NovelToon NovelToon

Pernikahan Yang Tidak Di Inginkan

1. Kembali Bertemu

Menikah selama 4 tahun, tidak ada cinta di pernikahan Aidan dan Ayana. mereka terpaksa menikah karena kehamilan Ayana

Aidan Lakes-wara yang mengira Ayana menjebaknya agar bisa menikah dengannya dan masuk ke dalam keluarganya, karena itulah saat malam pernikahan mereka ia langsung pergi ke amerika bersama kekasihnya dan tidak pernah kembali lagi meskipun itu hanya untuk melihat putranya

empat tahun kemudian, Barra Lakes-wara putra mereka menderita penyakit langka. oleh sebab itu, nenek Aidan memaksa dan meminta Aidan untuk segera pulang dan membantu menyelamatkan putranya

Adan mau tidak mau harus kembali untuk bertemu istri dan anaknya yang sudah ia lupakan.

sementara Ayana berjanji pada Aidan bahwa ia akan menandatangani surat cerai jika dia mau membantu menyelamatkan putranya.

akankah Aidan Lakes-wara menyetujui kesepakatan ini?

apakah dia akan tetap pergi setelah Barra sembuh atau tetap bertahan?

akankah cinta mulai tumbuh di antara mereka untuk membina sebuah keluarga?

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

saat ini keluarga Lakes-wara menyaksikan kesedihan Ayana di depan ruangan di mana putranya sedang di rawat.

tidak ada satupun keluarga itu yang mampu menghiburnya

"anda sekarang bisa menjenguknya, nyonya Ayana" kata perawat yang baru saja keluar dari ruangan Barra

"masuklah Ayana, nanti kami menyusul" ucap sang nenek

Ayana menuruti ucapan nenek Aidan lalu masuk ke ruangan Barra.

"hubungi Aidan suruh pulang secepatnya" tidak sang nenek pada anaknya

"tapi ibu, Aidan masih sibuk sekarang" jawab ibu Aidan

"putranya sakit! apa kau ingin cucumu mati" tegasnya

"bukan begitu ibu, baiklah aku akan menghubunginya sekarang" ibu Aidan terpaksa menelfon Aidan dan menyuruhnya segera pulang

\=\=

cara terakhir yang dokter katakan adalah melahirkan anak lagi, itulah pilihan yang tersisa agar dapat menyembuhkan Barra dengan menggunakan tali pusar bayi kandung untuk menyelamatkannya.

"ibu.."suara lemahnya memanggil sang ibu

"eoh, maaf Barra apa ibu membangunkanmu"

"tidak aoa-apa, ibu tidak membangunkanku"

"bangai mana perasaanmu sekarang" ucapnya hawatir sambil meneteskan air mata

"kenapa ibu menangis?"

"tidak, ibu tidak menangis...kata siapa ibu menangis" ucap Ayana mengelak berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan snag putra

"tapi mata ibu merah"

"eohh, ini hanya debu yang masuk ke mata ibu Barra" Ayana mengusap matanya

"aku baik-baik saja ibu"

"ibu tahu sayang" mengusap kepala Barra sayang

pintu terbuka dan teman-teman Ayana masuk. mereka adalah Clara tunangan Alenanda seorang aktor dan model terkenal, Ellen istri Rangga Dewantara CEO rumah sakit tenpat Barra di rawat, lalu Jasmine pemilik studio tempat yang Ayana datangi sebelum ia menikah dengan Aidan.

"hai, bibi-bibiku yang cantik"

"hai si kecil tampan, apa kabar?" ucap clara

"aku baik-baik saja bibi ara. aku sudah berar sekarang"

"hai itik kecil, bibi punya ayam goreng untukmu" ucap Ellen sambil membuka ayam goreng yang ia bawa untuk Barra

"aku bukan itik bibi" sangkal Barra sambil cemberut

"tapi kau mirip itik persis seperti ayahmu" ucap Jasmine tertawa gemas

tidak lama kemudian nenek Aidan masuk. semua teman Ayana pamit keluar untuk memberi privasi kepada mereka

:bagaimana keadaanmu Barra?" tanya sang nenek pada cucu kesayangannya itu

"aku baik-baik saja nenek buyut, aku hebat kan?" jawab Barra

"ooh...iya jelas hebat dong cucuk nenek. sekarang Barra lihat gambar-gambar ini dulu ya, nenek mau bicara sebentar sama ibu" ucap nenek sambil menyerahkan buku gambar pada Barra dan sedikit menjauh darinya

"ada apa nek?" tanya Ayana

"nanti kamu pulang saja biar bisa istirahat"

"tapi nek, siapa yang akan menjaga Barra jika aku pulang"

"nenek sudah menyuruh orang unutk merawat dan menjaga Barra di sini"

"tidak apa-apa, ibu pulang saja. ibu juga bau belum mandi" sela Barra yang tahu kalu ibunya itu sangat kelelahan

"yasudah ibu akan pulang kalau Barra sudah tidur"

Barra hanya mengangguk kecil, dan Ayana memeluk Barra agar cepat tertidur tapi anak itu kembali bersuara.

"ibu, nenek buyut bilang ayah akan pulang. benarkah?"

Barra apa kamu ingin bertemu dengan ayah?"

"aku tidak mau"

"apa Barra marah sama ayah? meskipun Barra marah, Barra masih kecil. Barra butuh kasih sayang ayang seorang ayah, jadi Barra harus bertemu ayah ya?"

"iya ibu, aku mau bertemu dengan ayah"

"sekarang Barra tidur ya"

Barra hanya menganggukan kepalanya dan Ayana kembali menepuk-nepuk Barra pelan agar tertidur

malam harinya Ayana pulang ke rumah untuk istirahat, namun saat melewati ruang keluarga ia mendengar suara yang sudah lama tidak ia dengar.

"tidak ada jalan lain? apa kita perlu menggunakan cara itu? kalian semua paham kalau aku tidak mau berurusan dengan nya kan?" tanyanya "kalau saja dia tidak hamil dari awal dan kalian tidak memaksaku menikahinya, apa menurut kalian aku akan menikahinya? dan sekarang kalian ingin aku memberinya anak kedua?" ucap Aidan dengan pertanyaan-pertanyaan panjangnya

"kau bahkan masih membicarakanku dengan rasa jijik seperti empat tahun yang lalu" batin Ayana

"aku tahu kau pasti sangat marah, kau bahkan tidak menginginkan Barra dan sekarang kau harus memiliki anak yang tidak di inginkan lagi" ucapnya pelan dari kejauhan yang memperhatikan Aidan

"dengar Aidan! aku ingin Barra hidup" ucap sang nenek

Ayana yang tidak ingin mendengarnya memilih pergi ke kamar, dia pun melihat koper berwarna hitam milik Aidan berada di sana

"kenapa  kopernya berada di sini? tidak mungkin dia salah masuk kamar kan? ayolah Ayana kau jangan konyol, sejak awal ini memang kamar Aidan" Ayana tersenyum pahit dan bergegas mandi untuk membersihkan dirinya.

setelah mematikan lampu dan hendak tidur, Ayana merasakan seseorang nak ke tempat tidur dan menarik selimutnya, tangan kekar seorang pria menyikap baju tidurnya dengan kasar lalu naik ke atas dan mengunci tubuhnya di bawahnya.

seketika Ayana memberontak dan menyalakan lampu kembali

dia bisa melihat dengan jelas siapa pria yang ada di atasnya, pria tampan yang menikahinya dengan terpaksa empat tahun yang lalu dan masih berstatus menjadi suaminya.

Srraaakkkkk

Aidan merobek baju tidur Ayana dengan kasar

"Aidan, apa yang kamu lakukan?" ucap Ayana sangat panik

"bukankah ini yang kamu inginkan"

"biarkan aku pergi"

"tidak akan"

PLAAKKK

Ayana menampar Aidan dengan keras, suara tamparan itu membuat keduanya berhenti

"berengsekkk!" Aidan membelai pipinya bukan karena sakit, tapi dia tidak percaya Ayana berani menamparnya.

Aidan turun dari tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi, setelah selesai mandi dia langsung berbaring di samping Ayana dan tidak melakukan hal konyol seperti tadi.

"bukan hanya Aidan yang merasa jijik, aku bahkan tidak mau melakukannya, jika Barra tidak sakit aku pasti tidak akan bertemu dengan Aidan lagi" batin Ayana yang ternyata belum tidur

pikiran Ayana berkeliaran kemana-mana saat menatap Aidan yang tertidur di sampingnya, dia takut memejamkan mata dan sangat was-was takut kalau Aidan melakukan sesuatu kepadanya saat dia tertidur.

BERSAMBUNG.............

***

cerita, nama dan tempat hanya fiksi belaka tidak bermaksud menyinggung pihak manapun!!

bila ada typo mohon di maklumi karena ini merupakan cerita pertamaku dan mohon juga masukannya dari kalian yang bersedia membaca ceritaku ini..THANK

Jangan lupa kasih LIKE nya ya kakak, sebagai dukungan buat aku semangat buat ceritanya.🫶🫶

2. Bertemunya Anak dan Ayah Untuk Pertama Kalinya

Ke esokan harinya Ayana turun ke ruang makan sebelum menjemput Barra di rumah sakit

"selamat pagi nenek, ibu" sapanya

"Hm..." seperti biasa Soraya ibu Aidan selalu dingin terhadap Ayana

"Ayana, apa tidurmu semalam nyenyak?" tanya nenek

"emm lumayan nek"

"nenek, ibu. selamat pagi" ucap Aidan yang baru bergabung di meja makan

dia tidak menyapa Ayana dan bersikap seolah Ayana tidak ada di sana.

"Adan, pipimu kenapa" tanya Soraya yang melhat tanda merah di pipi Aidan

"tanyakan padanya" sambil melihat ke arah Ayana

"Ayana, apa itu ulahmu?"

"bu, itu ak..." belum selesai bicara keburu di potong Soraya

"kenapa kamu menamparnya? kamu pikir kamu itu siapa?"

"biarkan saja, Ayana pasti melakukannya secara tidak sengaja, lagipula ini bukan masalah besar, kenapa kau mempermasalahkannya" ucap enek membela

ibu Aidan terdiam dan sarapan pun berlanjut dengan sangat hening

"nek, aku sudah selesai. aku akan pergi ke rumah sakit sekarang" ucap ayana berpamitan dan hendak pergi

"tunggu Ayana, biarkan Aidan mengantarmu. kalian harus pergi bersama" titah nenek

Aidan mengantar Ayana ke rumah sakit, selama perjalanan mereka hanya diam tidak ada yang memulai pembicaraan sama sekali.

setibanya di rumah sakit, Ayana langsung menuju kamar Barra tanpa memperdulikan Aidan mau ikut masuk atau tidak.

terlihat Barra sudah bangun dan sedang duduk menunggu ibunya datang untuk menjemput.

"selamat pagi Barra...."

"ibu, ayo cepat duduk sini"

Ayana pun duduk di depan Barra "ada apa hmmm"

"dokter bilang aku sudah boleh pulang, itu benarkan ibu?"

"benar dong, sekarang Barra makan dulu yaa..nanti baru kita pulang"

saat makan Barra memperhatikan seseorang yang berdiri di ambang pintu tempat ia di rawat. Barra sangat ingat wajah orang asing ini, karena ia pernah melihat potonya sebelumnya.

"apa kamu ayahku?"

Aidan menjilat bibirnya yang tampak kaku kering dan mengangguk gugup

"benar, aku ayahmu"

"kenapa kamu tidak pernah pulang kerumah dan memeriksa keadaanku? aku sakit ayah?" ucap sang anak menatap ayahnya itu

"Barra, itu urusan orang dewasa, kamu tidak boleh memikirkan itu. ayo makan lagi, aaa buka mulutnya"

"ibu, aku makan sendiri saja. ayah pasti senang melihatku sudah bisa makan sendiri"

"baiklah, ini hati-hatinya" memberikan tempat makannya pada Barra

"tetap disini dan tolong temani Barra sebentar, aku mau mengurus administrasi dulu" ucap ayana dan berlalu pergi meninggalkan anak dan ayah itu

setelah Ayana keluar, Aidan menarik kursi dan duduk di depan Barra sambil memperhatikannya makan

"kenapa kamu memperhatikanku seperti itu?" tanya Barra

"Barra, aaku ini ayahmu"

"tapi ibu saja sudah cukup bagiku" ucapnya

Aidan terdiam, tidak menyangka anaknya akan berbicara seperti itu kepadanya

Ayana yang baru saja kembali menatap sedih ke arah ayah dan anak yang sedang duduk bersama, namun terlihat sangat asing.

"Barra, makannya sudah selesai" tanya ayana sambil berjalan ke arah mereka

"sudah ibu.........kapan aku akan pulang?" tanyanya tidak sabaran

"ganti baju dulu ya, terus kita pulang"

"yeiiii...aku pulang, aku pulang" girangnya

Barra bertebuk tangan saat ibunya mengganti bajunya tanpa mempedulikan keberadaan Aidan yang ada di dekatnya.

Barra kembali duduk di depan Aidan sambil menunggu Ayana dan pengasuhnya mengemasi barang.

sedangkan Aidan terus diam sambil menatap putranya itu

"ini" ucap Ayana menyerahkan koper Barra pada aidan.

"nyonya, biar saya saja yang membawanya" ucap pengasuh Barra.

"kau sudah membawa banyak barang, tidak apa-apa biar tuan saja yang bawa" timpal Ayana.

Aidan menatap kesal Ayana tapi tetap mengambil kopernya dari tangan Ayana lalu berjalan keluar terlebih dahulu.

Ayana menggendong Barra dan berjalan keluar di ikuti pengasuhnya.

saat perjalanan pulang, Aidan sesekali melihat kepala Barra yang bersandar penuh kasih sayang di dada ibunya sambil mendengarkan sang ibu bercerita.

"kau memang terlihat lembut dan cantik, tapi sayang pikiranmu sangat licik dan jahat sampai-sampai kau menjebakku seperti ini" batin Aidan

sesampainya di rumah, nenek Aidan langsung menyambut cucu kesayangannya itu

"Barra, kemarilah sayang...dan kau pindahkan barang-barang Barra ke kamar barunya" ucapnya pada pengasuh Barra dan di jawab dengan anggukan lalu pergi ke lantai atas.

"tapi nek, aku mau tidur dengan ibu" rengeknya

nenek mengelus lembut kepala Barra lalu berkata "sekarang ayah sudah pulang, Barra harus tidur sendiri, kan Barra sudah besar" bujuk sang nenek

"tidak perlu, biar aku yang tidur di ruang tamu" ucap Aidan di sela-sela pembicaraan.

"jangan bikin masalah, lagipula itu kamarmu kenapa harus pindah ke kamar tamu segala? Barra, ayo lihat kamar baru mu" ajak nenek pada Barra.

"ayokk nek,,,"

"kalian berdua, duduk disini dulu, aku mau mengantar Barra ke kamar barunya dulu" titah nenek pada cucu dan menantunya itu.

tidak berselang lama nenek kembali ke ruang keluarga, di sana sudah ada Aidan, Ayana dan kedua orang tua Aidan.

"penyakit Barra tidak bisa menunggu lama lagi. Aidan, Ayana kalian harus secepatnya melahirkan anak lagi agar bisa menyelamatkan Barra" ucap nenek

"Aidan, apa kamu mendengarkan apa yang dikatakan nenek barusan" tanya ayah Aidan.

Aidan hanya mengangkat bahu, dia berdiri lalu pergi meninggalkan ruang tamu.

"Aidan, Aidan Lakes-wara!" teriaknya

Baskara Lakes-wara ayah Aidan sangat marah tapi Aidan sama sekali tidak menoleh ke arahnya.

"Ayana jangan khawatir, apapun yang terjadi aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada Barra, dia akan baik-baik saja" ucap nenek pada Ayana.

"iya nek, kalau begitu aku ke kamar dulu" pamitnya lalu pergi

Ayana masuk ke kamar, dia melihat Aidan sedang berdiri di jendela sambil menelfon dengan suara yang sangat lembut.

"cihh, pasti sedang menelfon kekasihnya" batin Ayana.

Ayana yang merasa lelah karena semalaman tidak bisa tidur, dia pergi ke kamar mandi lalu berendam air hangat.

baru saja dia memejamkan mata, tiba-tiba Aidan masuk ke kamar mandi tanpa mengetuk pintu.

"kau mandi di siang bolong? ah,,, kau pasti sangat terburu-buru tidak tahan menunggu malam kan?" ucap Aidan mengejek.

"KELUARR" teriak Ayana

Aidan mengambil handuk lalu melemparnya kepada Ayana "pakai bajumu dan keluar, ada yang ingin aku bicarakan denganmu" ucapnya.

Ayana menatap silet punggung gagah suaminya saat berjalan keluar dari kamar mandi.

tidak lama kemudian Ayana menghampiri Aidan yang duduk di tepi tempat tidur.

"aku tidak ingin punya anak lagi dengan mu" ucap Aidan bersuara.

Ayana hanya berdiri terdiam saja

"tapi ini satu-satunya cara untuk bisa menyelamatkan Barra dan aku tidak punya pilihan lain. aku akan melakukannya, tapi aku tidak akan menyentuhmu" ucapnya lagi.

"kita bisa mencoba bayi tabung" sambil menatap Ayana.

"keberhasilan bayi tabung sangat rendah, jika tidak berhasil lalu apa yang akan kita lakukan? kau tahu Barra tidak bisa menunggu selama itu Aidan" ucap ayana.

"apa kau benar-benar ingin aku meyentuhmu? jangan bilang kau tidak pernah disentuh pria setelah bertahun-tahun aku meninggalkanmu, seburuk itukah dirimu?" ucapnya pada Ayana "tingkat keberhasilan yang rendah bukan berarti tidak ada peluang" lanjutnya.

"tapi Barra tidak akan sanggup untuk menungu selama itu. kita bisa mencobanya sekali saja, jika tidak berhasil maka..." ucapan Ayana terpotong

"jika tidak berhasil maka aku akan bercinta denganmu smpai kau hamil" ucap Aidan.

Aidan bangkit dari tempat tidur lalu berdiri di depan Ayana "tapi kau harus menyetujui kesepakatan yang aku buat" kata Aidan.

"kesepakatan apa?" tanya Ayana

"setelah Barra sembuh, aku ingin bercerai"

"okee"

"setelah kita bercerai kau tidak akan menjadi nyonya Lakes-wara lagi, dan semua yang kau miliki sekarang akan hilang"

"aku tahu"

"baiklah, ingat kata-katamu besok kita akan melakukan pemeriksaan persiapkan dirimu"

"hanya itu? kalau tidak ada yang dibicarakan lagi aku mau ke kamar Barra"

Ayana keluar kamar sedangkan Aidan sangat terkejut dengan tanggapan Ayana yang menyetujui kesepakatannya.

"bukankah dia menikah denganku demi kekayaan keluarga Lakes-wara? bagaimana dia bisa dengan mudahnya menyetujui kesepakatanku?" gumam Aidan terheran

"sebenarnya apa niatnya?"

BERSAMBUNG.................

Jangan lupa masukan dan sarannya dari kalian yang sudah mau mampir untuk membaca

mohon di maafkan jika banyak typo

terima kasih;)

3. Kecelakaan Kecil

Hari ini, Aidan membawa Ayana ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan program bayi tabungnya.

"Rangga!" sapanya ketika melihat Rangga.

"hei, Aidan! kau sudah datang? aku sudah membantu membuat janji dengan dokternya, kalian bisa langsung keruangan dokter?" jelas Rangga.

"terimakasih, kalau begitu kami kesana dulu"

"jika nenekmu tahu, kurasa dia tidak akan memaafkan kalian berdua" ucap Rangga

"itulah kenapa aku harus merahasiakannya" jawab Aidan

"sepertinya Aidan sudah mengatur semuanya" Ayana membatin

setelah melakukan pemeriksaan persiapan awal bayi tabung, Ayana dan Aidan segera pulang kembali ke rumah.

terlihat penyesalan di wajah Ayana karena menyetujui cara yang di sarankan oleh Aidan.

"selama itu berhasil, Barra tidak perlu menunggu selama itu" ucap Aidan tiba-tiba yang melihat wajah Ayana yang tampak murung.

"kau tidak perlu bicara lagi, aku tahu kau tidak ingin menyentuh ku dan bagiku kau adalah orang asing. tidak ada orang yang mau berbagi ranjang dengan orang asing." jawab Ayana panjang lebar.

"kau sendiri yang duluan melakukan itu kan? kau tahu tidak ada orang yang mau berbagi ranjang dengan orang asing, lalu kenapa kau menjebakku" ucap Aidan lagi.

Ayana hanya tidak menjawab perkataan Aidan, karena memang kenyataannya tampak seperti itu, segimanapun Ayana menjelaskan Aidan akan selalu menganggap ia telah menjebaknya.

mereka melihat Barra dan nenek sedang menonton TV ketika mereka sampai di rumah.

"Barra, apa kau ingin jalan-jalan dan bermain di luar?" tanya nenek pada Barra.

"nenek buyut mau mengajak aku jalan-jalan?"

"ayah dan ibumu akan menemanimu untuk jalan-jalan" ucap sang nenek.

"nenek tidak apa-apa, aku bisa menemani Barra sendiri" sela Ayana.

'kalian harus pergi bersama-sama, Barra pasti akan sangat senang" jelas sang nenek.

Barra meluncur turun dari atas sofa lalau berbisik ke telinga neneknya "nenek, sebenarnya aku tidak mau ayah ikut, tapi karena ayah mau ikut yasudah lah aku biarkan saja ayah mengikuti kita" bisiknya pada sang nenek.

nenek pun memandang Barra dengan geli sambil berucap "kalau begitu kamu harus menjaga ibuu oke?"

"tentu saja nek, serahkan saja padaku. aku pasti akan melindungi ibu" Ucap Barra sambil menepuk-nepuk dadanya dengan bangga

karena perintah nenek, Aidan tidak punya pilihan selain harus pergi bersama mereka. di dalam mobil Aidan kembali melihat ibu dan anaknya duduk bersama dengan penuh kasih sayang.

"Barra, kamu mau bermain apa?" Aidan bertanya tapi Barra hanya diam tidak menjawab.

"Barra, kamu mau pergi bermain ke mana?" tanya Ayana

"kebun binatang ibu" ucapnya tersenyum

"tapi sekarang lagi musim dingin, kalau nanti tiba-tiba turun salju kamu tidak bisa melihat apapun disana, kita pergi ke taman hiburan saja ya?" Ayana menjelaskan.

"ke,,,,ayah, ayo kita ke taman hiburan" ucapnya pada sang ayah

"ibu, nyanyikan lagu untukku" pintanya

Aidan melanjukan mobilnya ke taman hiburan sedangkan Ayana menyanyi sesuai keinginan barra.

tak lama di perjalanan mereka pun sampai di taman hiburan

"ayah pasti menyukai suara ibu" celetuk Barra.

Ayana yang sedikit malu langsung mengalihkan pembicaraan Barra "ayo ibu gendong, kita sudah sampai"

"aku saja yang menggendongnya" pinta Aidan

"aku jalan sendiri saja ayah"

"biarkan saja, Barra tidak terbiasa dengan sentuhanmu" ucap Ayana yang melihat Barra tidak ingin di gendong ayahnya itu

Barra  dalah anak yang aktif sebelum dia sakit dan semejak sakit sudah lama dia tidak keluar rumah. dia bahkan tidak bisa sekolah seperti anak-anak seumurannya.

dia ingin memainkan semua yang ia lihat, namun kesehatannya tidak memungkinkan untuk melakukannya. jadi ayana membiarkannya memainkan beberapa permainan yang tidak terlalu berbahaya atau melelahkan bagi Barra.

"Barra, ibu janji kalau kamu sudah sehat, ibu akan mengajakmu bermain lagi, nanti kamu bisa bermain apapun yang kamu mau" ucap Ayana berjanji pada anaknya itu.

"aku tahu ibu"

"ayo kita makan malam dulu, trus nanti kita pulang" ajak Ayana. "kalau kau sibuk, kau bisa pergi duluan aku dan Barra bisa pulang naik taksi" ucapnya pada Aidan.

"kau ingin aku dimarahi nenek" jawabnya kesal merasa di usir.

mereka pergi ke restauran yang sering dikunjungi Ayana dan Barra

"meskipun aku tidak mau mengakuinya, tapi ku akui Ayana adalah ibu yang baik" batin Aidan.

"ibu, paman ada di sana" ucap Barra menunjuk ke arah seseorang.

Ayana memandangi sosok orang yang di tunjuk anaknya itu.

terlihat Kai dan temannya akan keluar dari restauran.

"paman Kai" sapa Barra

"eohh,,Barra!" Kai menoleh dan menghampiri Barra. "Barra, apa kau sudah kenyang?" tanya nya

"aku kekenyangan paman, karena aku senang makan sama ayah dan ibuku" jawabnya

"tuan Aidan, senang bertemu denganmu" sapa Kai

Aidan mengenal sangat baik CEO KAI group yang ada di depannya ini.

"senang bertemu dengan mu juga tuan Kai" sapa Aidan

"saya baru kembali dari luar negri, dan saya langsung ke rumah sakit untuk menjenguk Barra, tapi dokter bilang dia sudah pulang" jelas Kai

"benar, ia baru saja pulang kemarin" jawab Aidan.

"Ayana, mari kita bicara lain kali saja, aku masih ada urusan. Barra paman harus pergi, kamu cepat sembuh ya jangan nakal" mengusap kepala Barra dan berlalu pergi meninggalka mereka.

"sampai jumpa paman Kai" Barra melambai pada Kai yang pergi menjauh.

Aidan tersenyum smirk menatap punggung Kai, dia tahu arti tatapan Kai pada Ayana dan juga tindakannya pada Barra.

"pantas saja dia setuju bercerai denganku" batin Aidan.

"Barra, kita tunggu di sini saja ya. ayah mau mengambil mobilnya dulu" ucap Ayana pada Barra.

'iya ibu" ucaapnya mengerti.

Ayana melihat ingus Barra keluar dari hidungnya, saat dia mengambil tisu di dalam tasnya tiba-tiba Barra melihat pesawat kertas terbang di depannya dan terjatuh di tengah jalan itu terlihat menarik dan membuat Barra ingin mengambilnya.

tiba-tiba sebuah mobil melaju ke arah Barra, Ayana yang menyadari itu langsung berlari menyelamatkan putranya, sampai akhirnya mobil itu berbelok menabrak pagar sedangkan Ayana terjatuh saat menarik Barra.

"nona apa kalian baik-baik saja? maafkan saya karena tiba-tiba rem mobil saya tidak berfungsi" ucap sang pengendara mobil meminta maaf dan memastikan mereka baik-baik saja.

"Barra, apa kau baik-baik saja?" Ayana tidak memperhatikan orang itu karena Barra gemetar dan ketakutan.

"aku tidak apa-apa ibu, tapi aku takut" jawab Barra.

"ibu juga takut sayang, kamu membuat ibu takut" ucap Ayana khawatir.

Ayana yang baru datang melihat ibu dan anak itu tidak terluka membuatnya sedikit lega.

"kamu baik-baik saja?"tanya nya.

Ayana hanya menggeleng kan kepala tanda mengiyakan, tapi wajahnya tampak pucat.

Aidan pun mengendong Barra dari dekapan Ayana "masuk mobil dulu ya" ucapnya

merekapun masuk ke dalam mobil dan bergegas segera pulang ke rumah. setibanya di rumah Ayana langsung membawa Barra ke kamarnya.

"ibu, aku minta maaf" ucap Barra.

"Barra, lain kali kalau kamu sedang di pinggir jalan harus lebih hati-hati lagi ya" ucap Ayana mengingatkan anaknya itu.

"iya ibu, sekarang Barra boleh tidur kan?" tanyanya.

"tidurlah, ibu akan menemanimu" balas Ayana

setelah Barra tertidur, Ayana turun ke bawah untuk mengambil kotak p3k, saat Ayana akan mengobati luka di lututnya sebuah tangan terulur mengambil antiseptik dan kapas dari tangannya.

AIdan meraih kaki Ayana lalu membersihkan dan mengobati luka di lutut istrinya itu.

"terimakasih" ucap Ayana

"kenapa tidak memberitahuku ka lau lututmu terluka?" tanya Aidan

"lukanya tidak cukup serius, aku tidak ingin membuat Barra khawatir" jawabnya

"tidak cukup serius? tapi luka di lutut itu sangat sakit" ucap Aidan.

bukannya menjawab pertanyaan suaminya itu Ayana malah pergi ke kamar "aku mau ke kamar"

"Kai Wijaya kekasihmu kan?" ucapnya tiba-tiba.

"tidak" jawab Ayana singkat.

"Ayana apa kau tahu? semakin kau menyangkal sesuatu, itu akan semakin mencurigakan" ucap Aidan lagi yang melihat Ayana semakin menjauh darinya.

BERSAMBUNG.............................!!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!