KARYA INI SEDANG DI REVISI TOTAL, DI ROMBAK HABIS-HABISAN, SEBAIKNYA JANGAN DI BACA, DARIPADA MENYESAL 😂😂😂
Pengenalan tokoh
Pelangi Amadia Zain. Adalah seorang gadis remaja berparas cantik, dengan rambut bergelombang panjangnya, berkulit putih, bertubuh ramping dan jenjang.
Pelangi di besarkan dengan tanpa kekurangan suatu apapun dalam segala hal, baik dari segi materi maupun kasih sayang dari kedua orangtuanya.
Tapi, meskipun begitu, Pelangi tetaplah menjadi gadis yang sederhana, senang membantu, berhati lembut, meski kadang sering bersikap konyol.
Pelangi memiliki seorang adik laki laki bernama Bintang Ganda Putra Zain. Abin adalah panggilan untuk adik Pelangi. Seringkali Abin begitu usil, manja, dan sangat jahil pada Pelangi tentunya.
Namun, di balik sifatnya yang terkadang menyebalkan, Abin adalah sosok adik yang sangat peduli pada sang Kakak. Terkadang Abin sering menjadi pelindung bagi Pelangi. Meski seringkali mereka terlibat percekcokan, namun dengan segera Daddy mereka melerai pertengkaran mereka.
Daddy Zain, adalah sosok Ayah yang sempurna bagi mereka, selain mereka seringkali berlindung dari ocehan Mommy nya. Daddy Zain juga adalah Ayah yang selalu mengabulkan setiap permintaan mereka, apapun itu. Meskipun setelahnya mereka bertiga akan kena omelan sang Mommy.
Suatu hari, Pelangi gadis polos dan lugu itu, bertemu dengan seorang pria bernama Muhammad Fadli Anwar. Awal pertemuan mereka sungguh tak terduga, hingga menimbulkan kesan yang membekas, di hati mereka masing masing.
Akankah Pelangi menjatuhkan hatinya pada Fadli???
Muhammad Fadli Anwar. Adalah seorang pria remaja berparas tampan, dengan fostur tubuh sempurna. Selain tampan, Fadli pun memiliki sikap yang calm, cool dan kadang terkesan acuh, meski sesungguhnya, tentu saja sikap Fadli tidak seperti itu.
Di besarkan dalam keluarga yang sempurna, membuat Fadli tidak kekurangan suatu apapun. Fadli di besarkan dengan limpahan cinta dan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Yakni Anjani dan Anwar.
Menjadi putra tunggal dalam keluarganya yang bergelimang harta, tidak serta merta membuat Fadli lupa diri. Dia tetaplah Fadli yang memiliki tatakrama dan sopan santun yang hampir sempurna, Fadli tumbuh menjadi anak yang penurut dan patuh pada kedua orangtuanya.
Suatu hari, Fadli bertemu dengan Pelangi, gadis cantik yang membuatnya tersenyum karena kekonyolan tingkahnya. Untuk pertama kalinya Fadli mengizinkan oranglain untuk di boncengnya, dan untuk pertama kalinya pula hati Fadli berdebar karena gadis yang tengah di boncengnya. Sejak awal pertemuannya, Fadli tau jika dia akan berurusan lebih banyak lagi dengan gadis cerewet itu. Tapi, nyatanya Fadli menyukai hal itu.
Sesungguhnya, perasaan apa yang Fadli miliki untuk Pelangi??
Senja Binar Arrasya. Adalah seorang gadis cantik, putri tunggal dari seorang pengusaha ternama, di besarkan dalam keluarga yang berkecukupan, namun semua itu tidak membuat Senja hidup bahagia. Karena sesungguhnya, Ibunda Senja adalah seorang Ibu yang otoriter, penuh dengan ambisi dan obsesi.
Di besarkan dengan pola asuh yang keras, membuat Senja tumbuh menjadi gadis pendiam, lebih suka sendiri, dan sedikit pendendam.
Suatu hari, Senja masuk ke sebuah universitas pilihan sang Bunda, mau tidak mau Senja harus mengikuti keinginan Bundanya. Tapi pada akhirnya, Senja bersyukur bisa masuk ke universitas pilihan Bundanya.
Karenanya, dia bisa bertemu dengan Fadli yang tampan dan cool, pujaan banyak perempuan di kampusnya, dan Pelangi gadis cantik, periang, dan senang membantunya. Namun, ada yang salah! Senja, jatuh cinta pada Fadli. Meski dia tau, Fadli menyukai Pelangi.
Akankah cinta Senja terbalaskan???
Bagaimana awal mula kisah mereka?? Siapakah yang akan memenangkan hati Fadli?? Pelangi yang periang? Atau Senja yang pemurung??
Awal kisah mereka akan segera di mulai ...
KARYA INI SEDANG DI REVISI TOTAL
Fadli P.O.V
Ketika cahaya bersinar, menembus celah celah kecil jendela. Udara sejuk menyentuh hingga ke raga. Hembusan angin terdengar mendesah berirama. Bunga pagi serentak merekah merona. Ketika bunga tidur terbuyarkan oleh mata. Mata yang awalnya terpejam, kini terbuka nyata. Aroma sarapan menggugah selera. Ingin rasanya Gue segera bangun, lalu cepat cepat menikmatinya.
“Hooooaaammmm ...” Gue terbangun, lalu menyibak selimut, setelah shalat shubuh tadi, Gue rebahan lagi, soalnya Gue baru saja tiba di rumah, setelah sebelumnya, Gue nginep di rumah nenek. Tiap hari libur tiba, nenek Gue selalu aja maksa Gue, buat nginep di rumahnya. Apalagi Nenek Maya, huh ... Nenek gue dari Ibu itu, selaluuuuu aja, maksa Gue buat nginep di rumahnya. Kadang, Nenek juga yang jemput kesini. Kadang, Nenek dan Ibu bertengkar, hanya karena memperebutkan Gue. Jadi Cucu tunggal dari kedua belah pihak keluarga, membuat Gue jadi bingung. Kadang, Gue di hadiahi banyak barang, sebagai bentuk sogokan. Ya agar supaya Gue mau nginep di rumah mereka. Ampun dah!
“Pagi Ayah, Ibu ...” Gue menghampiri Ayah yang tengah membaca koran di meja makan, sambil nemenin Ibu yang lagi masak. Hal yang paling gue kagumin dari Ibu, salah satunya ya ini, meskipun Ibu di fasilitasi banyak materi oleh Ayah. Tapi, Ibu tetaplah perempuan lembut, yang mengurus segala kebutuhan keluarga dengan tangannya sendiri. Bahkan Gue pernah bermimpi, suatu hari nanti, jika Gue punya istri. Gue mau nyari yang akhlaknya
seperti Ibu.
“Pagi sayang, masih capek??” Tanya Ayah sambil mencium pipi Gue. Yah ... begitulah Ayah dan Ibu. Selalu menunjukkan cinta dan kasih sayangnya pada Gue, gak hanya lewat materi, tapi juga lewat sentuhan fisik. Any way Gue bersyukur banget, karena di anugrahi keluarga yang sempurna.
“Masih Yah, masa Nenek ngajakin Fadli berkebun” Keluh Gue, sambil duduk di kursi di samping Ayah
“O ya?? Seharian kamu nanam apa aja di sana??” Tanya Ibu menoleh pada Gue
“Ya banyak Bu, banyaknya Fadli nanam sayuran” Jawab Gue sambil cemberut
“Ya, cowok harus gituh dong, bantuin Neneknya yang lagi rindu, hhee” Ayah menutup mulutnya, menahan tawa. Mungkin Ayah ingat, bagaimana cerewetnya Nenek kalau dia sedang rindu sama Gue.
Sementara Ibu hanya tersenyum mendengarkan setiap keluhan Gue, sambil menata makanan di meja makan.
“Pagi semuaaaaaa!!” Tiba tiba aja suara perempuan yang sudah tak asing lagi di keluarga Gue terdengar, kami semua menoleh ke arahnya. Terlihat dia sedang tersenyum, sambil melambaikan tangannya.
“Pagi sayang ...” Ibu membalas senyuman manisnya. Sementara Gue hanya memutar kedua bola mata Gue. Cewek manja satu ini datang kerumah, pasti selalu bikin rusuh.
“Pagi Mamih” Dia menghampiri Ibu, mencium tangannya, lalu mencium pipinya. Dan di balas oleh Ibu.
“Pagi sayang, sama siapa kesini??” Tanya Ibu
“Aku kesini sendirian Mih, naik taksi online” Jawabnya sambil berlalu menghapiri Ayah
“Pagi Papih ...” Dia mencium tangan Ayah, lalu mencium pipinya juga. Ish ... gue yakin, ni cewek bersikap kayak gitu, pasti ada maunya.
“Pagi sayang ... sini ikut sarapan bareng” Balas Ayah
“Iya Pih, aku belum sempat sarapan soalnya” Ucapnya sambil menyambar roti bakar yang sudah tersaji, tanpa menyapa Gue
“Cih ...” Gue memalingkan wajah
“Eh, lupa, pagi Abang sayaaaannngg ...” Serunya ceria
“Pagi” Jawab Gue ketus
“Pagi pagi, jangan jutek gituh dong, kemaren aja ya, ayam tetangga mati, karena judes” Candanya, sambil tertawa, di ikuti tawa dari Ayah dan Ibu Gue. Dia memang begitu, tiap datang mesti aja, ngerusuh.
Gue memalingkan wajah, sebal dengan candaannya
“Abang, aku mau minta tolong doooonngg ...”
Tuh kan, dugaan gue tepat ternyata ”Apa sayang?? Clara uang jajan yang dari Papih udah habis??” Sahut Ayah.
“Ih ... bukan Pih, aku mau minta tolong sama Abang” Ucapnya sambil mengedipkan matanya
“Gak, gue sibuk!” Tandas Gue, meskipun Gue tau, penolakan Gue, gak akan berguna buat gadis ini.
“Yah ... Mamih” Clara meminta perlindungan pada Ibu. Dasar tukang ngadu
“Abang, jangan gitu dong, Clara jauh jauh mau minta tolong sama Abang, coba bilang sama Mamih, Clara mau minta tolong apa hum??” Tanya Ibu sambil membelai rambutnya. Okeh, Gue suka cemburu, kalau lihat Ibu udah bersikap kayak gitu sama Clara, anak dari Tante gue. Tante Indah.
“Mih, bilangin sama Abang dong, Clara mau minta anter ke acara pesta ulang tahun temen Clara mih” mohonnya
“Gak!” Cela Gue tegas
“Abang, jangan gitu dong, anter Clara yah, kapan berangkatnya sayang??” Tanya Ibu, lembut
“Siang ini Mih” Jawabnya sambil mengunyah roti bakarnya
“Iya, Abang pasti bisa kok, anak perempuan gak baik pergi sendiri, harus di antar sama keluarganya” Jawab Ibu, sambil duduk di samping Ayah, setelah sebelumnya mengelus rambut gue, sementara Ayah hanya jadi penyimak.
“Jam berapa??” Tanya Gue akhirnya. Percuma juga nolak ajakan cewek ini, pasti gagal selama masih ada Ibu.
“Jam sembilan Bang, kita berangkatnya jam delapan aja yah ...” Jawabnya, yang membuat Gue tercengang.
“Hah?? Acara apaan di jam segituh??” Tanya Gue sambil mengerutkan dahi
“Acara ulang tahun Bang” Jawabnya santai
“Iya tau, tapi masa iya acara ulang tahun di jam segitu sih??”
“Ya soalnya keluarganya mau pada langsung berangkat ke luar negri sore harinya Bang” Jelasnya lagi
“Ah, aneh banget sih? Gue kan belum siap siap, sekarang aja udah jam tujuh” Sekilas, Gue ngelirik jam tangan yang Gue kenakan
“Masih ada sejam lagi Bang, lagian Abang gak dandan juga udah cakep kok, ya kan Pih??” Ucapnya sambil melirik Ayah.
“Iya dong, siapa dulu Ayahnya” Dengan bangga Ayah menepuk dadanya. Emang bener bener ni cewek.
“Udah Bang, jangan protes lagi, Gue itu pasti menang” Ucapnya sambil tersenyum jahat
“Huhhh ... cewek licik” Jawab Gue, sambil berlalu. Bersiap untuk mendatangi acara aneh yang di adakan jam sembilan pagi.
Jam delapan tiba ...
“Ayo!” Seru Gue pada perempuan yang sebelumnya udah di rias sama Ibu. Mereka suka gitu memang, Ibu mungkin rindu, pengen punya anak perempuan juga. Eeemmmhhh ... Gue juga sih, Gue juga pengen banget punya adik. Meskipun Gue seneng berantem sama Clara, tapi sejujurnya Gue sayang banget sama doi. Dan dia tau itu. Makanya, dia gak akan nyerah kalo punya keinginan sama Gue.
“Bang, naik motor aja sih, biar cepet, jangan pake mobil” Protesnya
“Heh, Ibu aja gak pernah Gue bonceng, apalagi elu??” Jawab Gue sambil memasuki mobil
“Gue, jadi penasaran, kira kira cewek beruntung mana yang bakalan pertama kali naik motor kesayangan Elu ini Bang?” Clara menepuk jok motor, lalu masuk kedalam mobil di samping Gue. Gue mengedikkan bahu. Entahlah ... Siapa dia???
Bersambung .............
Hay readers, jangan lupa tinggalkan jejaknya yaaa ... like, komentar, bintang lima, dan vote juga. Terimakasih ............
“Selamaaattt ulang tahun, kami ucapkan”
“Selamat panjang umur, kami do’akan”
“Semoga sejahtera ... sehat sentosaaaaaaa”
“Selamat, panjang umur dan bahagiaaaaa ...”
“Hollleeeeeeee!!!”
Ramai terdengar nyanyian mereka dengan kompak. Acara di lanjutkan dengan tiup lilin dan potong kue.
“Claraaaaa!!!! Gue pastiin, habis ini, Elu Gue cincang!” Teriak Gue, dengan mengeratkan gigi, menahan suara Gue dengan gemas plus sebal tingkat dewa!
“Hheee ... pis Bang, maafin Gue, tapi kan Gue kagak bohong ama Elu Bang” Jawabnya, tersenyum tanpa dosa, sambil mengacungkan dua jarinya.
“Lu gak bohong, tapi kenapa Lu gak jelasin hah?? Kalau yang ulang tahun itu, adiknya temen Elu yang masih lima tahun?? Emang bener bener Lu ya! Dari awal Gue udah curiga, mana ada acara anak remaja di jam segini??” Ucap Gue masih geram
“Yah ... Abang, emang salahnya apa coba? Acara adik temen Gue, ya sama aja sama acara temen Gue” Bisiknya lagi
“Terus?? Maksud Lu apaan?? Nyuruh Gue pake beginian??” Geramku sambil menunjuk topi kertas khas anak ulangtahun.
“Hhee ... biar seru aja Bang, Abang tambah cakep lho, pake beginian” Jawabnya tanpa dosa, sambil melirik topi kertas bergambar mickey mouse yang Gue kenakan
“Clara, Abang Fadli, terimakasih sudah hadir ke acara adik aku ya” Tiba tiba suara seorang perempuan terdengar dari belakang kami
Aku menoleh, dan memaksakan diri untuk tersenyum “Sama sama” Jawab Gue singkat, sambil hendak berlalu
“Om, nyanyiin lagu dong” Tiba tiba salah satu anak kecil itu menarik narik tangan Gue
“Om??? Apa gue kelihatan setua itu ya?? Ya ampuuunnn ...” Hati Gue bermonolog, gak rela Gue di panggil om. Sumpah!
“Kakak gak bisa nyanyi” Jawab Gue sambil mencoba melepaskan tangannya
“Om, nyanyiin doooonnngg” Pintanya dengan wajah memelas, hingga mengundang perhatian semua orang
“Ah, eh, Kakak gak suka nyanyi” Jawab Gue lagi. Sumpah, habis ini Gue mesti minta Ayah buat gak ngasih Clara uang jajan lagi. Ngerjain abis abisan tuh cewek.
“Hhuuuuaaaaa ...!!!” Tiba tiba saja anak itu berlari dengan teriakan tangisnya. Semua orang semakin menatap Gue. Dengan tatapan kesel, kecewa, dan sebal mungkin, tapi ada juga yang tertawa. Menertawakan wajah Gue yang udah kayak kepiting rebus ini.
“Udah Bang, nyanyi aja, kasian kan anak kecil pada nangis” Clara menyenggol bahu Gue
“Awas lu ya!” Teriak Gue sambil menghampiri anak tadi, berniat menghentikan tangisannya.
“Jangan nangis lagi ya ... Kakak mau nyanyi kok” Pinta Gue sambil berjongkok mengelus rambut poninya. Dia menghentikan tangisnya, lalu mengangguk senang. Gue segera berdiri.
“Eeekkhheemm, ekhem, ekhem,” berkali Gue berdeham, hanya untuk mengusir rasa grogi, gimana gak grogi?? Di lihatin emak emak segini banyaknya. Huuuhhh ...
“Pelangi Pelangi, alangkah Indahmu ...”
“Merah, kuning, hijau, di langit yang biruuuuu ...”
“Om, sambil ngedance dong!!” Tiba tiba suara bocah bocah itu terdengar bersahutan di antara lengkingan suara Gue. Suara mereka gak Gue gubris. Ya kali, Gue harus nyanyi sama joged joged? Ayah ... Ibu ... Tolong Fadli ... dengan PD Gue melanjutkan nyanyian Gue.
“Pelukismu agung, siapa gerangan?”
“Pelangi, Pelangi, ciptaan Tuhan”
“Hoooollllllleeeeee!!!” Teriak anak anak ini riang. Sementara Gue?? Boleh gak sih?? Gue menghilang sekarang juga dari muka bumi ini??
“Bang, suara Lu bagus” Seru Clara sambil mengacungkan dua jempolnya, di iringi senyuman aneh dari teman temannya. Tanpa menggubris mereka Gue segera berlalu. Demi apapun sumpah! Gue malu!
“Cla, Gue boleh minta nomor telpon Abang lu gak?? Dia lucu banget, ganteng pula, mobilnya juga keren, kenalin Gue dong Cla” Sempat Gue dengar ocehan cewek cewek aneh itu. Dasar cewek rese!
Tiba di luar rumah, Gue celingukan, mencari tempat buat berlindung. Meskipun si Clara rese banget, tapi gak mungkin juga kan? Kalau Gue ninggalin dia sendirian? Bisa bisa Gue yang di cincang sama Ibu.
Akhirnya, Gue memutuskan untuk pergi ke sebuah tempat. Tempat di mana Gue bisa menenangkan diri. Tempat di mana Gue bisa hidup dengan aman, tentram dan damai. Di mana lagi? Kalau bukan di rumah Allah. Yap ... Gue mendatangi sebuah mesjid, yang kebetulan terletak tidak jauh dari rumah tempat acara ini berlangsung.
Tiba di mesjid, Gue ngelirik jam tangan yang Gue kenakan. Tepat jam sembilan lewat tiga puluh menit. Masih ada waktu buat melaksanakan shalat dhuha. Gue segera melepas sepatu, dan kaus kaki. Sempat gue lirik, ada sepasang sandal perempuan. Pasti ada seorang perempuan juga di dalam mesjid sanah.
Setelah berwudhu, Gue segera memasuki masjid tersebut. Mesjid ini, tidak menggunakan sekat untuk jamaah perempuan atau laki laki, hingga Gue bisa ngelihat, ada seorang perempuan tengah menengadahkan tangannya. Khusyuk, kira kira doa apa yang dia pinta? Sampai dia bisa sekhusyuk itu??
Gue langsung menunaikan shalat dhuha. Ini adalah ajaran dari Ibu. Kata kata Ibu selalu terngiang di telinga Gue, kala beliau memberi petuah tentang shalat dhuha.
“Kalau Fadli punya waktu di waktu matahari sepenggalah naik, Fadli harus menunaikan shalat dhuha ya nak, karena shalat dhuha itu merupakan salah satu shalat sunnah, yang banyak sekali keutamaannya, salah satunya agar rezeky Fadli di cukupkan oleh Allah, dan juga salah satu hadist mengatakan ‘Barang siapa yang menjaga shalat dhuha, maka dosa dosanya di ampuni, walaupun dosanya itu sebanyak buih di lautan’ (HR. Tirmidzi)” itulah Ibu, malaikat tak bersayap yang di kirim Allah buat Gue, bukan hanya shalat sunnah dhuha yang Ibu ajarkan ke Gue, tapi juga shalat sunnah lainnya.
Tak jarang, kita sekeluarga sering menunaikan shalat tahajud bersama. Gue gak maksud sombong lho, beneran!.
Setelah puas menatap punggung cewek yang lagi berdoa itu, Gue langsung menunaikan shalat dhuha empat rakaat rakaat sesuai perintahnya. Banyak doa yang gue panjatkan. Eeemmmhhh ... jodoh adalah salah satunya.
Setelah Gue selesai menunaikan shalat dhuha, Gue segera berjalan menuju luar mesjid.
Masih terlihat perempuan tadi, dia sedang duduk termenung sendirian, sambil memegang sandalnya.
“Hay ...” Entahlah, kenapa juga Gue mau menyapa cewek ini. Cewek dengan rambut lurus sebahunya, menoleh, tapi tidak mengatakan apapun, hanya menatap Gue, lalu memalingkan wajahnya. Bukan menundukkan pandangan lho ya, tapi memalingkan wajah, kayak enggan gituh.
“Baru shalat ya??” lagi, Gue menyapanya. Entah kenapa? Tapi sumpah Gue tiba tiba aja penasaran sama dia.
“Kelihatannya?” Jawaban sekaligus pertanyaan sukses meluncur dari bibir mungilnya.
Jujur, Gue heran, kenapa juga ada cewek yang berani bersikap demikian sama Gue?
“Oh, sorry” Jawab Gue, yang udah selesai menalikan tali sepatu yang Gue kenakan, lalu Gue segera memajukan langkah, menuju rumah tadi. Hari ini bener bener hari yang melelahkan banget buat Gue. Kenapa juga Gue harus ketemu sama cewek cewek aneh hari ini??
Bersambung .............
Hay readers, jangan lupa tinggalkan jejaknya yaaaaa, like, komentar, bintang lima, sama votenya juga. Terimakasih.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!