NovelToon NovelToon

Takdir Cinta Nada Si Gadis Pincang

01. Si gadis rajin

Seorang gadis berlari tergopoh-gopoh sambil menenteng sebuah keranjang. Setelah sampai di depan sebuah Kampus yang terbilang cukup elit.

Dengan langkah tertatih-tatih ia pun bergegas maauk dan menuju ke belakang kampus.

"Hos–hos–hos...Assalmuallaikum bu. Maaf, saya kesiangan!" Mencium punggung tangan seorang wanita paruh baya.

"Tidak apa-apa Nada, masih sepi juga kok! belum ada pembeli juga. Oh ya, kamu tambahin kan kue paatelnya?" Wanita paruh baya yang bernama ibu Mirna itu meraih kerangjang dari tangan Nada dan membukanya. Lalu ia menatanya di sebuah kotak box plastik.

"Tenang bu, jangan khawatir!sudah Nada tambahin kira-kira 20 buah." Nada mengacungkan jari jempolnya dan tersenyum manis.

"Sip-lah kalau begitu kamu memang yang terbaik, Nada!"

Kemudian Nada melangkah menuju ke dalam tepatnya ke ruang pantry yang sangat sederhana. Karena tempat itu adalah kantin kampus dan sudah sekitar 1 tahun-an Nada bekerja dengan bu Mirna. Walaupun gajinya tidak sesuai UMR.Akan tetapi, Nada sudah cukup senang.

Selain bekerja ia juga bisa menitipkan kue-kue basah yang di buatnya sendiri untuk di jual. Lumayan untuk menambah pundi-pundi uang dan mencukupi kehidupan sehari-hari keluarganya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi dan situasi kantin sudah mulai tampak ramai.Nada pun telah stanby di meja kasir.

"Mbak, pesan soto dagingnya 1, terua soto ayam 1 sama minumnya 2 es jeruk manis ya!"

"Baik Mbak, di tunggu ya!"

Nada lalu menyerahkan pesanan tersebut kepada bu Mirna yang akan menyiapkannya. Sebenarnya ada satu orang lagi yang membantu bu Mirna, yaitu keponakannya sendiri yang bernama Hani. Jika sedang ramai, Nada juga ikut membantu di dapur.

"Mbak Nada, ini pesanannya audah siap!"Hani menaruh nampan yang berisi dua mangkuk soto daging dan dua gelas es jeruk sesuai dengan yang di order oleh salah satu pelanggannya.

"Oke, terima kasih ya Hani!" Setelah iti Nada mengatarkan pesanan tersebut.

"Pesanan datang, mari silahkan!selamat menikmati mbak dan mas-nya!" Nada menangkupkan telapak tangannya dan tak lupa tersenyum ramah.

"Iya, terima kasih mbak!"

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua sore. Seperti biasa, Nada akan pamit setelah menyelesaikan semua pekerjaannya. Beberes dan memberaihkan semua peralatan di dapur dan etalase bersama-sama dengan Hani.

"Ibu, Nada pamit ya!" Mencium punggung tangan bu Mirna yang sudah di anggapnya seperti ibunya sendiri.

"Iya, hati-hati ya nduk!istirahatlah yang cukup jangan terlalu ngoyo, Nada! pikirkan kesehatanmu juga!"

Dan Nada pun melenggang pergi dengan senyum yang selalu mengembang di wajah cantiknya.

"Beres bu, sudah ya!Nada sudah hampir telat ini? Assalamuallaikum!"

Nada berlari sekencang- kencangnya, Walau pun dengan kaki yang tertatih-tatih. Fisik nada memang berbeda dari kebanyakan orang biasa. Ia memiliki cacat bawaan sejak lahir pada kakinya.

Namun, Nada tidak pernah berkecil hati. Gadis itu menerima dengan ikhlas kekurangannya itu. Baginya sudah bersyukur ia terlahir dengan sehat dan yang terpenting ia memiliki keluarga yang sangat menyayanginya.

Dari kejauhan Nada tidak menyadari bahwa ada sekelompok mahasiswa yang terus mengawasi gerak geriknya.

Terutama salah satu diantaranya. Seorang pemuda tampan yang menyunggingkan senyumnya ketika menatap Nada.

"Siapa dia?"

"Hey, ngapain loe Sen, liatin siapa sih loe?"

Ardi Ikut melihat arah pandang Asen. Dan ternyata Asen tengah memandang seorang gadis yang sedang berlarian di sepanjang koridor kampus.

"Loe tahu dia dari fakultas apa?"

"Siapa? cewek itu? dia bukan anak kampus ini dan dia juga bukan seorang mahasiswi. dia bekerja di kantin kampus."

Ya, Ardi memang tahu karena ia sering makan di kantin kampus tidak seperti seorang Asen yang tak pernah menginjakkan kakinya di sana.

"Kantin? maksud loe kantin yang di belakang kampus?"

"Ya iya lah, Sen. masa' kantin di depan kampus? makannya sekali-kali nongkrong di kantin sama kita-kita yang bukan kalangan anak sultan." Ardi terkekeh dan sedikit menyindir Asen.

"O, begitu!" Asen hanya manggut-manggut lalu senyum tersungging di wajah tampannya.

Tak lama setelah itu mereka masuk ke kelas karena mata kuliah akan segera di mulai.

 

Sementara itu di sebuah restaurant.Nada tengah berkutat dengan pekerjaannya membersihkan peralatan makan. Nada bekerja di sana sebagai karyawan bagian bersih-bersih.

Semakin sore pengunjung makin ramai dan Nada pun lumayan kualahan mencuci gelas dan piring yang menumpuk.

"Nada, bisa tolong bersihkan salah satu meja yang kotor, ada pengunjung yang menumpahkan minuman!"

"Baik pak!" Nada melepas celemeknya lalu beranjak menuju ke depan dengan membawa peralatan kebersihannya.

Nada membersihkan meja dan lantai dengan telaten.Benerapa pasang mata pengunjung memperhatikannya. Mereka takjub dengan seorang gadis muda nan cantik yang mau bekerja sebagai tukang bersih-bersih.

"Ada apa Tuan?" Seorang laki-laki muda menegur sang atasan yang tengah melamun dengan sorot mata yang fokus menatap seorang gadis cantik.

"Oh, tidak ada apa-apa! Jadi, sampai dimana pembicaraan kita tadi?" Laki-laki itu pun sontak kaget dan tersadar dari lamunannya.

Di salah satu meja, ada empat orang pria yang berpakaian jas rapi. Sepertinya mereka sedang mengadakan pertemuan. Salah satu diantaranya adalah seorang pengusaha sukses yang cukup terkenal di kalangan para pebisnis. Dia adalah Raynar Baureksa Lugue.

Setelah keempat pria tersebut berbicara panjang lebar, akhirnya mereka pun membubarkan diri.

Sorot mata tajam seorang Reynar masih mengunci pergerakan seorang gadis yang tengah melangkah menuju ke belakang restauran dengan senyum terkulum di bibirnya.

Sebuah mobil mewah melaju dengan kecepatan sedang.Reynar duduk di kursi penumpang dan sang asisten yang tengah fokus menyetir.

"Har, cari tahu tentang gadis yang di restauran tadi!"

"Maaf, gadis mana yang anda maksud Tuan?Apa karyawan yang bersih-bersih tadi?"

"hmm..."

"Memangnya ada apa Tuan dengan gadis itu?" Hardi penasaran kenapa tiba-tiba boss nya itu ingin tahu tentang gadis itu?

"Apa mungkin Tuan Reyhar tertarik dengan.gadis yang tampak biasa saja itu? Ah, sudahlah. Itu bukanlah urusanku."

Reynar tidak menjawab, dia malah menatap dingin asistennya itu. Seketika Hardi pun bungkam tak berani bertanya apa pun lagi.

"Ba—baik Tuan!"

 

Pukul 10 malam, Nada dan salah satu teman kerjanya tengah menunggu kendaraaan umum untuk pulang ke rumah.

"Kamu kenapa? Hari ini kamu tak seperti biasanya? apa kamu sedang ada masalah?"

"Bukan masalah besar sih Nis, hanya saja aku hanya sedikit bingung? Adikku kan sebentar lagi akan masuk ke universitas dan membutuhkan biaya yang tak sedikit. Sedangkan tabunganku sepertinya belum cukup."

"Memangnya masih kurang berapa Na?" Tanya Nisa.

"Ya, sekitar 15 juta, Nis. Maka, dari itu aku bingung. Ada tidak ya pekerjaan yang waktunya malam? Jadi tidak akan mengganggu pekerjaanku di kantin dan restauran." Nada tampak berpikir keras.

"Ya ampun Na, kamu itu sudah bekerja seharian loh, di dua tempat lagi. Apa badanmu nanti tidak remuk?Sudahlah Na ,ngak usah ngoyo!" Nisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tak berapa lama sebuah angkot berhenti dan mereka berdua langsung menaikinya.

 

Nada merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur yang ia pakai tidur berdua dengan adiknya. Ia bahkan belum berganti baju.

"Kak Nada, itu air hangatnya sudah siap!cepatlah mandi kak, ini sudah malam!"

Nada pun tak menjawab, ia lalu beranjak dan masuk ke dalam kamar mandi.

Ting

"Na, Mbakku bilang ada lowongan di tempatnya bekerja. Tapi, apa kamu mau dan juga sanggup? kerjanya jam 10 an malam sampai menjelang subuh, ya sekitar jam 3 an. Bagaimana Na? apa kamu mau?" tanya Nisa

"Iya, Nis aku mau. Ngak masalah, aku sanggup.Kapan aku bisa bertemu sama mbakmu?"

"Besok siang, kira-kira jam 1 an bisa? soalnya jam segitu mbakku baru bangun tidur."

"Oke, besok aku akan izin sama bu Mirna. Aku akan langsung ke rumahmu ya Nis?" Nada tampak begitu senang karena ia akan mendapatkan pekerjaan tambahan lagi.

Mendengar kabar tersebut, Nada jadi merasa tenang. akhirnya ada jalan keluar dari permasalahannya.

Bersambung

02. Bekerja di club malam

Keesokkan harinya, Nada menjalankan aktivitas seperti biasanya. Pagi hari ia akan membantu bu Mirna dan Hani.

Sisa waktunya hanya tinggal sejam lagi.ia sebenarnya ingin segera berpamitan. Namun, ia mengurungkannya karena pengunjung sedang ramai-ramainya. Akhirnya ia pun memundurkan waktunya sampai suasana kantin sudah lenggang.

Tiga orang mahasiswa baru saja duduk di salah satu meja dan langsung memanggil Nada.

"Hey, mbak-!" Dan dengan sigap Nada langsung bergegas menghampirinya.

"Iya, mas—mas nya mau pesan apa?" Nada telah siap dengan kertas dan penanya.Lalu menatap satu persatu untuk menanyakan dan mancatat pesanannya.

"Mbak–saya pesan soto daging dan minumnya es jeruk manis ya, semanis mbak nya!" Ardi tersenyum genit dengan menaik turunkan alisnya.

"Mas nya gombal? oke, kalau mas mau pesan apa?Nada menunjuk Deni yang juga tengah memandang Nada dengan tatapan menggoda.

"Kalau saya, samain saja ya mbak seperti teman saya yang genit ini! Mbak nya kok manis banget sih?"

"Oke, mas juga sama- sama genit seperti temannya itu!"

Dan kini tinggal orang yang terakhir. Nada menatap Asen yang perilakunya tampak berbeda dari kedua temannya. Pemuda itu hanya diam bahkan menatap dingin pada Nada.Namun, Nada sama sekali tak menghiraukannya.

"Ekhem...kalau anda mau pesan apa,mas?"

Diam sejenak, Nada menunggu laki-laki itu untuk mengatakan apa yang akan di pesannya.

"Oke, mas nya ternyata tidak mau memesan apa pun. Kalau begitu di tunggu ya mas–mas pesanannya!" Nada tak lupa tersenyum ramah pada setiap pelanggannya.Setelah itu ia beranjak menuju ke pantry untuk menyerahkan catatan pesanannya. Namun, baru saja ia berbalik suara seruan Asen menghentikan langkahnya.

"Hey, sombong sekali kamu?mentang-mentang kedua temanku ini menggodamu?sok kecantikkan, lihat saja jalannya saja pincang begitu! tahu diri dikit lah!" Asen berdecak kesal karena merasa di permalukan oleh Nada.

"Oh, kalau begitu maaf ya jika masnya tidak berkenan atas ucapan saya. Dan ya, kaki saya memang pincang. Memangnya kenapa? apa bagi anda ada masalah dengan hal itu? kaki kaki saya, mau berjalan pincang atau terseok-seok,kek! itu adalah hak saya dan tidak ada urusannya dengan anda.Permisi!" Nada sudah mulai kesal dengan sikap arogan Asen.

Ardi dan Deni menatap kepergian Nada dengan wajah menyesal. Lalu mereka melihat ke arah Asen dengan hanya menggelengkan kepala.

"Sen, lo kok tega banget sih ngomong seperti itu sama tu cewek? kasihan tahu! mulut loe tu sen dah kayak bon cabe level 100?ck, kelewatan loe!" Ardi berdecak sebal dengan sikap kasar Asen pada Nada.

"Iya, Sen. kasihan tahu! dia itu kan hanya melakukan pekerjaannya, melayani para pelanggannya dengan ramah. nah, elo malah nuduh dia kegenitan. loe, sehat kan Sen?" Deni menyentuh dahi Asen. Namun, langsung di tepis kasar olehnya.

"Sudah ah, mending gue pergi saja dari sini! illfeel gue liat tu cewek, sok kecakepan banget." Asen langsung berjalan meninggalkan kedua temannya yang masih menunggu makanannya.

"Woii—Sen, gitu aja ngambek loe?"

Di kejauhan Nada menatap jengah laki-laki yang sikapnya yang tak ada sopan-sopannya sama sekali. tepatnya sangat arogan. "mentang-mentang anak orang kaya seenaknya saja dia menghina orang."

Beberapa menit kemudian Nada mengantarkan pesanan Ardi dan Deni.

"Pesanan datang, selamat menikmati!" Meletakkannya di atas meja, dan tak lupa tersenyum ramah sebagai layanan yang terbaik kepada para pelanggan cafe.

"Terima kasih ya mbak. Boleh tahu namanya ngak mbak? soal teman kami yang tadi, maaf ya mbak dia memang orangnya agak aneh?" terkekeh

"Iya, ngak apa-apa mas. sudah terbiasa! nama saya Nada. mari mas, silahkan!"

"Terima kasih, mbak Nada!"

"Gila ya si Asen, masa' cewek manis dan ramah gitu di bilang kegenitan?" Ardi

"Sudahlah, biarkan saja!semua juga tahu kan gimana sifat ai Asen."

Dan merekapun mulai menyantap makanannya.

Waktu telah menunjukkan pukul 13.00. Suasana kantin sudah tampak lenggang. Nada pun meminta izin untuk pulang cepat karena sudah ada janji dengan Nisa, temannya.

"Bu, Nada boleh minta izin pulang sekarang? soalnya sedang ada urusan penting."

"Ya, tentu saja boleh kok Nada. sudah sana, nanti telat!oh, ya ini uang kue-nya!" Nada pun menerimanya lalu beranjak pergi dengan menenteng keranjang kue nya yang sudah kosong.

"Terima kasih ya bu, assalamuallaikum!" Mencium punggung tangan bu Mirna.

"Wa'allaikumsalam. hati-hati ya nduk!"

"Iya, bu!" Melambaikan tangan

Nada duduk di halte bis di depan kampus sambil mengirimkan pesan singkat untuk Nisa. memberitahukan kalau ia agak telat datang.

Sebuah mobil sport melintas tepat do depan Nada.Ternyata sang pemilik mobil adalah Asen , pemuda yang pernah adu mulut dengannya di kantin tadi. Nada pun berpura-pura tak melihatnya dan membuang pandangannya ke arah lain. Hal itu membuat Asen bertambah kesal pada Nada.

"Dasar, cewek murahan!" Kesalnya

Tok tok tok

"Assalmuallaikum.Nisa!"

Kriett

"Wa'allaikumsalam. Eh, Nada...ayo, sini masuk! itu mbakku sudah nunggu dari tadi!" Nada mengikuti langkah Nisa menuju ke ruang tamu.

"Duduk Na, sebentar ya aku panggilkan mbak Santi nya!" Nada pun mengangguk

"Hai, kamu yang namanya Nada ya?" Mbak Santi duduk di sofa saling berhadapan dengan Nada, sedangkan Nisa datang membawa minuman, lalu ikut duduk juga di sebelah Nada.

"Iya, mbak.Saya Nada teman kerja Nisa di restauran."

"hmm...begini ya Nada.Kamu pasti sudah dengar kan dari Nisa, jenis pekerjaan yang akan kamu lakukan? ya, namanya juga pekerja malam jadi ya pasti ada saja resikonya? apa kamu sudah siap?"

"Iya, insyaallah saya siap mbak! pekerjaan apapun saya mau, yang penting halal.Soalnya saat ini saya benar-benar sedang butuh uang, mbak?" Mbak Santi mengangguk mengerti akan kesulitan ekonomi yang tengah di hadapi Nada.

"Oke, kalau begitu. Nanti malam kamu ikut mbak ke Club ya! mbak akan kenalkan ke manager.Tapi, kamu jangan khawatir! kamu bekerja hanya sebagai pelayan yang mengantarkan minuman untuk para tamu saja. Jadi, tidak usah takut."

"Baik mbak, terima kasih!'

"Kalau begitu, saya pamit dulu ya mbak mau berangkat ke restauran bareng Nisa!"

"Iya, mbak. Nisa sama Nada berangkat kerja dulu ya mbak! assalamuallaikum."

"Wa'allaikumsalam. hati-hati!"

 

Waktu pun berlalu begitu cepat, Nada dan Nisa sudah berada di halte bis seyelah jam kerja mereka usai.

"Kamu habis ini mau langsung ke Club, Na?" Nada pun mengangguk

"Apa kamu ngak capek Na?" Menatap temannya khawatir.

"Ya, ngak apa-apa lah Nis! memangnya kenapa? jangan khawatir ya!Yuk, itu angkotnya sudah datang!"

Dan kini Nada telah berdiri tepat di depan sebuah Clib malam yang bernama Club xxx.

"Permisi pak , saya mencari mbak Santi yang bekerja di sini."

Nada menghampiri petugas keamanan yang tengah bberjaga di depan Club.

"Oh, iya. Mbak langsung masuk saja, silahkan!"

Nada bergegas maauk ke dalam dan melihat suasana club sudah tampak ramai.Suara dentuman musik yang menggema di seluruh ruangan dengan lampu yang temaram berkerlap kerlip. Ia menajamkan pandangannya ke sekeliling ruangan untuk mencari keberadaan Santi. Namun, tiba-tiba saja ada yang menarik kasar pergelangan tangannya...?

"Heh...sedang apa kamu di tempat ini, gadis

pincang?"

Bersambung

03. Girendra Asen Lugue

"Heh...sedang apa kamu di tempat ini, gadis

pincang?" Asen mencekal kasar lengan Nada sampai gadis itu meringis kesakitan.

"Lepaskan! ada apa denganmu hah?kenapa kamu selalu mencari gara-gara dengan saya? apa salah saya?" Nada pun mulai terpancing emosi dan sepertinya akan ada adu mulut seai kedua di antara mereka.

Asen dan Nada saling menatap penuh kebencian.

"Nada, kamu sudah datang? ayo, ikut mbak!" Perhatian mereka teralihkan mendengar suara Mbak Santi yang menyapa Nada.

"Eh, iya mbak. Baik!"

Nada meninggalkan Asen yang masih menatapnya kesal. Namun, Nada sama sekali tidak memperdulikannya.

tok tok tok

"Ya, masuk!"

"Permisi Mas, ini yang akan bekerja menggantikan yuli yang kemarin mengundurkan diri."

Pria tampan yang tampak masih muda itu bernama Raditya Atmaja adalah sang pemilik Club xxx. Ia memindai fisik Nada dari atas sampai bawah menatap intens wajah cantik alami yang dimiliki gadis mida tersebut dan tersenyum penuh makna.

"Bagaimana mas Radit? apa Nada sudah bisa mulai bekerja? karena kita memang sedang kekurangan karyawan di bagian pelayanan ,bukan?" Tanya Mbak Santi.

"hmm...dia cukup cantik, apalagi kalau sudah berdandan? apa dia di tempatkan sebagai pemandu saja ya? dia akan menjadi aset yang berharga di club ini?" Jiwa bisnis seorang Radit mulai berjalan.

"Ehem, apa kamu mau jika di tempatkan di bagian lain? menemani tamu ,misalnya?"

Nada sontak terkejut tak menyangka akan di tawari pekerjaan yang sama sekali tak di inginkannya.Dan dengan lantang ia pun menolaknya mentah-mentah.

"Maaf, Tuan. Saya di tawarkan untuk bekerja di sini hanya sebagai pelayan pengantar minuman saja. itu yang mbak Santi katakan kepada saya.Dan maaf saya menolaknya."

Radit semakin penasaran dengan Nada. Gadis yang dengan terang-terangan menolak pekerjaan yang sangat menjanjikan yang akan menambah pundi-pundi uang yang melimpah.

"Oke, sorry ya! Baiklah. mulai malam ini kamu sudah boleh mulai bekerja dan Santi yang akan membimbingmu. Kamu akan di tempatkan untuk melayani ruangan VVIP!

"Santi, tolong kamu urus dia ya!"

"Baik, mas! ayo, Na ikuti mbak lagi!"

Radit terkejut ketika melihat cara Nada berjalan yang agak pincang, ya walaupun tidak begitu kentara.

"Gadis yang sangat menarik? tapi sayang dia ternyata mempunyai kekurangan fisik."

Beralih kembali ke Nada yang sedang di beri pengarahan oleh Santi. Setelah berganti dengan seragam pelayan yang bermodel dress diatas lutut dengan celemek di bagian pinggang. Nada tampak sangat cantik dan feminim. Ya, karena Nada memang jarang sekali memakai dress. kesehariannya ia hanya memakai celana jeans atau pun celana kulot.

"Nada,ternyata kamu cantik juga kalau memakai dress!"

Santi pun terpana dengan kecantikkan Nada yang tampak alami. Apa lagi setelah Santi memoleskan make up tipis di wajah putih mulusnya.

"Oh ya,Nada. Nanti tolong kamu antarkan minuman ke ruangan VVIP 1,ya!"

"Kamu jangan takut, kamu akan aman! tidak akan ada yang berani macam-macam denganmu. Secara pelanggan VVIP semuanya kalangan atas dan selalu menjaga etika."

"Iya, mbak. saya tidak takut kok!"

"Ya sudah, mbak balik mau menemani tamu. Selamat bekerja ya Na!" Melenggang pergi meninggalkan Nada yang sudah siap dengan beberapa gelas dan botol minuman yang telah di pesan oleh salah satu pelanggan di ruang VVIP.

ting tong

"Permisi Tuan, saya..." Nada tak melanjutkan perkataannya, seketika melihat siapa tamu yang berada di tuangan itu.

"Asen? Nada begitu terkejut namun berusaha untuk bersikap profesional.

"Oh, ternyata ada si gadis pincang yang sombong dan murahan?Hei, lihat guys!ini dia.cewek favorite kalian,kan?" Asen menegur ke dua temannya yang memang juga berada di sana.

"Nada? kamu juga bekerja di sini?" Ardi pun tak kalah terkejut melihat Nada yang bekerja menjadi pelayan pengantar minuman.

"Iya, kenapa kamu mau bekerja di sini? ini kan bukan tempat yang baik buat gadis semanis kamu?"

Deni ujung-ujungnya juga tetap menggombal. Asen berdecak kesal dengan kedua temannya yang begitu perhatian dengan gadis yang selalu membuatnya kesal.

"Sudah-sudah! kalian ini lebay, apa mata kalian sudah rusak tidak bisa melihat mana cewek yang baik dan mana yang murahan. Oh ya, apa kamu BO juga?" Menatap sinis dan merendahkan Nada.

"Plakk...dengar ya, Tuan Asen yang terhormat! saya memang hanya seorang gadis miskin. Tapi,sampai mati pun tak akan pernah menjual harga diri hanya demi segepok uang! Jadi, tolong jaga ucapan anda!"

"Dasar gadis kurang ajar!" Asen berdiri tepat di hadapan Nada dan hendak membalas tamparan Nada di wajahnya.Namun, tiba-tiba tangannya terhenti.

"Ayo Tuan Asen yang terhormat! kenapa malah berhenti? bukankah anda mau menampar saya? Jangan di kira saya takut ya dengan anda?" Nada malah menantang Asen yang sudah terbakar emosi.

"Sialannn...! Brakk!Sini kamu!" Asen menarik tangan Nada dan menyeretnya keluar dari ruangan.

Ardi dan Deni hanya melongo melihat kejadian yang tak terduga itu.

Sedangkan Nada masih terus berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan.Asen yang begitu kuat dan membuatnya sampai meringis kesakitan.tapi, Asen tidak perduli sama sekali. ia membawa Nada masuk ke dalam satu ruangan yang kosong.

"Masuk!"

Asen melempar Nada kasar hingga terjatuh di atas sofa. Lalu ia mulai mendekat dengan tatapan yang sulit di artikan.

Laki-laki itu mulai melepas jaketnya dan melemparnya ke sembarang. Lalu ia menyergap dan mengungkung tubuh Nada di antara tubuh kekarnya.

Kali ini Nada benar-benar ketakutan dengan gelagat tak biasa Asen. Apa lagi melihat manik mata Asen yang sudah memerah.

Brettt

"Akhh...Jangan!"

Di ruangan VVIP 1 tempat dimana Ardi dan Deni berada. Mereka begitu khawatir dengan Nada yang di bawa ke luar oleh Asen.

"Bagaimana ini Den? apa yang harus kita lakukan? gue takut Nada di apa-apain sama Asen? loe tahu sendiri kan bagaimana nekat nya tu anak?" Panik Ardi

"Iya, apa ya" Deni berpikir keras tentang jalan keluar untuk menolong Nada.

"Permisi Tuan, apa anda memanggil saya?" Seorang pelayan masuk dan Ardi langsung melontarkan pertanyaan pada pelayan tersebut.

"Apa kamu tahu di kamar mana lagi Asen memesan tempat?"

"O, iya Tuan. tadi saya lihat Tuan Asen masuk ke ruang VIP 3."

"Oke, terima kasih. kamu boleh keluar!" Setelah mendapatkan informasi dimana Asen dan Nada berada. Seketika Ardi dan Deni saling berpandangan dan...

"Om Reynar !!"

Mereka berucap serempak.

"Sementara itu di dalam ruang VIP 3, Nada hanya bisa menangis terisak dan sangat ketakutan dengan perlakuan kasar dan menjijikan dari Asen yang kini mulai menguasai tubuhnya.

Nada sudah kelelahan terus memberontak yang sama sekali tak berefek pada tubuh kekar Asen.

"Hiks...hiks...hiks, tolong lepaskan saya Tuan! Jangan rusak saya! Saya akan melakukan apa pun asal jangan mengambil kehormatan saya!"

"Oh, ya? beneran kamu akan melakukan apa pun yang aku inginkan?" Menatap dalam manik mata yang sudah mengembun.

Nada hanya mengangguk, tubuhnya sudah gemetaran. Tangan besar Asen sudah mendarat di dadanya dan bibir s*** nya telah menempel dengan sempurna di permukaan bibir ranum Nada.

"Stop Tuan, saya mohon jangan lakukan!" Masih terus memohon.

BRAKKK

"GIRENDRA ASEN LUGUE!!

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!