NovelToon NovelToon

Menjadi Pelayan Pria Beristri

Sasmita &Hardi

Jakarta, sore itu dilanda hujan deras. Seorang wanita berdiri di halte dengan pakaian basah kuyup dengan tangan memeluk dirinya sendiri. Wanita itu menoleh kiri dan kanan udara sangat dingin karena hujan disertai angin. Bibirnya sudah pucat tanpa ada yang bisa membuatnya merasa hangat.

"M-mas Hardi pasti sudah menungguku," Gumamnya dengan suara menggigil kedinginan.

Wanita itu Sasmita. Sasmita Hamka nama panjangnya, Sasmita berusia 25 tahun. Sasmita memilih kembali berjalan menuju rumah kontrakannya meskipun hujan deras melanda. Tidak ada kendaraan yang bisa di tumpangi membuat Sasmita memilih berjalan dari pada menunggu lama dan semakin kedinginan, langit semakin petang.

"M-mas,"

Brak

Sasmita membuka pintu dengan keras, tubuhnya yang menggigil membuatnya begitu kesulitan untuk bersuara. Bahkan bibirnya sudah pucat pasi.

"Sas, kamu sudah pulang?" seorang pria yang menunjukkan tatapan khawatir begitu sedih melihat istrinya basah kuyup dengan tubuh yang menggigil.

"A-aku mandi dulu Mas, sebentar," Sasmita memilih masuk dengan tergesa, dia sudah tidak tahan dengan rasa dingin di tubuhnya yang menebus tulang.

Sedangkan Hardi suami Sasmita memilih untuk ke dapur, membuatkan teh hangat untuk istrinya.

Setelah tiga puluh menit Sasmita keluar dengan wajah yang tak sepucat tadi, wanita itu sudah sedikit enak di pandang, meskipun bibirnya masih menyiksanya warna putih.

"Minumlah, mumpung masih hangat," Hardi memberikan gelas berisi teh buatannya.

Dengan senang hati Sasmita menerimanya, dan duduk di kursi.

"Maaf Sas, aku tidak bisa berbuat apapun, aku tak berguna," Ucap Hardi dengan tatapan sendu dan rasa putus asa.

Andai saja dirinya bisa, dia tidak akan membiarkan istrinya mengalami hidup seperti ini. Hardi pasti akan membahagiakan Sasmita dengan sepenuh hati.

"Tidak apa Mas, ini cobaan Tuhan untuk kita," Sasmita tersenyum saat mengatakannya. Meskipun hatinya menjerit perih.

Hardi yang melihat hanya bisa menahan perih di dadanya. Sungguh pernikahan yang seharusnya membuat keduanya bahagia kini justru sebaliknya.

Sasmita adalah wanita yang sangat dia cintai. Wanita yang begitu lembut dan tulus.

Sasmita adalah wanita baik yang dia kagumi.

Sasmita adalah wanita yang mau menerima meskipun dengan keadaannya sekarang.

"Mas, besok aku sudah tidak bekerja. Bos Ku ternyata banyak hutang sampai rumahnya disita, dan mereka pergi,"

Deg

Seperti busur panah yang menancap pada hatinya.

Hardi hanya bisa menatap sendu sang istri, ia benar-benar tak bisa melakukan apapun.

"Kalau begitu dia akan bekerja apa lagi," Batin Hardi.

"Besok aku akan cari pekerjaan baru mas, doa'in ya semoga dapat," Ucap Sasmita sambil menggenggam tangan suaminya yang duduk di atas kursi roda.

Kursi roda?

Ya, Hardi suami Sasmita lumpuh saat kecelakaan yang terjadi sebelum pernikahan. Mobil yang di tumpangi Hardi tergelincir saat menghindari sebuah mobil dari arah berlawanan yang hilang kendali karena remnya blong. Alhasil Hardi yang kala itu duduk di sisi bangku supir menjadi hantaman empuk mobil lawan. Saat itu Hardi bersama tim kerjanya sedang melakukan pekerjaan diluar kota, namun siapa sangka jika hari itu adalah hari naas yang di alami Hardi. Pria itu mengalami luka parah pada kakinya hingga menjadikanya lumpuh. Hardi yang tak bisa lagi berjalan terpaksa diberhentikan dari perusahaan.

Karena bentuk rasa cintanya dan tak kuasa meninggalkan saat Hardi terpuruk, Sasmita memilih menerima Hardi menjadi suaminya dan akhirnya mereka menikah setelah Hardi keluar dari rumah sakit.

"Maafkan aku Sas, aku seharunya yang menjadi tulang punggung mu," Sesal Hardi dengan keadaanya yang sekarang.

Sasmita hanya tersenyum, senyum hangat yang selalu membuat Hardi merasa nyaman.

"Tidak apa Mas, suatu saat jika kamu sembuh kamu akan menjadi tulang punggung untuk ku dan anak-anak kita," Ucap Sasmita dengan senyuman hangatnya.

Namun senyuman hangat itu di balas Hardi dengan senyum kecut.

Hay...Hay.... Jangan lupa kasih semangat di karya baru author ini sayang... untuk like komen dan subscribe tentunya 😂😂

Aku akan memberi mu pekerjaan

Pagi hari, Sasmita sudah rapi bersiap untuk melamar pekerjaan. Tak lupa juga dirinya menyiapkan kebutuhan sang suami didalam rumah sebelum ia tinggalkan.

Setelah sarapan bersama dengan nasi goreng sisa nasi semalam, keduanya kini berada di teras rumah.

"Mas, aku berangkat dulu, do'akan semoga aku mendapat pekerjaan," Sasmita meraih tangan suaminya disertai ciuman di punggung tangannya.

Hardi mengangguk sambil mengusap kepala Sasmita saat mencium tangannya.

"Mas doakan, dan hati-hati jaga diri baik-baik," Tutur Hardi dengan tatapan sendu.

"Iya mas.."

Sasmita akhirnya pamit pergi diiringi dengan senyuman dan doa. Hingga wanita itu menghilang seiring berjalan kaki.

Hardi hanya bisa mengusap wajahnya frustasi. Ia benar-benar stress dengan keadaanya yang sekarang.

"Aku tidak bisa seperti ini terus, aku harus sembuh.." Gumamnya dengan tekad.

*

*

Sasmita yang sedang berjalan kaki tak sengaja melihat kertas yang tertempel di dinding sebuah rumah makan, namun saat dirinya akan menghampiri Sasmita justru melihat seorang ibu-ibu yang akan menyebrang dengan bawaan belanjaan di tangannya. Melihat ramainya pengendara membuat ibu itu tak berani untuk melangkah. Dengan rasa kemanusiaan, Sasmita menghampirinya dan berniat membantu.

"Nanti saja, kasihan ibu-ibu itu," Sasmita memilih untuk menolong ibu tadi, dari pada masuk kerumah makan yang menerima lowongan, pikirnya dia bisa kembali ke sana setelah memberi pertolongan ibu tadi.

"Ibu, apa ibu ingin menyebrang?" Tanya Sasmita sambil mengernyitkan kening karena terik mata hari pagi menjelang siang.

"Em, iya.. tapi ibu tidak berani karena kendaraan terlalu ramai nak," Jawab si ibu yang tampak kepanasan, bulir keringat memenuhi kening, mungkin ibu ini sudah terlalu lama berdiri.

"Mari saya bantu Bu," Sasmita meraih kantung belanjaan di tangan salah satu ibu itu, hingga dirinya juga membantu menyenangkan jalan.

Sampainya di trotoar pinggir, Sasmita kembali memberikan kantung belanjaan ibu tadi.

"Hati-hati ya Bu, ini kantung belanjanya," Sasmita memberikan belanjaan ibu itu kembali.

"Terima kasih nak, kamu sangat baik.. jarang sekali sekarang anak muda yang perhatian dengan orang lain," ibu itu tersenyum dengan hangat. "Ini ada rezeki untuk kamu," Si ibu mengulurkan uang yang dia ambil dalam dompetnya.

"Eh, tidak usah Bu, saya ikhlas," Sasmita mendorong mundur tangan si ibu yang menyodorkan uang beberapa lembar uang merah.

Membenarkan tas bahunya Sasmita kembali tersenyum.

"Doakan saja semoga saya cepat dapat pekerjaan Bu, hari ini saya sedang mencari kerja." Katanya dengan senyuman mengembang.

Di tengah hidupnya yang memiliki kehidupan pahit, Sasmita tak pernah mengeluh pada orang lain, senyumnya yang hangat adalah topeng wajahnya untuk menutupi pahit hidupnya.

"Ibu doakan nak.."

*

*

Sasmita kembali ke rumah makan yang tadi sempat memasang kertas lowongan kerja. Namun siapa sangka jika saat dirinya sampai justru seorang security sedang melepaskan kertas yang di tempel itu.

"Permisi pak, kenapa di lepas? Saya baru saja ingin melamar pekerjaan pak?" Ucap Sasmita membuat security itu menoleh.

"Maaf Mbak, baru saja sudah mendapat karyawan, mbaknya terlambat datang." Jelas security itu.

Seketika Sasmita menjadi lemas, padahal dia tadi begitu senang melihat lowongan pekerjaan tadi.

Sasmita akhirnya pergi dengan wajah muram, map yang ia pegang kembali ia masukkan kedalam tas bahunya.

"Belum rezeki," Katanya sambil menghela napas panjang.

Jika sedang terpuruk dalam hal ekonomi, Sasmita tidak mungkin menggunakan jasa ojek ataupun taksi untuk mencari pekerjaan. Hanya mengandalkan jalan kaki, Sasmita terus menyusuri jalan tanpa tujuan. Beberapa rumah makan dan toko ia masuki untuk mencari pekerjaan. Namun semua menolak karena tidak butuh karyawan baru.

Terik matahari tak ia hiraukan, lapar yang ia rasakan tak membuatnya lelah berjalan. Sasmita mengusap keningnya yang bercucuran keringat, hari sudah semakin sore dan dirinya belum mendapatkan pekerjaan sama sekali.

Krukk

Krukk

Sasmita menyentuh perutnya yang tiba-tiba berbunyi, rasa lapar yang sejak siang ia tahan kini semakin terasa.

"Ya Tuhan, kenapa susah sekali mendapat pekerjaan," Gumamnya dengan wajah kelelahan.

Sasmita mendongak, langit tiba-tiba mendung dan gelap, sedangkan perjalanan menuju pulang masih butuh tiga puluh menit.

"Hujan akan turun, tidak mungkin aku sampai rumah sebelum hujan."

Sasmita kembali berjalan, namun hujan langsung turun begitu lebat membuatnya sedikit berlari untuk mencapai halte didepan. Karena hanya membawa uang yang ia punya, belum lagi untuk makan hari esok, alhasil Sasmita tak berani untuk mencari kendaraan menuju rumah. Takut jika uangnya tak ada lagi dan dirinya tidak bisa membeli makan apalagi ada suaminya di rumah yang butuh makan.

Dengan wajah basah Sasmita mengusap dengan tangannya, hujan disertai angin yang kencang membuatnya jadi kedinginan.

Baju yang basah, begitu juga dengan rambutnya, wanita itu terlihat begitu menyedihkan.

Rasa lapar yang mendera, hawa dingin yang menerpa, hujan lebat yang masih terus mengguyur, Sasmita hanya bisa memeluk tubuhnya.

"Kenapa tak kunjung reda, bagaimana ini, hari semakin gelap."

Sasmita menatap langit yang gelap, hari sudah petang dan dirinya terjebak kembali dengan dinginnya angin luar.

Cuaca beberapa hari ini memang tak bisa diprediksi, pagi begitu cerah siang pun begitu terik, tapi siapa sangka jika sore hari akan ada hujan lebat seperti ini.

Dengan langkah gontai, Sasmita nekat kembali berjalan di bawah derasnya air hujan. Namun baru beberapa langkah berjalan, dari arah belakang terdapat sebuah mobil yang melaju kencang hingga membuat Sasmita yang berjalan terkejut sampai tubuhnya terhuyung dan jatuh.

Akkhhh

Merintih dalam gelapnya malam dan derasnya hujan Sasmita menjatuhkan air matanya ditengah guyuran hujan. Konon menangis di bawah hujan tak akan membuat orang lain tahu kesedihan yang kita rasakan. Dan Sasmita menangis terisak dengan tubuh bergetar.

Didalam mobil mahal seorang pria melirik kaca spion dalam.

"Nyonya, sepetinya wanita tadi jatuh,"

Si wanita yang di panggil nyonya menoleh kebelakang, dan ia bisa melihat sosok wanita yang terduduk di jalan.

"Putar balik!"

Mobil yang tadinya melaju kencang kian melambat saat menyadari seseorang telah jatuh dijalan. Dan kini mobil itu berputar arah dan berhenti tepat di sisi Sasmita.

Sasmita mendongak dengan mata memerah dan perih, seorang wanita berdiri di bawah payung.

"Bangunlah, hujan semakin deras," Katanya sambil menyuruh si supir untuk membantu membawa Sasmita ke halte tadi.

Tubuhnya semakin bergetar, wajahnya kian pucat dengan kedua tangan memeluk tubuhnya sendiri.

Melihat keadaan si wanita yang tak di kenal membuat wanita berpakaian mewah tadi hanya menyulitkan matanya.

"Maaf nona tas anda basah, begitu juga dengan map di dalamnya," Si supir memberikan tas pada Sasmita, tak sengaja map yang ia taruh didalam setengah keluar setelah dirinya jatuh tadi.

"T-terima kasih.." Katanya dengan suara gagap.

Wanita itu melirik tas yang dipegang Sasmita, hingga suaranya membuat Sasmita yang terus menunduk menatapnya.

"Kau butuh pekerjaan? Aku akan memberimu pekerjaan!"

Tidak bisa memberi nafkah Batin

"Sepuluh juta untuk satu bulan!"

Dua gepok uang tunai disodorkan didepan Sasmita dan Hardi.

Keduanya tampak terkejut dengan nominal yang diberikan. 10juta bukanlah uang sedikit.

Sasmita menelan ludah, matanya terlihat gemetar menatap seorang wanita cantik didepanya.

"S-sepuluh j-juta," Ucap Sasmita dengan suara gagap.

"Jika pekerjaan mu bagus, saya akan tambahkan bonus!" Tambah wanita itu lagi.

Sasmita menelan ludah ia menatap suaminya dengan tatapan bingung.

Hardi menyentuh tangan dingin Sasmita, dan dia berbicara.

"Pekerjaan apa yang anda janjikan, kenapa gajinya begitu besar?"

Bukan tanpa alasan Hardi menanyakan hal itu, meskipun wanita yang duduk di depannya berpenampilan kelas dan jelas dari kalangan orang kaya.

Namun penampilan seseorang tak lantas membuatnya merasa yakin, Hardi justru merasa jika istrinya akan mendapatkan pekerjaan yang tak mudah atau perkejaan yang senonoh, contohnya psk.

"Hanya menjadi pelayan suami saya yang lumpuh!" Jawab wanita itu dingin.

Wajahnya memang cantik, tapi aura dingin dan tatapan datar itu membuat orang yang melihat justru merasa tidak nyaman.

"Saya tidak punya waktu banyak, jika kamu bersedia maka kamu bisa menandatangani perjanjian kontrak kerja," Tangan wanita itu terulur pada pria yang berdiri disampingnya, dan menerima sebuah map.

"Dengan uang itu, maka kamu bisa membawa suami mu ke dokter," Katanya lagi sambil melirik sosok Hardi yang duduk di atas kursi roda.

"Bagaimana mas?" bisik Sasmita meminta pendapat dan persetujuan dari suaminya.

"Terserah kamu sayang, kamu yang bekerja, aku tidak bisa melakukan apapun jadi semua terserah padamu." Hardi sudah merasa putus asa dengan keadaanya.

Dan jika dirinya mencegah pekerjaan Sasmita, dirinya tak bisa menanggung beban keuangan sendiri, gaji yang cukup lumayan besar hanya untuk menjadi pelayan seorang suami yang cacat, mengingat itu Hardi sendiri merasa miris.

'Aku cacat tapi tidak bisa menghasilkan uang, tapi pria lain cacat bisa memberikan orang lain uang.' Batin Hardi miris.

"Baik saya terima pekerjaan untuk menjadi pelayan suami anda."

*

*

Malam semakin larut dengan udara yang dingin, sisa-sisa air hujan yang masih menetes membuat suasana syahdu.

Sasmita baru saja membatu suaminya untuk naik ke atas ranjang, lalu menyelimutinya dengan selimut hangat agar kaki sang suami tidak terasa nyeri karena udara dingin.

"Besok aku sudah mulai kerja mas, lalu bagaimana dengan kamu?" Sasmita ikut naik ke atas ranjang, keduanya kini sudah saling berbaring dengan Sasmita yang menggunakan lengan suaminya sebagai bantal.

"Aku tidak apa-apa, jika untuk mengurus diriku sendiri aku bisa sayang, toh..kamu akan pulang tiga hari sekali," Katanya sambil mengusap rambut Sasmita.

Ya, dalam perjanjian Sasmita harus menginap dan satu bulan sekali akan mendapatkan cuti, namun baik Sasmita justru melakukan negosiasi meminta keringanan untuk jadwal cutinya.

"Gajinya dipotong tidak apa nyonya, asalkan saya bisa pulang tiga hari sekali," Katanya saat meminta kelonggaran.

Namun kerena yang di minta dengan kata pulang tidak untuk menginap, akhirnya wanita itu mengijinkan, Sasmita akan pulang tiga hari sekali tanpa menginap.

"Maafkan aku Sasmita, aku hanya bisa membuat mu susah," Ucap Hardi dengan suara sendunya.

Setiap melihat istrinya begitu bekerja keras tanpa lelah membuatnya merasa sesak dan penyesalan selalu membuatnya menjadi pria yang tak berguna.

"Tidak ada yang perlu di maafkan mas, aku ikhlas menjalani semuanya," Ucap Sasmita dengan seulas senyum hangatnya.

Hardi tak tahan dengan bibir Sasmita yang tampak alami, meskipun tanpa menggunakan pewarna bibir, namun bibir Sasmita sudah sangat indah.

Wajah keduanya saling berdekatan, hingga bibir mereka pun saling melumat dan meyesap seolah sedang ingin menyalurkan hasrat. Namun sampai beberapa waktu Hardi merasa frustrasi, ia sama sekali tak bisa mendapatkan eraksi di bagian kedua pangkal pahanya.

Emphh

Hardi menjauhkan wajahnya dengan tatapan frustasi, yang hanya disambut dengan senyuman oleh Sasmita.

"Maafkan aku yang tidak bisa memberi mu kepuasan batin sayang," Ucap Hardi dengan rasa putus asa.

*

*

Jangan lupa Like dan komen... rating 🌟🌟🌟🌟🌟

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!