NovelToon NovelToon

NO DIGAS ADIÓS (Jangan Katakan Selamat Tinggal)

1. MENIKAH

Selenia membuka mata. Tatapannya menyipit melihat jam digital di atas nakas di samping tempat tidur.

01:06 AM

Kerongkongannya terasa begitu kering. Dengan mata setengah terpejam, tangannya meraba-raba nakas untuk mengambil air minum. Ketika tangannya tak juga menyentuh benda yang dia cari, dia pun tersadar bahwa malam ini dia lupa membawa minum ke kamar.

Arrghhh! Padahal dia ngantuk berat dan malas untuk ke dapur. Tapi mau bagaimana lagi? Di tengah rasa kantuknya, ada haus yang mendera.

Selenia Effendi

[Sederhana, supel, ramah dan pendiam.]

Tring!

Suara notif yang berasal dari ponselnya di samping bantal membuatnya reflek menoleh. Dia baru saja ingin beranjak dari ranjang.

Selenia menyunggingkan senyum membaca pesan tersebut. Malam ini usianya genap 18 tahun.

Selain itu ada beberapa pesan lain yang masuk ke ponselnya yang isinya rata-rata ucapan ulang tahun untuknya. Tak terkecuali juga dari Ayahnya yang saat ini sedang berada di Luar Negeri.

Selenia menghela napas panjang. Sudah tiga bulan lamanya dia tidak bertemu dengan sosok istimewa dalam hidupnya itu. Semenjak menekuni bisnis di UK, ayahnya memang lebih banyak tinggal di sana dan pulang ke Indonesia hanya beberapa bulan sekali. Sekalinya mudik, paling cuma dua minggu atau paling lama satu bulan di Indonesia.

Selenia kembali menyurukkan ponsel di tempat tidur dan melanjutkan niatnya untuk pergi ke dapur.

Jeglek!

Dia membuka pintu kamar dengan hati-hati. Suasana rumah begitu hening. Terang saja, ini kan dini hari. Saat melangkahkan kakinya keluar, dia merasakan kakinya seperti menendang sesuatu. Selenia melihat ke bawah dan seketika dahinya mengernyit melihat kotak berukuran sekitar 40×40 cm itu bergeser akibat tendangannya. Dia mengambil kotak itu dengan hati-hati, karena tahu betul apa isi di dalamnya. Kotak ini adalah kotak kemasan kue yang lumayan terkenal di daerah sini.

...Happy Birthday My Wife...

...Happy sweet eighteen. Love you ♥️...

Notes kecil yang terselip di dalam box kue itu membuat Selenia mengulum senyum. Matanya memandang takjub ke arah ukiran indah kue ulang tahun tersebut. Dia mencolek gumpalan gula warna-warni di atas kue itu untuk mencicipi rasanya. Manis, sempurna.

Ini adalah ulang tahun Selenia yang ke 18 sekaligus bulan ke 4 usia pernikahannya dengan Adam. Laki-laki yang sejak mereka sah menjadi suami-istri, tinggal satu atap dengannya.

Adam Lucas Prawira

[Bijaksana, Dewasa, dan cerdas. Begitu peduli pada Selenia meski sering diabaikan]

Menikah?

Mungkin itu semua terdengar aneh. Apalagi status Selenia masih anak sekolah. Saat ini dia tengah duduk di bangku kelas 12 SMA. Tapi memang itulah kenyataannya. Mereka berdua sudah menjadi sepasang suami-istri. Suaminya, yang bernama Adam usianya terpaut 10 tahun lebih tua.

Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Lisa (ibunya Adam) dan Kalila (ibunya Selenia) telah bersahabat sejak kecil. Di masa muda, mereka sempat bercanda untuk menjodohkan anak-anak mereka. Candaan itu perlahan berubah menjadi harapan serius ketika keduanya menikah dan kemudian hamil. Pernikahan mereka hanya berselang satu tahun. Saat Adam lahir, Kalila baru saja menikah. Tak lama setelah itu, Kalila hamil dan dari hasil USG diketahui bahwa janin yang dikandungnya berjenis kelamin perempuan. Momen ini membuat kedua sahabat itu merasa seolah candaan mereka benar-benar dikabulkan Tuhan.

Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Di usia kehamilan lima bulan, janin yang dikandung Kalila dinyatakan tidak berkembang dan harus dikuret. Peristiwa itu menjadi pukulan berat bagi Kalila. Program kehamilan yang dijalaninya setelah itu pun tidak mudah. Untungnya, Kalila memiliki suami yang sabar dan telaten serta sahabat seperti Lisa yang terus mendukungnya.

Waktu pun berlalu. Saat Adam menginjak usia 11 tahun, Kalila akhirnya dinyatakan hamil kembali. Janin yang dikandung kali ini kembali berjenis kelamin perempuan. Kedua ibu itu pun semakin yakin bahwa rencana perjodohan mereka telah direstui Tuhan. Bagi mereka, perbedaan usia bukanlah masalah karena akan tampak biasa saat anak-anak itu dewasa nanti.

Namun, mengapa Selenia harus menikah di usia muda?

Saat Selenia duduk di bangku kelas 2 SMP, Kalila mulai sakit-sakitan dan sering bolak-balik rumah sakit. Setelah serangkaian pemeriksaan, Kalila didiagnosis menderita berbagai komplikasi penyakit. Kondisinya semakin memburuk ketika Selenia berada di kelas 2 SMA. Sebelum akhirnya koma, Kalila mengutarakan permintaan terakhirnya di hadapan suami dan anak semata wayangnya: ia ingin melihat Selenia menikah, dan Adam adalah sosok yang ia percayakan untuk putrinya.

Permintaan itu sungguh berat bagi Selenia, namun dalam situasi genting dan penuh ketakutan akan kehilangan ibunya, dia hanya bisa mengangguk setuju. Pernikahan pun dipercepat.

Bukan hanya berat bagi Selenia, Adam pun merasakan. Dia tidak begitu mengenal Selenia, karena hubungan mereka tidak sedekat persahabatan ibu-ibu mereka. Namun, melihat kondisi Kalila yang sekarat, Adam tidak bisa menolak. Apalagi saat itu dia baru saja putus dari kekasihnya, Finna, yang memilih mengakhiri hubungan karena ingin fokus pada studinya di Amerika. Selain itu kekasih Adam itu tidak bisa terus-terusan menjalin hubungan jarak jauh. Jadi dia memberikan pilihan pada Adam. Susul aku, atau hubungan kita berakhir!

Singkatnya, pernikahan siri antara Adam dan Selenia dilangsungkan secara sederhana di rumah sakit, disaksikan dokter dan perawat yang sudah seperti keluarga. Dua hari setelah itu, Kalila meninggal dunia. Selenia sangat terpukul, meski di sisi lain dia merasa lega telah memenuhi permintaan terakhir sang ibu.

Pernikahan ini dirahasiakan dan hanya diketahui oleh orang-orang yang hadir saat itu. Alasan utamanya adalah, karena Selenia masih berstatus siswi SMA dan memiliki banyak cita-cita yang ingin digapai. Beruntung, keluarga mereka memiliki pandangan terbuka. Tak ada tuntutan soal keturunan atau peran sebagai istri, karena semua memahami kondisi dan usia mereka, juga kenapa pernikahan itu harus terjadi.

Adam sendiri dikenal sebagai sosok yang mandiri. Di usianya yang ke 24 tahun, dia sudah membeli rumah pribadinya di kawasan elit Jakarta. Jadi setelah menikah, Adam memutuskan untuk tinggal bersama Selenia di rumah tersebut. Meski awalnya orang tua mereka khawatir akan "hal-hal yang tidak diinginkan", pada akhirnya mereka merelakan keputusan itu dengan berbagai pertimbangan. Ayah Selenia, Pak Fendi, harus kembali ke UK untuk mengurus bisnisnya yang sempat terbengkalai. Sementara kedua orang tua Adam juga tidak mungkin meninggalkan rumah mereka untuk tinggal bersama hanya untuk sekedar mengawasi pasangan baru itu.

"Untuk apa diawasi sih Ma, Aku tahu batasannya kok," ujar Adam saat mamanya terus merengek supaya Adam tinggal bersama di rumah orang tuanya saja. "Mama nggak perlu khawatir berlebihan gitu..."

Lagipula Adam sendiri yakin tidak akan terjadi apa-apa, karena dia tahu Selenia tidak mencintainya. Gadis itu mau menikah, semata karena rasa hormatnya kepada Ibunya.

Di rumah besar itu mereka tidak hanya tinggal berdua. Ada Pak Tono, sopir yang secara khusus dipekerjakan Adam untuk mengantar jemput Selenia ke sekolah dan Bi Iyah yang setiap hari mempersiapkan kebutuhan mereka.

... - - -...

Sebuah suara langkah kaki terdengar menaiki tangga saat Selenia sedang asyik dengan kue di tangannya.

"Sel? Kok kamu bangun?" Adam muncul dari lantai bawah dengan sebotol air mineral di tangannya.

"Ee.. i-iya.. tadi aku mau ambil minum," Selenia gugup dan buru-buru menutup kue tersebut.

Adam menyunggingkan senyum lalu berjalan mendekati Selenia.

"Selamat ulang tahun ya," ucapnya. Satu tangannya terulur menyibakkan poni Selenia pelan. Istrinya ini memang.... cantik.

Tanpa sadar, Adam sudah mencondongkan tubuh hendak mencium kening perempuan itu, namun tiba-tiba dia merasa ada yang menahan dadanya. Bersamaan dengan Selenia yang bergerak mundur.

"Mas..."

"E... m-maaf, Sel," Adam berhenti.

Sampai saat ini Selenia masih merasa canggung setiap kali berhadapan dan bersentuhan dengan Adam. Rasanya aneh. Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata saking anehnya.

"Makasih ya mas, udah repot-repot beliin aku kue ulang tahun," ucap Selenia lirih sembari menunduk.

Adam mengangguk. "Ya udah, kamu tidur gih. Ini masih malam."

"Aku mau ambil air minum dulu di dapur. Tadi lupa," Selenia berlalu melewati Adam.

Ternyata tidak semudah yang dia bayangkan untuk menaklukkan hati seorang Selenia. Padahal mereka berdua sudah tinggal bersama selama 4 bulan. Tapi sikap Selenia tetap tidak berubah. Dominan cuek dan malu.

Adam terdiam memandangi punggung Selenia hingga sosok gadis itu menghilang di balik tangga. Napas panjang meluncur dari bibirnya, seolah menjadi pelampiasan atas beban yang selama ini menetap di relung hatinya. Berat, nyatanya, menjalani hari-hari dalam ikatan tanpa perasaan cinta.

Namun dia tahu, satu hal yang harus terus dia genggam adalah kesabaran. Selenia, bagaimanapun sikap gadis itu, dia tetaplah istrinya—perempuan yang sah bersanding dengannya, apa pun alasan dan latar belakang pernikahan itu.

Ya, istrinya. Seorang istri yang hingga kini belum pernah sekalipun dia sentuh.

...🌹🌹🌹...

...To be continued 👋🏻...

2. RAHASIA BESAR

Suara deru mesin mobil terdengar menjauh. Seperti biasa Adam selalu berangkat ke kantor lebih awal. Selenia yang baru saja keluar dari kamar mandi, berjingkat mendekati jendela untuk melihat keluar. Mobil Adam sudah tak terlihat lagi.

Setelah berganti pakaian, Selenia lantas turun ke lantai bawah dan menghampiri Bi Iyah di ruang makan. Di sana, pembantunya itu sedang mengemasi sisa sarapan Adam kemudian mempersiapkan bagian Selenia.

"Mas Adam udah berangkat ya Bik?" tanya Selenia seraya meneguk segelas susu yang tersedia di meja.

"Baru saja Non," Bi Iyah menghidangkan sepiring nasi goreng dan omelette kesukaan Selenia.

Selenia menatap makanan itu lama sekali. Seperti ada yang mengganjal. Seketika dia ingat kalau semalam dia meletakkan kue pemberian Adam di kulkas. Mumpung Adam udah nggak di rumah, kayaknya enak kalau pagi ini aku sarapan pake itu aja, batinnya. Karena sebenarnya dia sudah tidak bisa menahan diri untuk menikmati kue lezat itu dari semalam. Hanya saja kalau harus memakannya di depan Adam, ugh nggak banget. Gengsi lah.

"Bik, aku sarapan yang lain aja ya."

"Lhoh, kenapa Non? bukannya omelette itu kesukaan Non?"

"Iya. Tapi aku lagi nggak pengen makan omelette. Ini buat sarapan Bibik aja. Belum aku apa-apain kok," Selenia menyodorkan sarapannya ke Bi Iyah. "Aku minta tolong potongin kue yang ada di kulkas itu aja ya, dua potong aja."

"O-oh... iya iya iya," jawab Bi Iyah dengan mata berbinar. Dia tahu yang Selenia maksud.

Dengan senang hati Bi Iyah berlari tergopoh-gopoh menghampiri kulkas, mengambilkan apa yang Selenia minta.

"Selamat ulang tahun ya Non. Bibik do'akan semoga di usia Non Selenia yang ke 18 tahun ini, Non diberikan segala kebaikan oleh Allah, panjang umur... dan kebahagiaan dalam hidup," doa Bi Iyah panjang lebar dengan gaya khasnya yang sedikit medok.

Selenia tersenyum kecil. Dia kembali mengucapkan banyak terimakasih kepada Bi Iyah. Karena selama dia tinggal di rumah ini, Bi Iyah lah yang sudah melayani segala kebutuhannya dan... suaminya dengan baik. Semua do'a baik yang keluar dari mulut perempuan itu Selenia aminkan berkali-kali.

Sebenarnya semalam saat Adam menyiapkan kue itu untuk Selenia, Bi Iyah diam-diam mengintip. Dia yang tahu banget kehidupan rumah tangga mereka selama tinggal bersama, berharap kalau moment ulang tahun Selenia ini bisa menjadi perantara hubungan mereka supaya jauh lebih harmonis. Setidaknya tidak sehambar yang dia saksikan selama dia bekerja di sini. Tapi sayang, sepertinya apa yang diharapkan Bi Iyah sia-sia. Sikap Selenia tetap dingin dan acuh terhadap suaminya.

Selenia duduk sambil menikmati sarapannya. Masih ada waktu 10 menit sebelum berangkat.

Oh iya, jadi meskipun Adam selalu berangkat lebih awal dari Selenia, dia tidak pernah lupa untuk berpamitan dengan Selenia walau hanya melalui pesan singkat. Biar bagaimanapun Adam cukup dewasa untuk menyikapi semua ini. Dia hanya tidak mau membuat Selenia merasa tertekan hanya karena mereka 'telah menikah'. Sebisa mungkin Adam selalu berusaha membuat Selenia nyaman dengan cara tetap membiarkan Selenia menikmati masanya sebagai anak sekolah seutuhnya.

"Oh iya," Selenia teringat sesuatu. Selain berpamitan, tadi Adam juga memberitahu melalui pesan singkat kalau dia ada sesuatu untuknya yang dia titipkan ke Bibik. "Bik, tadi Mas Adam ada titip sesuatu buat aku nggak?"

"Aduh iya Bibik lupa. Sebentar ya Non, bibik ambil dulu," Bi Iyah berlari kecil ke kamarnya dan kembali lagi dengan membawa bingkisan manis bersampul pink. "Ini Non," dia menyerahkan bingkisan itu pada Selenia.

"Makasih ya Bik," Selenia tersenyum. Dia baru saja mau membuka kado tersebut saat ekor matanya melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya. Waduh! udah hampir terlambat! bisiknya.

Tanpa pikir panjang Selenia membawa kado itu ke kamarnya dan memutuskan untuk membukanya sepulang sekolah nanti saja.

"Aku berangkat dulu ya Bik, daaa... assalamualaikum!" pamit Selenia sekembalinya dari kamar seraya berlari keluar.

Bi Iyah yang sudah penasaran dengan isi kado tersebut dan sekaligus ingin melihat reaksi Selenia saat menerima surprise dari suaminya, hanya bisa bengong di tempat.

...🌺🌺🌺...

"Happy Birthday Sel...!!" Cia, sahabat Selenia dari jaman SMP menyambutnya dengan heboh sambil memberikan pelukan saat Selenia baru saja tiba di sekolah.

"Nih, special for you," Cia memberikan sebuah bingkisan pada Selenia.

Gracia Lula Palwinta (Cia)

[Kocak, rame, ceplas-ceplos, hobby nongkrong dan hobby makan]

"Waaah... thank you so much Ci," Selenia menerima dengan senang hati.

"Jangan di sini dong," tahan Cia saat Selenia bersiap hendak membuka kado tersebut. "Nanti aja di rumah," dia membimbing tangan Selenia supaya menyimpan kadonya ke dalam tas.

"Hmmm, oke deh," Selenia mengalah. "Ya udah ke kelas yuk!" ajaknya sembari merangkul pundak Cia.

Mereka berjalan beriringan menuju ke kelas. Ada beberapa anak yang juga memberikan ucapan ulang tahun saat berpapasan dengan Selenia.

Selenia memang bukan seorang siswi yang menonjol di sekolah. Baik di sisi akademis maupun non akademis. Jadi untuk soal pernikahan rahasia itu, tidak begitu mengusik kekhawatirannya. Tidak ada yang akan secara khusus memperhatikan hidup dan penampilannya selama berada di sekolah. Selenia tetaplah siswi biasa seperti anak-anak yang lain. Dia juga tidak mempunyai geng khusus. Hanya Cia satu-satunya teman dekatnya di sekolah.

Namun justru itulah yang kini menggelitik isi kepala Selenia. Sahabatnya itu sama sekali tidak tahu perihal pernikahan tersebut dan dia merasa harus memberitahunya. Tapi Selenia bingung bagaimana cara memberitahu anak itu. Cia itu orangnya spontan dan suka heboh banget. Apalagi untuk hal-hal yang dia pikir tidak masuk akal, seperti pernikahan mereka itu.

Kenapa Cia bisa sampai tidak tahu rahasia terbesar Selenia?

Karena pada saat acara itu dilangsungkan, Cia sedang berada di Bandung.

Cia juga sepertinya tidak menaruh curiga pada Selenia. Padahal dia tahu kalau Selenia sekarang tinggal di rumah yang berbeda. Cia memang sempat beberapa kali datang ke rumah baru Selenia dan bertemu dengan Adam, tapi dia sama sekali tidak pernah menyangka kalau cowok itu adalah suami Selenia. Dia selalu berpikir kalau sahabatnya itu hanya sedang dititipkan pada saudaranya karena Ayah Selenia sedang tidak di rumah. Parahnya lagi, Cia justru menggoda Selenia dengan mengatakan kalau cowok yang tinggal dengan Selenia itu pantas jadi bodyguard nya.

"Bodyguard lo ganteng. Gak banyak bacot lagi," celetuk Cia saat itu. Adam memang tidak pernah berbicara dengan Cia kalau anak itu datang ke rumah.

Selenia heran dengan kepolosan Cia. Apa iya Cia benar-benar tidak melihat keanehan yang sedang dia alami? Sampai kapan dia akan terus mengira kalau Adam itu bodyguard atau saudaranya?

"Cia, lo beneran nggak liat ada yang beda dari gue selama beberapa bulan ini?" tanya Selenia mengawali obrolan di kantin saat jam istirahat.

Cia menoleh dengan mulut penuh karena sedang mengunyah bakmi. Dahinya mengernyit.

"Ya udah lah, habisin dulu makanannya," Selenia menghela napas dan meneguk habis minumannya.

Cia yang merasa kepo dengan pertanyaan aneh Selenia itu langsung buru-buru menghabiskan bakminya yang tinggal beberapa suap.

"Udah," dia mengelap mulutnya dengan tisu. "Beda apa sih maksud lo Sel?"

"Ya, kenapa tiba-tiba gue pindah rumah misalnya?"

"Kan Ayah lo lagi sibuk di UK, harus stay di sana juga. Jadi nggak mungkin kan lo di rumah sendirian? Eh tapi sejak kapan sih lo jadi penakut Sel? Kan kalo lo takut di rumah sendiri, lo bisa undang gue buat nginep di rumah lo. Hehehe... tiap malam kita bisa curcol deh," Cia malah bergurau.

Selenia memutar bola matanya mendengar ocehan Cia. Ya ampun...! Sahabatnya ini benar-benar pholhooosss banget.

"Oh iya tapi jujur gue tu sebenernya penasaran banget lho sama cowok yang tinggal serumah sama lo. Itu saudara? Sepupu atau emang bodyguard lo sih? Soalnya dingin banget sikapnya. Kaya Es!" Cia mencibir. "Belum pernah deh sekaliii aja dia nyapa gue kalau gue maen ke sana. Atau dia nggak suka kalau gue dateng?" imbuhnya lagi membuat Selenia nyengir kuda.

Tubuh Selenia melunglai. Bingung sendiri antara sedih dan pengen ketawa melihat kepolosan sahabatnya. Tapi memang bukan salah Cia kalau dia berpikir seperti itu tentang Adam. Karena setiap Cia datang ke rumah, Adam selalu bersikap tak acuh. Itu semua dia lakukan untuk menjaga perasaan Selenia. Apalagi pernikahan ini bersifat rahasia. Dan Cia adalah orang yang saat itu tidak ada di ruangan saat mereka melangsungkan akad.

"Ci, gue mau kasih tau sesuatu ke lo, tapi jangan kaget ya," kata Selenia kemudian, dia menghela napas dalam-dalam sambil berpikir keras apa kalimat yang tepat untuk memberitahu Cia soal rahasia ini.

"Apa?" Cia semakin penasaran.

"Orang yang lo kira saudara gue lah, bodyguard atau apalah itu, dia itu sebenernya.... suami gue."

Mata Cia membelalak. Sebelum dia memekik, Selenia sudah lebih dulu membekap mulutnya.

"Diem," bisik Selenia seraya menghadiahkan pelototan tajam. "Gue udah bilang jangan kaget. So jangan histeris dan jangan lebay!"

Cia mengangguk-angguk dalam bekapan Selenia.

"Lo serius? Suami apa tunangan?" Cia masih belum mengerti.

"Bukan tunangan Cia, tapi nikah. Gue sama Mas Adam udah jadi suami istri," kata Selenia lirih sambil celingukan kalau-kalau ada yang iseng nguping pembicaraan mereka. Tapi untungnya tidak ada. Semua sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

"Kami sudah nikah siri."

Akhirnya di sisa waktu istirahat siang itu Selenia menceritakan semuanya pada Cia bagaimana pernikahan itu bisa terjadi. Cia masih berusaha mencerna apa yang baru saja di dengar dari mulut sahabatnya itu hari ini. Beberapa kali mencubit pipinya sendiri, mengira ini hanya mimpi.

Tapi kenyataannya, sahabatnya itu memang sudah menikah.

...🌹🌹🌹...

...To be continued 👋🏻...

3. SEDIKIT PERHATIAN

"Bagaimana Dam? Itu bagus lho untuk masa depan kamu," Pak Anton duduk di sofa ruangan Adam, baru saja menyerahkan berkas tawaran study ke Luar Negeri. Matanya memandang takjub ke sekeliling ruang kerja yang ditata dengan sangat apik.

Adam melirik atasannya itu sekilas dari balik lembaran-lembaran yang sedang dia baca. Tawaran sekolah arsitek di Frankfurt, Germany.

"Kenapa bapak menawarkan ini pada saya?"

"Karena menurut saya kamu memiliki potensi. Nggak ada salahnya kan kalau diasah di tempat yang tepat? Memangnya kenapa? Kamu keberatan?"

Adam menggeleng pelan. "Bukan begitu pak," dia merapihkan lembaran-lembaran tersebut dan meletakkannya diatas meja. "Tapi....." dia tidak melanjutkan kalimatnya. Sulit untuk mengambil keputusan itu sekarang.

Ada beberapa hal yang harus dia pertimbangkan supaya tidak salah melangkah. Salah satu alasan utamanya adalah Selenia. Kalau dia pergi ke Frankfurt, bagaimana dengannya? Dia tidak mungkin membawa serta Selenia kesana ataupun meninggalkan dia di sini. Ayah Selenia sudah mempercayakan putri semata wayangnya itu padanya kan?

Meskipun kondisi pernikahan mereka tidak seperti pasangan suami istri pada umumnya, tapi apapun itu, Selenia tetaplah seorang istri bagi Adam. Dia tidak mungkin membuat keputusan sepihak, tanpa berunding terlebih dahulu dengan Selenia.

"Tapi kenapa?" Pak Anton mengernyitkan dahi. "Bukannya dulu kamu tertarik dengan hal-hal semacam ini?"

Tidak ada yang berubah. Sampai sekarang pun Adam masih sangat tertarik dengan tawaran semacam itu. Hanya saja dia tidak mungkin mengatakan alasan yang sebenarnya pada Pak Anton. Atasannya itu tidak pernah tahu kalau dia sudah menikah. Orang-orang di kantor ini tidak ada yang tahu.

"Saya hanya belum bisa memutuskannya sekarang Pak. Boleh saya memikirkannya dulu?" jawab Adam kemudian.

Pak Anton menyunggingkan senyum. "Tidak perlu terburu-buru, Dam. Masih ada waktu sekitar.... ya maksimal 7 bulan lah untuk kamu memikirkannya matang-matang," beliau kemudian beranjak dari duduknya. Sebelum dia meninggalkan ruangan, dia menambahkan. "Saya harap kamu tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Karena seperti yang saya tahu, ada kesempatan yang hanya datang satu kali."

Sepeninggal Pak Anton, Adam kembali membuka berkas tersebut dan membacanya dengan seksama. Memang benar, tawaran ini adalah tawaran yang sangat bagus untuk masa depan karirnya.

Arrrgghh!!

Kenapa kesempatan sebagus ini tidak datang 5 bulan yang lalu saja? atau paling tidak satu tahun yang lalu? Pasti dia akan langsung menerima tanpa perlu berpikir panjang. Kenapa baru sekarang?

Adam dilanda dilema. Isi hati dan kepalanya saling berbenturan. Logikanya meminta Adam supaya pergi, sementara hatinya meminta untuk tetap tinggal.

Bagaimana kalau kesempatan itu tidak pernah datang lagi?

...🌺🌺🌺...

Selenia heran saat pulang sekolah dan mendapati mobil suaminya sudah ada di rumah. Tidak biasanya Adam pulang secepat ini. Jadi begitu keluar dari mobil, Selenia langsung menghambur ke dapur dan menemui Bi Iyah yang saat itu sedang membuat minuman teh herbal. Dari jarak jauh hidung Selenia sudah mencium teh beraroma khas jamu itu.

"Mas Adam sudah pulang ya bik?"

"Iya Non, baru aja naik ke atas. Kayaknya beliau sedang sakit. Soalnya tadi bibik lihat wajahnya pucat, terus bibik diminta untuk membuatkan ini."

Kening Selenia mengernyit. Mas Adam sakit? Sakit apa? Bukankah semalam dia terlihat baik-baik saja? Selenia tahu Adam itu hard worker. Jadi pasti dia tidak akan pulang secepat ini kalau hanya merasa sedikit tidak enak badan.

Mendadak muncul perasaan aneh dari dalam hati Selenia yang lain. Hati yang selama ini kosong karena tidak pernah merasakan hal itu. Khawatir dan peduli. Dia takut kalau seandainya Adam menderita penyakit serius yang selama ini tidak pernah dia ketahui. Dia kan selama ini memang masa bodoh banget sama segala hal yang berhubungan dengan suaminya.

Pun begitu Selenia tetaplah manusia biasa yang memiliki pikiran normal. Kadang, saat melihat Adam yang pulang malam dan terlihat capek, ada keinginan untuk menawarkan sesuatu. Minimal membuatkan minuman, tapi rasa itu terkalahkan oleh rasa malu dan canggung. Selenia ingin memberikan sedikit perhatian, tapi dia tidak tahu cara mengungkapkannya bagaimana.

"Bik, boleh aku aja yang antar ini ke kamar Mas Adam?" Selenia menunjuk teh herbal di tangan Bi Iyah. Meski hatinya tidak yakin, tapi hanya dengan cara ini dia bisa masuk ke kamar Adam dan memastikan keadaan suaminya.

Bi Iyah menatap heran lalu tersenyum ke arah Selenia. Dia sedang tidak bermimpi kan? Majikan perempuannya itu mau melayani suaminya?

"Oh, tentu saja boleh Non. Ini," Bi Iyah menyerahkan nampan itu ke Selenia.

Selenia menerimanya dengan hati-hati dan langsung membawanya ke atas.

Jantungnya berdegup cepat saat tiba di depan kamar Adam. Seperti biasa pintu itu selalu tertutup rapat.

Tok tok tok!

Selenia mengetuk pintu kamar Adam lirih.

"Masuk aja bik! nggak dikunci kok," sahut suara dari dalam.

Selenia memutar bola matanya. Enak aja dia manggil aku Bibik, gerutunya. Tapi memang nggak salah sih kalau Adam mengira yang mengetuk pintunya itu Bi Iyah. Karena kan selama ini yang sering melayani kebutuhan dia memang Bi Iyah.

Selenia membuka pintu dengan sikunya. Melihat siapa yang masuk ke dalam kamarnya, Adam terkejut dan buru-buru bangkit dari pembaringan. Dia masih mengenakan baju kerja. Mata Selenia melirik jas hitam yang biasa di pakai Adam ke kantor tergeletak begitu saja di tepi tempat tidur.

"Eh... S-Sel... Ma'af... tadi aku kira bibik," ucap Adam terbata.

Selenia tersenyum simpul. Ini pertama kalinya dia masuk ke kamar suaminya sejak mereka berdua pindah ke sini. Mata Selenia memindai ruangan itu dan setiap sudutnya. Rapi, bersih, wangi dan modern. Maklum lah, Adam kan seorang arsitek yang lumayan punya nama. Sebenarnya tidak hanya kamar Adam saja yang di rancang sedemikian apik. Semua yang ada di rumah ini mulai dari bentuk bangunan hingga tata ruang adalah rancangan pribadinya.

"Kok kamu udah pulang?" Adam duduk di tepi tempat tidurnya.

Benar apa yang dibilang Bi Iyah. Wajah Adam pucat banget.

"Aku memang selalu pulang jam segini kok," jawab Selenia datar. "Mas Adam sendiri kenapa pulang cepet?"

"Iya. Aku... sedikit nggak enak badan jadi... pulang lebih awal," jawab Adam sambil memijat keningnya.

Selenia meletakkan teh herbal ke atas nakas di samping tempat tidur Adam. Matanya melirik ke arah lembaran yang ada di tepi nakas tersebut dan membacanya sekilas.

Tawaran study di Frankfurt?

"Makasih ya tehnya."

"Tadi bibik kok yang bikin."

Adam menyunggingkan senyum. "Terimakasih sudah mau mengantar ke sini."

Selenia mengangguk. "Ya udah kalau gitu aku keluar dulu ya mas. Semoga cepat sembuh," Selenia berbalik namun lengannya ditahan oleh Adam.

"Sel..." Adam berniat untuk menceritakan tentang tawaran Pak Anton--dia ingin meminta pendapat. Itulah yang hari ini telah membuat pikirannya kacau. Tawaran bagus itu membuatnya pusing karena dia juga harus memikirkan banyak sekali konsekuensi jika ingin menerimanya. Namun saat melihat wajah kuyu Selenia, dia memilih untuk mengurungkan niatnya. Tidak tega rasanya membuat Selenia harus ikut memikirkan hal ini.

"Ada apa?" tanya Selenia penasaran karena Adam tak kunjung melanjutkan kalimatnya.

"Nggak pa-pa," Adam melepaskan lengan Selenia. "Ya udah kamu istirahat aja dulu."

Tubuh Adam panas. Selenia bisa merasakan dari tangan yang baru saja mengenggam lengannya. Suaminya itu benar-benar sedang sakit. Tapi Selenia terlalu canggung untuk memberikan perhatian lebih. Jadi dia memilih untuk segera keluar dari kamar itu meskipun sebenarnya dia sangat khawatir dengan keadaan suaminya.

...🌹🌹🌹...

...To be continued 👋🏻...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!