NovelToon NovelToon

Dermaga Cinta Arumi

Bab 1 - Tragedi Memilukan

Breaking News.

Panglima TNI menyatakan bahwa kapal selam milik angkatan laut telah hilang kontak di Perairan Utara Bali. Seluruh awak kapal selam dinyatakan gugur.

Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil citra bawah air secara visual menggunakan kamera. Ditemukan bukti-bukti otentik yang menunjukkan, kapal selam tersebut dinyatakan tenggelam di Perairan Utara Bali.

"Berdasarkan bukti-bukti otentik, dapat dinyatakan bahwa kapal selam milik angkatan laut tersebut telah tenggelam, dan seluruh awaknya telah gugur," kata Panglima TNI dalam konferensi pers yang disiarkan langsung di televisi nasional.

"Saya nyatakan bahwa 53 personil yang on board telah gugur," ucap Panglima TNI yang sebelum menyebut kalimat "gugur" sempat terdiam dan berkaca-kaca.

"Atas nama seluruh prajurit dan keluarga besar TNI, selaku Panglima TNI, saya sampaikan rasa duka cita yang sedalam-dalamnya kepada seluruh keluarga prajurit yang gugur. Semoga Tuhan Yang Maha Besar, memberikan keikhlasan, kesabaran dan ketabahan. Rasa duka cita tersebut juga kami tujukan kepada seluruh keluarga besar Hiu Kencana khususnya, dan TNI Angkatan Laut pada umumnya," ujarnya.

"Seluruh prajurit terbaik Hiu Kencana yang telah gugur, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa menerima seluruh amal ibadah dan pengabdian saudara-saudara. Semoga kami semua dapat meneruskan pengabdian paripurna sebagai prajurit-prajurit terbaik Tentara Nasional Indonesia," tutupnya.

☘️☘️

Yuni bergegas lari tergopoh-gopoh menuju rumah Arumi setelah ia mendengar kabar bahwa kapal selam angkatan laut yang sedang latihan tembak t0rpedo diduga mengalami blackout dan tenggelam di Perairan Utara Bali.

Tok...tok...tok...

"Rum, Arumi !!" teriak Yuni seraya mengetuk pintu rumah Arumi cukup kencang.

Namun Yuni tak melihat ada pergerakan Arumi dari dalam rumah. Alhasil dirinya pun meringsek masuk ke dalam rumah Arumi. Secara kebetulan pintu utama tidak dikunci. Seketika Yuni mendengar suara seseorang tengah muntah-muntah di dalam kamar. Yuni pun membuka pintu kamar Arumi dan melihat pintu kamar mandi yang tengah terbuka. Kakinya bergegas menuju kamar mandi. Perasaannya semakin tak karuan.

"Hoek...hoek...hoek..." Arumi tengah mual hebat di depan kloset.

"ARUMI !!" pekik Yuni terkejut melihat wajah Arumi yang pucat karena sedang muntah-muntah.

Akhirnya Yuni pun membantu Arumi yang tengah pucat dan kepayahan. Setelah mual itu mereda, Yuni membantu Arumi untuk duduk di tempat tidur. Tak lupa Yuni juga memberikan segelas air hangat untuk Arumi.

"Makasih, Yun."

"Apa kamu baik-baik saja, Rum?" tanya Yuni seraya menelisik wajah Arumi yang pucat.

"Enggak tahu nih, Yun. Sejak bangun pagi, mendadak perutku mual banget. Tapi pas muntah enggak keluarin apa-apa. Kepalaku juga pusing," jawab Arumi apa adanya seraya memijat kepalanya yang masih terasa pusing.

"Apa Arumi sedang hamil? Ya, Tuhan kasihan Arumi. Bagaimana aku menyampaikan kabar kematian suaminya?" batin Yuni sendu dengan mata yang sudah berembun.

Arumi seketika mendongakkan kepalanya dan menatap Yuni yang sedang duduk di depannya.

"Loh...loh... kok kamu nangis, Yun. Kenapa?" tanya Arumi heran karena melihat mata Yuni sudah berembun. Seketika...

Grepp...

Yuni memeluk erat tubuh Arumi. Dan air matanya langsung menetes membasahi pipinya. Ia berusaha menahan suara isak tangisnya.

"Kamu yang tabah ya, Rum. Ingat selalu semboyan dan janji kita sebagai istri prajurit," bisik Yuni dengan suara paraunya di telinga Arumi. Seketika pelukan Yuni dilepas paksa oleh Arumi.

"Maksudmu?" tanya Arumi yang tampak bingung seraya menatap wajah Yuni.

Lantas Yuni pun berjalan mengambil remote control untuk menyalakan televisi yang ada di kamar Arumi tersebut. Seketika Arumi pun melihat kabar tentang tenggelamnya kapal selam di mana sang suami tengah bertugas di dalamnya.

Deg...

Jantungnya seketika bergemuruh hebat. Terasa sesak di dadanya. Bagai tersayat belati yang tajam. Arumi hanya bisa terdiam dengan mata yang tetap tertuju pada televisi yang tengah menyiarkan secara langsung berita tragedi tenggelamnya kapal selam tersebut.

"Rum," panggil Yuni lirih seraya menggenggam erat tangan Arumi. Ia berusaha menguatkan teman dekat yang berstatus sama seperti dirinya yakni sebagai istri seorang prajurit angkatan laut.

"Ponselku," cicit Arumi yang seketika teringat dengan ponsel pribadinya.

Ia pun berdiri lalu berjalan menuju sebuah meja kecil tak jauh dari tempat tidurnya. Terlihat jelas di atasnya ada sebuah ponsel berada di sana.

"Ah, pasti kabar di televisi itu hoax. Aku enggak percaya itu, Yun. Semalam sebelum aku tidur, Mas Yuda masih balas pesanku kok. Beneran, Yun. Kamu enggak percaya sama aku?"

Yuni hanya bisa terdiam melihat Arumi yang tetap bersikukuh menolak kabar kematian Yuda. Air matanya menetes tanpa bisa ia tahan.

"Ah, ponselku drop. Aku coba isi daya dulu, Yun. Nanti kamu lihat sendiri buktinya," kekeh Arumi.

Setelah tangan Arumi selesai memasang kabel untuk melakukan isi daya ponselnya, Yuni kembali berdiri dan memeluknya.

"Suamimu meninggal dengan baik, Rum. Ikhlaskan Mas Yuda. Aku sudah membaca ratusan pesan di WAG. Bahkan tadi Mas Eko menghubungiku agar aku melihat kondisimu. Suamiku juga menyuruhku untuk menemanimu. Sebentar lagi dari pihak atasan, ada yang akan datang ke sini untuk menemuimu secara langsung. Mereka sudah mencoba meneleponmu sejak tadi tetapi ponselmu enggak aktif. Mas Yuda dan rekan-rekan yang lain yang bertugas di dalam kapal itu, akan selalu hidup di hati kita dan juga di hati banyak orang di luar sana," bisik Yuni seraya menahan isak tangisnya yang semakin terdengar sendu.

On Eternal Patrol melambangkan para awak kapal selam yang hilang itu tetap hidup selamanya. Mereka berpatroli abadi menjaga ibu pertiwi di dalam lautan.

Sontak mata Arumi pun langsung berkaca-kaca. Baru saja ia mengecap kebahagiaan. Dua bulan yang lalu, dirinya baru saja melangsungkan pernikahannya dengan Letda Laut (P) Yuda Kusuma. Pria yang sudah lima tahun menjadi kekasihnya tersebut, akhirnya melamar dan menikahinya.

Dan dalam sekejap, gegap gempita serta suka cita di hidupnya, haruskah terenggut dalam waktu yang singkat ?

Tidak. Tidak untuk saat ini. Berharap ini hanya sebuah berita hoax. Logikanya menolak namun hatinya bersedih mengiyakan bahwa berita tersebut benar adanya. Air matanya mendadak luruh tanpa disuruh.

Pandangannya tiba-tiba menggelap seketika. Tubuhnya mendadak lemas seakan tak bertulang dan roboh. Pingsan.

"ARUMI !!" teriak Yuni yang terkejut seraya kedua tangannya berusaha menahan bobot tubuh Arumi yang tengah tak sadarkan diri dalam pelukannya saat ini.

Bersambung...

🍁🍁🍁

*Letda Laut (P) Yuda Kusuma.

P\=Pelaut.

Itu menandakan korps atau kejuruannya. Ada beberapa korps dalam angkatan laut. Pada karya ini, kita berfokus pada 2 korps saja yakni Pelaut (P) dan Elektronika (E).

Semoga dipahami ya Sobat.💋

Bab 2 - Tabur Bunga

Untuk mendukung feel dalam membaca chapter ini, Othor sarankan sembari memutar lagu berjudul "Gugur Bunga" versi asli.

Selamat membaca.💋

🍁🍁🍁

Satu minggu kemudian.

Proses tabur bunga sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi prajurit kapal selam T N I AL digelar di Laut Bali.

Upacara dipimpin Kasal Laksamana T N I secara langsung bersama 150 keluarga prajurit yang gugur. Perwakilan keluarga yang turut hadir yakni para istri, orang tua, dan kerabat korban. Tabur bunga dilaksanakan dengan memanjatkan doa untuk ketenangan dan kedamaian arwah para awak di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Guna memenuhi rasa rindu dan keingintahuan keluarga, maka upacara tabur bunga dilaksanakan langsung dari lokasi tenggelamnya kapal selam di Perairan Utara Pulau Bali.

“Jauh didasar laut ini, telah terbaring para prajurit pemberani dalam keheningan dalamnya lautan. Namun demikian jiwa dan semangat mereka terus membara dan tetap menjadi penyulut semangat kami yang akan meneruskan pengabdian mereka,“ tutur Kasal dalam sambutannya.

“Pengabdian hingga akhir hayat para kesatria Hiu Kencana tak akan pernah sia-sia. Dengan motto Wira Ananta Rudira atau tabah sampai akhir, mereka tetap dalam status tugas patroli dalam keabadian atau On Eternal Patrol,“ tegas Kasal.

Usai upacara, karangan bunga yang bertuliskan nama ke-53 awak kapal selam satu per satu dengan wajah tegar ditaburkan oleh keluarga mereka ke laut dengan diiringi untaian doa terbaik.

Isak tangis keluarga korban tak terbendung ketika hendak menaburkan bunga di laut untuk mendoakan keluarga mereka yang telah gugur.

"Yuda, putraku! Kenapa kamu pergi secepat ini, Nak? Hiks...hiks...hiks..." tangis Bu Retno selaku ibu kandung Yuda pun seketika pecah di atas kapal yang membawa mereka ke tengah lautan dalam prosesi upacara tabur bunga.

Di samping Bu Retno, berdiri seorang wanita yang usianya sedikit lebih muda dari Arumi dengan kondisi berperut buncit karena tengah hamil enam bulan lebih. Padahal wanita itu baru menikah tiga bulan yang lalu. Tepatnya satu bulan sebelum Arumi dan Yuda menikah.

Wanita muda itu bernama Wulan, adik kandung Yuda. Suaminya bernama Bambang, bekerja sebagai karyawan lepas sebuah perusahaan kontraktor yang sering mendapat dinas pekerjaan di luar kota. Bambang tak bisa hadir pada acara tabur bunga hari ini. Sebab, ia sedang bertugas di luar Jawa dan baru bisa kembali sekitar satu minggu lagi.

Wulan tengah menangis tersedu-sedu sambil memeluk ibunya.

"Bang Yuda, Ma. Sekarang, kita cuma berdua saja. Hiks...hiks...hiks..."

"Iya, Lan. Mama cuma punya kamu sekarang. Tapi Mama tetap enggak ikhlas abangmu pergi seperti ini. Huhu..." isak pilu Bu Retno seraya memeluk Wulan.

Di samping mereka juga terdapat beberapa petugas wanita yang berusaha menguatkan ibu dan anak tersebut agar tidak terus bersedih dengan kematian Letda Laut (P) Yuda Kusuma.

Sedangkan di sisi lain tepatnya di sebelah Bu Retno dan Wulan, Arumi hanya bisa berdiri mematung dan terdiam seraya menatap lautan yang luas dalam derasnya gulungan ombak. Sejak tadi air matanya belum ada satu pun yang menetes.

Bagaikan sudah kering dan tak bersisa lagi. Sebab, dirinya sudah banyak menangis sejak mengetahui kabar kematian suaminya seminggu yang lalu. Sungguh memilukan.

Di saat dirinya tengah hamil, suaminya justru berpulang pada Sang Pencipta. Meninggalkan duka nestapa yang sangat mendalam di batinnya. Yang entah apa obatnya. Ia pun tak tahu bagaimana ke depan harus menjalani hidupnya tanpa kehadiran pria yang sangat ia cintai tersebut. Separuh jiwanya telah pergi. Untuk selamanya.

Setelah Arumi tak sadarkan diri beberapa waktu yang lalu karena mendengar kabar kematian Yuda, Yuni bergegas memanggil dokter untuk memeriksa Arumi. Ketika siuman, Arumi begitu terkejut mendengar kalimat yang terlontar dari bibir dokter yang memeriksanya bahwa ia sedang hamil dengan usia kandungan sekitar tujuh minggu.

Ada rasa bahagia membuncah di hatinya karena mengandung buah cintanya bersama Yuda. Namun, hatinya juga bersedih. Sebab suaminya pergi secara tiba-tiba untuk selama-lamanya. Kematian.

"Mas, aku rindu kamu. Apa kamu enggak rindu aku? Kenapa pergi ninggalin aku seperti ini, hem? Aku ingin Mas Yuda pulang ke rumah kita. Ada hadiah terindah yang Tuhan titipkan di sini untuk kita," batin Arumi seraya mengelus lembut perutnya yang masih rata. Namun di dalamnya telah bersemayam janin, buah cintanya bersama mendiang suaminya.

Arumi sejak datang hingga sekarang, sangat irit bicara. Ia hanya berbicara seperlunya saja. Seakan suaranya tercekat di kerongkongan sehingga susah untuk berbicara pada siapa pun.

"Aku enggak bisa jaga dia sendirian, Mas. Aku mohon pulanglah. Aku butuh kamu," batin Arumi semakin sendu.

Walaupun secara mulut ia sudah bisa berkata ikhlas, namun sejujurnya hatinya masih belum bisa merelakan kepergian Yuda. Satu kata keramat yang memang setiap manusia butuh waktu dan proses yang tak mudah untuk menggapai sebuah keikhlasan yang sesungguhnya. Menerima takdir hidupnya.

"Hiks...hiks...hiks..." Arumi pun akhirnya menangis tanpa bisa ia bendung. Air matanya langsung menetes membasahi pipinya dengan kondisi kepala tertunduk.

Yuni dengan setia berada di samping Arumi. Ia memeluk teman dekat yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri tersebut. Sebab, usia Arumi lebih muda darinya.

"Aku yakin kamu kuat, Rum. Mas Yuda pasti bangga sama kamu. Ingat, sekarang ini ada si utun yang butuh kamu jaga dan kuatkan juga di dalam sini," ucap Yuni seraya mengelus perut Arumi.

"Apa aku sanggup, Yun? Hidup tanpa Mas Yuda,"

"Arumi Safitri yang aku kenal, orangnya kuat setegar karang di tengah derasnya ombak lautan yang ganas. Apa pun yang terjadi, percayalah jika takdir Sang Pencipta pasti itu yang terbaik untuk hidup kamu dan juga dia," ujar Yuni seraya mengelus kembali perut Arumi.

Gemuruh ombak lautan menjadi saksi bisu kepedihan sekaligus cinta yang tulus seorang Arumi Safitri untuk mendiang Letda Laut (P) Yuda Kusuma.

"Aku sangat mencintaimu, Mas. Aku harap kamu bisa hadir di mimpiku setiap malam sebagai pengobat rinduku, Yuda Kusumaku. Pelaut hebatku yang selalu hidup di hatiku. Selamanya," batin Arumi.

"Dasar wanita sial! Pasti gara-gara si yatim piatu ini jadinya bawa sial di hidup Bang Yuda. Atau jangan-jangan dia main pelet jadinya Bang Yuda bucin akut. Sampai-sampai Bang Yuda lima tahun setia pacaran sama dia dan kekeh nolak perjodohan yang disodorin sama Mama. Lihat saja, Arumi. Hidupmu akan aku buat berantakan sepeninggal Bang Yuda," batin Wulan seraya melirik tajam pada Arumi yang tengah menangis dalam pelukan Yuni.

Bersambung...

🍁🍁🍁

Bab 3 - Ibu Mertua Kejam dan Ipar Durjaaana

Lima bulan kemudian.

"ARUMI !!" pekik Bu Retno.

"Ya ampun, kamu jadi ibu hamil kok jorok banget sih!" gerutu Bu Retno.

"Maaf, Bu. Perutku mendadak mual habis belanja di pasar barusan. Sudah enggak tahan, jadi muntah di sini. Biar Rumi bersihkan dulu, Bu. Maaf sebelumnya," ucap Arumi sambil menyeka mulutnya dengan tisu karena habis muntah di ruang tamu. Tak lupa ia tetap meminta maaf dengan baik pada ibu mertuanya tersebut.

"Ya tentu saja kamu yang harus bersihkan. Masak urusan beginian harus ibu yang turun tangan. Yang muntah siapa, eh yang bersihkan siapa. Dasar mantu menjijikkan!" hardik Bu Retno seraya berdiri dan berjalan menuju kamarnya.

Arumi yang mendengar makian dari ibu mertuanya tersebut, hanya bisa diam dan menahan nyeri di hatinya. Ia sama sekali tak membalas ucapan menyakitkan dari ibu mertuanya. Ia masih berusaha menghormati Bu Retno sebagai ibu kandung Yuda.

Langkah kaki Bu Retno berhenti di depan pintu kamarnya. Lantas ia menoleh pada Arumi dan menatap sinis menantunya yang tengah mengandung cucunya tersebut.

"Jadi wanita hamil itu yang menjaga kebersihan. Jangan membuat orang lain di sekitar kita jadi enggak nyaman. Contoh itu Wulan, adik iparmu sendiri. Dia selama hamil enggak pernah tuh merepotkan ibu. Bahkan mual dan ngidam yang aneh-aneh saja enggak pernah. Lahiran pun juga mudah banget. Wulan enggak ngerasain sakit sama sekali. Niatnya mau operasi caesar, eh malah kontraksi lebih awal jadi lahiran secara normal. Sampai rumah sakit langsung mbr0jol. Gak perlu induksi dan sebagainya. Tuhan baik banget sama Wulan," sindir Bu Retno seraya berusaha membanggakan Wulan di depan Arumi. Seketika...

BRAKK !!

Pintu ditutup secara kencang oleh Bu Retno setelah masuk ke dalam kamarnya. Hal itu sempat membuat Arumi terkejut. Bahkan ia mengelus perutnya penuh kelembutan. Berharap calon jabang bayinya tidak kaget mendengar suara kencang dari gebrakan pintu kamar yang dilakukan oleh Bu Retno.

"Baik-baik di dalam sana ya, Nak. Sabar ya sayang," batin Arumi seraya mengelus perutnya yang sudah terlihat sangat buncit. Ia mengajak berkomunikasi dengan jabang bayinya yang ada di dalamnya.

Arumi pun bergegas menuju dapur dengan menaruh belanjaannya. Lalu ia mengambil kain pel untuk membersihkan lantai yang terdapat bekas muntahannya.

Sedangkan di teras rumah Arumi, Yuni yang mendengar bentakan Bu Retno barusan, sungguh membuat hatinya dongkol. Ia bermaksud mengantarkan rujak untuk Arumi karena semalam ibu hamil itu mendadak mengirim pesan singkat ke ponselnya bahwa sedang ngidam ingin makan rujak buah dengan kuah manis asam khas buatan Yuni.

Dengan senang hati Yuni membuatkan rujak tersebut pagi ini untuk Arumi. Rumah Arumi dan Yuni hanya berjarak beberapa meter saja. Keduanya tinggal di perumahan umum yang tak jauh dari Lantamal. Ketika mengantarkan rujak tersebut dan pintu utama kebetulan sedikit terbuka, alhasil Yuni mendengar omelan Bu Retno pada Arumi.

"Dasar mertua !blis!"

"Mereka semua sudah numpang hidup ke Arumi, eh masih belagu dan jadi penindas ibu hamil. Tuh ibu mertua mungkin amnesia kali ya. Dia lupa kalau putri yang dibanggakan tadi eh kelakuannya minus. Hamil di luar nikah kok bangga. Ya sama Tuhan dikasih mudah hamilnya sampai lahiran. Nikmat sebagai ibu hamil sudah dicabut sama Tuhan. Ih amit-amit jabang bayi," gerutu Yuni seraya mengelus perutnya sendiri walaupun ia sedang tidak hamil saat ini.

Sejak kematian Yuda, Bu Retno, Wulan dan Bambang memutuskan untuk tinggal di rumah yang selama ini menjadi tempat tinggal Yuda dan Arumi di kota besar. Selama ini mereka sekeluarga tinggal di desa.

Bu Retno beralasan pada Arumi bahwa rumah peninggalan mendiang ayah kandung Yuda dan Wulan telah ia jual. Dikarenakan mendiang suaminya sempat sakit cukup lama sebelum akhirnya meninggal dunia. Sehingga untuk biaya berobat, Bu Retno banyak berutang di tetangga.

Padahal faktanya, Bu Retno menjual rumah di desa karena didesak oleh Wulan. Sebab, putrinya itu butuh uang cepat dalam jumlah yang sangat banyak. Wulan harus mengembalikan uang arisan milik para warga yang dipakai untuk kepentingan pribadinya sendiri. Jika tidak, maka Wulan akan masuk bui.

Alhasil Bu Retno yang kasihan pada Wulan dan tak mau menanggung malu di desanya, dengan terpaksa menjual rumah tersebut. Harta satu-satunya yang ia miliki.

Arumi memang tahu perihal utang untuk biaya berobat mendiang ayah mertuanya dari Yuda sewaktu mereka masih pacaran. Sehingga lima tahun mereka pacaran barulah Yuda bisa melamar dan menikahinya.

Sebab, Yuda pernah mengatakan padanya bahwa ia harus melunasi utang mendiang ayahnya dan juga membiayai keluarganya di desa. Arumi tak pernah mempermasalahkan hal itu karena ia sangat tahu bahwa Yuda sebagai tulang punggung di keluarganya. Akan tetapi, yang ia tahu perihal utang tersebut sudah lunas sesuai informasi dari Yuda sendiri ketika masih hidup.

Namun yang terjadi sekarang, ibu mertuanya mengatakan menjual rumah di desa demi membayar utang tersebut. Sehingga tak punya tempat tinggal lagi dan menumpang di rumahnya. Arumi yang tak mau ambil pusing karena takut dipojokkan oleh keluarga mertuanya, ia pun memilih diam dan menerima kehadiran mereka semua di kediamannya.

Rumah tersebut memang sudah dibeli sejak lama oleh mendiang Yuda untuk dijadikan tempat tinggal ketika sudah menikah dengan Arumi. Saat ini masih tersisa cicilan untuk jangka selama lima tahun ke depan rumah tersebut pada bank yang belum lunas.

☘️☘️

Bu Retno, Wulan dan bayinya yang berjenis kela*min laki-laki itu pun siang ini sedang pergi ke rumah sakit untuk melakukan imuni*sasi. Arumi tengah berada di dapur untuk memasak. Tiba-tiba ia dikejutkan pelukan seseorang dari belakang tubuhnya.

Grepp...

"Harum sekali tubuhmu, Rum. Senjataku sudah on fire nih," bisiknya di telinga Arumi.

Seketika...

Arumi melepas paksa dekapan tersebut lalu secepat kilat ia berbalik badan dan menatap tajam wajah si pelaku yang baru saja berbuat m3sum padanya. Tanpa basa-basi Arumi pun melayangkan tendangan cukup keras dengan kakinya pada bagian inti lelaki tersebut yang tak lain suami dari adik iparnya.

BUGH !!

"Auchh !" jerit Bambang seraya menahan nyeri di area s3lang kangannya.

"Jangan pernah sedikit pun kamu berpikir kalau seorang Arumi Safitri itu janda yang lemah dan mudah kamu perdaya. Jangan melampaui batasanmu sebagai ipar. Jika tidak, aku bisa mencincang habis senjata masa depanmu itu sampai tak bersisa. Cepat pergi!" ancam Arumi seraya menodongkan pisau dapur yang ia pegang pada Bambang.

"Dasar janda sialan! Lihat saja akan aku adukan kelakuanmu pada Wulan dan ibu mertua. Mereka pasti lebih membelaku daripada kamu," balas Bambang tak terima atas penolakan Arumi padanya. Sebab, ia sejak lama sebenarnya sudah menyukai Arumi ketika Yuda masih berstatus sebagai kekasih Arumi.

"Silahkan saja kamu mengadu. Bahkan ke polisi sekali pun aku juga tidak takut. Kamu jangan lupa jika di sudut sana ada cctv yang memantau kegiatan kita sejak awal hingga akhir. Dia saksinya siapa yang bersalah. Aku atau kamu," ucap Arumi dengan santai seraya melirik ke arah sudut cctv yang terpasang di dalam rumahnya.

Dalam hati, ia sangat bersyukur pada mendiang suaminya. Walaupun rumah mereka minimalis, tetapi Yuda sengaja memasang cctv demi keamanan Arumi ketika ditinggal tugas. Hanya Yuda dan Arumi yang bisa mengakses cctv tersebut.

"Sialan! Wanita ini pintar juga rupanya. Aku pikir dia bodoh seperti Wulan. Lihat saja, suatu saat nanti pasti aku bisa menikmati tubuhmu, Arumi." Bambang menggerutu dalam hati.

Bersambung...

🍁🍁🍁

*Lantamal\= Pangkalan Utama T N I Angkatan Laut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!