Saffana yang menuruni anak tangga dengan penampilan yang tampak rapi menggunakan jeans biru navy yang di padukan dengan sweater crop warna coklat.
"Saffana!" terdengar suara lembut memanggilnya yang membuatnya menoleh. Sepasang suami istri yang sedang makan bersama. Seorang ibu cantik yang berpakaian muslimah dengan wajah teduh
"Bunda!" sahut Saffana menghampiri pasangan itu.
"Kamu buru-buru sekali, pagi-pagi seperti ini sudah rapi. Kamu mau kemana?" tanya Bunda Sofia.
"Bunda Saffana ingin interview pagi ini," jawab Saffana.
"Kamu melamar pekerjaan?" tanya Ayah David.
"Benar Ayah," sahut Saffana dengan mengangguk.
"Saffana Ayah punya beberapa Perusahaan. Kenapa kamu harus melamar di Perusahaan orang lain dan tidak melamar di Perusahaan ayah?" tanya David.
"Ayah, Saffana ingin mandiri dan tidak ingin bekerja di tempat Ayah. Orang-orang bisa mengatakan jika Saffana bisa diterima di Perusahaan itu karena ada orang dalam. Jadi Saffana benar-benar ingin bekerja tanpa ada urusannya dengan jaringan dari Perusahaan ayah," jelas Saffana.
"Apa Tante Rachel mengatakan sesuatu kepada kamu?" tanya Sofia merasa ada yang tidak beres dengan putrinya.
"Tidak Bunda dan kalaupun tante Rachel berbicara dan mengatakan. Aku tidak boleh mengharapkan harta dari ayah dan bunda itu bukannya hal yang sangat wajar dan tidak ada yang salah," ucap Saffana yang secara tidak langsung sudah mengatakan pembicaraan wanita yang bernama Rachel yang pasti menyinggung perasaannya.
"Saffana berapa kali Bunda mengatakan kepada kamu untuk tidak pernah mendengarkan perkataan orang lain dan termasuk tante Rachel. Saffana kamu putri kami satu-satunya. Kamu tidak lahir dari rahim Bunda. Tetapi Bunda sama ayah hanya memiliki kamu. Untuk apa semua yang kami miliki jika bukan untuk kamu," Shofia terlihat sedih dengan putri angkatnya yang pasti barusan saja terlibat cekcok dengan iparnya.
"Sudahlah Bunda, ini hanya bekerja di luar Perusahaan jaringan ayah. Jadi tidak ada masalah. Saffana juga tetap akan minta nafkah pada Ayah, karena Saffana masih tanggung jawab Saffana," sahut Saffana yang berusaha tenang.
"Ya sudah kalau begitu, ayah sama Bunda hanya bisa mendoakan kamu dan mendukung apa yang kamu inginkan. Jika membutuhkan bantuan Ayah dan Bunda kamu jangan pernah segan. Karena hanya kamu yang kamu miliki," sahut David.
"Iya ayah. Ya sudah kalau begitu Saffana berangkat dulu dan minta doanya," sahut Saffana dengan mencium punggung tangan Sofia dan juga mencium punggung tangan David.
"Hati-hati sayang," ucap Shofia.
"Iya Bunda, assalamualaikum!" sahut Saffana
"Walaikum salam," sahut Sofia dan David.
Saat Saffana keluar rumah Saffana berpapasan dengan Rachel yang baru saja mereka bicarakan. Saffana hanya menunduk, sementara Rachel melihat Saffana dengan sinis sampai memutar kepala yang seperti sangat membenci Saffana.
Flashback
Beberapa tahun lalu.
Saffana yang turun dari mobil bersama dengan Leo teman Saffana. Saffana tampil sangat cantik menggunakan dress putih di bawah lutut dengan rambut yang di gerai. Mobil mereka berhenti di depan Hotel Bintan 5 dengan mereka yang memasuki lobi Hotel.
"Anak-anak yang lain belum pada datang ya Saffana?" tanya Leo.
"Mungkin mereka sudah di atas," jawab Saffana menduga-duga.
"Tapi kita tunggu Dinda sebentar," ucap Leo. Saffana mengangguk-angguk dengan melihat ponselnya.
Dari ujung sekitar 12 meter ada seorang wanita sekitar berusia 40 tahunan yang memakai jilbab yang memperhatikan Saffana.
"Bukankah itu Saffana!" ucap Rachel adik dari David Tante Saffana.
"Benar itu dia. Ngapain dia di Hotel di tempat seperti ini," batin Rachel dengan penuh tanya yang terus memperhatikan Saffana.
"Hmmmm , Saffana bagaimana kalau kita tunggu di Dinda di dalam saja," ucap Leo memberi usul
"Ya sudah aku juga capek berdiri dan anak-anak yang lain juga pasti sudah menunggu," jawab Saffana yang setuju.
"Ya sudah kalau begitu ayo!" ajak Leo. Saffana mengangguk. Lalu mereka berdua pergi.
"Heh mau kemana mereka berdua. Apa yang mereka lakukan!" batin Rachel dengan penasaran dan langsung buru-buru mengikuti Saffana dan Leo.
Rachel melihat Saffana dan Leo yang memasuki salah satu kamar yang membuat Rachel benar-benar terkejut dengan mata yang terbelalak kaget.
"Anak itu benar-benar!" umpat Rachel dengan nafas naik turun yang tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Masih remaja sudah seperti itu. Apa mas David dan mbak Shofia tidak pernah mengajari dia dengan baik yang sudah melebihi batas dengan dengan pergaulan bebas sampai kekamar hotel dengan laki-laki itu," batin Rachel yang masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Flashback of.
"Rachel kenapa kamu berdiri di sana?" tanya David.
"Mau kemana dia keluyuran dari pagi ke pagi lagi?" tanya Rachel ketus.
"Kamu ini bicara apa sih, selalu saja Saffana itu salah di mata kamu," sahut David.
"Ya karena dia memang tidak pernah benar," jawab Rachel kesal.
"Sudahlah, kamu jangan terus menggangu Saffana!" tegas David.
"Selalu saja di bela. Jelas-jelas wanita itu tidak pernah benar," batin Rachel dengan kesal.
************
Saffana yang diantar supir menuju Perusahaan tempatnya yang akan melakukan interview. Namun Saffana yang terlihat melamun duduk di belakang mobil.
"Tante Rachel semenjak saat itu selalu menatapku dan berbicara kasar padaku," batin Saffana dengan wajah sedih.
Flashback of.
Saffana, Leo dan Dinda yang baru saja merayakan ulang tahun teman mereka di salah satu ruangan di hotel berbintang itu yang kebetulan milik keluarga teman mereka.
"Aku tadi ikut sedih saat ibu Tari sedih memberikan kata-kata manis," ucap Saffana.
"Memang ibu Tari itu sangat sweet, kamu lihat saja dia tidak henti-hentinya meneteskan air mata yang tidak percaya jika Tari sudah dewasa," jawab Dinda.
"Benar!" sahut Leo dengan mereka yang tertawa-tawa. Namun langkah mereka berhenti ketika melihat wanita di hadapan mereka yang memakai jilbab yang tak lain adalah Rachel.
"Tante Rachel!" sahut Saffana.
"Plakkk!" Saffana langsung mendapatkan tamparan keras yang membuat Saffana kaget, Leo dan juga Dinda.
"Perempuan murahan, capek kakak saya mengangkat kamu menjadi anak dan kamu malah bersenang-senang bersama pria ini dengan melakukan Zina!" bentak Rachel.
"Apa yang Tante katakan. Tante salah paham," sahut Saffana.
"Kamu pikir saya buta hah! Saya melihat sendiri kamu bersama laki-laki ini masuk kamar Hotel dan ngapain kalian hah!" tunjuk Rachel.
"Tante ini salah paham, kami tidak melakukan apa-apa dan kami sedang---"
"Diam kamu!" sentak Rachel saat Leo memberikan penjelasan.
"Jangan mentang-mentang saya ini orang tua, jadi tidak mengerti dengan perbuatan kalian yang kumpul kebo hah!" umpat Rachel
"Kamu itu memang hanya mempermalukan keluarga. Anak gadis yang masih remaja keluyuran malam-malam dengan bermain di hotel bersama laki ini. Kamu sama saja merusak Citra keluarga besar," Rachel terus mengecam Saffana
"Kamu tidak pernah bersyukur sudah diangkat derajatnya. Di ambil dari panti asuhan dan diberikan kehidupan yang layak. Tapi yang bisa kamu lakukan hanya bisa menghabiskan uang orang tua angkat kamu dan juga lihat cara kamu berpakaian yang tidak pantas yang tidak menunjukkan seorang wanita muslimah, pergaulan bebas kamu sampai ketempat haram seperti ini," Rachel terus marah, memaki dan mencaci Saffana.
"Tante salah paham..." lirih Saffana.
"Saya tidak bodoh. Saya benar-benar sangat menyesal sudah sayang dasar murahan!" tegas Rachel yang benar-benar marah yang langsung pergi.
Flashback of
Saffana mengusap wajahnya dengan kedua tangannya yang menghela nafas.mencoba untuk sabar.
"Aku selalu salah di mata tante Rachel dan terus menjudge ku dengan buruk. Karena hal yang tidak benar sama sekali. Kesalahan sedikit dan melebar kemana-mana dan membenciku sampai saat ini. Karena aku tidak bisa menjadi ala yang dia inginkan," batin Saffana dengan mengajak nafas.
Saffana gadis 23 tahun anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan yang diangkat sepasang suami istri dari keluarga kaya raya dan taat agama. David dan Shofia membesarkan Saffana sampai dewasa dengan penuh kasih sayang dan ketulusan.
Saat usianya 8 tahun, Shofia dan David yang tidak memiliki seorang anak di tengah keberhasilan mereka sebagai pasangan suami istri membuat keduanya sepakat untuk mengangkat anak. Mereka bertemu dengan Saffana yang membuat mereka langsung jatuh hati.
David dan Shofia merawat dan membesarkan Saffana dengan penuh kasih sayang. Keluarga besar David juga menyukai Saffana dan menganggap Saffana sebagai keluarga sendiri yang sudah menerima Saffana dalam keluarga besar mereka.
Seiring berjalannya waktu sampai Saffana dewasa. Salah satu keluarga dari sang ayah, Rachel yang selalu saja mencari-cari kesalahannya dan memberikan makian hinaan kepadanya yang membuat hatinya sakit. Hal itu bermula sejak Rachel menemukan Saffana masuk kedalam kamar Hotel bersama pria lain.
Kebencian Rachel bermula dari sana dan selalu menganggap Saffana salah dan tidak melihat sisi baik dari Saffana. Walau Saffana berusaha menjelaskan kebenarannya.
Tetapi apapun itu Saffana selalu berusaha tegar dan tidak mengambil hati atas kata-kata Rachel yang biasa didengarnya. Karena Saffana memiliki orang tua yang memberikan ketulusan yang sangat luar biasa kepadanya.
Bersambung
...Para readers author membuat karya baru lagi dengan sedikit nuansa agamis yang dimasukkan ke dalam cerita. Semoga kalian suka dengan Karya terbaru aku. Aku tidak pernah untuk meminta kalian memberikan dukungan, vote yang banyak, like banyak, subscribe dan pasti untuk selalu mendoakan agar karya aku naik dan bisa menjadi no 1....
...Untuk readers yang setia terima kasih untuk selalu menyempatkan diri membaca karya-karya aku, memberikan masukan-masukan saran yang membuat aku semakin semangat untuk menulis....
Malam hari tiba Saffana yang baru saja pulang ke rumahnya. Namun saat turun dari Taxi Saffana melihat ada beberapa mobil yang parkir di depan rumahnya.
"Apa ada tamu hari ini!" batinnya yang memperhatikan mobil-mobil tersebut.
"Banyak sekali mobilnya. Apa ayah kedatangan kolega bisnisnya?" ucap Saffana yang menduga-duga.
"Aku lihat saja dulu!" gumamnya.
Saffana tidak banyak berpikir dan langsung masuk kedalam rumahnya. Memang benar di rumahnya sangat banyak orang yang berbicara di ruang tamu. Termasuk ada Rachel adik ayahnya dan juga ada yang lain yang di kenalnya keluarga besar dari ayahnya.
Namun ada 2 pria yang masih muda yang 1 pria itu sangat tidak asing baginya dan yang satu lagi tidak di kenalnya. Selain itu juga ada beberapa yang tidak di kenalnya termasuk seorang perempuan cantik yang memakai jilbab, namun lagi-lagi Saffana merasa tidak asing dengan tamu-tamu di rumahnya itu.
"Saffana kamu sudah pulang," sahut Shofia yang melihat putrinya sudah kembali. Semua mata tertuju pada Saffana. Termasuk sosok Pria tampan dengan wajah teduh, namun terkesan dingin dan cuek. Namun matanya langsung teralihkan ke hal lain yang tidak melihat Saffana terlalu lama.
"Hay Saffana!" sahut wanita manis dengan yang satu-satunya tidak memakai jilbab di antara wanita-wanita yang menjadi tamu kedua orang tuanya.
"Hay Aliyah!" sahut Saffana yang tersenyum tipis.
"Kamu dari mana Saffana?" tanya wanita tua berkacamata.
"Hmmmm, Saffana...."
"Keluyuran lah dari mana lagi," sahut Rachel dengan ketus yang menjawab.
"Pergi dari pagi dan baru pulang malam-malam seperti ini. Kamu ngapain aja di luar keluyuran dan happy-happy bareng teman-teman kamu yang menghabiskan uang orang tua kamu, itu yang kamu lakukan hah!" sinis Rachel yang selalu membuat Saffana malu.
"Rachel, kamu jangan memulai. Saffana keluar dari rumah punya kegiatan dan tidak harus memberitahu kegiatannya kepada kamu," sahut David yang langsung membela putrinya.
"Bela aja terus makanya ngelunjak," kesal Rachel.
"Sudah-sudah kalian ini ribut terus," sahut Eyang.
"Saffana kamu sebaiknya mandi ya dan langsung turun kita makan malam bersama. Keluarga Tante Rachel, Eyang dan juga yang lainnya akan malam," sahut Shofia.
"Iya Saffana, Aksa baru pulang dari Luar Negri Minggu lalu dan berkunjung ke rumah kita," sahut David.
Mata Saffana langsung melihat sosok pria yang sedang meneguk secangkir teh tersebut.
"Iya Bunda Saffana naik dulu," sahut Saffana langsung pergi begitu saja sebelum mendapatkan kata-kata pedas lagi.
"Kalian itu selalu aja membela anak itu. Lihatlah usianya yang sudah menginjak 23 tahun belum bisa melakukan apa-apa selain menghabiskan uang kalian berdua. Menikah juga tidak, bagaimana mau menikah, memang ada pria mau melamar anak seperti itu," sahut Rachel kesal.
"Mah, menikah tidak harus menentukan umur. Itu tergantung jodohnya. Saffana masih 23 hanya beda 1 tahun dari Aliya," sahut Aliyah.
"Kamu juga jangan ikut-ikutan. Ini masalah orang tua," tegas Shofia.
"Ya tapi Saffana itu belum orang tua," sahut Aliyah yang tidak mau kalah dari orang tuanya.
"Kamu yah," kesal Shofia.
"Sudah-sudah kenapa jadi kalian berdua yang ribut tidak malu apa di depan tamu," sahut Eyang yang membuat Rachel akhirnya terdiam.
"Saffana, jadi dia Saffana," batin wanita berjilbab itu.
**********
Saffana sekarang berada di dalam kamarnya yang meletakkan tasnya di atas tempat tidur.
"Jadi benar laki-laki itu kak Aksa dan dia sudah pulang. Apa jangan-jangan wanita yang ada di sana adalah kak Sakilah!" batin Saffana yang menduga-duga.
"Ya mungkin memang iya. Sebaiknya aku cepat-cepat mandi. Agar bunda tidak menunggu terlalu lama," gumam Saffana yang langsung menuju kamar mandi.
************.
Semua tamu yang ada di rumah Saffana sudah berkumpul di meja makan. Gadis cantik yang sudah mandi dan bersih-bersih itu menuruni anak tangga menuju meja makan. Pakaian Saffana malam ini cukup minim yang memakai piyama di atas lututnya dengan lengan pendek yang memang sekalian dirinya ingin tidur setelah makan malam.
Jadi Saffana tidak mau repot yang harus ganti baju lagi. Piyama berbahan satin dengan ikat pinggang di bagian sampingnya yang membuat penampilan Saffana pasti berbeda dari yang lain.
"Ayo Saffana kamu duduk di sini!" ajak Shofia ketika melihat Saffana. Saffana mengangguk yang hampiri orang-orang yang lainnya.
"Astaga!" celetuk Sofia saat Saffana ingin menarik kursi yang membuat Saffana tidak jadi duduk.
"Kamu sebenarnya ingin makan malam atau ingin menunjukkan aurat kamu dengan penampilan kamu seperti ini," sindir Rachel yang langsung mengomentari cara berpakaiannya.
"Apa yang salah dengan penampilan saya?" tanya Saffana.
"Ya kamu pakai nanya lagi, lihat penampilan kamu. Seharusnya itu berpenampilan dengan sopan dan apalagi di sini ada pria. Kamu itu sama saja membuat mata anak saya rusak. Kamu sengaja Ini menimbulkan zina di sini hah!" tegas Rachel dengan ketus.
"Rachel cukup!" sentak David.
"Mas, terus saja membela dia. Lihat penampilannya yang sangat minim yang berani keluar dari kamarnya dan menunjukkan tubuhnya kepada laki-laki di tempat ini. Apa maksudnya coba mempertontonkan auratnya dengan orang yang bukan muhrimnya. Seharusnya wanita sepertinya menutup auratnya dengan baik dan tidak memamerkannya dengan sengaja," Rachel ceramah panjang lebar yang membuat Saffana hanya diam dengan dirinya yang dipermalukan habis-habisan.
"Tapi Aliyah juga tidak memakai jilbab mah," sahut Aliyah anaknya sendiri yang membantah kata-kata sang mama.
"Walau kamu tidak memakai jilbab tapi paling tidak pakaian kamu sopan dan usia kamu juga belum sama sepertinya. Jadi kalian berbeda," tegas Shofia yang pasti melakukan pembelaan.
"Ya ampun mah, Aliyah juga sudah dewasa dan hanya beda satu tahun dengan Saffana," sahut Aliyah.
"Kamu diam saja dan jangan ikut-ikutan!" tegas Rachel.
"Saffana kekamar saja," sahut Saffana yang tampaknya lelah mendengar ocehan dari adik ayahnya itu dan lebih baik pergi.
"Saffana kamu jangan pergi!" cegah Bunda.
"Saffana mau istirahat bunda," sahut Saffana yang hendak pergi.
"Saffana kamu duduk!" sahut Eyang memerintah dengan tegas membuat Saffana tidak jadi pergi.
"Ayo duduk! Kita makan sama-sama kami tamu di rumah kamu,.jadi kamu harus ada di sini! Bukan malah meninggalkan tamu," tegas Eyang. Saffana mau tidak mau harus duduk walaupun hatinya sudah tidak nyaman lagi.
"Kamu juga Rachel, bisa tidak jangan membuat situasi menjadi berantakan. Kamu membesar-besarkan masalah. Kamu tidak malu di depan calon besan kamu hah! Kamu itu keluarga. Jika keponakan kamu salah kamu cukup menegurnya tanpa ada orang lain yang harus tahu semuanya," tegas Eyang dengan bijak.
"Tapi mah....."
"Mama bilang sudah cukup. Kita bertamu ke rumah ini dan kamu apa tidak bisa menghargai yang punya rumah. Kamu selalu saja seperti ini dan membuat masalah," tegas Eyang.
"Apa yang di katakan mama benar, kamu diamlah Rachel dan jangan membuat ke gaduhan," sahut Adam suaminya.
Rachel langsung terdiam yang hanya menahan rasa kesal karena Saffana di bela.
"Sekarang kita sebaiknya menikmati makanan yang sudah disiapkan ini. Saffana kamu juga makan," sahut Eyang. Saffana mengangguk, walau perasaannya sudah tidak enak akibat Rachel.
Aksa bertepatan duduk di depannya melihat ke arah Saffana sebentar dan kembali mengalihkan pandangannya.
Bersambung
"Saffana, kamu pasti bertanya-tanya kenapa malam ini rumah kita ramai, Eyang dan yang lainnya juga berkunjung," ucap Shofia.
"Iya Bunda," jawab Saffana.
"Sayang Bunda lupa mengatakan kepada kamu kita memang akan ada makanan bersama keluarga besar. Selain Aksa yang baru pulang dan kembali berkumpul bersama kita. Aksa juga sebentar lagi akan melangsungkan pernikahannya dalam waktu dekat ini bersama Sakilah calon istrinya," jelas Shofia dengan singkat.
Mata Saffana melihat sebentar ke arah Aksa dan lanjut melihat ke arah Sakilah dan Sakilah wajahnya tampak datar tidak tersenyum sedikitpun kepada Saffana. Wajah Sakilah memang terlihat judes.
"Saffana pasti mengingat Sakilah siapa? Sakilah, kamu dan Aksa waktu kecil sering bermain bersama. Kamu yang paling kecil di antara mereka berdua dan mereka sering jahil pada kamu. Selama ini Sakilah pindah ke Arab dan sekarang kembali ke Indonesia sudah ada satu tahun lebih. Hanya saja tidak pernah berkunjung ke rumah kita dan sekarang baru berkunjung ke rumah kita karena ingin menjadi bagian dari keluarga kita," jelas Shofia.
"Tidak seperti itu Tante, Sakilah belakangan sibuk mengurus yayasan milik papa. Jadi tidak ada waktu untuk berkunjung," sahut Sakilah.
"Iya tidak apa-apa Sakilah," jawab Shofia.
"Lagi pula untuk apa datang kalau hanya bertemu Saffana yang adanya' Sakilah akan terkena hal buruk. Karena Saffana hanya bisa membawa pengaruh negatif," cicit Rachel.
"Rachel!" tegur Adam suaminya.
"Aku mengatakan hal yang benar. Orang bisa berkembang dengan baik. Kamu lihat Putra saya tumbuh dengan baik dengan ilmu agama dan kepribadian yang baik yang yang tidak melenceng dan mengikuti budaya-budaya Barat. Kamu lihat juga calon istrinya yang tahu menjaga dirinya dan menjaga kehormatannya dan sementara kamu yang tidak tumbuh dan berkembang dengan baik. Kamu menjadi wanita liar yang suka keluyuran dan tidak mencerminkan adab yang baik dan juga merusak keluarga besar Arsarah!" tegas Rachel yang tidak memojokkan Saffana maka dirinya tidak akan puas mempermalukan dan membandingkan Saffana.
"Rachel!" tegur David.
"Aku hanya berbicara berdasarkan fakta," tegas Rachel.
Saffana hanya diam saja yang mungkin memang tidak sama seperti yang lainnya yang jauh dari kata wanita muslimah.
"Saya sangat bersyukur sekali mbak Adek dengan penampilan Sakilah seperti ini. Dia sangat cantik dengan pakaian yang menutup tubuhnya. Saya beruntung memiliki menantu seperti Sakilah. Untung saja anak saya tidak dipertemukan dengan wanita yang tidak pantas. Wanita yang tidak bisa menutup auratnya, menjaga kehormatannya, dan suka mempertontonkan tubuhnya!" sindir Rachel.
Saffana pasti tahu jika sindiran itu untuknya yang membuatnya mengepal tangannya dan rasa sakit hatinya yang sangat besar kepada adik ayahnya yang terus saja menghinanya baik secara pribadi maupun di depan orang banyak.
"Jangan terlalu memuji Sakilah seperti itu tante, Sakilah masih banyak belajar dan sangat berharap jika Aksa akan membimbing Sakilah dan semoga saja Saffana bisa mendapatkan hidayahnya," sahut Sakilah merendah diri, tetapi ujung-ujungnya ikut memojokkan Saffana.
"Memang tugas seorang suami untuk membimbing kamu. Itu juga karena anak saya tumbuh dengan pendidikan agama yang baik sehingga mendapatkan istri seperti kamu. Karena jodoh adalah cerminan diri," sahut Rachel.
"Jadi jika wanita yang tidak menentu dan berpenampilan yang suka mempertontonkan tubuhnya tidak akan mungkin bisa mendapatkan laki-laki yang baik untuknya, orang seperti itu pantas dengan laki-laki berandalan di luar sana!"sindir Rachel lagi.
"Saya sih amit-amit, jika mempunyai menantu yang seperti itu," lanjut Rachel dengan matanya yang matanya melihat Saffana dengan tatapan yang merendahkan.
"Saffana. Jika kamu ingin mendapatkan laki-laki seperti Aksa. Kamu harus memperbaiki diri kamu, bertutur kata yang baik, berpakaian yang sopan dan tidak mengikut budaya barat," ucap Rachel menasihati.
"Saya tidak perlu melakukan sesuatu yang dikatakan orang lain. Saya punya hak atas diri saya sendiri dan terserah saya bagaimana. Jika saya mengubah penampilan saya itu juga berdasarkan keinginan saya dan bukan berdasarkan keinginan orang lain atau melakukannya karena orang lain," jawab Saffana dengan tegas yang saling menatap dengan Rachel.
"Jawaban Saffana benar-benar tepat dan itu juga yang sering aku katakan kepada nama jika mama memaksaku untuk memakai jilbab," sahut Aliyah yang tampak suka dengan jawaban dari Saffana.
"Kamu kalau dikasih tahu keras kepala. Bagaimana kamu bisa mendapatkan suami seperti Aksa jika kelakuan kamu saja seperti ini, melawan dan membantah," Rachel yang pasti tidak suka dengan pemberontakan Saffana hampir membuatnya malu di depan besannya.
"Saya juga tidak perlu suami seperti anak tante," jawab Saffana dengan berani. Membuat kepala Aksa terangkat yang sejak tadi fokus makan dan melihat ke arah Saffana.
"Apa maksud kamu. Jadi maksud kamu laki-laki seperti anak saya bukanlah tipe kamu. Hey kamu sadar diri anak saya juga belum tentu mau sama kamu," sahut Rachel merasa tersinggung.
"Saya tidak mengatakan jika anak Tante mau sama saya apa tidak. Tetapi jika diberikan pilihan maka saya tidak akan mau dengan anak Tante," tegas Saffana lagi yang benar-benar membuat Aksa terus melihatnya.
"Kamu...."
"Sudah cukup!" bentak Eyang.
"Kapan makanya selesai, jika sejak tadi hanya ribut-ribut saja. Kamu juga Rachel sudah berkali-kali mama katakan jangan membuat obrolan yang membuat situasi ribut seperti ini. Kamu orang tua tapi tidak paham dan selalu membuat masalah," tegas Eyang.
"Aku hanya mengingatkan anak ini. Tapi mama dengar sendiri apa yang di katakannya," sahut Rachel mencari pembelaan.
"Kamu mengingatkannya sama saja menyinggung kakak dan kakak ipar kamu. Kamu pikir mereka tidak mendidik Saffana hah! kamu tidak perlu ikut campur bagaimana kehidupan mereka. Kamu itu selalu mencari masalah. Kamu harusnya menghargai orang di rumah ini," tegas Eyang. Rachel langsung terdiam yang menatap tajam Saffana.
"Benar apa kata mama, kamu jangan terus memancing keributan," sahut Adam suami dari Rachel.
"Kurang ajar anak ini, berani sekali dia mengatakan seperti itu kepadaku dan dia pikir Aksa juga bakalan mau dengannya walau tidak ada wanita lain di dunia ini," batin Rachel.
"Sudah jelas salah dan masih membela diri. Herannya keluarga besar Aksa terus saja membelanya. Padahal dia hanya anak angkat," batin Sakilah yang terlihat tidak suka dengan Saffana.
*********
Saffana memasuki kamarnya dan langsung menghempaskan tubuhnya terbaring di atas ranjang dengan kedua kakinya yang masih menyentuh lantai. Saffana menatap langit-langit kamarnya dengan menghela nafas
"Tante Rachel selalu saja menganggapku wanita yang sangat buruk, apa sebuah penampilan mencerminkan kepribadian seseorang. Apa dengan penampilanku, mencerminkan jika aku wanita yang nakal dan jahat. Lalu Apa kabar dengan berpenampilan seperti itu, tetapi kata-katanya menyakiti hati orang lain," gumam Saffana.
"Dia selalu saja membanggakan anaknya seolah-olah anaknya satu-satunya pria di dunia ini dan harus memilih wanita yang ingin dinikahinya,"
"Aku juga sama sekali tidak tertarik untuk menikah dengannya. Lagi pula aku yakin. Jika wanita di luaran sana yang ingin menikah dengannya dan tertarik padanya juga akan berubah pikiran ketika melihat ibunya seperti itu. Mana ada menantu yang mau memiliki mertua yang mulutnya sangat culas dan pedas seperti itu," gerutu Saffana.
"Ya lagi pula anak gadisnya saja Aliyah tidak setuju dengan semua perkataannya dan Aku juga yakin pasti Aliyah juga sering membantahnya,"
"Sangat menyebalkan!" umpat Saffana dengan kesal yang sejak tadi berbicara sendiri di kamarnya.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!