NovelToon NovelToon

Proposal Cinta Via Kanjeng Mami

Chapter 01

"Ee copet..eh copet" Seru seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dengan dandanan tradisional jawa saat tas nya di sambar seorang pria asing menggunakan hoodie warna hitam.

"Ada apa nyonya!" Tanya seorang gadis manis yang kebetulan melintas

"Itu maling tidak ada kerjaan bawa tas saya" ucap wanita itu tanpa melihat, pandangannya masih mengarah ke tempat larinya pencuri tadi "Dasar maling tidak punya akhlak" umpat wanita itu.

Tanpa babibu gadis itu berlari ke arah pandang wanita.

"Ee.. Eeh kau mau kemana?" teriak wanita itu tapi terlambat gadis itu sudah berlari kencang dengan menggunakan rok span mengejar pencuri

"woalaah pie iki (bagaimana ini)" bukannya khawatir dengan tasnya yang di curi wanita itu lebih mengkhawatirkan gadis yang bertelanjang kaki mengejar pencuri.

selang beberapa menit gadis itu terlihat terengah-engah membawa tas milik wanita tadi "ini tasnya nyonya" gadis itu memberikan tas milik wanita paruh baya yang masih menunggunya.

"owalah cah ayu kenapa juga di kejar lha Wong ini tidak berarti biar saja mereka ambil.. Kowe ra popo? (kau baik-baik saja?)" Tanya wanita dengan aksen jawa yang kental melihat kondisi gadis yang acak-acakan "Jenengmu sopo cah ayu (namamu siapa cantik?)" tanyanya.

"Adinda bu panggil saja Dinda" Dinda mengerti Bahasa jawa Karena ibunya berasal dari Semarang sedangkan ayahnya dari Bandung "kalau begitu saya permisi dulu bu, saya sedang buru-buru" Dinda segera berlari meninggalkan wanita itu Karena dia sudah terlambat mengikuti wawancara.

"Kalian dari mana saja?" Tanya wanita itu pada dua pria berbadan besar dengan menggunakan pakaian hitam

"Mohon maaf kanjeng mami tadi kami ke toilet" ucap seorang pria dengan menunjukkan jari kelingking

"Ke toilet Kok bersamaan.. Memangnya kalian main pedang-pedangan" ucap kanjeng mami ketus matanya melirik tajam pada dua orang bodyguardnya berjalan masuk ke dalam mobil "Antar aku ke perusahaan Cowel aku sudah kangen anak lanangku (anak laki-lakiku)"

POV Dinda

Hari ini merupakan hari yang paling spesial bagiku setelah berkali-kali mengajukan lamaran pekerjaan di banyak perusahaan dan berkali-kali gagal di seleksi awal akhirnya untuk pertama kali aku lulus dan pagi ini adalah jadwal interview di perusahaan COWEL Corp.

Jalanan Ibu Kota padat merayap, taxi yang ku tumpangi terjebak macet, berkali-kali aku lihat jam di tanganku kurang lima belas menit lagi, terpaksa aku turun dari taxi dan mengambil ancang-ancang untuk berlari tapi sepatu pantofel membuatku kesusahan untuk berlari, akhirnya aku melepasnya dan berlari tanpa menggunakan alas kaki menuju perusahaan COWEL.

Aku menghentikan langkahku saat melihat seorang pria membawa lari tas milik seorang wanita paruh baya, setelah bertanya pada wanita paruh baya yang mengalami kemalangan tanpa berpikir panjang aku mengejar pencopet dengan sedikit ilmu beladiri yang di ajarkan kakek sahabatku di Desa akhirnya aku bisa mengalahkan preman kecil yang ternyata tidak begitu bisa berkelahi, setelah berhasil mendapatkan tas milik wanita itu, aku mengambil sepatu dan tas tote bag yang aku lempar asal dan kembali ke tempat wanita itu berdiri dan memberikan tas miliknya lalu aku kembali berlari dengan menenteng sepatu dan tas ku berlari mengejar jam yang sudah mendekati kata terlambat..

Setibanya di perusahaan COWEL dengan tergesa-gesa Dinda memakai sepatunya dan memasuki lobi.

"Tunggu Nona anda mau kemana?" cegah security yang bertugas, dia menatap Dinda dari atas sampai bawah.

"Maaf pak saya sudah terlambat wawancara tolong jangan membuat saya terlambatnya semakin panjang" pinta Dinda memelas "Tolong Pak tunjukkan saya toiletnya saya akan bebenah" Dinda mengetahui arah pandang security, dia juga sadar kalau kondisinya sekarang tidaklah cukup baik untuk melakukan wawancara.

"Silahkan disebelah sana nona" tunjuk security karena merasa iba pada kondisi Dinda.

Dinda berlari menuju toilet, tanpa melihat sekitar Dinda pun langsung masuk begitu saja, membersihkan kakinya dengan sedikit meringis karena Luka lecet. Dinda mengeluarkan pouch yang berisi peralatan make up seadanya dan mulai memoles wajahnya tipis-tipis dan lanjut menyisir rambut hitam panjangnya dan mengikatnya seperti ekor kuda dan kini dia sudah siap untuk wawancara.

Mata Dinda membulat ketika melihat pantulan seorang pria bule tampan paripurna di kaca dengan spontan Dinda membalikkan badannya.

"Kau menguntit ya?" Hardik Dinda

"What!! aku penguntit?" Ucap Simon menunjuk dirinya sendiri.

Pria Bule itu adalah Simon Alfa Cowel, pria blasteran Amerika-Jawa dan merupakan pemilik COWEL Corp.

"Kalau bukan menguntit apa namanya" sentak Dinda

"Hey Nona sebelum menuduh harusnya kau lihat dulu, mana ada menguntit tampan sepertiku" ucap Simon pongah plus narsis, Dinda memundurkan badannya saat Simon berjalan mendekat "Asal kau tau nona, kau memang cantik tapi sayang kau bukan seleraku" bisik Simon.

Dinda mengepalkan tangannya dan..

Dug!

"Aoou" rintih Simon saat Dinda menendang tulang keringnya.

Tanpa memperdulikan rintihan pria asing, Dinda mengambil tasnya dan beranjak keluar, tapi dia terkejut saat ada seorang pria lagi masuk dan menatap aneh pada Dinda. Setelah keluar toilet Dinda membulatkan mata saat membaca tulisan LADIES di depannya

"Jadi aku tadi salah masuk" Dinda menepuk kepalanya dan segera berlari menuju ruang tempat dia melakukan wawancara.

Sudah ada lima orang yang duduk mengantri untuk mengikuti wawancara hari ini beruntungnya Dinda mendapat urutan terakhir jadi dia bisa bernapas lega.

Sedangkan di Toilet Simon masih merintih memegang kakinya "Si al.. Apa dia karyawanku kenapa aku tidak pernah melihatnya, awas saja.. Akan aku pastikan kau akan keluar perusahaan saat ini juga" ucap Simon bermonolog.

Simon sangat geram bagaimana bisa seorang wanita masuk ke toilet pria tanpa rasa bersalah dan menuduhnya sebagai penguntit, cari mati saja tuh Si Dinda.

"Tuan!" Seru Billy Asisten Simon menghampirinya "Tuan dari mana? Kaki Tuan kenapa?" Tanya Billy melihat atasannya Jalan pincang.

"Tersengat ubur-ubur.. sudah kau jangan banyak tanya" Simon terus berjalan menuju ruangan wawancara yang sempat dia tinggalkan karena harus membuang hajatnya

"Apa interview sudah selesai?" Tanya Simon

"Belum tuan tinggal dua lagi, yang satu sudah di ruangan tinggal satu lagi di ruang tunggu" jelas Billy

Simon mengangguk dan berjalan menuju ruang interview, langkahnya terhenti saat melihat seorang wanita yang dia temui di toilet "Siapa gadis itu" Tanya Simon sambil menunjuk ke arah Dinda

"Dia Adinda Khairunisa, pelamar terakhir yang akan melakukan interview" Terang Billy.

Simon menggangguk dan tersenyum menyeringai "Akan aku beri pelajaran dia"

Simon berjalan mendekati Dinda yang sedang gelisah menunggu giliran, dia mengibas-ibas kan tangannya, badannya menjadi gerah karena gugup. Dinda menghentikan gerakannya saat melihat pria yang ditemui berdiri di depannya.

"Apa kau salah satu pelamar disini?" Tanya Simon datar.

Dinda terlonjak melihat pria yang dia temui di toilet berdiri di depannya. Dengan perasaan malu dan bersalah Dinda mencoba meminta maaf "Sa-saya mohon maaf atas kejadian tadi" ucap Dinda menunduk.

"Enak saja dia bilang maaf setelah apa yang dia lakukan" gumam Simon dalam hati.

"Pulanglah! Kau tidak di terima di perusahaan ini" ucap Simon tegas dan datar membuat Dinda mendongak karena tingginya hanya 160 sedangkan Simon 185.

"Apa hak anda! Apa Anda bosnya!" hardik Dinda.

"Ya Aku bosnya SIMON ALFA COWEL apa kau sudah bisa pergi" Simon menatap Dinda tajam membuat Dinda melotot sempurna..

Bersambung..

Terima kasih sudah singgah ke karya ke dua aku.. Mohon dukungannya dengan meninggalkan jejak lopiu 😘😘

Chapter 02

"Ya Aku bosnya SIMON ALFA COWEL apa kau sudah bisa pergi" Simon menatap Dinda tajam membuat mata Dinda melotot sempurna, dia benar-benar sudah melakukan kesalahan.

"Ta tapi anda belum melihat proposal saya, tolong beri saya kesempatan tuan" ucap Dinda memelas tangannya menyodorkan surat lamarannya.

"Tanpa perlu melihat aku sudah tau seperti apa dirimu, perusahaanku tidak memperkerjakan wanita ceroboh dan murahan sepertimu" ucap Simon menusuk relung hati Dinda.

"Saya memang ceroboh tuan, tapi saya tidak murahan" ucap Dinda menatap Simon tak kalah tajam.

"Oh yaa.. Lalu apa ini? kau sengaja merobek rokmu dan memamerkan pahamu apa namanya kalau tidak mencoba cara cepat dengan kau merayu para petinggi agar kau di terima bekerja disini.. Huh Big No! Aku akan langsung memecat petinggi yang meloloskanmu" ucap Simon penuh tekanan.

Dinda mencoba menahan air mata yang memaksa untuk keluar, dia tau rok spannya robek saat berkelahi dengan preman, tapi dia tidak ada waktu untuk berganti pakaian lagi.

"Sudah cukup anda menghina saya tuan, kalau anda tidak menerima saya, oke saya akan pergi, tapi ingat saya pasti akan datang lagi dan pada saat itu anda tidak akan berdaya dan tidak akan bisa mengusirku, ingat itu" setelah berkata Dinda menyenggol Simon dengan keras dan pergi berlalu begitu saja.

"Cih! Memang siapa petinggi yang berani melawanku" Decih Simon dan berjalan menuju lift.

"Tuan mau kemana?" Tanya Billy yang dari tadi diam memperhatikan perdebatan atasannya dan gadis yang gagal wawancara.

"Kembali keruanganku" ucap Simon

"Tidak jadi ke ruang interview?" Billy berjalan mengikuti Simon

"Tidak! Aku malas" ucap Simon lalu masuk ke dalam lift yang terbuka menuju ke ruangannya.

Di luar gedung perusahaan Dinda duduk dengan membenamkan wajahnya di antara kedua tangannya dan meratapi kecerobohannya, seandainya waktu bisa terulang kembali mungkin dia akan lebih berhati-hati.

"Aaaaah!" Dinda berteriak meluapkan kekesalannya "Kenapa nasibku begini-begini amat

"Eh copet..eh copot" seru Kanjeng Mami terkejut mendengar teriakan Dinda "Lho bukankah itu gadis yang mengejar pencopet tadi" Kanjeng Mami berjalan mendekati Dinda

"Ekheem"

Mendengar suara deheman Dinda menoleh ke arah sumber suara "Nyonya" ucap Dinda lemah dan segera menghapus air mata yang turun membasahi pipinya.

"Ono opo? (ada apa?) siapa yang sudah membuatmu menangis bilang sama saya" ujar Kanjeng Mami.

"Saya gagal melamar di perusahaan ini nyonya" ujar Dinda "Saya sudah melakukan kesalahan fatal" ujar Dinda dengan tangis yang semakin pecah.

"Cup..Cup..Cup.. Cah ayu.. Sudah jangan menangis" Kanjeng Mami menepuk punggung Dinda "sekarang ceritakan kesalahan fatal apa yang dimaksud?" Tanya Kanjeng Mami.

Dengan sesenggukan Dinda menceritakan kejadian waktu bertemu calon atasan yang berubah jadi mantan calon atasan "Aku pikir pria itu mau berbuat mesum karena masuk ke dalam toilet jadi saat dia mendekat ku tendang kakinya" Cerita Dinda dengan mengeluarkan semua ekspresinya plus gerakan badannya "setelah keluar ternyata aku yang salah masuk dan ternyata pria itu pemilik gedung ini" ucap Dinda lemas, Kanjeng Mami membulatkan mata mendengar cerita Dinda tapi dengan cepat beliau merubah ekspresinya "aku sudah meminta maaf tapi dia menghinaku, kata-katanya tajam seperti duri landak dan menusuk hatiku"

"Memang apa yang pria itu ucapkan?" Tanya Kanjeng Mami penasaran.

"Aku tidak marah pada waktu dia bilang aku ceroboh, karena aku memang ceroboh" ucap Dinda jujur "tapi dia bilang aku murahan hanya karena melihat rok ku yang robek, dia pikir aku sengaja merobeknya"

"Apa!! Pria itu bilang kau murahan" seru Kanjeng Mami "Benar-benar anak itu, bagaimana bisa dia menghina wanita yang sudah membantuku" gumam Kanjeng Mami lirih "Terus apa kau tidak melawannya" Tanya Kanjeng Mami menggebu.

"Tentu saja nyonya, aku bukan wanita yang mudah di tindas, aku bilang padanya kalau aku akan kembali dan dia tidak akan bisa mengusirku" ucap Dinda ikutan menggebu "Lalu aku langsung pergi dari sana"

"Terus apa rencanamu?" Tanya Kanjeng Mami

"Belum punya nyonya" ujar Dinda dengan ekspresi Bod*h

"Lha terus kowe (kamu) mau melawan pria itu dengan apa?? Memangnya sudah punya backing yang kuat" tanya Kanjeng Mami karena Dinda bilang dia pasti akan kembali.

"Baking? Apa harus pakek baking nyonya?" Tanya Dinda "bukankah ini perusahaan bergerak di bidang properti kenapa harus pakai baking, memangnya mau bikin kue" tanya Dinda dengan polosnya.

Spontan Kanjeng Mami tepok jidat "Eladalaah nduuk cah ayuu.. Ayu-ayu kok oon (Cantik-cantik kok bod*h)" gumam Kanjeng Mami "Backing itu maksudnya petinggi yang berdiri di belakangmu nduk" ucap Kanjeng Mami gemas.

Dinda menatap Kanjeng mami dan menggeleng "Asataganaga.. Jadi tadi kowe cuma asal ngomong saja" tanya Kanjeng mami dan Dinda mengangguk sambil nyengir kuda "yowes (Ya sudah) mana proposalmu" ucap Kanjeng Mami sambil menengadahkan tangan kanan.

"Buat apa nyonya?" Tanya Dinda

"kamu ingin bekerja disini apa tidak?"

"tentu saja mau nyonya"

"Ya sudah cepat mana proposalnya" pinta Kanjeng Mami gemas

Dengan ragu-ragu Dinda menyerahkan surat lamaran pada Kanjeng mami.

Kanjeng mami membuka proposal milik Dinda dan membacanya "Hmm.. Jadi kau lulusan Desain Grafis" Tanya Kanjeng Mami sambil membaca biodata Dinda "Usiamu sudah 24 tahun" Kanjeng Mami memindai tubuh Dinda dari atas hingga bawah, Dinda mempunyai perawakan mungil dan wajahnya lebih mirip gadis remaja "Diusia sepertimu harusnya sudah menikah kenapa tidak melamar jadi menantuku saja" tembak Kanjeng Mami.

"Saya masih ingin membahagiakan orang tua saya nyonya, kalau saya sukses ingin membangun rumah yang besar untuk ibu dan lahan untuk bapak bertani" ucap Dinda penuh semangat "Saya terpikirnya untuk menikah dan lagi siapa yang mau menikah dengan gadis miskin seperti saya" ucap Dinda pandangannya menunduk.

Kanjeng Mami mengangguk mendengar pengakuan tulus Dinda, walaupun dia tidak seberapa pandai terlihat dari transkrip nilai Dinda yang pas-pasan tapi Dinda memiliki keinginan yang kuat untuk membahagiakan dan membuat bangga kedua orang tuanya.

"Oke! Itu sudah cukup sekarang ikut aku" ucap Kanjeng Mami "Amir.. Bejo.. Kalian tunggu disini.. understand!" perintah Kanjeng Mami pada kedua bodyguardnya.

"siap Kanjeng Mami" ucap keduanya dengan memberi hormat.

Dinda menutup mulutnya menahan tawa melihat kedua orang bodyguard Kanjeng Mami yang satu gondrong dan satu lagi botak mengkilap.

"and you! Ikut aku" Kanjeng Mami menunjuk Dinda.

"Siap nyonya" ucap Dinda tegap ikut-ikutan Amir dan Bejo.

"Mulai sekarang panggil dengan sebutan Kanjeng Mami.. Mengerti!" ucap Kanjeng Mami memerintah.

"Siap nyonya! Eh Kanjeng Mami" Dinda memberi hormat dan meralat panggilan nya.

Dinda berjalan di belakang Kanjeng Mami, mengikuti kemanapun Kanjeng Mami melangkah, semua karyawan sudah mengetahui siapa wanita paruh baya dengan Gaya jawa tulen dengan kipas yang selalu menghiasi tangannya dan tidak ada. Seorangpun yang berani mencegahnya untuk masuk ke dalam perusahaan, setiap karyawan yang berpapasan selalu menunduk memberi hormat

Ting

Pintu lift terbuka Kanjeng Mami masuk terlebih dahulu disusul Dinda kemudian

"kita mau kemana Kanjeng Mami" Tanya Dinda Setelah pintu tertutup.

"lantai 30" ucap Kanjeng mami, Dinda mengangguk dan menekan angka 30 lantai teratas dimana ruang CEO berada.

sesampainya di depan ruang CEO, Kanjeng Mami memerintahkan Dinda untuk duduk di di sofa yang ada depan ruangan CEO.

"Tunggu disini saat aku panggil baru kau masuk" perintah Kanjeng Mami.

"Baik Kanjeng Mami" ucap Dinda patuh, di dalam benaknya Dinda bertanya identitas wanita cantik sedikit berisi dengan tinggi badan sama sepertinya "Sepertinya Kanjeng Mami orang yang berkuasa buktinya beliau masuk ke ruang CEO tanpa ijin" gumam Dinda dalam hati.

Tok! Tok! Tok!

"masuk!" seru suara dari balik pintu.

Ceklek

"Cepat katakan berita penting apa yang kau bawa, kalau tidak ada enyahlah" ucap Simon tanpa melihat pada orang yang masuk.

Pletak

Sebuah kipas tangan melayang tepat mengenai kening Simon membuatnya merintih kesakitan

"ao.. Kau!" umpatan Simon tertelan kembali saat melihat wanita paruh baya yang berdiri bersedekap dada menatap tajam padanya.

"Mommy..."

Bersambung...

Terima kasih sudah singgah jangan lupa tinggalkan jejak ya.. Lope u 😘😘

Chapter 03

"Mommy"

Simon berdiri menghampiri Kanjeng Mami dan mencium tangan wanita yang sudah melahirkannya ke dunia dengan takzim.

"Maafkan anakmu yang ganteng ini Kanjeng mommy jangan kutuk aku jadi batu atau kodok, di kutuk jadi tampan abadi saja aku rela" Simon membawa Kanjeng Mami duduk di sofa panjang dan merebahkan kepalanya di pangkuan Kanjeng Mami "Simon kangen sama Kanjeng mami" ucap Simon manja.

Walaupun usianya sudah 35 tahun tapi saat berhadapan dengan ibunya Simon langsung berubah menjadi kucing anggora yang penurut dan manja.

Kanjeng mami masih bergeming dan membuang muka, tidak kehabisan akal Simon berlari mengambil kipas yang ada di mejanya dan bersujud menyerahkan kipas yang di lempar.

"Oh Kartika Putri Jayadiningrat mohon terimalah permintaan maafku dengan menerima pemberianku ini" Simon merayu dengan bersujud dan memberikan kipas milik Kanjeng mami.

Kanjeng Mami mengambil kipas miliknya dari tangan simon, sesaat senyum Simon terbit ingat hanya sesaat.

pletak

Sekali lagi Kanjeng Mami melayangkan kipasnya memukul pelan kepala Simon "Dasar anak durhakim ibumu datang tidak di sambut dengan baik malah di usir" omel Kanjeng mami.

"Aku pikir Billy mom, maafkan aku oke" Simon mencium tangan kanan dan kiri Kanjeng mami bergantian.

"Sudahlah mommy kesini cuma mau bilang jangan lupa nanti malam kau sama mbak mu, makan malam di rumah, mommy tunggu" ucap Kanjeng Mami memerintah.

"Siap Kanjeng mommy" Simon memeluk Kanjeng Mami manja.

"Sudah-sudah, kau ini sudah umur 35 tapi masih kayak Clara, kapan kau menikah, mbakmu saja anaknya sudah dua yang satu hampir SMA lha kowe dadi bujang lapuk" omel Kanjeng Mami

"Hust.. Kanjeng mommy doanya jelek" protes Simon "Nanti mom kalau sudah dapat yang pas" ucap Simon "Ada yang pas di hati tapi istri orang" gumam Simon dalam hati, dia sempat mengagumi seorang wanita tapi sayangnya wanita itu istri sahabatnya.

"Nanti lagi nanti lagi, nantinya itu kaapaan simooon, nunggu lebaran monyet" Kanjeng Mami sungguh geram dengan putranya "Sudahlah Mami pulang dulu jangan lupa nanti malam dadmu sudah menunggu di rumah, mengerti" Kanjeng Mami melenggang keluar dari ruangan Simon dia lupa kalau ada seorang gadis yang sedang menunggu panggilan darinya.

"Simon antar sampai bawah mom"

"hemm"

Dinda langsung berdiri melihat Kanjeng Mami keluar dari ruang CEO di ikuti oleh pria yang tadi sudah menolaknya.

"Lho kamu masih disini cah ayu" tanya Kanjeng Mami.

"Hah!" Dinda mengerutkan alisnya "apa Kanjeng Mami mengalami demensia" Tanya Dinda dalam hati

"Mau apa lagi kau kesini" ucap Simon ketus.

"Sa saya.. Saya.. Emm.." Dinda bingung harus bilang apa, dia benar-benar yakin kalau Kanjeng Mami dementia "apa yang harus aku lakukan" batin Kiara.

"Astaganaga.. Mami lupa" Kanjeng Mami mendorong Simon masuk lagi ke dalam ruangannya dan mengkode Dinda untuk masuk juga.

"Ada apa mom, kenapa mommy membawa wanita murahan ini" ketus Simon

Pletak

"Lambemu (mulutmu) mbok ya yang punya aturan jangan seenaknya saja nuduh gadis baik-baik yang tidak-tidak" Kanjeng Mami membela Dinda walaupun beliau tidak mengenal dinda tapi dia yakin gadis yang menolongnya adalah gadis baik-baik.

"Kenapa mommy membelanya memangnya mommy kenal?"

"Gadis ini sudah menolong mommy, dan roknya" Kanjeng Mami menjeda dan menunjuk ke arah rok span yang di pakai Dinda "robek gara-gara melawan pencuri yang mencuri tas mommy" ucap Kanjeng Mami

"Jadi!" seru Kanjeng mami " untuk membalas budi... You! harus menerima dia menjadi sekretaris.. Understand!" perintah Kanjeng mami "ingat ini perintah" tekan Kanjeng mami

"Tapi mom.." Kanjeng Mami mengacungkan jari telunjuk di wajah Simon membuatnya menelan perkataannya lagi "Tidak ada Kata tapi, mulai besok Dinda" Kanjeng Mami menatap Dinda "Jenengmu Dinda kan? (Namamu Dinda bukan?)"

"I Iya Kanjeng mami" jawab Dinda

"jadi mulai besok Dinda akan bekerja sebagai sekretaris mu"

Simon melayangkan tatapan tajam ke arah Dinda, dia tidak yakin dengan apa yang dikatakan Kanjeng Mami kalau Dinda gadis baik-baik, bisa saja dia memanfaatkan kebaikan Kanjeng Mami untuk meraup keuntungan.

"Kondisikan matamu Sim, dan kau nanti malam juga harus hadir untuk makan malam di rumahku, biar sopir menjemputmu" tunjuk Kanjeng mami pada Dinda.

Kanjeng Mami pergi melenggang meninggalkan Simon dan Dinda yang masih terdiam dengan pikiran masing-masing.

"Mau apa Kanjeng Mommy mengundang ubur-ubur, wanita tidak jelas" gumam Simon dalam hati.

"Kenapa Kanjeng Mami mengundangku yang bukan siapa-siapa,, huft rasanya aku tidak ingin hadir, apa lagi bertemu dengan Tuan Si mulut landak" umpat Dinda dalam hati.

Dinda tersadar Kanjeng Mami sudah turun terlebih dahulu tanpa pamit pada Simon Dinda langsung pergi meninggalkan Simon.

Dinda menghentikan langkahnya saat tangan kekar Simon mencekal lengan Dinda.

"Kau jangan senang dulu, aku akan membuatmu tidak betah bekerja disini, aku ucapkan selamat datang di nerakamu" ucap Simon menyeringai.

"Asal kau tau, aku tidak takut dengan ancaman recehmu tuan" ucap Dinda menantang "Kau ingat dengan perkataanku tadi pagi, aku pasti akan datang lagi dan tuan benar-benar tidak berberdaya, Tuhan mengambulkan doa orang yang teraniaya, Anda paham" Dinda melepas cekalan Simon dengan kasar dan pergi untuk bersiap Karena nanti malam dia harus menghadiri undangan Kanjeng Mami.

"Cih! Teraniaya, bahkan wajahmu tidak seperti orang yang sedang teraniaya" ucap Simon setelah kepergian Dinda "Aku harus menyusun rencana supaya Si ubur-ubur itu tidak betah dan pergi dari perusahaanku" gumam Simon.

Cling!

Sebuah notifikasi menghiasi layar ponselnya, tertera nama Elvano mengirim sebuah undangan pernikahan.

~Elvano: Aku sudah mengirimkan undang lewat asistenmu, jangan lupa datang atau kau ingin di black list dari pertemanan kita.

Isi pesan dari sahabat seperjuangannya

"Ck! Kau beruntung sekali menikah dengan my Aphrodite" gumam Simon memanggil istri Elvano dengan sebutan Dewi kecantikan.

~Simon: Ok

Balasnya singkat dan memasukkan ponselnya di saku jasnya.

Dinda menghela napasnya lega, akhirnya dia mendapatkan pekerjaan walaupun harus melakukan drama terlebih dahulu, Dinda benar-benar tidak menyangka wanita yang di tolongnya adalah ibu dari pemilik COWEL Corp. Sungguh beruntungnya dia, sepanjang perjalanan pulang Dinda terus saja menyunggingkan senyum bahagia tanpa dia sadari ada sepasang mata yang menatapnya.

"Cih! hari ini kau boleh tersenyum bahagia besok aku pastikan kau tidak akan bisa tersenyum lagi" ucap Simon sedari tadi memperhatikan Dinda dari dalam mobil, Simon melajukan Mobil dengan kencang tepat saat Dinda ingin menyebrang jalan.

Brum.. Brum..Bruum..

Tin..tiin..tiiin.

Dinda terperanjat saat Mobil tiba-tiba melintas dengan cepat di depannya,

"Hampir saja" Dinda mengusap dadanya pelan "mentang-mentang orang kaya bawa Mobil seenaknya belum tentu juga situ bayar pajak rutin" umpat Dinda.

Simon menyeringai licik menatap Dinda dari kaca spion "Ini baru awal Girl"..

Bersambung...

Terima kasih sudah singgah.. jangan lupa tinggalkan jejak ya.. Lopiu pul 😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!