•
•
Patah hati soal cinta merupakan hal yang sering terjadi dalam kehidupan seorang Aksara Pratama. Mencintai wanita yang sudah dimiliki oleh pria lain benar-benar membuat nya menjadi seseorang yang berbeda. Ditambah kecelakaan parah yang menimpa dirinya 7 tahun lalu telah membuat kepribadian Aksa berubah drastis.
Aksa yang merupakan pria yang ramah serta baik hati, kini telah berubah menjadi sosok yang dingin dan irit bicara. Apa lagi sosok Lovie, wanita yang sangat ia cintai telah menjadi Kakak Ipar nya. Perjodohan yang seharusnya untuk nya telah ia tolak mentah-mentah, hingga Lovie menikah dengan Danu, Kakak kandung nya.
•••• 7 tahun berlalu••••
Masa penyembuhan Aksa berhasil yang mana dilakukan di Singapura. Pihak keluarga sangat senang karna Aksa telah bisa berjalan seperti biasa kembali. Menjadi sosok pria yang sempurna, Aksa telah bangkit dari masa terpuruk yang begitu menyiksa dirinya.
"Selamat untuk anda Tuan Aksara. Anda sudah bisa berjalan seperti biasa kembali. Tetap menjaga kesehatan dan pola makan, Saya tidak ingin anda kembali seperti dulu lagi." Nasehat dokter pria yang selama ini menangani Aksa.
Aksa mengucapkan terimakasih yang banyak kepada dokter itu. Jujur, ia juga tidak menyangka akan mencapai titik ini. Dengan tatapan penuh air mata Aksa menatap kaki nya. Kaki yang selama ini hanya bisa kaku di kursi roda, menjadi penyebab ketidakberdayaan dan sumber patah hati terberat nya.
Setelah masa pemulihan, Jake dan Hani membawa Aksa pulang ke kota Jakarta. Dimana Aksa akan kembali bekerja disana, itu semua atas dasar permintaan Aksa sendiri. Menyelesaikan masa kuliah selama di kursi roda telah ia lalui. Sekarang kembali ke aktivitas kembali sebagai wakil CEO, membantu sang Kakak.
•
Selama memimpin Perusahaan, Aksa tetap menjadi pribadi yang dingin. Hingga dirinya jatuh cinta dengan seorang wanita cantik yang bekerja sebagai modelling di bagian Perusahaan sang Ayah. Jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Hera, wanita lemah lembut dan baik hati.
Aksa mengutarakan rasa suka nya kepada wanita itu, dengan senang hati Hera menerima cinta yang Aksa ungkapkan.
"Aku orangnya tidak suka basa-basi, aku juga tidak mau diambil orang lain nanti. Kehilangan sering kali terjadi dalam hidupku, aku sering kehilangan orang yang aku cintai.." Aksa menghentikan ucapannya sembari menatap mata indah Hera yang begitu menawan malam ini.
Jantung Hera seakan berdegup kencang menantikan kata-kata indah Aksa kepada nya.
"Itu sebabnya, aku ingin segera menjadikan mu istriku. Kita akan menikah minggu depan, dengan segala ala pernikahan yang kau inginkan. Apapun , aku akan berusaha mewujudkannya untukmu, Sayang." Ucap Aksa dengan senyuman manis.
Hera tidak tahu harus berkata apa, menurutnya ini semua terlalu cepat.
"Kau tahu kan, apa kau lupa? Aku memiliki masalalu yang sangat buruk, kehilangan mahkota. Apa kau tetap mau menerima ku?" Tanya Hera dengan penuh hati-hati, ia sadar dengan segala kekurangan yang ia punya.
Aksa tersenyum simpul, tangannya mengelus pipi Hera dengan usapan yang lembut.
"Aku tidak memandang soal mahkota wanita, itu bonus saja. Asal kau sudah berubah dan menjauhi sumber masa lalumu, maka aku dengan senang hati menerima mu dengan baik." Kata Aksa yang langsung membuat Hera tersenyum tipis.
Hera mengangguk mantap, ia tidak memiliki alasan yang bisa menolak Aksa. Bisa dikatakan Aksa adalah pria sempurna yang sangat disukai oleh wanita-wanita lain didunia ini. Hera saja sangat tidak mudah menjadi sosok wanita yang sekarang. Yang mana selalu dimanjakan Aksa dengan segala kemewahan, ia tidak mau melepaskan kenikmatan ini.
Kala kata cinta diterima maka pertunangan pun terjadi. Aksa meminang gadis yang sangat ia cintai, dan menjanjikan pernikahan yang akan diadakan seminggu lagi. Semua keluarga sangat bahagia dengan acara pernikahan Aksa, semua merayakan dengan penuh suka cita.
H-2 Aksa memilih memeriksa sendiri dekorasi yang diinginkan Hera. Ia ingin semua sempurna tidak ada kekurangan sedikitpun. Semua harus sesuai dengan keinginan Hera, agar wanita itu menjadi wanita yang paling bahagia nanti.
Sementara disisi lain, Hera sedang berkumpul dengan teman-temannya. Bisa dikatakan melepas masa lajang, bridal shower. Sahabat nya Fita mendekati Hera yang sedang foto selfie, ia seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Hera.." Panggil nya dengan sedikit berbisik agar orang lain tidak mendengar apa yang akan dikatakan.
"Apa?" Sahut Hera, ia meletakkan ponselnya dinakas, sebal sudah pasti. Fita menganggu aktivitas sok cantiknya. "Ada yang penting?"
Fita berlalu menuju rooftop, Hera mengikuti saja kemana langkah Fita. Ternyata temannya itu sedang mengambil sebatang rokok, Hera meminta satu batang. Merokok sudah menjadi sebagian dari hidupnya, dan dirinya sudah tidak bisa menjauhi hal tidak berguna ini.
"Kau yakin akan menikah dengan Aksa?" Tanya Fita to the point saja. "Kau tidak tahu kekurangan yang pria kaya itu miliki? Apa kau tidak mencari tahu?" Tanya Fita beruntun. Dengan cepat Hera menggelengkan kepala, ia benar-benar tidak tahu.
Fita menghela napas panjang, ia menghisap nikotin itu sebelum melanjutkan ucapannya.
"Aksa pernah lumpuh, bahkan pria itu duduk di kursi roda selama 2 tahun. Tidak berdaya seperti orang mati, dengan kekayaannya dia bisa sembuh seperti semula. Tapi, aku tidak yakin suatu saat dia masih bisa lumpuh atau tidak." Fita menceritakan semua Fakta yang ia tahu.
Bagaikan petir di siang bolong itulah yang Hera rasakan, ia tidak menyangka Aksa menyembunyikan semua itu darinya.
"Mantan pria lumpuh? Cih, dia menipuku habis-habisan!" Hera mengumpat Aksa, ia merasa seperti tertipu.
Kala Hera ingin berbicara lagi, Tiba-tiba mual datang melanda. Hera langsung berlari menuju bathroom, memuntahkan semua yang ia makan tadi di closed. Hera heran, sudah hampir seminggu ia selalu mual-mual seperti ini.
Hera membuang batang nikotin itu, ia memijat tengkuknya sendiri. kepalanya sangat pusing, ia tidak tahu alasan apa yang membuatnya menjadi sosok wanita seperti ini.
"Aku yakin kau hamil, dan itu anak Aldo." Celetuk Fita yang membuat Hera kaget.
"Hamil?"
"Ya, kau dilindungi lagi. Sekarang tinggalkan Aksa dan pergilah bersama Aldo." Saran Fita, ia berlalu pergi setelah mengatakan itu. Hera tidak tahu mau apa lagi, semua masalah sudah menumpuk menjadi satu. Acara pernikahan yang akan terjadi di depan mata seakan pintu neraka untuknya.
Bayangan Aksa yang tidak berdaya duduk dikursi roda membuat mualnya sering datang. Aldo merupakan teman modelling nya, mereka sering berhubungan setiap malam. Bahkan kala Hera bersama dengan Aksa, Hera menyempatkan berhubungan dengan Aldo dibelakang pria itu.
"Aku tidak mau dengan mantan pria lumpuh!" Ucap Hera dengan menatap tajam dirinya sendiri di pantulan cermin.
Pagi Hari Hera buru-buru mencari kedua orang tuanya, ia harus membicarakan hal penting. Ternyata hanya ada Hanum, sang Ibu. Reynald sedang bekerja membahas masalah pernikahan dengan Jake, Hanum sengaja tidak ikut.
"Kau mau bicara apa dengan ayah?" Tanya Hanum, ia dapat melihat raut tidak tenang dari Hera.
"Aku ingin membatalkan pernikahan ini, Ibu." Ucap Hera tanpa beban sedikitpun, membuat Hanum terkejut setengah mati. "Aku tidak mau menikah dengan pria mantan lumpuh seperti Aksa, aku tidak mau menanggung penderitaan yang sama dengannya nanti." Perjelas Hera lagi.
Hanum seakan sakit kepala mendengar kenyataan tidak menyenangkan ini.
"Ibu rasa tidak mungkin Aksa kembali lumpuh lagi, ia terlihat normal berjalan. Dia dari keluarga kaya raya, Hera.. jangan gila!" Hardik Hanum, ia tidak mau cari mati hanya karna mengikuti saran gila dari putrinya.
"Aku tidak mau tahu, yang terpenting aku tidak mau menikah dengan pria itu besok. Aku tidak mau!" Hera tetap bersikukuh. "Lagian, Ibu.. aku hamil anak Aldo, pria itu lebih sempurna jika dibandingkan dengan Aksa!"
Bagaikan petir di siang hari itulah yang Hanum rasakan, ia langsung melayangkan tamparan keras kewajah cantik Hera. Bisa dikatakan jika ini pertama kali bagi Hanum berprilaku kasar kepada putri nya.
"Jangan bicara tidak masuk akal, Hera! Kau tahu sekali bukan? Siapa Aksara Pratama, kita bisa mati berdiri jika berbuat hal seperti itu!" Hardik Hanum dengan emosi yang memuncak.
Hera memegang pipinya yang memerah, ia tidak menangis sama sekali. Rasanya sudah sangat lelah semua ini, Hera tidak mau menikah dengan Aksa. Pria mantan lumpuh, hal itu sangat memalukan untuknya.
"Aku tidak mau tahu, Ibu. Malam ini aku datang menemui Aksa, kalian datanglah ke Mansion Pratama." Ucap Hera dengan sangat tegas.
Belum Hanum memberontak atau bahkan protes, Hera sudah pergi menuju kamarnya. Hanum membanting majalah yang ia pegang di sofa. Hera sangat keras kepala, ia tahu sekali. Jika Hera sudah menginginkan sesuatu maka sudah seharusnya mendapatkan keinginan itu sekarang juga.
Kala Hanum masih bingung dengan semua kelakuan putri nya, Reynald baru saja pulang bekerja. Ia merasa aneh kala melihat Hanum yang berjalan mondar-mandir seperti orang yang kalang kabut saja.
"Kau kenapa, Sayang?" Tanya Reynald sembari duduk disofa.
Hanum langsung duduk disamping Reynald, wajahnya terlihat sangat serius.
"Hera tidak mau melanjutkan pernikahannya dengan Aksa, aku sudah memaksa dia tadi. Tetap saja Hera bersikukuh dengan pilihannya." Jelas Hanum.
Reynald terkejut sangat terkejut malah, acara pernikahan hanya tinggal besok saja. Pembatalan pernikahan sepihak seperti ini benar-benar membahayakan untuk saham Perusahaan nya nanti.
"Aku akan_"
"Sudah tidak ada yang bisa dibicarakan lagi, Hera sudah hamil anak orang. Kita bisa malu kalau semua media tahu nanti, Ayah!"
"Hamil?!" Reynald memijat pelipisnya, jantungnya seakan sesak dengan kenyataan menyakitkan seperti ini. Sudah cukup semua kelakuan Hera yang selama ini ia maklumi, ternyata itu tidak cukup juga untuk Hera.
"Sudahlah, Ayah.. jangan pikirkan apapun, soal Hera kita bisa menghadapi ini. Sekarang kita tinggal memikirkan nasib Perusahaan saja, kita bisa miskin kalau sempat Jake marah." Ucap Hanum yang malah semakin membuat Reynald sakit kepala.
•
•
Disisi lain, Aksa sedang bercerita dengan keluarga besar. Membahas soal pernikahan yanga akan diadakan besok, jujur Aksa sudah tidak sabar sebenarnya. Acara pernikahan yang megah sesuai dengan keinginan Hera telah terwujud, tinggal menunggu hari H.
Para kolega penting dan tamu undangan dari kalangan atas sudah dipersiapkan dengan baik oleh Jake. Aksa juga sesekali membantu sang ayah, karna ia juga memiliki rekan bisnis yang perlu diundang.
Kala Aksa sedang makan siang, Arzan datang dengan wajah super datarnya. Arzan merupakan orang kepercayaan Aksa, asisten pribadi. Semua segala masalah hidup Aksa sudah pasti Arzan mengetahui nya.
"Tuan muda.." Sapa Arzan.
"Ada apa?" Tanya Aksa sembari menyuapkan satu potongan daging dimulut nya.
"Nona Hera meminta untuk bertemu dengan mu malam ini di Hotel tempat pernikahan berlangsung. Katanya malam nanti ada sesuatu yang ingin dia bicarakan di Mansion ini, tapi dia meminta untuk bertemu disana saja." Jelas Arzan dengan sedikit berbisik karena ramai orang yang berlalu lalang menyiapkan acara pernikahan.
Aksa langsung menghentikan makannya, ia merasa pembicaraan sang kekasih kali ini sangatlah penting. Kalau tidak mana mungkin Hera mengajak bertemu kala mereka akan menikah besok.
"Yasudah ayo kita pergi, kebetulan aku memang mau meninjau ke Hotel." Ucap Aksa sembari mengelap mulutnya dengan tissu.
Arzan mengangguk dengan menunduk hormat, ia tersenyum melihat raut wajah kebahagiaan sang tuan muda. Sudah lama sekali Arzan tidak melihat Tuan nya seperti ini, bisa dikatakan ia rindu dengan jiwa Aksa yang dulu.
Kala Aksa bangkit, Jake datang menghampiri.
"Nak, tadi Kakak mu bilang.. kalau mertua mu akan datang malam ini, ntah mau bicarakan apa Ayah tidak tahu." Ucapan Jake membuat Aksa terkejut sebenarnya.
"Mertua ku?"
"Ya, apa ada masalah antara dirimu dengan calon menantu ayah?" Tanya Jake penuh menyelidiki, ia sangat suka dengan Hera yang berkepribadian lemah lembut.
"Tidak ada, Ayah.. kami baik baik saja, Aku jujur soal itu." Aksa menyakinkan dengan menunjukkan dua jari sebagai tanda bahwa ia sedang bersumpah.
"Baiklah kalau itu benar, nanti malam jangan pulang larut malam. Ingat, acara ijab qabul jangan sampai salah." Nasehat Jake diselingi tawa nya, ia berlalu pergi dengan senyuman yang tidak pudar sedikitpun.
Kepergian Jake, Aksa dan Arzan hanya saling pandang saja dengan pikiran mereka masing-masing. Ntah kenapa, kali ini perasaan Arzan tidak enak dengan nasib Tuan mudanya. Ia tahu persis seperti apa kelakuan Hera sebenarnya, hanya saja Aksa tidak pernah mau percaya dengannya soal itu.
Aksa dan Arzan berlalu pergi menuju Hotel Bintang Lima dimana acara pernikahan akan diadakan besok. Aksa ingin memantau proses acara sembari menunggu sang kekasih. Tidak ada pikiran buruk yang terlintas di benak nya, Aksa merasa semua akan baik-baik saja.
•
•
•
Aksa sedang menyiapkan untuk acara pernikahan.Semua sudah disusun secara rapi, tinggal menunggu hari esok saja.
“Semua sudah beres Tuan Muda, semoga semua berjalan dengan lancar.” Ucap Arzan sembari tersenyum kepada Aksa yang berdiri menatap ballroom pelaminan.
Membayangkan melewati para tamu bersama Hera, sang kekasih. Sudah membuat Aksa tersenyum simpul, ia tidak menyangka akan diposisi ini.
“Kenapa Hera belum sampai juga?” Tanya Aksa kepada Arzan, sudah melewati batas janji, itu sebabnya Aksa sedikit khawatir.
Arzan tidak tahu mengapa Hera belum sampai juga. “Mungkin Nona Hera terjebak macet, Tuan. Wajar saja, jam segini memang lagi sibuk nya.” Ucap Arzan untuk menenangkan Tuan nya.
Aksa mengangguk saja, ia memerhatikan para pekerja yang sedang menyiapkan sisa acara resepsi. Senyuman diwajahnya tiada henti terukir, Aksa bahagia kali saat ini.
Aksa terkejut kala melihat seorang gadis sedang melamun menatap nanar ballroom pelaminan. Gadis yang cukup tidak asing dimata nya, ia ingat siapa gadis itu. Ya, gadis itu adalah Yara adik tiri dari Hera.
"Kau lihat gadis itu?" Tanya Aksa kepada Arzan yang seperti nya tidak melihat Yara.
Arzan langsung melihat arah tangan Aksa menunjuk, ia juga sama terkejut nya kala melihat Yara yang berdiri tegak menatap ballroom pelaminan.
"Tanya saja pada calon adik ipar mu, Tuan.." Saran dari Arzan ada benarnya juga menurut Aksa.
Mengingat sebentar lagi akan menjadi satu keluarga, tidak ada salahnya jika sedikit ramah saja. Tanpa ditemani oleh Arzan, Aksa datang menghampiri calon adik iparnya. Dengan ekspresi wajah datarnya ia menghampiri gadis kecil yang belum genap 20 tahun itu.
"Yara.." Sapa Aksa dengan senyuman terpaksa, sepertinya bibir miliknya sudah terlalu kaku untuk tersenyum dengan orang lain kecuali dengan Hera.
Sang pemilik nama melirik kearah Aksa, ia terkejut setengah mati melihat Aksa.
"Kakak?"
"Hem, kau kenapa disini?" Tanya Aksa langsung to the point saja, ia tahu seperti apa gadis di hadapan nya ini. Sulit diajak bicara serius, ia tahu sedikit dari Hera.
"Aku.." Yara kebingungan harus menjawab apa, ia sangat tidak pandai berbohong. Yara tidak mau terjebak dengan pria dewasa itu, ia langsung berlari begitu saja meninggalkan Aksa yang malah terpelongo.
"Heih? kenapa dia?" Aksa menaikkan bahu tanda tidak peduli, dengan tangan berkacak pinggang ia memerhatikan kepergian Yara yang cepat sekali.
"Aneh!" Padahal Aksa sudah mengumpulkan banyak energi untuk menyapa Yara tadi. Ternyata semua usaha yang ia keluarkan tadi sia-sia saja. Tapi, Aksa ingat sekali dengan mata sembab Yara tadi. Biasanya gadis kecil itu berpenampilan ceria dan cerewet, sangat berbeda dengan yang ia temui tadi.
"Dasar gadis aneh, semoga kau segera mendapatkan kekasih yang memahami keanehan mu." Harapan Aksa kepada Yara.
•
Aksa dan Arzan menuju parkiran, kala Aksa ingin masuk ke mobil. Tangannya ditarik oleh seseorang, membuat nya terkejut.
“Loh, Hera?” Aksa heran karena larut malam begini Hera baru muncul.
“Kenapa baru datang? Aku menunggu mu, apa kau baik-baik saja?” Aksa khawatir sekali, karna sebelumnya Hera tidak pernah seperti ini.
Hera terlihat gelisah, ia terus menatap Aksa lekat-lekat. Seperti ingin mengatakan sesuatu, terlihat dari raut wajahnya.
“Ayo aku antar pulang saja, besok pagi acara pernikahan kita.” Ajak Aksa, ia mengenggam tangan Hera untuk masuk bersama kedalam mobil.
Hera pasrah saja, terlihat tidak ada pemberontakan sedikitpun. Ia duduk disamping Aksa yang terus saja menatap nya.
“Kau terlihat gugup, apa kau makan dengan baik tadi?” Tanya Aksa sembari mengelus pipi Hera.
Hera memegang tangan Aksa yang berada diwajah nya, ia mencium tangan itu dengan durasi yang lama.
“Aku ikut ke Mansion Utama, ada yang ingin aku katakan dengan keluarga mu.” Ucap Hera, ia menatap intens Aksa yang terlihat belum mengerti dengan apa maksudnya.
“Hal apa, Sayang? Apa tidak bisa besok saja, kenapa harus mepet begini?” Tanya Aksa beruntun, bagaimana pun besok adalah waktu terpenting mereka. Aksa juga tidak mau Hera kelelahan karna melakukan hal yang tidak penting.
Hera semakin menguatkan genggaman tangannya, ia terlihat takut lebih tepatnya gugup.
“Ayah dan Ibu ku juga sedang dalam perjalanan menuju kesana, malam ini aku akan mengatakan hal yang penting.” Kata Hera, ia terlihat serius.
Aksa mengangguk saja, ia memeluk Hera erat. Tidak menaruh curiga sedikitpun, Aksa yakin jika Hera hanya gugup sedikit. Karna sebenarnya juga Aksa juga merasakan gugup yang luar biasa.
Sepanjang perjalanan Hera terus mencium aroma Aksa banyak-banyak. Memeluk erat dan tidak melepas genggaman tangannya sedikitpun. Malah semakin erat, apa lagi kala semakin dekat dengan tujuan.
Jantung Hera semakin berdegup kencang kala memasuki area Mansion Utama. Gerbang besar yang menjulang tinggi terbuka menyambut kedatangan mereka. Disaat itulah Hera semakin erat menggenggam tangan Aksa.
“Kenapa takut? Setelah menjadi istriku, Mansion ini akan menjadi kediaman kita.” Ucap Aksa, ia melera pelukannya untuk menatap sang kekasih.
Terlihat Hera yang tersenyum manis, ia menatap Aksa dengan sangat dalam. Hingga Arzan membuka pintu mobil, mempersilahkan Tuan dan Nona nya untuk masuk.
Aksa keluar terlebih dahulu lalu ia membantu Hera untuk keluar. Hera susah payah menelan salivanya kala melihat bangunan mewah bak istana itu. Ia semakin takut, tapi tidak ada waktu lagi.
Dengan senyuman yang terus terukir diwajahnya, Aksa membawa Hera untuk masuk kedalam Mansion. Para pelayan menunduk hormat kepada kedua insan manusia itu. Kekayaan keluarga Pratama sungguh nyata, dan Hera mengagumi itu.
Kala memasuki area ruang tamu, Hera melihat kedua orang tuanya yang sudah duduk manis bersama Jake serta Hani.
“Kami sampai Ayah, Ibu..” Ucap Aksa, membuat semua orang langsung menatap kearahnya.
Aksa membawa Hera untuk duduk bersebelahan, ia terus tersenyum.
“Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan, Hera?” Tanya Jake, karna posisi waktu yang juga sudah larut malam.
Hera terus meremas jari jemari nya, dan itu tidak lepas dari perhatian Aksa.
“Katakan saja, ada acara resepsi yang kurang kau sukai?” Tanya Hani, membuat Hera langsung menatap ke arah nya.
“Jika hal seperti itu ada, katakan saja. Aksa akan mengurus secepatnya, karna juga tinggal besok pernikahan kalian.” Timpal Jake, Reynald serta Hanum tertawa kecil.
“Ayo, Nak Hera, katakan apa yang ingin kau bicarakan,” Ucap Jake membuat Hera langsung kalang kabut.
Hera meremas erat jari jemarinya dan itu tidak lepas dari perhatian Aksa. Sebenarnya pikiran buruk sudah terlintas di benak nya. Aksa mengabaikan itu, ia menganggap bahwa pikiran itu hanya trauma di masa lalu saja.
"Katakan saja, jangan takut. Aku ada di samping mu, percayalah kepada ku." Ucap Aksa sembari menggenggam tangan Hera erat-erat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!