Hari Sabtu adalah hari yang sangat menyenangkan. Di hari itu, orang-orang bisa menikmati waktu istirahatnya. Entah itu bersama keluarga, teman, atau sendirian. Maka itu, jalanan juga sepi karena orang-orang masih berselimut.
Tapi, tidak untuk wanita satu ini. Sudah lama sejak pukul empat pagi, tangan dan kakinya sudah sibuk dari tadi mondar-mandir membersihkan rumah estetik bertingkat yang suaminya sewa sebulan setelah mereka menikah.
“Masak apa ya untuk sarapan? Ugh!” wanita cantik berambut hitam bergelombang itu merebahkan tubuhnya yang pegal-pegal di sofa ruang tamu. Matanya menatap langit-langit ruangan itu dengan ekspresi datarnya. Tangannya menjatuhkan sapu yang ia pakai tadi.
Ceklek!
Terdengar suara gagang pintu yang digerakkan, sang suami keluar dari kamarnya dengan penampilan acak-acakan khas orang yang baru bangun tidur.
“Oh, dia sudah bangun. Aku harus memasarkannya sesuatu.” Gumamnya sambil memindahkan sapu yang ia letakkan tadi di lantai.
“Riri… kamu dimana, sayang?” Sang suami celingak-celinguk mencari keberadaan istri tercintanya.
Riska, nama wanita itu. Yang sering dipanggil Riri oleh suaminya. Saat ini, ia sedang sibuk mengaduk nasi pera yang sudah dimasaknya tadi. Aroma harum nasi goreng buatannya benar-benar membuat sang suami terhipnotis. Pria berbadan tinggi besar itu segera mengikuti asal aroma itu.
Dari belakang, ia tersenyum lebar melihat istrinya yang asyik mengaduk nasi goreng spesial itu.
“Harum banget. Pasti rasanya enak.” Ucapnya sambil memijat pundak istrinya. Wanita itu tersenyum tipis sambil terus mengaduk nasi goreng. Tak lama, jadilah makanan itu.
Riska dengan cepat mengambil piring ukuran besar untuk sang suami. Ia tau, pria itu tidak akan cukup makan dengan porsi biasa.
“Semoga mas suka.” Ucapnya dengan nada lirih sambil meletakkan sepiring besar nasi goreng di meja makan. Sang suami yang baru keluar dari kamar mandi, tersenyum melihat sarapannya yang sudah siap di santap.
Baru saja memakan sesuap, pria itu tersenyum lebar karena nasi goreng istrinya benar-benar lezat rasanya. Riska juga menyantap makanan yang sama. Sesekali, ia melirik ke arah suaminya yang bertingkah seperti anak kecil yang senang setelah diberi coklat.
“Waaah! Mas suka masakan ku! Senangnya…. Akhirnya aku berhasil membuat nasi goreng yang enak.” Batinnya.
“Riri, hari ini kita jalan-jalan yuk!” Kata sang suami sambil meraih tangan kiri istrinya yang kasar karena sering bekerja.
Riska tidak merespon. Ia malah terlihat gugup dan khawatir. Wanita itu menundukkan kepalanya sambil mengaduk-aduk makanannya.
“Riri?” Sang suami memanggilnya lagi. Seketika Riska tersadar, ia menatap suaminya dengan Ekspresi kebingungan.
“Uuummm…. Bagaimana kalau kita bersantai berduaan di rumah saja. Pekan kemarin, Mas sudah mengajakku makan di restoran Jepang dan berbelanja di Mall.” Ucapnya sambil menyunggingkan senyuman manisnya.
Namun, di mata sang suami, senyuman itu mengandung arti yang lain. Ia seperti orang yang ‘gak enakkan’ padahal, dirinya sendiri yang memang ingin mengajak sang istri untuk healing. Hatinya merasa kasihan melihat Riri kesayangannya kelelahan setiap hari mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendirian.
“Sayang.. aku ingin jalan-jalan denganmu. Jangan menolak, yaaa. Kita tak usah membeli apapun, bawa saja cemilan dari rumah. Masih ada, kan?”
Mendengar itu, Riska mengangguk pelan kemudian buru-buru menyelesaikan sarapannya.
“Riri, kamu siap-siap aja, yaa. Piring-piring ini biar aku yang urus.” Kata sang suami.
“Oh…. Begitu, ya. Terimakasih, Mas. Kalau begitu, aku ke kamar mandi dulu yaa.”
Pria itu menatap punggung istrinya dengan tatapan sendu. Ia sebenarnya tidak mengerti, apa yang telah terjadi pada istrinya yang sikapnya ‘misterius’ itu.
Sering diam, menjawab pertanyaan seadanya, terlihat gugup, bahkan sang istri akan mengembalikan uang bulanan jika jumlahnya kelebihan, menurutnya.
Pernah ia tanyakan pada istrinya namun, wanita itu hanya menjawab “Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja.” Ia bisa menangkap kejanggalan dari sang istri namun, sulit membongkarnya. Karena, sang istri sering DIAM.
“Aku harus menjadi istri yang baik dan tidak banyak meminta supaya Mas Reza tidak bosan dengan ku.” Gumam Riska sambil bercermin, memperhatikan penampilannya. Senyuman manis terlihat jelas di wajah cantiknya yang natural.
Setelah merapikan pakaiannya, ia pun bergegas keluar dari kamar mandi kemudian merapikan kamarnya, tak lupa juga mengunci rapat jendela kamar.
“Riri.” Terdengar suara suaminya yang memanggilnya dari ruang tamu. Wanita itu pun segera meraih smartphone lamanya lalu memasukkannya ke dalam tas selempang nya.
“Maaf ya, Mas. Sudah terlalu lama menunggu yaa.”
Sang suami tersenyum melihat istrinya yang berlari-lari kecil kearahnya.
“Gemes banget sih.” Ucapnya sambil mencubit pipi mulusnya. Wajah Riska tersipu, jantungnya berdegup sangat kencang karena perlakuan manis suaminya.
Sepanjang jalan, pasutri itu bergandengan tangan dengan senyuman yang menunjukkan kebahagiaan mereka. Meskipun hanya pergi ke taman, mereka sangat senang karena bisa meluangkan waktu untuk bermesraan.
“Haaaaah! Sejuknya udara disini! Aku bersyukur telah memilih untuk tinggal di sini.” kata Reza, suami Riska. Pria itu membaringkan tubuhnya di atas rumput hijau kemudian menjadikan paha istrinya sebagai bantal.
Pasutri itu terlihat serasi. Istri yang cantik dan suami yang tampan. Riska mengusap wajah suaminya yang teduh. Ia bersyukur bisa dicintai oleh pria sebaik Reza meskipun berasal dari keluarga yang levelnya berbeda. Hal itulah yang sering membuat Riska kesulitan menjalani kehidupan rumah tangganya.
“Sayang, jangan melamun.” Ucap Reza menegur istrinya yang sedang menatao lurus dengan tatapan kosong.
“Ah, iya. Maaf. Hhmmm… apakah Mas tadi… bilang sesuatu?” Tanya Riska gugup.
“Duh! pake melamun segala! Bodoh banget sih!” Batinnya merutuki dirinya yang ceroboh.
Reza tersenyum, ia pun bangun kemudian duduk dihadapan sang istri untuk menatap wajahnya sebentar kemudian berbisik tepat di dekat telinganya
“Aku lapar, sayang. Ke restoran yuk!”
Riska terkejut mendengarnya. Wajahnya seketika berubah menjadi sedikit pucat. Wanita itu ragu untuk menjawab ajakan suaminya.
“Kalau aku setuju, itu sama saja boros. Apa aku ajak pulang saja yaaa. Tapi, Mas Reza kayaknya kepengen banget makan di restoran. Duh gimana?”
Grep!
Tiba-tiba Riska merasa tangannya ditarik pelan. Ia pun menengadahkan kepalanya, Reza sambil tersenyum lebar, mengajaknya untuk segera berdiri dan ikut dengannya menuju restoran.
Dengan senyuman yang dipaksakan, Riska menganggukkan kepalanya. Ia pun mengikuti keinginan suaminya yang sudah merasa lapar lagi. Pria itu memang mudah merasa lapar padahal, sebelum pergi sudah makan nasi goreng dengan porsi besar.
Jreng!
Gluk!
Riska menundukkan kepalanya. Dugaannya benar, sang suami tidak mengajaknya makan di restoran sederhana melainkan restoran menengah ke atas. Yang seporsinya 100.000
“Apa?! Nasi uduk aja kok harganya 60.000?! Aduuh Mas Reza ada-ada aja sih. Ngapain juga makan ditempat kayak gini. Tau gini… mendingan rebahan di rumah aja.” Batin Riska yang melotot saat membaca menu-menu restoran itu.
“Sayang, Kamu mau pesan apa?” Tanya Reza sambil membolak-balik buku menu. Dengan tersenyum kaku, Riska menjawab.
“Air mineral aja.” Jawabnya dengan suara yang lirih.
“Lho?! Jangan begitu! Pesan makanan juga. Ayo Doong. Maksudnya, aku makan sendiri nih?”
Mendengar perkataan suaminya, Riska buru-buru membolak-balik buku menu kemudian menunjuk asal.
“Ah, tidak! Maksudku…. Ini! Puding coklat. Aku mau itu saja hehehe.”
Reza pun tersenyum. Pria itu memanggil pelayan kemudian menyebutkan makanan-makanan yang mereka pesan.
Sambil menunggu pesanan datang, pasutri itu mengobrol dengan asyik. Reza yang suka bercanda, membuat Riska tertawa dan melupakan kekhawatirannya mengenai harga makanan yang dipesannya.
“Semoga tidak mahal, ya.” Ucap Riska membatin.
Beberapa menit kemudian, pesanan mereka datang. Wanita itu berbinar-binar melihat makanan yang tampilannya sangat berbeda dengan yang ia biasa lihat di rumah makan biasa.
“Begini yaaa makanan orang kaya. Beda banget. Pantas saja harganya bikin jantungan.” Ujarnya membatin.
Tak!
Semangkuk puding coklat pesanannya sudah sampai. Wanita itu memperhatikan bentuknya yang unik dan…. Terlihat mahal!
“Ada es krimnya! I-ini…. Harganya berapa?”
“Sayang, Kenapa belum mulai makan? Ada yang salah?” Tanya Reza sambil mengunyah tenderloin steak yang pastinya… tidak murah.
“Ti-tidak. Hhm… aku cuma kagum aja hehe.” Dengan gerakan kaku, Riska menyuap puding coklat itu. Enak, sangat enak malah! Ini adalah puding terenak sepanjang hidupnya!
“Jangan sampai ketemu ibu mertua lagi! Gawat kalau ketahuan makan di restoran mahal!”
Plak!
“Heh! Gadis kampung! Mau hamburin uang hasil keringat anak saya? Kamu pikir, kalau anak saya suka sama kamu, sudah pasti saya kasih restu?! TIDAK AKAN! bilang aja suka sama UANG anak saya. Iya, kan?! Kamu kan miskin! Ya… maunya sama yang kaya-raya! Ngaku, heh!” kata seorang wanita pada menantunya yang terduduk di lantai sambil memegang pipinya yang panas akibat tamparan.
Wanita paruh baya itu terus berteriak sambil memaki perempuan yang telah menjadi menantunya. Ia sangat marah lantaran melihat perempuan itu baru saja pulang dari mall dan menenteng banyak tas belanjaan.
“Dasar anak gak tau diri! Beban keluarga! Orang tuamu aja gak suka sama kamu! Apalagi saya, Hih! Ogah! Gak sudi punya menantu kumel, jelek dan bodoh! Pergi jauh-jauh dari kehidupan anak saya! Dasar gila! Heran deh, dikasih apa yaa anak saya sampe mau sama perempuan kayak gini.”
Perempuan itu menutup mulutnya rapat-rapat supaya tidak ketahuan kalau dirinya sedang menangis. Hatinya menjerit memanggil sang suami yang kini masih berada di kantor. Ia yang sedang sendirian, tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan mertuanya yang kasar. Memang, ibu mertuanya tidak pernah menyukainya sedikitpun karena dirinya berasal dari keluarga yang hidupnya pas-pasan.
🥀🥀🥀🥀
“Kamu kenapa sih? Dari tadi melamun terus? Kan aku gak permasalahin soal harga tadi. Yaaa memangnya kenapa kalau suami membelikan istrinya makanan mahal? Toh gak tiap hari, sayangku! Jangan murung begitu Doong.” kata Reza yang berbaring di samping istrinya yang murung.
Sedari tadi, Riska terlihat lesu setelah membaca struk pembayaran yang jumlahnya fantastis. Dirinya tidak menyangka, Puding coklat yang ia makan tadi harganya ada sangat mahal. Seharga tas KW miliknya.
Wanita itu trauma dengan kejadian beberapa bulan yang lalu, sebelum tinggal berpisah dengan mertuanya.
“Maaf, ya Mas. Aku…”
“Kamu menyesal ikut aku pergi?” tanya Reza sambil menatap wajah cantik istrinya.
“Hhmm bukan begitu. Gak enak aja. Itukan uang hasil kerja Mas. Aku kan gak kerja.” jawabnya dengan nada lirih.
“Kok kamu ngomongnya begitu sih?! Kamu juga kerja, sayang. Membersihkan rumah ini pasti tidak mudah dan melelahkan, bukan? Aku aja gak bisa beresin kamar serapi kamu. Udah ah! Tidur yuk. Jangan dipikirkan, yaaa. Aku yang mau manjain kamu.” Kata pria itu sambil memeluk erat tubuh istrinya.
Riska hanya tidak membalas ucapan suaminya. Ia tengah menikmati pelukan hangat suami tampannya.
“Maaf, ya Mas. Aku sudah membebani mu.”
☘️☘️☘️☘️
Pagi hari telah tiba.. Hari Senin akhirnya datang.
Riska yang tau suaminya akan meeting di pagi hari, bangun lebih awal. Ia ingin membuatkan sarapan spesial untuk pria kesayangannya supaya semangat bekerja.
“Bubur ayam komplit… hhmm…. Sudah lama Mas tidak makan bubur. Iya ya…. Kalau begitu, aku buatkan bubur ayam saja! Beruntung, dada ayam masih ada.”
Dengan semangat dan cekatan, wanita dengan apron pink itu memasak sarapan special. Di kepalanya sudah penuh dengan senyuman manis sang suami saat menikmati masakannya.
Tak perlu memerlukan waktu yang lama, bubur ayam buatannya sudah jadi. Wajahnya yang bercucuran keringat, dihiasi dengan senyuman optimis. Wanita itu tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Aku berhasil! Buburnya sudah jadi. Mas pasti akan senang.” Batinnya. Tanpa ia sadari, sang suami sudah berdiri di belakangnya. Karena sangat fokus, Riska sampai tidak sadar kalau ada orang yang berjalan masuk ke dapur.
“Ternyata kamu disini.” Kata sang suami berbisik di telinga istrinya. Riska terkejut mendengar suara suaminya, ia menoleh ke samping dan tiba-tiba saja bibirnya dihadiahi kecupan manis dari pria kesayangannya.
“Mas kapan bangun?” Tanya Riska. Reza tidak menjawab, pria berbadan kekar itu malah mengeratkan pelukannya.
“Mas, cobain deh.” Riska menyuapi suami manjanya. Dengan senang hati, Reza menerimanya. Seketika matanya berbinar-binar kemudian melepaskan pelukannya.
Ia pun segera duduk di meja makan lalu memakan bubur spesial itu sampai habis. Dari ekspresinya terlihat jelas bahwa pria itu sangat menyukainya. Riska menyunggingkan senyumannya, ia puas dengan hasil kerjanya.
“Ada lagi gak?” Tanya Reza sambil mengelap mulutnya dengan tisu. Riska mengangguk. Dengan sigap, ia mengambilkan lagi seporsi bubur ayam kesukaan suaminya sekaligus untuk dirinya.
Pasutri itu makan dengan hati yang senang. Mereka saling melemparkan senyum manis yang membuat suasana di pagi hari sangat hangat.
“Aku berharap, suamiku tidak bosan denganku dan selalu mencintaiku. Saat ini, kamulah satu-satunya yang ku punya. Hanya kamu yang mau menerimaku saat orang-orang terdekatku mengusirku.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!