[Pesan Author]
Sebelum membaca keselurahan novel ini aku mau kasih tahu jika proses MC menjadi kuat cukup lama. Jadi tolong jangan ada lagi di antara kalian yang bertanya kenapa alurnya lelet sekali dan kenapa MCnya ga OP-OP. Jelas itu karena novel ini bukan SAITAMA!
Lanjut dah~
Seorang pria terbaring di permukaan tanah dengan pedang emas yang ada di tangannya, dia adalah Xun Yong pemimpin dari Clan Naga biru. Baju putih yang di kenakannya kini telah berlumuran darah, tentunya darah itu adalah miliknya sendiri. Kondisinya benar-benar sangat buruk dan untuk menggerakan tubuhnya saja sangatlah sulit. Lalu tidak lama kemudian seseorang pria mendekatinya dengan berjalan sambil membawa sebuah tombak hitam di tangan kanannya. Langkah pria itu membuat Xun Yong membuka matanya meskipun itu sangatlah sulit baginya.
Lalu setelah beberapa saat kemudian, pria itu tampak berdiri tepat di sampingnya dengan napas yang terengah-engah.
"Aku tidak menyangka kau akan sekuat ini, Xung Yong!" Ucap pria yang berdiri di samping Xun Yong sambil menghapus darah yang ada di bibirnya.
Xun Yong yang mengetahui ajalnya akan datang cepat atau lambat membuatnya berkata dengan suara yang tidak begitu jelas untuk di dengarkan;
"Bunuhlah aku, Liu Han."
Meskipun perkataan Xun Yong tidak begitu jelas, namun pria yang kini ada di dekatnya dapat mendengarnya bahkan langsung menjawabnya;
"Apa kau sudah menyerah?!"
"Hahahaha!"
"Baiklah!, aku akan membunuhmu sekarang juga!"
Tidak lama kemudian pria tersebut pun mulai mengangkat tombak hitamnya tinggi-tinggi bersamaan dengan aura hitam yang menyelimuti tombaknya. Xun Yong yang melihat semua itu mulai menutup matanya dan bersiap untuk mati meski rasa sesal masih ada di hatinya.
Lalu di saat itu juga ledakan yang sangat dahsyat tercipta ketika tombak hitam menyentuh tubuh Xun Yong bahkan membuat tanah-tanah di sekitar permukaan mereka berdua terangkat ke langit-langit dan itu adalah perjalanan terakhir bagi Xun Yong.
Seiring berjalannya waktu, kematian Xun Yong telah membuat Clan naga biru harus merelakan kepergiannya dan mereka semua juga harus meninggalkan tempat tinggal mereka masing-masing untuk menyelamatkan generasi Clan naga biru selanjutnya.
Lebih dari 50 orang yang selamat kini telah meninggalkan tempat tinggal mereka, rasa lelah terlihat jelas di wajah mereka semua saat melewati bukit tinggi yang dipenuhi pepohonan dan tumbuh-tumbuhan hijau.
Mungkin itu adalah cara terakhir mereka untuk tetap bertahan hidup, dan mereka sangat yakin jika suatu saat nanti di generasi selanjutnya akan ada seseorang yang dapat membalaskan kematian Xun Yong.
Hari demi hari berlalu, Hingga akhirnya 400 tahun berlalu begitu saja tanpa ada satu pun dari generasi biru yang dapat membalaskan dendam Xun Yong, bahkan semua peristiwa itu kini hanya menjadi sebuah cerita turun menurun bagi generasi baru Clan naga biru.
Lalu di dalam ruang kelas yang begitu kumuh, terlihat belasan anak kecil duduk di masing-masing meja sambil mendengarkan pria setengah baya yang menceritakan peristiwa yang menimpa Clan naga biru di masa Xun Yong masih hidup dan kemudian mati dalam pertarungannya melawan Liu Han dari Clan mawar hitam.
Semua anak begitu fokus mendengarkan cerita itu, bahkan mereka semua menjadi semangat untuk berusaha lebih keras agar menjadi kuat seperti Xun Yong. Namun salah satu anak kecil berambut panjang dengan ikatan rambut tampak berdiri dan berkata dengan nada tinggi kearah pria setengah baya;
"Bukankah karena Xun Yong, Clan naga biru kini di pandang rendah oleh Clan mawar hitam!"
"Kenapa kalian semua membangga-banggakan dirinya?!"
Mendengar anak kecil yang berbicara seperti itu membuat pria setengah baya langsung berjalan mendekatinya dengan tatapan yang begitu tenang. Lalu anak kecil itu mulai duduk kembali dan merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi kepadanya.
"Shen Zhu, kamu tidak boleh berbicara seperti itu. Dia adalah leluhur kita, dan dialah satu-satunya orang yang telah memimpin Clan naga biru dan berjuang melawan Liu Han seorang diri. Jika bukan karenanya, mungkin saja Liu Han tidak akan ragu menghabis seluruh generasi Clan naga biru pada waktu itu. Bahkan jika itu terjadi mungkin kamu tidak akan pernah terlahir kedunia ini." Pria setengah baya terlihat begitu tenang ketika berbicara dengan anak kecil yang bernama Shen Zhu.
Shen Zhu ketika itu hanya terdiam setelah pria setengah baya menegurnya tanpa sedikitpun berperilaku kasar kepadanya, lalu tidak lama kemudian Shen Zhu berkata dengan nada rendah sambil menundukkan kepalanya keatas meja;
"Tetap saja dia hanyalah pecundang yang di bangga-banggakan oleh semua orang disini."
"Lagi pula kenapa kita masih dekat dengan Clan mawar hitam?, bukankah itu sama saja berkhianat kepada leluhur kita, Guru Han?"
Tak lama kemudian tangan kanan pria setengah baya melesat dengan sangat cepat ke arah kepala Shen Zhu hingga membuat Shen Zhu harus merasakan sakitnya pukulan yang baru saja diberikan oleh pria setengah baya kepadanya.
Praakk!
"Awwwwwwww!!, Kenapa kakek memukulku!, bukankah aku berkata benar!" Shen Zhu memegangi kepalanya sambil melihat betapa menyeramkannya pria setengah baya yang baru saja memukul kepalanya.
"Tentu kau berkata benar, tapi kau juga berkata salah!, kita mendekati Clan mawar hitam bukan berarti kita berkhianat kepada leluhur kita. Perlu kau ingat jika kita melawan Clan mawar hitam saat ini, apakah kita sanggup menghadapinya?, Karena itulah aku disini untuk melatih kalian semua agar menjadi lebih kuat dan tidak dipandang rendah lagi oleh orang seperti mereka!" Ucap pria setengah baya yang merasa kesal namun kekesalannya itu bukanlah karena perkataan Shen Zhu melainkan betapa kesalnya dirinya kepada generasi sebelum-sebelumnya yang sangatlah lemah, bahkan dia sangat kesal kepada dirinya sendiri yang benar-benar tidak berguna sama sekali.
Seketika itu juga semua anak yang berada di dalam ruang kelas tertawa terbahak-bahak melihat Shen Zhu di marahi habis-habisan oleh pria setengah baya yang ada di dekatnya. Lalu tidak lama kemudian seorang anak dari tempat duduk yang cukup jauh dari Shen Zhu pun berkata dengan nada tinggi sambil menunjukan jarinya kearah Shen Zhu;
"Hahaha!"
"Tingkat kultivasimu saja masih Basic dan kau berbicara seolah-olah lebih kuat dari leluhur kita!"
"apa kau sudah gila, Shen Zhu?!"
"Hahahaha!"
Seisi ruangan pun mulai semakin dipenuhi oleh suara anak-anak yang tertawa lepas tanpa memikirkan perasaan Shen Zhu. Lalu karena kesal dengan perkataan tersebut Shen Zhu pun berdiri dan berjalan keluar dari ruang kelasnya yang kumuh tanpa memperdulikan lagi pelajaran yang akan diberikan oleh pria setengah baya kepadanya.
"Kamu ingin kemana, Shen Zhu!" Ucap pria setengah yang berusaha mengejar Shen Zhu hingga depan pintu kelas. Namun, Shen Zhu sama sekali tidak menghiraukannya dan terus berjalan dengan wajah yang penuh dengan rasa kesal.
Ketika itu Shen Zhu tampak keluar dari bangunan yang cukup tua dan bangunan itu hampir termakan oleh akar-akar pepohonan, di bangunan itulah setiap anak harus datang di pagi hari untuk belajar bersama-sama dengan anak-anak lainnya.
Shen Zhu yang sangat kesal tampak berjalan ke sebuah bukit yang berada didekat desanya dan ini bukan pertama kalinya untuk Shen Zhu ke bukit itu. Karena setiap kali Shen Zhu merasa kesal dia selalu pergi ke bukit itu untuk menenangkan dirinya dan mengeluarkan semua kekesalannya.
Di balik bukit, di jalur tersembunyi Shen Zhu tampak berkata-kata seorang diri sambil menendang-nendang dedaunan yang ada didekatnya.
"Sial!, kenapa mereka semua begitu membanggakan pecundang itu?!"
"Ditambah lagi mereka semua menertawakan ku karena tingkat kultivasiku masih rendah!"
"Ini benar-benar mengesalkan!!"
Shen Zhu saat itu sangat menyadari betapa lemahnya tingkat kultivasinya di bandingkan dengan teman-teman sebayanya. Bayangkan saja, Shen Zhu masih di tingkat [Basic Stage 1] sedangkan teman-temannya telah mencapai tingkat [Basic Stage 2] dan hanya dua tingkatan lagi teman-temannya akan mencapai tingkat [intermediate].
Setelah beberapa lama kemudian, Shen Zhu terlihat telah sampai di puncak bukit tertinggi yang berdekatan dengan desanya. Dia mulai menarik napasnya dalam-dalam untuk meredakan kekesalannya terhadap teman-temannya maupun dirinya sendiri yang sangatlah lemah.
"Jika kelak aku mencapai tingkat [Immortal], aku akan membuktikan bawah perkataanku adalah benar, Xun Yong! lihatlah aku akan melewati tingkat kultivasimu dan aku akan membuat Clan naga biru menjadi yang terkuat dibandingkan dengan Clan mawar hitam!" Shen Zhu melihat tajam kearah desanya yang di penuhi oleh orang-orang berlalu-lalang dan menunjukkan kekesalannya terhadap Xun Yong yang dimana Xun Yong adalah leluhurnya sendiri.
-[Pesan Author]-
Hanya itu saja yang saya ingin sampaikan dan saya sangat berterimakasih jika kalian memberikan dukungan dengan cara dibawah ini;
❂ Dukung penulis dengan memberikan tips/vote seadanya
❂ Follow akun penulis
❂ Berkomentar
❂ Like & Share
❂ 5 Bintang
❂ Favorit (Wajib hahaha..!!!)
✦ Terimakasih ✦
Instagram -> @azhieznovelist
Support me On Karyakars**à**-> @Azhiez
Shen Zhu yang berada di atas bukit di dekat desanya kini terlihat sedang bermeditasi di bawah pohon yang sangat besar. Aliran Qi didalam tubuhnya mulai perlahan keluar, tubuhnya pun kini diselimuti oleh Qi berwarna biru. Waktu berjalan cukup cepat dan Shen Zhu sama sekali tidak mengetahui jika matahari sudah hampir terbenam.
Tidak lama kemudian suara ledakan terdengar jelas dari arah desanya, itu jelas membuat Shen Zhu terkejut dan langsung membuka kedua matanya secara bersamaan.
Boom!
Tanpa pikir panjang Shen Zhu berdiri dan berlari ketepi bukit sambil melihat kearah sumber ledakan tersebut. Tatapan matanya penuh dengan rasa ketidak percayaan ketika melihat api melahap separuh desanya.
"Ayah, Ibu!" Ucap Shen Zhu yang hanya memikirkan kedua orang tuanya saat melihat api-api mulai melahap rumahnya sendiri.
Di saat itu juga Shen Zhu langsung bergegas berlari sekuat tenaga untuk memastikan Ayah dan Ibunya masih hidup, batu demi batu yang menghalanginya dia lompati begitu mudah. Lalu setelah Shen Zhu hampir mendekati dasar permukaan desa, dia mendengar suara seorang wanita yang memanggil-manggil namanya.
"Shen Zhu!, dimana kamu nak!" Wanita itu terlihat berlari-lari melihat ke kanan dan kirinya mencari-cari keberadaan Shen Zhu sambil membawa sebuah kalung ditangan kanannya.
Mendengar suara yang tidak asing membuat Shen Zhu langsung berlari kearah sumber suara yang memanggil-manggil namanya berulang-ulang kali.
"Ibu! aku disini!" Shen Zhu berlari kearah wanita itu yang dimana ternyata wanita itu adalah ibunya, dia melihat jelas raut wajah ibunya sangat cemas dan begitu terburu-buru mendekatinya.
Di saat mereka berdua saling berpapasan, Ibu Shen Zhu tampak langsung memberikan kalung yang selama ini digenggamnya sambil berkata dengan nada yang cukup tinggi;
"Shen Zhu, jagalah kalung ini dan jangan sampai kalung ini jatuh ke tangan orang lain!"
Ketika itu Shen Zhu tampak kebingungan saat ibunya memberikan kalung yang selalu dikenakan oleh ayahnya. Kalung itu terlihat biasa-biasa saja bahkan tidak ada sesuatu yang menarik dari kalung itu, namun entah kenapa ibunya menyuruhnya untuk menjaga kalung tersebut.
"Bukankah ini kalung ayah?, dimana ayah sekarang, bu?!" Shen Zhu menatap cemas kearah ibunya dan merasa sesuatu yang buruk telah terjadi kepada ayahnya.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkannya, sekarang pergilah sejauh mungkin dari tempat ini sekarang juga!" Ibu Shen Zhu tampak mendorong Shen Zhu bersama dengan kalung yang kini telah berada ditangan Shen Zhu, lalu kemudian terlihat sebuah sinar cahaya berwarna biru keluar dari tangan kanan ibu Shen Zhu dan cahaya biru itu pun langsung mengarah kearah Shen Zhu serta menyelimuti seluruh tubuh Shen Zhu.
Seketika itu juga Shen Zhu merasa tubuhnya benar-benar kedinginan namun itu tidak membuatnya terluka sedikitpun bahkan Shen Zhu merasa kini dirinya benar-benar dipenuhi oleh tenaga. Dia sama sekali tidak mengetahui jika sesungguhnya cahaya biru yang telah menyelimutinya adalah sebuah jurus yang sangat jarang dimiliki bagi sebagian orang.
"Kenapa ibu menyuruhku pergi?!" Ucap Shen Zhu namun ibunya seperti sama sekali tidak dapat mendengar perkataannya, ibunya hanya tersenyum dan sedikit meneteskan air matanya kearah Shen Zhu.
"Jagalah kalung itu Shen Zhu, karena kalung itu adalah satu-satunya pusaka yang dimiliki oleh Clan naga biru." Ibu Shen Zhu terlihat sedikit menjelaskan betapa pentingnya kalung yang ada ditangan Shen Zhu dan setelah berkata seperti Ibu Shen Zhu mulai berlari kembali kearah desa sambil mengusap air matanya yang sempat terjatuh.
"Ibu tunggu aku!" Ucap Shen Zhu mencoba mengejar ibunya namun ibunya sama sekali tidak menghiraukannya dan terus berlari kearah desa.
Tidak lama kemudian sesampainya di desanya, terlihat kekacauan dimana-mana. Kobaran api melahap semua perumahan dan terlihat orang-orang berlarian kesana-kemari bersama dengan anak-anaknya. Mungkin itu hanya sebagian orang saja, karena masih ada beberapa orang yang terlihat tengah bertarung melawan beberapa orang yang mengenakan jubah berlukisan simbol mawar hitam pada bagian belakang jubah tersebut.
"Ibu!, mereka semua siapa?!" Ucap Shen Zhu berteriak kearah ibunya sambil melihat pria-pria yang tidak dikenal bertarung melawan penduduk desa.
Kala itu Ibunya sama sekali tidak menjawab perkataan Shen Zhu, lalu di saat yang bersamaan tidak terduga seorang pria berlari kearahnya dan menembus tubuhnya. Shen Zhu pun sempat terkejut ketika mengetahui tubuhnya seperti roh yang dapat di tembus oleh apapun. Lalu tidak lama kemudian Shen Zhu pun mulai menyadari jika cahaya biru yang menyelimutinya telah membuat tak terlihat bahkan dapat tertembus oleh benda apapun.
Selagi Shen Zhu melihat telapak tangannya, Ibunya tampak berlari kearah seorang pria yang terbaring dipermukaan tanah dengan darah yang mengalir dimana-mana.
"Sayang!" Ucap Ibu Shen Zhu berlari dan langsung memegang tangan pria tersebut yang dipenuhi oleh darah.
"Kenapa kamu tidak menuruti perkataanku, Xiu Qiang?" Pria itu merasa kesal melihat Ibu Shen Zhu kembali kepadanya walaupun Ibu Shen Zhu menangis dihadapannya.
"Aku tidak akan meninggalkanmu seorang diri, jika kamu mati aku pun harus ikut mati bersamamu." Ibu Shen Zhu yang menangis tampak memegang erat tangan pria yang tidak berdaya dengan beberapa luka pada tubuhnya.
Shen Zhu yang sempat terdiam sejenak kemudian mulai berjalan dan tiba-tiba dadanya begitu sesak setelah melihat pria yang bersama dengan ibunya di penuhi oleh darah. Perlahan-lahan Shen Zhu berjalan mendekati pria tersebut sambil menggenggam erat kalung ditangan kanannya.
"Ayah..."
Air mata mulai keluar dari mata Shen Zhu ketika berjalan mendekati pria yang berada didekat ibunya dan pria tersebut ternyata adalah ayahnya. Seiring dia berjalan kearah ayah dan ibunya, dia mendengarkan setiap perbincangan diantara mereka berdua yang membicarakan tentangnya dan kalung yang ada ditangannya.
Lalu tidak lama kemudian, Ayahnya pun sedikit berteriak kepada ibunya;
"Dasar bodoh!, Meski kamu sudah melindunginya dengan jurus yang kamu miliki,"
"Shen Zhu pasti akan tetap mengikutimu kemari!"
Ketika mendengar ayahnya memarahi ibunya, Shen Zhu tampak terdiam berdiri dibelakang ibunya dan tidak mengetahui apa yang harus dia lakukan saat itu. Lalu tiba-tiba saja sebuah pedang melesat kearahnya dari belakang.
Wussh!
Shen Zhu terlihat terkejut ketika pedang tersebut menembus tubuhnya begitu saja, meskipun Shen Zhu tidak mendapatkan luka apapun dari serangan tiba-tiba itu namun pedang itu kini telah tertancap di tubuh ibunya hingga mengeluarkan darah dan juga sempat terdengar jeritan dari ibunya.
"I-ibu!" Shen Zhu berteriak keras namun sama sekali tidak ada yang mendengar suara teriaknya.
Melihat pedang tertancap di tubuh ibunya, Shen Zhu dengan tatapan yang menyeramkan membalikkan tubuhnya dan kemudian dia pun berteriak sekuat tenaga kearah pria yang baru saja menyerang ibunya dari belakang;
"Apa yang kau lakukan, b*jingan!"
Di saat Shen Zhu telah membalikkan badannya sambil berbicara, di saat itu pula dia melihat pria bertubuh besar dengan rambut pendek berwarna hitam yang membentang keatas langit. Lalu Shen Zhu pun tiba-tiba saja melangkah mundur setelah melihat rupa pria tersebut dengan kedua matanya. Shen Zhu sangat merasa mendapat tekanan yang begitu dahsyat dari sorotan mata pria tersebut, meskipun sorotan mata pria tersebut bukanlah untuknya melainkan untuk ayah dan ibunya yang ada tepat dibelakangnya.
"Shen Jian, dimana kau menyimpan pusaka Clan naga biru?" pria yang membuat Shen Zhu merasa tekanan yang begitu dahsyat tampak berbicara dengan ayahnya sambil perlahan menarik pedangnya yang tertancap pada tubuh ibu Shen Zhu.
Tidak lama kemudian tubuh Xiu Qiang pun terjatuh diatas tubuh Shen Jian yang sedang terluka parah dan Xiu Qiang terlihat sama sekali tidak dapat bergerak meskipun Xiu Qiang masih dapat bertahan dari serangan tiba-tiba itu. Lalu, sebuah bintik-bintik berwarna hijau mulai terlihat di seluruh bagian tubuh Xiu Qiang dan itu jelas membuat Shen Jian sangat cemas dan langsung berkata semampunya;
"A-apa yang kau lakukan pada istriku, Liu Jin!"
Di tengah-tengah perbincangan antara Shen Jian dan Liu Jin, Shen Zhu terlihat membalikkan badannya lagi dan mengetahui jika ayah dan Ibunya dalam keadaan yang sangat buruk. Namun tetap saja Shen Zhu tidak dapat berbuat apa-apa bahkan dirinya mulai menghentakkan lututnya kepermukaan tanah.
"Jika kau ingin istrimu selamat, cepat katakan dimana pusaka Clan naga biru berada." Liu Jin menatap dengan tajam kearah Shen Jian bahkan dimatanya terlihat jelas bahwa dirinya tidak akan mungkin membiarkan hidup Xiu Qiang begitu saja.
Lalu setelah itu Xiu Qiang mulai membuka mulutnya dan berusaha berkata-kata meski itu sangat sulit baginya;
"J-jangan k-katakan k-kepadanya."
Shen Jian yang melihat Xiu Qiang masih tetap berusaha untuk melindungi pusaka dan juga anaknya membuat Shen Jian tidak dapat berkata apa-apa, hingga akhirnya Shen Jian pun mulai menaruh tangan kirinya keatas tubuh Xiu Qiang yang telah berlubang.
"Baiklah, jika itu keinginan kalian berdua." Liu Jin sempat menutup matanya sejenak dan kemudian membentangkan pedangnya kearah Shen Jian dan Xiu Qiang. Lalu tiba-tiba saja pedang milik Liu Jin mulai memunculkan sebuah kobaran api dan langsung mengarah tepat kearah mereka berdua.
Wuuuurrrrrr!!
Seketika itu juga Shen Zhu berteriak kearah ayah dan ibunya yang kini telah terlahap oleh kobaran api. Lalu tidak lama kemudian ayahnya tampak membuka mulutnya seperti mengatakan sesuatu kepadanya.
"Per-gi-lah"
Meski tidak dapat terdengar, namun Shen Zhu sangat memahami ucapan terakhir ayahnya yang entah mengapa kata-kata itu seperti tertuju kepadanya. Namun, Shen Zhu merasa sangat sulit untuk pergi meninggalkan kedua orang tuanya yang mati tepat dihadapannya. Dia sangat membenci dirinya sendiri karena hingga akhir kepergian orang tuannya, dia sama sekali tidak dapat berbuat apapun. Air mata terus mengalir dari matanya dan tidak ada satu orang pun yang dapat melihat keberadaannya. Hingga akhirnya satu persatu orang meninggalkan tempat tersebut dengan diiringi rintik air hujan.
-[Pesan Author]-
Hanya itu saja yang saya ingin sampaikan dan saya sangat berterimakasih jika kalian memberikan dukungan dengan cara dibawah ini;
❂ Dukung penulis dengan memberikan tips/vote seadanya
❂ Follow akun penulis
❂ Berkomentar
❂ Like & Share
❂ 5 Bintang
❂ Favorit (Wajib hahaha..!!!)
✦ Terimakasih ✦
Instagram -> @azhieznovelist
Support me On Karyakarsà -> @Azhiez
Shen Zhu benar-benar tidak percaya jika kedua orang tuanya mati tepat dihadapannya bahkan mayat kedua orang tuanya masih tergeletak tepat di depan matanya. Shen Zhu hanya bisa menangis, sedangkan api yang membakar seluruh desanya kini telah padam oleh air hujan yang turun dari langit.
Bukan hanya kedua orang tua Shen Zhu saja yang telah mati dari peristiwa itu, melainkan seluruh penduduk di desa tersebut semuanya mati. Bisa dikatakan hanya Shen Zhu lah satu-satunya yang masih hidup dari peristiwa itu.
Setelah lama hanya menangis saja, Shen Zhu mulai berdiri dan melihat seisi desanya yang telah hangus terbakar tanpa tersisa. Angin yang bertiup kencang membuat abu-abu hitam berterbangan di udara dan tidak ada satupun orang yang datang untuk memeriksa keadaaan orang-orang di desanya.
"...."
Shen Zhu tampak terdiam dan menghapus air matanya, karena lebih dari 20 orang tergeletak tak bernyawa dihadapannya, bahkan bukan mayat orang dewasa saja melainkan anak-anak berusia sebaya dengannya pun tak bisa selamat dari peristiwa itu. Lalu tiba-tiba saja sinar cahaya berwarna biru yang menyelimuti tubuh Shen Zhu mulai menghilang secara perlahan dan itu jelas membuat Shen Zhu cukup terkejut.
Dengan kondisi sekarang ini Shen Zhu berpikir untuk mengubur semua mayat yang tergeletak di atas permukaan tanah termasuk dengan kedua orang tuanya sendiri. Lalu tidak lama kemudian Shen Zhu melangkahkan kakinya untuk mencari sebuah skop kayu yang dimana biasanya dipakai oleh para petani di desanya, namun sayangnya skop kayu juga ikut terbakar dan hanya menyisakan sebagian bahan dasarnya saja yaitu sebuah besi yang mencekung.
Meskipun begitu Shen Zhu tanpa ragu mengambil bagian dasar skop kayu tersebut dan mulai menggali tanah satu persatu untuk mayat-mayat yang terbujur kaku di setiap sudut ruang pandangnya.
Mungkin hanya itu yang dapat dilakukan oleh Shen Zhu, meski air matanya terus menerus terjatuh namun dia tetap menggali beberapa lubang tepat di area desanya sendiri.
Anak sekecil itu menggali lubang kuburan ditengah malam, apakah dunia ini sudah gila?
Air mata bercampur dengan keringat dan bersatu menghasilkan beberapa lubang kuburan, rasa lelah tidak bisa dipungkiri lagi. Shen Zhu sejenak beristirahat dan mulai berjalan kearah ibunya dengan pakaian yang kotor.
Ketika Shen Zhu melihat raut wajah ibunya yang sudah tidak bernyawa, dia mulai menaruh kepalanya tepat di dada ibunya dan mulai memejamkan matanya meskipun tidak bisa dihindari jika dia tidak bisa menahan air matanya sendiri.
Malam itu berlalu dengan begitu cepat, dan di pagi harinya Shen Zhu terlihat masih menggali beberapa lubang kuburan. Tatapan matanya terlihat berbeda daripada malam sebelumnya, bahkan dengan kedua tangannya dia terlihat semakin cepat dalam menggali lubang kuburan.
"Jika aku tidak selemah ini, mungkin ibu dan ayah tidak akan mati begitu saja didepan mataku!" Ucap Shen Zhu dengan nada tinggi sambil merauk tanah dengan besi mencekung yang digenggamnya.
"Aku tidak akan melupakan semua kejadian ini, aku akan membalas kematian orang tuaku kepada pria itu!, lihat saja nanti!, saat aku mencapai tingkat [Immortal], aku akan membunuh mereka semua yang berasal dari Clan mawar hitam seperti apa yang telah mereka lakukan kepada Clan naga biru untuk yang kedua kalinya!" Shen Zhu menggerutu setiap kali merauk tanah-tanah dihadapannya dan selalu mengingat wajah dari orang yang telah membunuh ayah dan ibunya.
Saat itu yang ada didalam pikiran Shen Zhu hanyalah rasa ingin membalaskan kematian orang-orang yang di sayanginya. Terlepas dari semua itu, Shen Zhu sangat mengetahui betul pria yang telah membunuh kedua orang tuanya. Karena sebelum peristiwa itu terjadi, Shen Zhu dan ayahnya pernah pergi ke sebuah tempat dan bertemu dengan pria tersebut. Satu-satu yang menjadi masalah untuk Shen Zhu saat ini adalah pria itu sangatlah kuat bahkan tidak ada satu orang pun yang dapat menandingi kekuatannya.
Lebih dari sehari semalam Shen Zhu akhirnya telah selesai mengubur semua orang yang telah mati di desanya, dia dengan tubuh kecilnya kini menatap puluhan kuburan yang ada dihadapannya. Dua telapak tangannya menyatu dan matanya tertutup rapat sambil mendoakan mereka semua termasuk kedua orang tua.
Lalu tidak lama kemudian Shen Zhu mulai menggenggam kalung pemberian ibunya yang dimana kalung itu telah dikenakannya semenjak dia menggali beberapa lubang kuburan. Shen Zhu memanglah anak yang mudah sekali belajar dalam situasi apapun dan karena itulah dia sangat menyadari jika dia terus menerus berada di desanya, kemungkinan besar orang-orang dari Clan mawar hitam akan kembali lagi dan itu jelas akan menjadi masalah untuknya. Oleh sebab itu, Shen Zhu memutuskan untuk pergi meninggalkan desanya sendiri untuk menghindari masalah yang tidak dia inginkan.
Selepas Shen Zhu selesai berdoa, dia pun akhirnya meninggalkan desa tercintanya tanpa sebuah bekal untuk perjalanannya. Di dalam pikirannya bertahan hidup adalah hal mudah asalkan binatang-binatang masih ada di alam liar. Meski saat itu Shen Zhu tidak mengetahui arah jalan yang benar, namun keajaiban seperti memandu setiap langkahnya bahkan dalam waktu lebih dari satu bulan dia masih tetap bertahan hidup dengan kemampuan yang dia miliki. Berbagai macam cara dia lakukan untuk bertahan hidup didalam hutan meski usianya masih 11 tahun.
Perjalan yang cukup panjang membuat Shen Zhu harus berpindah-pindah ketempat yang lebih aman didalam hutan, berkali-kali dia memanfaatkan teknik bertarung yang telah diajarkan di desanya untuk membunuh bermacam-macam binatang. Sebagian besar dari binatang yang telah dibunuhnya menjadi satu-satunya sumber makanan untuknya.
Malam pun tiba, Shen Zhu tampak membuat sebuah api dengan caranya mencari beberapa ranting dan dengan sedikit pengetahuan yang dimilikinya. Lalu tidak lama kemudian dia mulai mendekatkan ikan-ikan besar yang telah tertusuk oleh batang kayu yang runcing. Aroma harum membuat perut Shen Zhu berbunyi cukup kencang seperti tak sabar untuk menyantapnya.
"Sudah lebih dari satu bulan aku berada di dalam hutan ini, apakah ini saatnya aku keluar dari hutan ini?" Ucap Shen Zhu dengan raut wajah yang mengesalkan sambil memutar-mutarkan kayu di kedua tangannya.
"Jika aku keluar dari hutan ini, apakah aku akan baik-baik saja?" Shen Zhu tampak ragu untuk mengambil keputusan yang tepat, dia sangat menyadari jika dirinya meninggalkan hutan maka dia harus menanggung akibatnya terutama pada makanan yang sangat mudah didapatnya dari dalam hutan.
"Mungkin lebih baik aku mengumpulkan makanan sebelum aku pergi dari hutan ini." Shen Zhu tanpa ragu langsung memakan ikan besar yang ada dikedua tangannya dengan lahap.
Di malam itu ribuan bintang terlihat jelas dimata Shen Zhu, setiap sepuluh detik sekali terlihat bintang berjatuhan dan itu membuat Shen Zhu membuka mata dan mulutnya lebar-lebar merasakan keindahan yang tidak pernah dilihatnya. Lalu tidak lama kemudian dia pun memejamkan kedua matanya dan mulai berdoa.
"Ya tuhan, sampaikanlah salamku kepada ibu dan ayah. Aku sangat merindukan mereka berdua." Gumam Shen Zhu dengan air mata mulai menetas di pipinya dan tidak lama kemudian dia pun membuka matanya kembali untuk melihat bintang-bintang yang kini bersinar-sinar seakan menjawab doanya.
-[Pesan Author]-
Hanya itu saja yang saya ingin sampaikan dan saya sangat berterimakasih jika kalian memberikan dukungan dengan cara dibawah ini;
❂ Dukung penulis dengan memberikan tips/vote seadanya
❂ Follow akun penulis
❂ Berkomentar
❂ Like & Share
❂ 5 Bintang
❂ Favorit (Wajib hahaha..!!!)
✦ Terimakasih ✦
Instagram -> @azhieznovelist
Support me On Karyakarsà -> @Azhiez
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!