Leon dengan Tuan Besar Bimasena,tapi pernikahan tersebut menggemparkan seluruh kota Golden. Aurel Bimasena adalah nona muda dari Keluarga Bimasena. Meskipun dia hanya seorang saudara jauh,dia juga keturunan Keluarga Bimasena dan sangat di sayang Tuan Besar Bimasena.
Aurel adalah wanita yang sangat cantik. Banyak sekali tuan muda yang ingin mengajak Aurel keluar untuk makan bersama. Akan tetapi, nona muda secantik Aurel malah menikah dengan sampah seperti Leon. Seluruh kota Golden tertawa terbahak-bahak.
Hanya Tuan Besar Bimasena seorang yang mengetahui identitas asli Leon.
Namun, satu bulan setelah pernikahan Leon, Tuan Besar Bimasena meninggal karena mendadak sakit. Dia juga membawa rahasia identitas asli Leon ke liang kuburnya. Sejak itu, tidak ada orang lain yang mengetahui identitas Leon. Dia juga mulai menjadi menantu tak berguna yang dikatakan orang-orang.
Waktu itu Leon menetap di Keluarga Bimasena hanya karena dia mengingat kebaikan Tuan Besar Bimasena. Hanya saja tidak disangka, setelah tiga tahun berlalu, Leon malah benar-benar jatuh cinta pada Aurel.
Selama tiga tahun ini, Leon telah menerima banyak sekali ejekan dan tatapan sinis. Mau itu Keluarga Bimasena ataupun orang luar, mereka semua menganggap Leon hanya seorang badut. Akan tetapi, Leon juga sudah menerima nasibnya. Bagaimanapun kehidupannya, lama-lama dia juga sudah kebiasaan.
Ketika mengingat kembali apa yang barusan terjadi, Leon tidak merasakan apa-apa. Dia sangat tenang sehingga mengejutkan orang. Padahal hanya dengan menganggukan kepala, Leon bisa langsung menjadi Tuan Muda yang terhormat dengan harta yang melimpah, tapi dia tetap menolak.
Setiap Keluarga Bangsawan terlihat makmur di luar, tapi kenyataannya terjadi banyak konflik kekuasaan di dalam. Sejak kecil Leon telah menyaksikan semua ini, jadi dia hanya ingin menjadi laki-laki yang tidak berguna.
Namun meskipun begitu, dia tetap dianggap ancaman lalu diusir keluar dari Keluarga Carson. Waktu itu mereka pasti tidak pernah menyangka kalau anak yang sudah susah payah dibuang, kini malah diminta untuk kembali dan menjadi kepala keluarga, 'kan?
"Tapi sekarang aku cuma mau jadi orang tak berguna," sindir Leon
Setelah Leon pulang dia melihat seorang wanita paruh baya sedang marah-marah di sofa. Wanita paruh baya itu adalah ibu mertuanya Leon, Siska Leonardo.
Ketika Leon berjalan masuk, Siska menatap Leon seolah-olah dia ingin memakan Leon.
"Kamu kemana saja? Apa membeli sayur perlu waktu begitu lama? Apa yang bisa kamu lakukan selain jadi orang tidak berguna?" marah Siska, dia menatap Leon dengan jijik.
"Ibu, pasar berjarak tujuh kilometer dari rumah kita, sementara aku pulang dengan berjalan kaki," Jawab Leon sambil menundukkan kepalanya.
"Kamu masih beraninya panggil aku 'Ibu'? Saat beli sayur, kamu masih mau mengambil barang yang tidak diinginkan orang. Kamu tidak merasa malu, tapi aku keberatan! Aku benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkan kakeknya Aurel saat itu.Dia malah menikahkan Aurel dengan pria tak berguna." Ketika Siska mendengar penjelasan Leon, dia semakin marah.
Leon tidak berkata apa-apa karena Siska adalah ibu mertuanya. Leon sudah tinggal bersama Keluarga Bimasena selama tiga tahun, jadi dia sudah terbiasa dengan Siska dan tatapan orang lain. Pada saat ini, terdengar suara pintu dibuka.
Seorang wanita yang tinggi dan langsing berjalan masuk. Dengan mengenakan setelan hitam, kemeja putih, rok hitam dan stoking hitam, dia memberi kesan wanita kuat. Kakinya yang jenjang, tubuhnya proporsional.
Rambut hitam yang panjang, wajah yang putih dan halus.
Rupanya sangat cantik, apalagi kedua matanya yang besar dan indah. Matanya mirip dengan bintang di langit, membuat orang ingin terus menoleh dan menatap.
Kecantikan wanita ini sama seperti dengan keindahan dunia ini.
Di kota Golden terdapat banyak pria tampan dan wanita cantik, Aurel Bimasena adalah salah satu yang tercantik. Lalu, dia adalah istrinya Leon secara hukum. Setelah Aurel berjalan masuk, dia langsung mengernyit.
"Leon, kenapa berdiri saja dan tidak memasak?" Aurel seolah-olah sedang berbicara dengan orang asing sehingga nadanya sangat datar.
"Aurel, akhirnya kamu pulang. Hari ini harga diri keluarga kita sudah dihancurkan Leon!" kata Siska dengan nyaring.
"Ada apa?" Aurel melirik Leon, tapi dia tidak merasa terkejut. Semenjak Leon tinggal bersama Keluarga Bimasena, dalam tiga tahun ini dia sudah sering sekali mempermalukan Keluarga Bimasena. Aurel sedari awal sudah terbiasa. Saat ini Leon merasa sedikit canggung. Dia lebih rela hanya Siska yang tahu mengenai dia memilih sayur termurah di pasar daripada Aurel juga mengetahuinya.
"Dia bisa-bisanya memilih sayur termurah di pasar, kemudian mau memasaknya untuk kita! Kebetulan sekali tetangga komplek kita melihatnya. Kamu tidak tahu semua orang menertawakan kita, mereka bilang keluarga kita sangat miskin!" Semakin Siska berbicara, dia semakin marah. Siska sampai tidak dapat menahan diri lagi dan menampar Leon.
Ketika Aurel mendengar ini, dia mengerutkan keningnya. Hal ini memang sangat memalukan. Akan tetapi, kemudian kening Aurel menjadi rata. Dia bertanya pada Siska, " Ibu, apa kamu ada memberikannya uang? Kalau dia tidak punya uang, bagaimana dia beli sayur?"
Siska kehilangan kata-kata setelah mendengar ucapan Aurel, dia pun berkata, "Aku....Seorang pria seperti dia bahkan mau meminta uang dari ibu mertuanya untuk membeli sayur? Memalukan sekali!" Apa dia sendiri tidak bisa bekerja?"
"Bukannya kamu yang tidak memperbolehkannya bekerja dan menyuruhnya tanggung jawab atas kehidupan rumah?" Aurel mengerutkan kening lagi.Walaupun Aurel juga memandang rendah Leon, kali ini benar-benar salah Siska.
"Meskipun aku memperbolehkannya pergi bekerja, memangnya dia bisa buat apa?" Siska mendengus dan menganggap masalah ini sudah selesai. Makan malam terasa menyiksakan. Siska terus menerus mempersalahkan kejadian tadi.
Besok adalah pesta ulang tahun Grup Bimasena, ini penting sekali, apa kamu sudah menyiapkan hadiah?" tanya Siska.
Aurel menjawab, "Aku sudah menyuruh Leon membelinya."
Aurel menoleh ke Leon lalu bertanya, "Apa kamu sudah beli barang yang kuminta?"
"Sudah. Kebetulan uangnya habis saat membeli barang itu, jadi waktu aku beli sayur...." Leon menganggukkan kepala, lalu berdiri untuk mengambil sebuah bingkisan.
Namun, Aurel tidak tertarik melihatnya karena dia sama sekali tidak berharap Leon akan mengeluarkan barang yang indah.Aurel benar-benar tidak habis pikir kenapa kakeknya memaksa menginginkannya menikah dengan laki-laki yang tidak berguna.
Sebelum Tuan Besar Bimasena meninggal, dia meraih tangan Aurel dan berpesan kalau Aurel tidak boleh memandang rendah Leon. Tuan Besar Bimasena juga mengatakan kalau mereka berdua harus saling menghormati. Keluarga Bimasena kota Golden pasti berkembang di tangan Leon.
Waktu itu Aurel sangat terkejut karena kakeknya tidak mungkin berbohong padanya.
Jangan-jangan Leon mempunyai identitas rahasia? Akan tetapi, tiga tahun telah berlalu, Aurel tidak melihat ada yang baik di Leon.
Selain memasak, mencuci dan pekerjaan rumah lainnya, Aurel tidak tahu apa yang bisa dilakukan Leon.
"Besok semua saudara jauh dan keturunan langsung Keluarga Bimasena akan hadir, begitu juga beberapa tokoh besar kota Golden. Kamu tidak boleh sembarangan bicara, mengerti?" ucap Aurel dengan cuek
"Meskipun ada yang mengejekmu, kamu hanya boleh menahannya. Keluarga kita sudah cukup memalukan, aku tidak mau kita semakin malu," ucap Siska
Leon tampak tidak peduli, dia hanya menganggukan kepalanya. Aurel melirik Leon, dia langsung tidak ingin berkata-kata lagi.
Ketika melihat kelakuan Leon yang acuh tak acuh, Aurel benar-benar merasa pasrah. Leon bukannya tidak senang dengan sikap Aurel.
Keluarga Bimasena adalah keluarga yang besar dengan bisnis besar, mereka mempunyai banyak saudara jauh dan Aurel adalah salah satunya. Saudara jauh memang sering tidak dianggap dan dalam tiga tahun ini karena Leon, mereka semakin dipandang rendah. Leon memperhatikan semua ini.
Tidak ada alasan lain, ini hanya karena Leon tidak seperti menantu Keluarga Bimasena lainnya yang hebat dan berkuasa, jadi Leon juga tidak menyalahkan Aurel.
Keesokan harinya, di gedung Group Bimasena. Di depan gedung perusahaan sangat ramai. Ada mobil-mobil mewah yang parkir di depan gedung, kemudian bunga merah terlihat dimana-mana.
Suasana sangat meriah. Di kedua sisi gedung tersusun banyak sekali papan bunga. Di dinding tergantung spanduk panjang merah yang tak terhitung jumlahnya di kirim oleh perusahaan besar dan kecil kota Golden. Semua ini menunjukkan status Keluarga Bimasena di kota Golden.
Aurel sebagai anggota keluarga Bimasena tentu saja memiliki tempat sendiri di perkumpulan Keluarga Bimasena. Ketika Aurel membawa Leon ke ruangan, banyak saudara Keluarga Bimasena yang sudah tiba. Aurel pun menyapa mereka sambil tersenyum. Sedangkan Leon sudah terbiasa untuk tetap diam, dia hanya mengikuti Aurel di belakang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Akan tetapi, meskipun dia begitu, ada orang yang masih tidak ingin melepaskan Leon. Kakak sepupu Aurel, Jason Bimasena, setiap kali dia melihat Leon, Jason pasti akan mempersulit Leon. Jason pasti akan mencemooh Leon seolah-olah dia adalah badut dan semua orang pun akan mentertawakannya.
Karena selama ini Jason merasa Leon adalah menantu tidak berguna, Leon benar-benar mempermalukan Keluarga Bimasena. Kalau bukan karena Leon, apa Keluarga Bimasena akan menjadi buah bibir kota Golden?
"Leon kamu datang juga? Apa itu yang ada di tanganmu?" sindir Jason.
Anggota Keluarga Bimasena lainnya juga penasaran. Begitu melihat bingkisan yang ada di tangan Leon, mereka langsung tahu kalau itu pasti barang murahan.
Aurel mewakili Leon menjawab, "Hadiah ulang tahun perusahaan."
Jason tertawa sinis, "Apa itu? Ayo buka untuk kami lihat." Orang-orang lain pun mendekat dengan tampang menantikan. Akan tetapi, yang mereka nantikan bukanlah barang di dalam bingkisan, melainkan wajah konyol Leon.
Aurel menatap Leon dengan gugup,dia juga tidak tahu apa yang telah di beli Leon. Seharusnya Aurel melihat duluan, sekarang Leon akan menjadi bahan ketawa orang lain lagi, Aurel bahkan juga akan terlibat.
"Tidak peduli apa pun itu, ini niat baik Leon. Yang seperti ini tidak usah diukur dengan uang, 'kan?" kata Aurel sambil menaikkan alisnya. Leon menatap Aurel dengan terkejut. Dia tidak menyangka Aurel akan membantunya bicara.
"Kamu salah! Keluarga kita telah berkembang selama ratusan tahun di kota Golden. Walaupun kita bukan bangsawan, kita juga di atas keluarga menengah. Keluarga besar harus berpenampilan seperti keluarga besar. Di pesta yang sangat penting ini kalau ternyata kalian telah membawa barang yang memalukan, bukankah reputasi Keluarga Bimasena akan hancur?" Jason tetap tidak mau melepaskan Leon.
Semakin Leon dilindungi Aurel, Jason semakin mau mempermalukan Leon agar dia menjadi bahan ketawa semua orang.
"Buka!" perintah Jason dengan sombong sambil menunjuk bingkisan yang ada di tangan Leon.
Leon tidak berkata apa-apa dan hanya meraba hidungnya, tapi Aurel mengulurkan tangan untuk menghentikan Leon. "Jason, apa maksudmu? Hadiah ini untuk perayaan ulang tahun perusahaan, bukan untuk kamu lihat. Memangnya kamu ada hak untuk membukanya?" Setelah mendengar kata-kata Aurel, Jason pun semakin kesal.
"Tentu saja aku punya. Siapa tahu orang tidak berguna ini membawa apa? Aku ingin memeriksanya dulu. Kalau ternyata sampah, ya buang. Aku benar, 'kan?"
"Kita punya banyak tamu penting di luar, kalian ribut apa disini?" Pada saat ini, seorang pria paruh baya berjalan masuk. Pria paruh baya ini mengenakan setelan buatan tangan yang sangat bagus, rambutnya disisir ke belakang, dia berpakaian seperti orang sukses.
Iwan Bimasena, CEO Group Bimasena saat ini, dia juga ayahnya Jason.
Lalu juga karena Iwan, barulah Jason berani bertindak semena-mena.
"Paman."
"Ayah."
"Kakak."
Jason beserta anggota Keluarga Bimasena lainnya langsung menyapa Iwan dengan hormat. Iwan menganggukkan kepala tanpa ekspresi. Ketika dia melihat Leon dan Aurel, tatapan Iwan terlihat kesal.
"Perayaan perusahaan sudah dimulai, kalian ikut aku keluar, " ucap Iwan. Setelah itu, Iwan berbalik dan keluar. Orang-orang lain juga segera mengikutinya.
"Minggir." Jason menyenggol Leon, tatapannya terlihat mengejek.
"Keluarga Mancini memberikan lukisan kaligrafi dari pelukis ternama. Semoga Group Bimasena semakin makmur!"
"Group Xavier memberikan patung katak emas. Semoga Group Bimasena semakin kaya!"
"Group Seven memberikan patung dewa kekayaan. Semoga bisnis keluarga Bimasena semakin lancar!" Setiap perusahaan besar dan kecil dari kota Golden mulai memberikan hadiah ulang tahun.
Satu wajah Iwan memerah, dia merasa ini semua sangat berharga dan tidak bisa berhenti tersenyum. Suasana sangat meriah, semua orang terlihat sedang tersenyum.
Kemudian, tidak tahu apakah ini sengaja atau tidak, tapi Leon dan Aurel diposisikan di paling belakang.
"Untuk yang terakhir, dipersilakan kepada saudara jauh keluarga Bimasena, Daniel Bimasena, untuk mempersembahkan hadiahnya," seru orang yang bertugas untuk membuat pengumuman.
Ketika melihat Leon melangkah maju dengan bingkisan biasa di tangan, anggota Keluarga Bimasena beserta wakil perusahaan besar dan kecil semuanya tersenyum mengejek. Bagaimanapun juga, Leon, si menantu Keluarga Bimasena yang tidak berguna sangat terkenal di kota Golden.
Memangnya orang seperti dia bisa memberi hadiah sebagus apa? Senyum sinis mendekorasi wajah Jason. Membiarkan Leon menjadi orang terakhir yang memberi hadiah tentu saja adalah ide Jason. Dia ingin semua orang melihat Leon mempermalukan diri sendiri.
Leon meletakkan hadiah itu di atas meja, kemudian perlahan-lahan membukanya.
Cing! terlihat ada kilatan cahaya melintas, semua orang pun terdiam. Di dalam bingkisan terdapat batu giok singa putih dan mulus. Ia duduk dengan tenang di dalam, terlihat sangat mendominasi. Semua orang tercengang. Benda itu bukan batu giok biasa!
Lagi pula, mereka semua adalah orang kaya, jadi setidaknya mereka tahu kalau giok singa itu sangat berharga.
Apa orang tak berguna dan miskin seperti Leon sanggup membeli benda yang begitu berharga? Semua orang, termasuk anggota Keluarga Bimasena, termangu bodoh untuk sesaat. Leon juga tampak terkejut. Bukan ini benda yang dia pilih. Pasti ada yang salah.
Benda yang dia pilih adalah seekor giok singa, yaitu hewan mistis dengan kepala naga, tubuh singa, dan sepasang sayap. Sebagai hewan keberuntungan dari zaman kuno, giok singa diyakini dapat mengusir roh jahat dari rumah dan membawa keberuntungan. Para pebisnis juga memuja giok singa dengan alasan ini.
Namun, Leon tahu betul bukan ini yang dia inginkan. Apa jangan-jangan pemilik toko itu memberinya barang yang salah?
Jason yang sedari tadi terdiam pun sontak berseru dengan marah, "Leon, sebenarnya apa maksudmu? Kamu bahkan membawa binatang buas yang jahat seperti giok singa ini?" Semua orang terdiam. Mereka awalnya ingin mentertawakan Leon karena berpikir pria itu membawa barang murahan.
Namun, dilihat sekilas saja sudah terlihat bahwa giok singa ini bukan barang biasa. Pasti sangat berharga dan bernilai tinggi. Kecacatan apa lagi yang bisa Jason katakan?
"Giok singa ini melambangkan binatang buas pembawa sial! Kamu memberikan benda ini artinya sedang mengutuk Keluarga Bimasena agar tertimpa musibah, bukan? Kamu ini hanyalah menantu pecundang yang menumpang hidup di Keluarga Bimasena! Kamu hidup dengan mengandalkan kami! Perbuatanmu ini sungguh kejam, apakah hati nuranimu sudah dimakan anjing?"
Ekspresi Jason sungguh murka seolah-olah ingin menelan Leon bulat-bulat. Dia berpikir bahwa dia bisa menindas Leon kapan saja selama dia ingin. Akan tetapi, dia sangat marah karena apa yang terjadi hari ini benar-benar di luar ekspektasinya. Bukan apa yang Leon berikan yang menyulut kemarahannya, tapi dia merasa malu karena si pecundang satu ini bisa memberikan sesuatu yang begitu luar biasa.
Leon mengeryitkan alisnya sedikit. Jason selalu saja menghalalkan segala cara untuk menindasnya! Namun, saat datang Aurel sudah bilang bahwa dia harus menahan diri apa pun yang terjadi, jadi Leon juga tidak akan berhitungan dengan Jason. Apalagi situasi juga tidak akan membaik meski Leon menjelaskannya. Semua orang pasti akan memihak Jason.
Jason lalu menoleh menatap Iwan, "Ayah! Lihat, si Leon pecundang ini membawa patung ukiran binatang buas di hari seperti ini! Kamu tidak mempermasalahkannya? "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!