NovelToon NovelToon

Pesona Pelayan Tangguh

01. CEO DDA

Aaron bergegas datang ke rumah sakit untuk menjenguk kakeknya yang di kabarkan oleh pak Gun kepala pelayan di rumahnya, bahwa tuan Adiyaksa kembali kejang dan mengalami koma.

Dia tidak habis pikir kenapa bisa kakeknya yang sudah terbaring lemah di kamarnya dan selalu di rawat dengan benar oleh perawat itu bisa kembali kejang dan mengalami koma.

Aaron benar-benar tidak mengerti, pasti ada yang mengganggunya atau pun masuk ke dalam kamar kakeknya dan mengatakan yang tidak boleh di katakan. Dia harus menyelidikinya.

"Paman, apa yang terjadi dengan kakek?" tanya Aaron tampak panik melihat kakeknya di pasang selang infus dan juga oksigen oleh dokter serta alat monitor detak jantung.

"Maaf tuan muda, waktu kejadian saya tidak berada di rumah. Kebetulan pelayan yang mengantarkan makanan ke dalam kamar tuan besar itu mengatakan kalau beliau kejang." kata pak Gun.

"Ck, itu pasti mama yang mencoba masuk ke dalam kamar kakek atau Nima. Dua orang itu selalu saja merepotkan di rumahku." kata Aaron dengan kesal.

"Bisa jadi tuan muda, nyonya dan Nima seperti tenang saja ketika tuan besar di bawa ke rumah sakit." kata pak Gun.

"Huh, kita ganti pelayan saja. Aku takut perawat dan pelayan yang mengurusi kakek di ajak kerja sama dengan mama dan Nima. Aku jadi tidak fokus bekerja kalau begini jadinya, kakek harus masuk rumah sakit lagi." kata Aaron lagi.

"Biar saya yang urus tuan muda, saya yang akan mengumumkan pencarian pelayan baru. Kriterianya juga harus ketat, apakah anda setuju tuan muda?" tanya pak Gun.

"Terserah paman saja, lakukan saja sesuai prosedur. Tapi yang penting dia harus tegas dan cerdas, itu yang kita butuhkan untuk menjaga kakek dari para benalu di rumahku." kata Aaron lagi.

"Oh ya tuan muda, bagaimana dengan tuan Alex? Dia juga sering datang ke rumah akhir-akhir ini dengan nyonya Samanta." kata pak Gun lagi.

"Heh, tentu saja dia mengharapkan warisan dari kakek. Om Jerry juga sering datang ke kantorku, paman. Dia terus membujukku untuk di jadikan direktur hotel yang ada di Lombok. Benar-benar keluarga serakah, padahal kakek sudah memberikan bagian padanya. Tapi tetap saja mau mengambil bagian milik papa itu." kata Aaron lagi.

"Bersabarlah tuan muda, saya seperti menemukan sesuatu pada tuan besar." kata pak Gun.

"Sesuatu apa paman?"

"Paman belum yakin, nanti paman akan cari tahu lebih dulu tuan muda." kata pak Gun lagi.

"Baik paman, lakukan saja apa yang menurut paman baik untuk kakek. Dan juga kedamaian di rumah besar." kata Aaron.

"Baik tuan muda."

Aaron menatap wajah kakeknya yang pucat, beberapa alat medis menempel di tubuhnya. Sangat kasihan sekali, tapi dia harus sabar dengan kenyataan kalau kakeknya ini sangat berharga sekali.

"Aku akan terus menjaga kakek agar kakek bisa bertahan dan bisa bangun dari tidurmu, kek." ucap Aaron lirih.

_

Aaron Dixon Destawara Adiyaksa adalah pemilik perusahaan DDA Group, dia berusia dua puluh sembilan tahun. Masih lajang, sikapnya dingin dan berwajah tampan, dia banyak yang mengejar.

Mulai dari teman kuliah, teman sekolah sewaktu SMA yang kebetulan ketemu di reunian. Bahkan ada seorang klien cantik juga berusaha mendekati Aaron.

Tetapi tidak ada yang di minati Aaron, baginya semua perempuan yang mendekat padanya hanya terpesona oleh kekayaan yang dia miliki. Di samping perusahaan DDA Group adalah warisan milik papanya yang sudah meninggal lebih dulu. Ada juga kekayaan kakeknya yang di gabung, maka lengkap sudah status Aaron sebagai lelaki sempurna.

Laki-laki tampan, mapan dan juga kaya raya. Tak lupa juga sikap dinginnya pada semua wanita yang berusaha mendekatinya.

"Tuan muda sangat dingin ya sama wanita-wanita yang dekat dengannya. Padahal cantik-cantik lho yang dekat." kata pelayan di rumah besar miliknya.

"Ya, sering sekali teman kuliahnya datang. Tapi tidak pernah di gubris, bahkan terlalu kaku tuan muda menanggapinya." kata pelayan yang lain.

"Sudahlah, jangan ikut campur juga. Lagi pula nona Nima dan nyonya Ratih selalu saja datang kesini, mereka yang datang kesini pasti di usir oleh dua orang itu."

Dua pelayan itu diam kembali, merasa kasihan juga dengan tuan mudanya yang masih jomblo. Hanya bisa mengagumi Aaron dari jauh, dua pelayan itu pun kembali bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing.

Sementara itu, kepala rumah tangga keluarga Adiyaksa, pak Gun mengumumkan bahwa di rumah besar milik keluarga tuan Dastawara Adiyaksa mengadakan pencarian pelayan baru untuk mengurus seorang kakek yang lumpuh dan tidak bisa bicara. Bahkan sedang koma.

Kepala pelayan yang merangkap kepala rumah tangga di rumah Dastawara Adiyaksa itu bisa di katakan asisten Aaron. Pewaris tunggal perusahaan DDA Gruop membutuhkan satu pelayan yang berpendidikan sarjana, jika bisa penididkan keperawatan dan berani.

Jika tidak berpendidikan keperawatan, setidaknya berani dan bisa di percaya. Dengan pengumuman mencari seorang pelayan melalui media massa dan media sosial, bahwa CEO perusahaan DDA Group mencari seorang pelayan baru dengan imbalan yang cukup tinggi.

"Gila, tuan Aaron mengumumkan pencarian pelayan baru lagi?" ucap staf di kantor DDA Group.

"Buat apa sih? Kan waktu itu juga pernah mencari juga, bahkan kepala pelayan pak Gun mencari di yayasan ternama. Apa kurang cukup ya?" tanya staf lainnya.

"Mungkin pelayannya kurang cantik. Hahah!"

"Hus! Bisa di pecat kamu bicara begitu."

"Ya lagi pula buat apa mencari pelayan lagi, dan ini juga kenapa jadi mencari yang berpendidikan sarjana? Kalau jadi pelayan sih pendidikan sarjana melamar di kantor aja." kata staf lainnya.

"Ya kali, cewek sarjana mana yang bego mau melamar jadi pelayan meski gajinya gede. Itu kan kalah gengsi." ucap staf lainnya.

Mereka tampak membicarakan pengumuman di media sosial grup karyawan DDA Group. Mita, gadis itu hanya menyimak saja. Dia memperhatikan pengumuman itu, dia berpikir akan memberitahu pada sahabatnya yang masih menganggur dan dia juga lulusan sarjana.

"Tapi, Alya mau ngga ya kalau kuberikan info ini. Dia juga sarjana, lagi pula apa yang di katakan teman-teman benar deh. Masa lulusan sarjana mau jadi pelayan." gumam Mita melihat ponselnya, memantau grup karyawan yang berkomentar.

Tapi nyatanya tidak ada komentar satupun, hanya dua orang yang pejabat tinggi di perusahaan DDA Group.

_

_

***********

02. Wawancara Kerja

Mita, sahabat Alya pun akhirnya memberikan informasi pada Alya. Dia datang ke rumah Alya dan menunjukkan informasi pencarian pelayan di rumah besar bosnya.

"Aku sih cuma mau kasih tahu aja. Kamu kan lulusan sarjana, nih ada info loker jadi pelayan." kata Mita menyerahkan ponselnya pada Alya.

"Loker apa?" tanya Alya.

"Jadi seorang pelayan di rumah bosku. Gajinya besar katanya, tapi syaratnya harus sarjana dan berani serta jujur." jawab Mita.

Alya mengambil ponsel Mita, dia membaca informasi loker di grup karyawan DDA group. Dia tersenyum, lalu menyerahkan ponsel Mita lagi.

"Aku mau melamar." kata Alya.

"Apa?!"

"Ya, berikan alamat rumah besar itu." kata Alya.

"Tapi Al, ini sebagai pelayan lho. Kamu kan sarjana, kenapa mau jadi pelayan?" tanya Mita.

"Lha, kan kamu juga kenapa memberitahuku ada loker jadi pelayan?" tanya balik Alya pada Mita.

"Ya, itu cuma pengen aja sih Al. Tapi menurutku sih sayang lho ijazah lo itu, masa melamar jadi pelayan. Kamu itu cantik Al, jadi sekretaris juga bisa deh kayaknya." kata Mita.

"Ngga apa-apa, ada alamatnya kan di sana?"

"Ya, ada."

"Ya udah, kirim alamatnya ke ponselku." kata Alya.

Mita menatap Alya, dia heran kenapa Alya langsung mau dengan pekerjaan itu. Walaupun sebenarnya Alya bisa saja kerja di kantoran, karena di kantor Mita juga sebentar lagi akan membuka lowongan pekerjaan di bagian gudang.

"Al, kamu melamar kerjanya bulan depan aja. Di kantorku mau buka lowongan pekerjaan, tapi di bagian gudang sih." kata Mita lagi.

"Udah ngga apa-apa, kalau jadi pelayan nanti kurang menguntungkan. Ya, aku akan melamar di kantormu." kata Alya.

"Terserah kamu ajalah, aku udah kasih tahu. Tapi menurutku, mending kerja di kantoran dari pada di rumahan jadi pelayan." kata Mita lagi.

"Ngga apa-apa. Kamu tenang aja, meskipun jadi pelayan aku akan menjaga diriku dengan baik." kata Alya lagi.

"Eh tapi, tuan Aaron itu dingin lho. Dia tidak bisa di goda sama perempuan lain." kata Mita.

"Aku mau jadi pelayan bukan untuk menggodanya, tapi jadi pelayan sesuai yang dia minta. Kenapa kamu jadi lari ke tuan Aaron dan menggoda?" tanya Alya.

"Heheh, kali aja kamu mau sekalian goda laki-laki dingin itu. Lumayan lho dia, heheh." kata Mita lagi.

"Ish!"

_

Alya datang ke alamat yang di berikan Mita padanya. Dia turun dari ojek online yang dia pesan, melihat rumah mewah di depannya itu benar-benar membuat takjub dirinya.

"Waah, sangat megah sekali. Pantas saja sih dia bos perusahaan DDA Group yang terkenal itu. Rumahnya mewah dan besar, apakah penghuninya banyak? Percuma rumah mewah dan besar tapi penghuninya hanya satu orang." ucap Alya bicara sendiri.

"Cari siapa?" sapa satpam depan rumah itu pada Alya.

"Oh, apa benar ini rumah pak Aaron Dixon?" tanya Alya.

"Ya, benar. Nona mau apa?" tanya satpam itu.

"Katanya di sini ada lowongan mencari pelayan baru ya? Saya mau melamar pak satpam." jawab Alya dengan ramah.

"Ooh, ya boleh. Ada beberapa orang sedang melamar juga kok di dalam, masuk nona." kata satpam itu.

"Oh ya, terima kasih pak satpam." kata Alya.

Alya pun masuk, dia melihat sekeliling halaman sangat besar dan banyak tanaman bunga di sana. Satpam mengantar Alya masuk ke dalam dan memberitahu pada pak Gun, kepala pelayan di sana yang sedang mengetes para pelamar kerja yang ingin jadi pelayan.

"Nona bawa persyaratannya ya?" tanya satpam.

"Hanya ijazah saja sih pak satpam, dan KTP." jawab Alya.

"Ngga apa-apa, memang ijazah saja sih. Kan butuh pelayan yang sarjana, jadi ingin tahu ijazahnya itu asli atau palsu." kata satpam.

"Memang ada yang palsu?" tanya Alya.

"Ada, dan juga mereka kebanyakan yang melamar itu lulusan SMA. Kan sudah di umumkan, mencari pelamar berijazah sarjana." kata satpam.

"Memang mau di tempatkan di mana sih, kok butuh pelayan berijazah sarjana?" tanya Alya.

"Katanya sih mau di tempatkan di kamar tuan besar, nanti akan mengurus tuan besar dan dia harus mengerti apa yang di inginkan tuan muda." kata satpam.

"Tuan muda?"

"Ya, tuan Aaron."

"Ooh."

Alya diam, dia menunggu panggilan di ruang yang memang khusus untuk para pelamar. Ada dua orang lagi yang belum di panggil, jadi Alya orang terakhir hari ini.

Dua orang pun di panggil, kini Alya tinggal sendiri menunggu panggilan. Hanya butuh setengah jam dua orang itu di wawancara dan mereka pun keluar dari ruang kerja untuk wawancara bagi pelamar.

Alya di panggil setelah dua orang itu selesai wawancara. Dia masuk di antar oleh pelayan satu yang di tugaskan memanggil pelamar. Alya masuk, dia mengetuk pintu lalu melangkah mendekat. Di dalam ada laki-laki tua berusia sekitar lima puluh lima, dengan penampilan rapi.

Dia menatap Alya dengan penuh selidik dan sedikit tersenyum. Laki-laki itu berdiri, dan mempersilakan Alya untuk duduk di depannya.

"Silakan duduk." kata laki-laki itu yang tak lain adalah kepala pelayan, pak Gun.

"Iya pak, terima kasih."

Pak Gun mengambil berkas di meja, lalu kembali duduk di hadapan Alya.

"Bisa lihat apa yang kamu bawa?" tanya pak Gun.

"Oh ya pak, ini." kata Alya menyerahkan map berisi ijazahnya.

Pak Gun tersenyum, dia menerima map yang di serahkan Alya. Membukanya dan membacanya sekilas, lalu tersenyum dan menatap Alya.

"Kamu tahu di sini meminta pekerja jadi pelayan?" tanya pak Gun.

"Ya pak, saya tahu." jawab Alya.

"Dan kamu tahu, kami meminta pendidikan sarjana untuk jadi pelayan itu ada maksudnya." kata pak Gun lagi.

"Kalau ada maksudnya saya tidak tahu pak, yang jelas saya tahu di rumah ini mencari pelayan dari lulusan sarjana apa saja." kata Alya.

"Ya memang, apa kamu tidak ingin tahu maksudnya?" tanya pak Gun mencecar Alya.

"Saya tidak tahu pak, hanya bapak saja yang tahu." jawab Alya.

"Hemm, memang. Baiklah."

Pak Gun berdiri lagi, dia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Baru juga terhubung, di seberang sana justru mematikan lagi.

"Ya, aku sudah sampai paman."

Klik!

Pak Gun pun kembali duduk di depan Alya, tak lama pintu terbuka. Muncul laki-laki tegak, gagah dan juga tampan dengan sikap datar menghampiri pak Gun dan Alya.

Pak Gun pun berdiri, dia memberi hormat pada laki-laki yang tak lain adalah Aaron. Pemilik rumah besar itu. Dia melihat Alya sekilas lalu duduk di depannya. Pak Gun memberikan map milik Alya, sedangkan Alya sejak tadi hanya diam saja melihat interaksi Aaron dan pak Gun.

"Apa kamu siap jadi pelayan?"

_

_

**********

03. Tugas Alya

"Kamu mau jadi pelayan di rumah ini?" tanya Aaron pada Alya.

"Bukankah di sini memerlukan tenaga pelayan?" Alya tanya balik pada Aaron.

"Memang, tapi apakah kamu tidak sayang dengan ijazahmu yang sarjana itu?" tanya Aaron untuk mengetes Alya.

"Di coba apa salahnya, lagi pula di syaratnya harus sarjana. Jadi saya mencoba melamar saja tuan." kata Alya.

"Hemm, mencoba ya. Itu berarti kamu tidak sungguh-sungguh untuk bekerja jadi pelayan. Semua sama saja, hanya coba-coba jadi pelayan di sini. Tidak berpendidikan SMA atau pun sarjana." kata Aaron lagi.

Alya diam, dia menatap datar pada Aaron. Bingung dengan ucapan laki-laki sang majikan rumah besar itu.

"Lalu, apa yang harus di kerjakan jika memang saya harus benar-benar bekerja sebagai pelayan di sini? Apa ada penghargaan tinggi bagi pelayan yang berpendidikan sarjana?" tanya Alya.

"Tentu tidak, di syarat memang mengutamakan pendidikan sarjana sebagai acuan kalau pelamar itu benar-benar tahu dan memahami apa yang saya katakan." kata Aaron lagi.

Aaron menatap dingin pada Alya, Alya pun membalas. Keduanya saling tatap datar, mempertahankan pendapatnya ketika berdebat kecil tadi.

Pak Gun melihat keduanya seperti sedang mengadu kekuatan prinsip. Tapi kemudian dia membisikkan sesuatu pada Aaron.

"Baiklah, saya terima kamu kerja di sini sebagai pelayan khusus." kata Aaron.

Alya diam, tapi kemudian dia menarik napas panjang. Melirik ke arah pak Gun sebentar dan menatap Aaron kembali.

"Baik terima kasih, kapan saya mulai bekerja?" tanya Alya.

"Mulai besok, kamu datang jam delapan pagi sudah ada di rumah ini. Nanti pak Gun yang akan memberikan penjelasan apa tugasmu itu nantinya." kata Aaron.

"Iya tuan."

"Kalau begitu, tutup pedaftaran pelamar paman. Sudah dapat pelayan baru di rumah ini, semoga saja sikapnya itu tetap sama seperti tadi." kata Aaron.

Alya diam, dia tidak mengerti apa yang di maksud Aaron. Tapi dia pun berdiri, bersalaman dengan pak Gun dan juga Aaron. Awalnya malas Aaron bersalaman dengan Alya, tapi dia pun menyalami tangan Alya juga.

Alya keluar dari ruang kerja Aaron, sedangkan Aaron dan pak Gun berdiskusi mengenai pelayan baru tadi.

"Menurut paman, apa dia benar-benar bisa di percaya?" tanya Aaron.

"Aku rasa bisa tuan muda, dan yang terpenting tidak bisa di intimidasi sama nyonya dan nona Nima." kata pak Gun.

"Ya, kurasa juga begitu. Itulah kenapa aku harus mencari pelayan berpendidikan sarjana, agar dia mengerti dan tidak mudah di paksa dan di rayu. Semoga saja dia tidak seperti itu." kata Aaron.

"Anda harus menyiapkan bonus serta gaji yang besar jika dia berhasil dengan misi kita tuan muda." kata pak Gun.

"Tentu, aku akan menyiapkan bonus besar. Dan gajinya jangan lupa juga paman, perhatikan awal pekerjaannya nanti." kata Aaron.

"Tentu tuan, aku akan memperhatikan cara kerja nona Alya."

"Hei, kenapa paman memanggilnya nona? Bukankah dia sama dengan pelayan lainnya." tanya Aaron protes.

"Saat ini masih belum bekerja jadi pelayan tuan muda."

"Ck sama saja, dia sudah di terima jadi pelayan di rumah ini. Hanya waktu kerjanya yang belum efektif."

"Maafkan saya tuan muda."

"Aku pergi ke kantor dulu, nanti malam aku jenguk kakek."

"Ya tua muda."

Aaron meninggalkan pak Gun, pekerjaan di kantornya sedang banyak. Sedangkan pak Gun melanjutkan pekerjaannya menyiapkan uang gaji para pelayan dan satpam di rumah besar itu.

_

Esok harinya, sesuai yang sudah di tentukan. Alya datang tepat di rumah Aaron jam delapan pagi. Dia sudah rapi dengan pakaian sopan, dia menunggu di ruang tamu. Menunggu pak Gun menjelaskan apa saja yang harus di kerjakannya dalam rumah itu sebagai pelayan baru.

"Alya, kamu sudah siap?" tanya pak Gun.

"Siap pak Gun." jawab Alya pasti.

"Baiklah, ayo ikut saya." kata pak Gun.

Alya mengangguk, dia pun bangkit dari duduknya. Mengikuti kemana pak Gun melangkah. Sambil menjelaskan beberapa hal apa saja yang perlu Alya tahu di rumah itu. Ada tiga pelayan di bagian dapur, laundry dan juga bagian membersihkan rumah.

Tugas Alya khusus hanya menangani tuan besar mereka yang sekarang ini sedang koma di dalam kamarnya, setiap hari harus di periksa oleh suster dan dokter tiga kali dalam seminggu.

"Jadi, kamu mengawasi semua apa yang di lakukan dokter, perawat dan juga pelayan yang masuk ke kamar tuan besar. Kamarmu juga bersebelahan dengan kamar tuan besar." kata pak Gun.

"Saya di tugaskan menjaga tuan besar?" tanya Alya.

"Ya, menyiapkan keperluannya. Dan juga membersihkan kamarnya, pokoknya kamu yang bertanggung jawab di kamar tuan besar. Siapa pun tidak boleh masuk tanpa seizinmu, nanti pelayan semua aku beritahu kalau tidak boleh ada yang masuk ke dalam kamar tuan besar selain izin kamu. Tentu izin dariku dan dari tuan muda." kata pak Gun lagi.

"Apa di rumah ini hanya ada tuan muda saja? Tidak ada yang lainnya?" tanya Alya penasaran.

"Ada, nona Nima itu adik tiri tuan muda. Nyonya Ratih, ibu tiri tuan muda. Dan tuan Jerry dan istrinya adalah om dan tantenya tuan muda. Mereka akan sering kemari, dan mungkin juga nanti ada mantan tuan muda. Meski mereka sudah putus, tapi mantan tuan muda kadang suka datang jika sedang libur dari pekerjaannya. Ada lagi, tuan Alex dan nona Samanta itu juga suami istri, anak dari nyonya Ratih. Adik sambung tuan Aaron," kata pak Gun lagi.

"Mantan pacar tuan muda?" tanya Alya heran.

"Ya, tapi dia kalau liburan dalam satu tahun itu hanya satu kali saja liburannya. Karena sibuk dengan pekerjaannya sebagai model. Jadi, jangan terlalu khawatir akan hal itu." kata pak Gun menjelaskan semua orang-orang yang berkaitan dengan Aaron dan rumah besar itu.

Alya diam, dia mengangguk kecil. Lalu mereka melanjutkan ke bagian dapur, mengenalkan Alya pada para pelayan di sana. Ada Titi, Reni dan juga Inah.

"Kalian harus tahu, Alya ini yang bertanggung jawab di kamar tuan besar. Jadi, jika kamu mau menyiapkan semua keperluan di kamar tuan besar. Harus ada persetujuan dari Alya, selain dari tuan muda dan saya. Kalian mengerti?" tanya pak Gun.

"Baik."

"Nah, kalian boleh berkenalan. Satu jam kemudian saya akan panggil Alya lagi untuk memulai pekerjaannya.."

"Baik pak Gun."

Semua menjawab serempak, pak Gun pergi meninggalkan. Alya pun berbaur dengan ketiga pelayan rumah Aaron. Bercengkrama dan bercerita dengan pekerjaan masing-masing.

"Waah, kamu hebat bisa di percaya tuan muda untuk menjaga tuan besar Alya." kata Titi.

"Aku belum tahu pekerjaan seperti apa sampai kalian takjub dengan pekerjaan menjaga tuan besar." kata Alya.

"Menjaga tuan besar itu ringan, tapi tanggung jawabnya yang besar. Banyak yang mau menjadi pelayan untuk tuan besar, tapi hanya dalam satu minggu mereka di pecat." kata Titi lagi.

"Begitu ya, apa kesalahan mereka?" tanya Alya.

"Kami tidak tahu, tapi sejauh yang saya perhatikan sih karena pelayan baru itu menuruti perintah nyonya Ratih dan nona Nima."

"Ooh, itu ya."

"Iya, semoga saja kamu tidak begitu Alya. Karena kan memang pelayan yang menangani tuan besar itu kebanyakan sombong, suka menyuruh seenaknya saja pada kita." kata Reni.

Alya diam saja, dia mengerti kenapa pelayan sering di ganti dan tidak bertahan lama. Mungkin memang selain tanggung jawab besar menjaga pak Adiyaksa juga sombong karena di percaya oleh Aaron sebagai pemilik rumah besar itu.

_

_

**********

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!