NovelToon NovelToon

Jejak Si Kupu-kupu Malam

1. Viona Terjebak

"Viona, temani tamu kita!"

Viona nampak terkejut mendengar namanya dipanggil oleh Tante Siska pemilik sebuah Club malam tempatnya bekerja.

''Saya, tante?"

''Ya kamu! siapa lagi? semuanya sudah terpakai!"

"Tapi disini saya hanya bekerja sebagai pramusaji?"

"Apa kamu menolak perintahku? semua yang bekerja disini harus bisa mengerjakan semuanya, termasuk melayani laki-laki hidung belang sekalipun".

Viona langsung terperangah, padahal saat awal dia bekerja di club itu dia diterima bekerja hanya sebagai seorang pramusaji, bukan bekerja untuk melayani laki-laki hidung belang seperti yang Siska ucapkan. Menurutnya pekerjaan itu sangatlah menjijikan untuknya.

"Kenapa kamu masih diam disitu? kamu mau aku pecat?'' ucap Siska dengan matanya yang sedikit melebar kearah Viona, hal itu membuat Viona mulai ketakutan.

"Ba-baiklah!" dengan nafas kasarnya Viona segera berlari keluar mengikuti dua orang laki-laki yang akan membawanya bertemu dengan tamu di Club itu.

"Kamu kenapa? bukankah seharusnya kamu tahu pekerjaan apa yang harus kamu lakukan disini?" ucap salah satu laki-laki yang membawanya.

''A-aku tidak tahu!" ucap lirih Viona sambil terus berjalan pelan.

"Bagaimana bisa kamu tidak tahu? harusnya, kalau dari awal kamu ragu kamu jangan mau menerima pekerjaan ini!"

"Itu karena Tasya tidak jujur padaku!"

"Jadi? apa Jangan jangan kamu juga tidak tahu kalau Tasya disini itu pekerjaanya sebagai wanita penghibur?" disana Viona langsung terkejut dan menghentikan langkahnya.

"Apa? jadi dia? bukankah Tasya juga sama sepertiku hanya seorang pramusaji disini?"

"Kamu benar-benar sudah terjebak di kandang singa Viona!" ucap laki-laki kekar di samping Viona.

''Apa maksud kamu?" Viona meminta penjelasan.

"Semua wanita disini kebanyakan adalah wanita penghibur, dia bekerja untuk melayani semua laki-laki hidung belang di atas ranjang!"

"Apa?" jadi maksud kamu, aku dijebak Tasya?"

"Sudahlah, terima kenyataan saja kalau kamu nantinya akan terbiasa seperti yang lainnya!"

Plaaaak.......

"Jaga ucapanmu!" entah Mengapa Viona tiba-tiba saja mendapat kekuatan super untuk menampar salah satu dari dua laki-laki berbadan besar disampingnya.

"Dasar wanita jalang! beraninya kamu menamparku?" Berto tidak terima dengan ulah Viona yang sudah berani menamparnya.

Plaaaaak.....!!! Berto langsung membalas tamparan dari Viona.

Auuuuwh.......sakit!!! sambil memegangi pipinya yang nampak kemerahan karena laki-laki didepannya sudah membalas tamparannya, Viona mulai terpancing emosi.

"Kamu! kamu berani menamparku?"

"Itu balasan buat kamu yang sudah berani menamparku!"

Laki-laki itu segera menyeret tangan kecil milik Viona untuk segera ia bawa masuk kedalam sebuah kamar yang sudah di pesan oleh seseorang, disana Viona mulai melakukan perlawanan tapi nyatanya  dua laki-laki itu lebih kuat dari dirinya.

Setelah Viona berhasil di bawa masuk, pintu itu segera buru-buru ditutup oleh Berto saat Viona mulai mencoba ingin keluar dari kamar itu.

"Buka! aku akan membalas kalian semua! ingat itu!!" teriak Viona sambil terus menggedor pintu didepannya.

Kembali harus menerima kenyataan yang harus ia hadapi kini Viona mencoba membalikkan badannya, dengan matanya yang masih sengaja ia pejamkan, serta nafasnya yang masih terengah Viona berusaha menenangkan pikirannya.

Berlahan-lahan Viona mulai memberanikan diri membuka matanya dan mencoba melihat siapa tamu di hadapannya, jatung Viona langsung berdebar kencang saat dirinya melihat seorang laki-laki yang sedang duduk didepannya sedang melihat kearahnya.

Laki-laki itu terlihat berbadan gembul serta terlihat perutnya yang terlihat membuncit sedang tersenyum kearah Viona, rasanya Viona ingin sekali muntah saat melihat mata laki-laki itu yang mulai genit menggodanya.

"Tolong bukakan pintu ini!" ucap Viona memelas.

"Apa kamu bilang? buka?" ucap laki-laki itu sambil tertawa lebar.

"Kenapa kamu tertawa?"

"Hei, dengar wanita cantik aku sudah membayarmu mahal. Jadi, mau tak mau kamu harus melayaniku malam ini!" laki-laki itu segera bangun dari tempat duduknya, dia bahkan terlihat sempoyongan sambil berjalan menghampiri Viona.

Dengan siaga Viona segera mengambil ancang-ancang untuk bisa menghindar dari laki-laki itu seandainya nanti laki-laki itu berbuat tidak senonoh terhadapnya.

"Kamu kenapa? apa ini gayamu saat melayani tamu mu?" laki-laki itu tersenyum senang, dia begitu tertantang mendapat wanita yang begitu istimewa. Jarang sekali dia mendapat wanita seperti Viona, biasanya dia akan bisa langsung menikmati perempuan yang sudah ia bayar, tapi berbeda sekali dengan Viona yang ia temui malam ini.

"Dengar om! aku bukan wanita bayaran! aku bekerja disini hanya sebagai pramusaji bukan perempuan yang bisa kamu pakai sesukamu!" laki-laki itu kembali terkekeh mendengar ucapan Viona.

"Awalnya semua wanita juga bilang begitu, tapi, aku suka gayamu! ayo sayang kita bersenang-senang malam ini." laki-laki itu langsung mulai meraih tangan Viona agar bisa lebih dekat dengan dirinya.

Viona langsung reflek ketika tangannya disentuh laki-laki itu, Viona yang memang jago bela diri itu langsung menangkis tangan laki-laki hidung belang didepannya.

Tapi rupanya laki-laki itu tetap saja tak mengurungkan niatnya saat Viona mencoba menolaknya, dia kembali memaksa Viona.

Tapi dengan cepat Viona langsung menendang sesuatu dibawah sana.

"Buuuuk...tendangan itu cukup keras mengenai sesuatu disana.

"Auuuuuw....

"Kamu!!! berani-beraninya kamu menendang milikku!" sambil terus meringis menahan sakit serta memegang sesuatu miliknya yang terasa ngilu laki-laki itu langsung duduk tersungkur diatas lantai sambil menunjuk  kearah Viona, dia tidak menyangka kalau Viona akan menendang bagian miliknya.

"Apa? apa kamu mau merasakan lagi tendanganku?" Viona tak sedikitpun takut menghadapi laki-laki itu.

"Dengar, aku pastikan besok kamu akan dipecat!'' ancamnya kembali sambil menahan sakit yang luar biasa.

Sementara itu dua laki-laki yang masih menunggu Viona diluar pintu mulai curiga dengan suara gaduh yang terdengar dari luar.

"Apa perempuan tadi berulah?" tanya salah satu dari mereka.

"Mana mungkin, bisa saja mereka sedang melakukan pemanasan. Sudahlah, kita tunggu saja sampai mereka selesai, aku jamin setelah ini Viona akan ketagihan melakukan pekerjaan ini." kedua laki-laki itu langsung tertawa bersama.

Setelah memastikan laki-laki didepannya sudah tidak berdaya, Viona segera mencari cara agar bisa keluar dari kamar itu. Dengan cepat dia segera merobek sedikit bajunya serta mengacak-acak rambutnya agar terlihat telah terjadi sesuatu dengan dirinya dengan tamu yang sudah memakainya.

"Buka!"

Suara gedoran pintu membuat kedua laki-laki didepan pintu kamar itu langsung saling pandang.

"Apa mereka sudah selesai?"

"Mungkin saja, sudah hampir lima belas menit mereka didalam mungkin saja mereka sudah selesai."

"Baiklah kalau begitu aku akan buka pintunya."

Terlihat mulai ada pergerakan dari pintu didepannya Viona langsung bisa bernafas lega, setidaknya malam ini dia masih bisa menjaga kesuciannya, tapi dia tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari pasti tante Siska akan segera memecatnya.

"Kamu sudah selesai?" tanya Berto pada Viona.

"Kamu lihat kan bagaimana kondisiku?" Benar saja Berto langsung melihat kearah robekan baju serta penampilan Viona yang terlihat sangat berantakan, kini dia langsung yakin bahwa Viona sudah melakukan pekerjaannya degan baik.

"Baiklah kamu boleh keluar, tapi tunggu setelah aku memeriksa tamu kita dulu!"

"Tidak perlu, dia tadi berpesan ingin segera beristirahat. Siapa pun yang mengganggu nya dipastikan akan terkena masalah." bohong Viona

"Benarkah begitu? kalau begitu kamu bisa kembali ketempatmu bekerja!"

Bersambung....

2. Tentang Viona

Viona datang dari desa menuju ke kota besar bermaksud ingin mengadu nasib setelah dirinya baru saja lulus dari Sekolah, dia bertemu dengan Tasya salah satu orang yang ia temui saat dirinya sedang mencari pekerjaan, disana Tasya menawarkan sebuah pekerjaan yang menurutnya sangat menjanjikan.

Satu juta sampai dua juta dalam sehari bisa ia dapatkan asal dia mau bekerja sungguh-sungguh, Viona merasa tergiur dengan tawaran itu, yang ia pikirkan saat itu adalah gaji yang ia dapat nantinya bisa ia gunakan untuk membiayai sekolah adiknya serta biaya hidup ibunya dikampung.

Tasya membawanya bertemu dengan Siska, seorang pemilik Club malam tempat Tasya bekerja, Viona tak curiga sama sekali dengan pertemuan itu.

Disana Siska menyambut baik kedatangan Viona apalagi setelah mendengar informasi yang ia dengar dari Tasya bahwa Viona masih terjaga kesuciannya. Siska tersenyum puas dan segera menerima lamaran pekerjaan untuk Viona sebagai pramusaji di Club malam miliknya.

Bagi Siska, kehadiran Viona akan mendatangkan pundi-pundi uang nantinya yang akan ia dapat dari orang yang mau membayar keperawanannya.

Hingga sampai akhirnya datang seorang pengusaha kaya raya yang mau menawar harga besar atas diri Viona, laki-laki itu berani membayar 500 juta untuk keperawanan Viona.

"Aku akan datang malam ini!" ucap laki-laki di ujung telepon.

"Baiklah, akan aku siapkan Viona untukmu, aku pastikan malam ini kamu yang akan pertama kali mendapat keperawanannya." kekeh Siska pada laki-laki itu.

Benar saja laki-laki itu datang dan segera menagih janjinya pada Siska, uang sudah ia gelontorkan pada Siska saatnya dirinya mendapatkan barangnya.

Tapi sayangnya Viona tak seperti yang ia bayangkan, dia malah sudah berani menendang barang berharga miliknya, padahal dia sudah banyak mengeluarkan uang demi mendapatkan Viona, dia benar-benar tidak terima atas ulah Viona yang sudah ia bayar mahal.

Viona kembali berjalan meninggalkan dua laki-laki yang sudah membawanya bertemu dengan seorang tamu di club itu, mungkin saja sekarang tamu itu sedang pingsan karena baru saja ia tendang dengan sangat keras dibagian barang berharga miliknya.

"Viona, apa kamu sudah selesai?" suara Siska sudah mengagetkan Viona yang saat ini sedang berfikir keras untuk menghindari amarah dari dirinya.

Nyatanya kini orang yang ada dipikirannya sudah berdiri di depannya, Viona nampak kebingungan dengan apa yang nanti akan Siska katakan setelah tamunya di buat tidak berdaya di kamar tamu.

"Su-sudah." hanya itu kata yang mampu Viona katakan.

"Benarkah? tapi kenapa sepertinya kamu malah merasa takut? apa dia melukaimu hingga membuat bajumu sekarang robek?" Viona hanya mampu menggigit bibirnya saat Siska mempertanyakan semuanya.

"Baiklah, tidak perlu kamu jawab. Besok aku ijinkan kamu libur satu hari untuk memulihkan tenagamu, tapi setelah itu aku mau kamu memberikan pelayanan terbaik untuk para tamuku nanti!"

Mata Viona langsung membelalak saat dia kira pekerjaan itu hanya hari ini saja, nyatanya Siska semakin memperalat dirinya.

"Maaf tante, aku ingin mengundurkan diri." Viona mencoba memberanikan diri.

"Apa? mengundurkan diri? bukankah kamu mulai nyaman dengan semuanya?"

"Tidak, saya tidak mau bekerja seperti ini, dari awal saya hanya bekerja sebagai pramusaji tidak lebih."

"Siska mulai paham arah pembicaraan Viona, dia juga tidak mau kehilangan Viona, kali ini dia harus berhati-hati untuk bisa mendapatkan Viona kembali.

"Baiklah, untuk hari ini saja. Tapi seandainya kamu ingin mendapat uang lebih diluar gajimu, datanglah dan temui aku." ucap manis Siska membuat Viona meradang.

"Tidak akan, aku sudah tahu apa yang kamu mau dariku!" batin Viona.

**

Setelah mengemasi barangnya Viona segera pergi dari club tempatnya bekerja, sebenarnya dia masih ingin menunggu Tasya, dia ingin mendengar penjelasan dari Tasya langsung atas pekerjaannya selama ini.

"Pantas saja Tasya selalu banyak uang saat dirinya pulang ke kontrakan, ternyata dia menjual diri, tapi ngomong-ngomong bagaimana nasib si Om tadi ya?" terlihat Viona nampak cekikikan menahan geli saat dirinya teringat kejadian tadi.

"Woy....kalau jalan lihat-lihat dong!" suara  laki-laki didepannya langsung menghentikan tawa kecil Viona.

"Ma-maaf." entah datang dari mana laki-laki itu tiba-tiba saja sudah terjatuh dengan beberapa barangnya yang sudah berserakan dibawah sana. Viona merasa dirinya tidak melakukan apapun terhadapnya, bahkan dirinya juga masih sadar atas apa yang baru saja terjadi.

"Bukankah baru saja aku tidak bertabrakan denganmu? kenapa kamu bisa jatuh?" ucap Viona sambil mengumpulkan kertas yang berserakan serta barang yang lain milik laki-laki yang tak ia kenal.

"Sudahlah banyak tanya!" laki-laki itu segera berlalu meninggalkan Viona setelah barang-barangnya kembali pada dirinya.

"Dasar cowok aneh!" umpat Viona.

Setelah beberapa menit berlalu...

"Maaf apa baru saja kamu berpapasan dengan seorang laki-laki?"

"Siapa lagi ini? kenapa hari ini banyak orang aneh yang aku temui!" gerutu Viona.

"Hari ini aku banyak bertemu dengan banyak orang dijalan, laki-laki seperti apa yang anda cari?" ucap Viona sambil melihat kearah kepergian cowok tengil tadi.

Tanpa sengaja mata Viona masih menemukan keberadaan laki-laki itu yang ternyata masih bersembunyi di balik tembok gang sempit tidak jauh dari tempat Viona berdiri, disana terlihat dia sedang menempelkan jari telunjuk di mulutnya kearah Viona.

"Iiih....apaan sih? aku tidak mau ikut campur dengan urusanmu!" batin Viona sambil mengekspresikan bibirnya kearah laki-laki di balik tembok.

"Sial, perempuan itu tidak mau membantuku! aku harus segera pergi sebelum orang-orang papa menemukanku!" ucap Yuda sambil terus mengawasi Viona.

"Oh...saya tadi berpapasan dengan cowok tengil seperti yang bapak ucapkan!" Viona sengaja mengeraskan ucapannya.

"Dimana?"

"Dia? dia kesana, ya kesana!" akhirnya Viona menunjuk kearah berlawanan dari tempat Yuda bersembunyi.

"Kamu yakin?"

"Saya yakin sekali!"

"Baiklah, terimakasih!" Orang-orang itu segera berlari ketempat yang Viona katakan. Sementara Viona segera menoleh kearah laki-laki asing di balik tembok.

"Kemana cowok tengil tadi? sudahlah, tidak penting masalahku saja sudah terlalu banyak" Viona segera meninggalkan tempat itu.

**

Dikediaman pak Baskoro...

"Maaf pak, mas Yuda tidak bisa kami temukan." dengan wajah tertunduk orang suruhan pak Baskoro melaporkan tugas pencariannya.

"Kemana anak itu? mau sampai kapan dia selalu berulah. Hanya disuruh memimpin perusahaan saja dia banyak alasan! Cari Yuda sampai ketemu!" titah Baskoro, baru selesai Baskoro berucap tiba-tiba saja Yuda sudah terlihat masuk kerumah besar miliknya.

"Tidak perlu mencariku pa, aku sudah pulang." seolah tidak terjadi sesuatu pada dirinya, Yuda tiba-tiba saja pulang setelah satu pekan lamanya dia tidak pernah kembali kerumahnya sampai membuat kedua orang tuanya kalang kabut mencari keberadaannya.

Pak Baskoro sampai menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putranya sendiri yang sudah mebuatnya sakit kepala akhir-akhir ini, hanya Yuda harapan satu-satunya yang bisa ia andalkan saat ini.

"Yuda, papa mau bicara!"

Bersambung...

3. Kemarahan Siska

"Tasya, tolong kamu beritahu Viona agar besok dia masuk kerja!"

"Bukankah memang Viona besok masuk kerja Tante?"

"Anak itu sudah terlanjur aku beri waktu untuk istirahat sehari, aku kira tadi dia mengerjakan tugasnya dengan baik, nyatanya dia malah membuat aku rugi!"

"Maksud tante? aku ga ngerti deh, apa yang tante bicarakan."

"Kemarin dia ditawar 500 juta oleh salah satu pelangganku, orang itu sampai berani bayar mahal agar bisa mendapatkan Viona, tapi nyatanya dia sekarang terkapar di rumah sakit gara-gara ulah Viona yang sudah menendang bagian kemaluannya!"

"Apa? jadi tante sudah menjual Viona? kenapa tante tidak bilang sama aku?"

"Buat apa aku bilang sama kamu?"

"Tante, masalahnya, Viona tahunya dia bekerja disini hanya sebagai pramusaji, lagian dia juga baru bekerja dua minggu, kenapa tante cepat sekali menawarkannya? aku yakin dia tidak akan mau lagi bekerja disini dan aku pastikan tante akan semakin merugi."

Disana Siska kembali berfikir ada benarnya juga perkataan Tasya, dia memang sangat terburu-buru kemarin, hanya karena tergiur uang besar dia lupa kalau Viona belum bisa beradaptasi di lingkungan kerjanya.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan?"

"Tante tenang saja, biar nanti aku yang akan bicara dengan Viona. Untuk masalah kerugian tante, biar tante yang pikir sendiri, biarkan Viona bekerja seperti biasa agar dia tidak curiga lagi dengan rencana tante selanjutnya, bagaimana?"

"Tasya, masalahnya uang 500 juta itu harus aku kembalikan lagi pada pemiliknya, bagaimana aku tidak rugi aku juga harus membiayai pengobatannya juga?"

"Begini tante, biarkan Viona yang membayarnya dengan cara tante potong saja gaji setiap bulannya?"

"Tapi, mau sampai kapan uang itu terkumpul kalau hanya memotong gaji Viona yang tak seberapa itu?"

"Ya, itu resiko tante, aku hanya menyarankan saja terserah tante mau atau tidak?."

"Ya sudah atur saja, kepalaku rasanya mau pecah memikirkan ulah Viona, bisa-bisanya dia membuat onar dan membuat aku malu dengan pelanggan terbaikku."

"Baiklah, sekarang sudah hampir pagi aku mau pulang dulu tante, oya, ini tips dari pelangganku kita bagi dua, bagaimana?." melihat lima lembar kertas merah didepannya membuat Siska langsung lupa dengan masalah yang harus ia hadapi.

"Kamu memang selalu bisa diandalkan Tasya."

"Siapa dulu tante, Tasya gitu lo."

**

Kediaman pak Baskoro...

"Yuda, papa mau bicara!"

"Bicara apa lagi si pa? besok aku akan mulai bekerja, jadi papa tidak perlu menasehatiku lagi." Yuda langsung pergi begitu saja menuju kekamarnya, Pak Baskoro sempat tidak percaya kalau Yuda akhirnya mau mengikuti kemauannya.

"Mungkin Yuda sudah lelah terus menghindar hingga dia akhirnya mau mulai memimpin perusahaan milikku, sudahlah kali ini aku harus mengalah dengan anak itu, kalau aku semakin keras yang ada Yuda akan pergi lagi." pak Baskoro memilih diam kali ini agar Yuda tidak pergi lagi.

"Selamat ya pak, akhirnya mas Yuda sudah mau terjun kedunia bisnis, semoga ini awal yang baik untuk kemajuan perusahaan pak Baskoro." ucap asisten pak Baskoro yang sedari tadi masih berada disana bersama orang-orangnya.

"Kamu benar, semoga Yuda benar-benar serius memegang perusahaan baru milikku. Besok kamu siapkan semua keperluannya aku tidak mau ada kesalahan sedikitpun, kamu mengerti?"

"Mengerti pak, kalau begitu saya perimisi dulu pak, sebentar lagi hampir pagi saya harus segera menyiapkan semuanya."

**

Sementara itu Tasya sudah kembali kekontrakannya, dia mendapati Viona sudah tertidur pulas dikasur miliknya.

"Besok pagi aku akan bicara dengannya, mudah-mudahan saja dia masih mau mendengarkanku." pikir Tasya sambil ikut merebahkan tubuhnya disamping Viona.

Pagi hari pun tiba, Viona sudah mulai terbangun dari tidurnya disampingnya dia sudah melihat Tasya yang masih terlelap dengan memeluk guling kesayangannya.

"Apa kau sudah bangun?" tanya Tasya dengan matanya yang masih terpejam, Viona benar-benar kaget dibuatnya.

"Tasya apa kamu sudah bangun? aku ingin bicara denganmu!"

"Bicara apa lagi, oya nanti malam kamu disuruh masuk sama tante Siska."

"Apa? bukankah aku dikasih libur satu hari?"

"Itu tidak jadi, tante Siska mau bicara sama kamu!" ucap Tasya yang seperti sedang mengigau karena bicara tanpa membuka matanya sama sekali.

"Aku tidak mau masuk, dan aku sudah mengundurkan diri."

"Apa?" Tasya tiba-tiba saja langsung bangun dan duduk didepan Viona.

"Bisa tidak sih, ga ngagetin aku!" umpat Viona yang sedari tadi dibuat senam jantung oleh kelakuan Tasya.

"Viona, dengar aku, sekarang mencari pekerjaan itu sulit kamu tahu itu kan?"

"Aku tahu, tapi tidak harus dengan menjual diri bukan?" Tasya langsung terdiam dia berfikir mungkin Viona sudah tahu apa pekerjaannya dibalik menjadi seorang pramusaji di club itu.

"Kenapa kamu diam? benar kan kamu jual diri?"

"Viona, tolong kecilkan suaramu, kalau tidak tetangga kontrakan kita akan dengar!"

"Memang benarkan? kamu membohongiku dengan menawarkan gaji yang menggiurkan dengan cara jual diri?"

"Viona, sudah, hentikan! itu semua tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku juga terpaksa melakukan ini!" dengan pura-pura bersedih didepan Viona, Tasya mulai ingin mengambil simpati Viona.

"Aku tidak menyangka kalau kamu ingin menjerumuskan aku juga." Viona sudah mulai memelankan suaranya karena mulai tidak tega dengan Tasya.

"Maafkan aku, aku hanya ingin kamu dan keluargamu bisa bangkit dari keterpurukan. Aku juga tidak tahu kalau Tante Siska ternyata akan menjualmu juga, kamu harus percaya aku, aku tidak tahu rencana tante Siska!" dengan mengangkat kedua jari tangannya Tasya ingin meyakinkan pada Viona.

"Untung saja aku bisa bela diri."

"Jadi, apa yang sudah kamu lakukan pada orang itu sampai dia di bawa kerumah sakit?"

"Aku hanya menendang bagian kemaluannya, tapi dia sudah langsung pingsan."

"Apa?" Tasya sampai terkekeh mendengar penjelasan dari Viona, baru kali ini ada orang yang berani menghajar tamu dari tante Siska.

"Kamu serius menghajarnya?"

"Tadinya aku kira dia akan melawan setelah aku tendang, tapi dengan perut buncitnya nyatanya dia sudah tidak berdaya dengan satu kali tendanganku."

"Aku mau kamu tetap lanjutkan pekerjaanmu ini Viona, ditambah kamu jago bela diri. Aku yakin kamu akan aman disana."

"Tapi, aku tidak mau mengambil resiko besar dan pastinya tante Siska juga tidak akan membiarkan aku terus seperti itu."

"Sekarang, pikirkan keluargamu Viona, kalau sampai kamu tidak bekerja mereka mau makan apa?" benar yang dikatakan Tasya mungkin dia harus menjalani pekerjaan ini, selagi dirinya masih bisa menjaga diri pasti hal buruk tidak akan terjadi.

"Baiklah, aku akan bekerja kembali."

Senyum puas Tasya langsung terlihat disana, tidak sia-sia dia membujuk Viona, tapi Viona juga tidak tahu kalau ternyata Tasya ingin Viona juga merasakan hal yang sama seperti dirinya dulu hingga akhirnya dia terjerumus dengan pekerjaan sekarang.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!