Disuatu malam ada seorang laki-laki yang usianya sudah menginjak angka 33, namun masih berstatus lajang dan seorang ibu yang usianya sudah sepuh, duduk diatas kursi yang berada diruang makan, karena mereka sedang makan malam.
Makan malam yang biasa diadakan satu kali dalam seminggu, karena mereka sudah tidak tinggal bersama, lantaran sang anak yang lebih memilih tinggal terpisah demi menjaga emosinya, karena jika mereka tetap tinggal bersama, sang anak takut menyakiti ibunya yang bernama Fatma dan sering dipanggil Bunda.
Sama seperti sebelum-sebelumnya, makan malam itu selalu berakhir dengan Juna yang merasa kesal, lantaran sang Bunda selalu menanyakan perihal pasangan hidup.
Bagai mana tidak kesal bayangkan setiap bertemu, Bunda Fatma selalu memaksanya untuk segera mencari istri.
Padahal Juna sudah sering mengatakan tidak mau menikah, tapi tetap saja ibunya itu selalu menyuruhnya untuk segera menikah dengan banyak alasan.
Tapi walau sang Bunda sering menyuruhnya untuk segera menikah, tapi tidak pernah sedikit pun sang Bunda menawarkan seorang wanita untuk dijadikan pendamping oleh Juna, dan hal itu sangat disyukuri oleh Juna.
Juna yang merasa kesal atas pertanyaan sang Bunda selalu pergi setelah makan malam dan hal itu sudah biasa dia lakukan, jadi tidak membuat Bundanya sakit hati.
Akan tetapi malam ini ucapan sang Bunda sedikit mengusik pikirannya, entahlah Juna juga kurang tahu penyebabnya, tapi yang jelas karena hal itu dia tidak bisa berkonsentrasi saat mengemudi dan hasilnya dia hampir saja menabrak seseorang, andai dia tidak cepat menghentikan mobilnya.
citttt...
Suara decitan dari sebuah kendaraan yang dipaksa berhenti dan saat itu Juna menghentikan laju mobilnya dengan mata tertutup.
Saat dirasa mobilnya sudah berhenti Juna langsung membuka mata dan "Syukurlah," ucap Juna yang bersyukur karena tidak sampai menabrak, terbukti anak laki-laki yang ada dihadapannya masih berdiri tegak.
Namun saat Juna selesai mengucap rasa syukur, anak itu jatuh dan hal itu membuat Juna panik dan denhan cepat dia turun dari mobil untuk memeriksa kondisi anak yang hampir dia tabrak itu.
"Astagfirullah, Bayu" ucap Juna kaget lantaran anak yang hampir dia tabrak, adalah anak yang sering dia temui dijalan, saat anak itu berjualan, dan Juna lumayan akrab, dengan anak yang kini sudah dia masukan kedalam mobil, untuk dibawa kerumah seorang teman yang kebetulan berprofesi sebagai dokter.
Juna melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, takut rasanya jika anak yang bernama Bayu itu kenapa-kenapa, dan sesampainya dihalaman rumah sang teman, Juna langsung membawa Bayu masuk kerumah temannya itu.
"Angga, angga tolong aku" teriak Juna setelah masuk rumah, dan pemilik rumah yang bernama Angga itu pun menghampiri juna dari arah dapur, mungkin sang teman baru selesai makan malam.
"ada apa?" tanya Angga yang sudah melihat Juna yang sudah tidak membawa Bayu.
"Aku nabrak" ucap Juna.
"Nabrak apa? dan pakai apa?" tanya Angga yang tidak panik karena berpikir Juna sedang bercanda. Alasannya tentu saja Juna yang sering mengerjainya.
"Anak, pakai mobil" jawab Juna dengan rasa bingung lantaran tidak melihat Angga panik dan sesat Juna berpikir mungkin karena Angga sudah biasa menghadapi hal semacam itu.
Angga yang tidak percaya kini malah duduk di sofa dengan santainya dan hal itu membuat Juna berkata "Kenapa kau malah duduk? "
"Terus aku harus apa?" jawab Santai Angga.
"Astagfirullah Angga nyawa anak itu bisa melayang, karena kamu terlalu santai" ucap Juna lagi.
"Sudah jangan bercanda lagi, aku tahu kau hanya bercanda bukan?" ucap Angga yang masih berpikir jika Juna berbohong dan Juna yang tidak mau menjawab pertanyaan Angga, langsung menarik Angga menuju ruangan yang biasa digunakan Angga untuk memeriksa pasiennya.
Angga yang ditarik pasrah saja tidak memberontak walau Juna menariknya dengan kasar, dan saat itu Anga masih tetap berpikir jika Juna sedang bercanda, namun saat melihat ada seorang anak diruangan prakteknya, Angga langsung berjalan mendahului Juna yang tadi menariknya.
Angga langsung memeriksa keadaan sang anak, tanpa berbicara sedikit pun pada Juna, karena takut jika bicara akan memperlambatnya saat bekerja, dan baru setelah dirasa semuanya aman Angga pun berkata "Dia baik-baik saja, tidak ada luka yang serius" dan hal itu membuat Juna merasa lega.
Namun kata tapi yang keluar dari mulut Angga setelahnya, membuat Juna menatap Angga dengan tajam karena marah "Maksud mu apa?" kesal rasanya karena menurut Juna Angga sedang mempermainkan emosinya, dengan berkata baik-baik saja namun setelahnya berkata tapi.
"Kau ingin mempermainkan aku," ucap Juna dengan mata yang terus menatap Angga karena kesal.
"Siapa yang mempermainkanmu aku serius," ucap Angga yang memang serius.
"Terus tadi maksud mu apa? anak itu baik-baik saja tidak apa-apa, tapi setelahnya kau berkata Tapi" jelas Juna menjelaskan kekesalannya.
"Cek kau ini kenapa," ucap Angga yang berpura-pura tidak mengerti maksud juna dan kini dia malah duduk dikursi kerjanya dan langsung mengambil beberapa obat.
"Angga!!!" kesal Juna karena Angga sekarang malah sibuk mengambil ini dan itu bukan memberinya penjelasan.
"Iya maaf, Tenanglah!! dia memang tidak apa-apa, dia tidak terluka akibat tertabrak, Tapi dia sedang sakit dan sepertinya sudah lama dia rasakan dan sekarang sudah parah" jelas Angga yang kini sedang memasang infus ditangan Bayu dan Juna yang sudah mendengar penjelasan Angga merasa sedikit tenang, setidaknya Bayu pingsan bukan karena dia tapi karena sakit.
"Memang dia sakit apa?" tanya Bayu setelah Angga selesai memasang infus.
"Sepertinya kau kawatir sekali?" Angga berucap seperti itu lantaran melihat kekawatiran Juna yang tidak hilang padahal dia sudah menjelaskan jika pingsannya Bayu bukan karena tertabrak melainkan karena sedang sakit.
Juna yang kesal sebab Angga tidak menjawab pertanyaannya malah balik bertanya kini diam pertanda dia benar-benar kesal dipermainkan oleh Angga, dan Angga yang mengerti langsung berkata "Baiklah, dia sakit tifus, dan sekarang kita tinggal menunggu dia bangun untuk memastikan keadaannya lebih lanjut."
Juna yang sudah mendengar penjelasan Angga tentang kondisi Bayu langsung duduk dan siap menunggu Bayu bangun.
"Ya sudah aku mau istirahat kalau ada apa-apa, panggil aku" ucap Angga yang tidak berniat menunggu Bayu bangun karena menurutnya tidak perlu karena ada Juna.
"Ya, terimakasih sudah menolong Bayu" ucap Juna dan Ucapan Juna barusan membuat Angga mengurungkan niatnya untuk pergi tidur, lantaran penasaran kenapa bisa Juna mengenal anak yang bernama Bayu ini.
"Kau mengenalnya?" tanya Angga yang kini sudah duduk dikursi kerjanya.
"Kenapa kau duduk lagi, bukannya ingin istirahat?" ucap Juna yang tidak menjawab pertanyaan Angga dan malah mempertanyakan kenapa angga malah duduk.
"Tadinya, tapi saat tahu ternyata temanku ini mengenal anak seperti dia, aku jadi penasaran kenapa bisa kau mengenalnya?"
"Oh," ucap Juna dan dia langsung menceritakan bagai mana dia bisa mengenal Bayu.
Juna mengatakan jika dia mengenal Bayu saat Bayu berjualan dan sejak saat itu jika Juna bertemu Bayu pasti Juna membeli beberapa dagangan Bayu entah itu air mineral, tisu atau yang lainnya.
"Ko bisa" itulah ucapan Angga setelah mendengar penjelasan Juna.
"Entah aku juga tidak mengerti, kenapa aku bisa dekat dengannya padahal dijalankan ada banyak penjual asong yang seperti dia" jelas Juna yang sebenarnya juga bingung kenapa dia bisa dekat dengan Bayu.
Ditengah obrolan mereka yang semakin lama semakin menarik bagi Angga, kini Bayu mulai membuka matanya dan hal itu langsung disadari Juna yang sejak tadi terus melihat kearah Bayu, walau dia sedang berbicara dengan Angga yang berada disisi lain ruangan itu.
"Bayu, apa ada yang sakit?" itulah pertanyaan pertama Juna, saat melihat Bayu yang sudah membuka matanya.
Bayu yang mendapat pertanyaan tidak langsung menjawab karena dia malah melihat isi ruangan yang sedang dia tempati.
"Ini dimana kak?" tanya Bayu setelah sadar jika dia sedang berada ditempat asing.
"Kamu jawab dulu pertanyaan kakak? apa ada yang sakit?" terlihat sangat jelas, jika Juna sangat menghawatirkan Bayu padahal Angga sudah menjelaskan jika Bayu akan baik-baik saja.
"Aku baik-baik saja kak, oh iya apa aku boleh pulang sekaran?" tanya Bayu yang takut jika biaya menginap disana mahal.
Bayu takut jika dirinya harus membayar biaya menginap lantaran uang yang dia punya pasti tidak akan cukup untuk itu, karena uang yang dia punya hanya cukup untuk membayar obat juga infus yang ada ditangannya.
Juna yang bisa menebak kekawatiran Bayu berkata "Tenanglah kamu tidak akan disuruh bayar, jadi tetap diam jangan berpikir untuk pulang atau yang lain"
Sementara Angga yang berpikir jika Bayu ingin pulang karena takut menghawatirkan orangtuanya berkata pada Juna "Mungkin dia takut orangtuanya kawatir."
"Ah iya benar, apa kamu mengkhawatirkan hal itu?" tanya Juna pada Bayu dan Bayu menggelengkan kepalanya pertanda bukan hal itu dan gelengan kepala Bayu membuat dahi kedua orang dewasa yang ada dihadapan Bayu mengkerut dan mereka kini saling pandang seolah sedang menyamakan apa yang ada dipikiran mereka.
"Apa yang ada dipikiranku sama dengan mu" itulah arti saling pandang kedua orang dewasa itu, dan setelah itu Juna berkata lagi pada Bayu "Maaf sebelumnya, apa kamu sudah tidak punya orangtua lagi?" itulah yang ada diotak kedua orang dewasa itu, Karena menurut mereka jika Bayu masih punya orang tua, dia pasti takut jika orang tuanya merasa kawatir, terlebih ini sudah sangat malam, sementara usia Bayu masih 12 tahun.
"Saya masih punya ibu kak" jawab Bayu lemas, entahlah rasanya kini dia merasa lemas, sementara tadi sedikit bertenaga, karena kaget berada disebuah klinik dengan tangan yang sudah dipasang infus.
"Oh, lantas jika masih ada ibu kenapa kamu tidak merasa kawatir jika ibumu itu mencarimu, bukan apa-apa, tapi kamu masih kecil" itu pertanyaan dari Angga karena Juna kalah cepat berbicara.
Ya saat Juna baru membuka mulut ingin menanyakan hal yang sama, Angga sudah mengeluarkan suara alhasil Juna hanya jadi pendengar.
"Ibu tidak akan mencariku karena ibu tidak ada dirumah, jika bukan akhir pekan" jawab Bayu dan hal itu membuat Juna bertanya dengan cepat takut didahului Angga.
"Ibu-mu kerja?" dan Bayu mengangguk tanda jika pertanyaan Juna benar, lalu juna bertanya lagi "Kerja apa dan dimana?" Sungguh Juna tidak bisa menebak ibu Bayu bekerja dimana.
"pembantu diperumahan xxxx" jawab Bayu dan kini Angga bertanya laguli " jika ibu-mu sedang bekerja, lalu kamu dirumah dengan siapa?"
"Aku tinggal di kontrakan, dan aku dititipkan pada ibu kos." jelas Bayu dan Semakin lama pertanyaan yang ditanyakan Juna dan Angga semakin banyak, lantaran penasaran dengan kehidupan Bayu, dan kini mereka sudah mengetahui kehidupan Bayu sejak dia sudah mengingat kehidupannya.
Bayu bercerita jika dia hidup selalu berpindah-pindah tempat, sampai dia masuk sekolah dasar, dan saat itu barulah mereka menetap dan saat itu sang ibu masih bekerja disebuah toko, jadi masih pulang setiap hari, namun setelah Bayu berusia sepuluh tahun, sang ibu berkerja disebuah rumah sebagai pembantu, dan itu membuat sang ibu hanya bisa pulang saat akhir pekan saja.
Semua cerita Bayu membuat Juna dan Angga kini mengerti kenapa Bayu terlihat lebih dewasa dari usianya.
"Yasudah kamu istirahat, dan maaf karena kami terus bertanya, sampai kami lupa dengan kondisimu yang masih sakit" ucap Juna yang merasa bersalah karena banyak bertanya, padahal Bayu yang masih sakit.
Mereka bertanya ini dan itu tapi tidak pernah terbersit dibenak keduanya untuk bertanya nama ibu dari Bayu atau kerabat Bayu yang lain.
kedua orang dewasa yang sudah melihat Bayu tertidur langsung meninggalkan Bayu sendirian, takut jika kehadiran mereka akan mengganggu tidur Bayu.
Juna dan Angga kini duduk diruang tamu rumah Angga, dan kini istri dari Angga ikut bergabung karena anaknya sudah tertidur.
"Juna tadi kamu belum menjawab pertanyaanku, tentang kenapa kamu terlihat sangat menghawatirkan Bayu?"
"Aku tidak tahu ga, hanya saja ada rasa yang asing saat melihat anak itu" jawab Juna jujur.
"Rasa yang asing, rasa yang bagai mana, aku tidak mengerti, jelaskan lebih spesifik" ucap Angga yang berharap mendapat jawaban yang jelas.
"Aku selalu merasa damai, ketika melihat anak itu, apalagi saat dia tersenyum" ucap Juna sambil tersenyum karena membayangkan senyuman Bayu saat menyapanya jika bertemu.
Dan senyuman Juna disalah artikan oleh sepasang suami istri yang ada dihadapan Juna, karena senyuman juna seperti senyuman seseorang yang sedang jatuh cinta dimata Angga dan istri.
"Jun, sepertinya kau harus pergi menemui Dokter Mila," saran Angga yang berpikir jika Juna sudah benar-benar menyimpang dari kodratnya sebagai seorang laki-laki.
Juna yang mendengar nama Dokter Mila disebut langsung menatap Angga lalu berkata "Kenapa aku harus kesana?"
"Astagfirullah Juna... kau tidak sadar jika kau sudah menyimpang" ucap Angga dan diangguki sang istri.
"Menyimpang? menyimpang dari apa? rasanya jalan hidupku lurus-lurus saja" jawab Juna yang masih belum sadar akan kecurigaan sepasang suami istri dihadapannya.
"Iya lurus sampai suka yang lurus juga" jawab Angga
"Maksud kalian apa, aku tidak mengerti."
"Dengar!! aku ingin bertanya tapi kau harus menjawab dengan jujur" ucap Angga serius sampai menatap Juna tanpa berkedip.
"Iya" jawab Juna yang ikut serius.
"kamu suka Bayu?" dan tanpa pikir panjang Juna berkata "Iya aku menyukainya"
"Sudah kuduga kau memang sudah menyimpang, karena menyukai laki-laki dan parahnya kau malah menyukai yang masih kecil" jelas Angga dan kali ini penjelasan Angga langsung dimengerti, tentu saja penjelasannya langsung dimengerti karena dijelaskan sangat jelas, dan tanpa pikir panjang Juna langsung melempar tutup toples yang ada didekatnya kearah Angga.
pluk
"Dasar gila, aku masih normal, tidak seperti yang kalian pikir" kesal Juna.
"Sayang sekali kami tidak percaya lagi jika kamu masih normal"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!