NovelToon NovelToon

Suami Kejamku

Prolog

Arlinda Saraswati, seorang gadis cantik berumur 22 tahun, bekerja sebagai detektif kepolisian yang handal dan sangat akrab dengan berbagai macam senjata, tiba-tiba di culik oleh seorang miliarder ketika ia sedang menjalankan tugasnya, karena sebuah kesalahan di masa lalu yang tidak ia ketahui ia harus rela menebus semua kesalahan tersebut.

Walaupun ia seorang detektif, ia juga manusia, apalagi perempuan, yang selalu di cap lemah oleh para lelaki. Arlinda memang berhati lembut, tapi jika sudah berhadapan dengan musuhnya ia akan menjadi sangat ganas.

Ia hanya hidup bersama dengan kakaknya, Ariel. Sang kakak adalah pebisnis yang bisa di bilang sukses pada masanya. Ia mempunyai kekasih yang bernama Ayudia, dia sangat cantik, dia masih duduk di bangku kuliah, namun sang kekasih harus pergi selamanya hanya karena sebuah kesalahpahaman.

Dari kecil, Arlinda selalu di asuh oleh kakek dan neneknya. Melihat kakeknya yang dulu mempunyai jabatan jendral angkatan laut membuatnya salut dan ingin menjadi seperti kakeknya. Setiap pulang kerja, Arlinda selalu mengikuti kakeknya hingga ia dapat memakai topi sang kakek dan berkata.....

" Kakek, kalo Linda udh besar, Linda ingin menjadi seperti kakek. " Arlinda mengatakan hal tersebut dengan senyum yang merekah serta topi sang kakek yang berada di atas kepalanya. Mendengar hal tersebut, sang kakek hanya mengangguk serta tersenyum sambil membelai rambut Arlinda.

Pada saat Arlinda berumur 19 tahun, sang kakek meninggalkannya. Setiap harinya hanya di isi dengan tangisan, ia merasa kehilangan seseorang yang begitu berarti baginya. Hingga berhari-hari usai pemakaman sang kakek, Arlinda kembali tenang dan punya tekad untuk mewujudkan kata-katanya semasa kecil. Ia ingin menjadi seperti kakeknya.

Pada saat ia ingin menggali lebih dalam tentang ilmu tersebut, sang ayah melarangnya hingga terjadi pertengkaran hebat yang membuat maut merenggut paksa nyawa kedua orang tuanya. Arlinda yang mendengar hal tersebut merasa sangat terpukul. Tak hanya Arlinda, Ariel pun merasakan hal yang sama. Mereka mengurung diri hingga berbulan-bulan dalam rumah yang tak terawat. Mereka sekarang nampak seperti seorang gelandangan.

Hingga seorang letnan membuka paksa pintu rumah mereka. Dan terlihatlah mereka yang seperti gelandangan sedang tidur di atas sofa yang tak layak pakai. Ketika menjumpai Arlinda beserta Ariel, ia teringat satu kejadian yang membuatnya dapat berada di tempat ini.

Sang kakek pernah menyelamatkan anak dari letnan tersebut dalam kebakaran dan sebagai gantinya sang letnan meminta cucu dari temannya tersebut untuk mengabdi pada mereka sebagai detektif. Sang kakek memang setuju atas dasar Arlinda yang selalu mengikutinya ketika pulang kerja dan selalu ingin menjadi seperti dirinya.

Letnan membawa kedua anak manusia tersebut beserta barang mereka ke rumahnya. Di sinilah perjalanan Arlinda di mulai. Ia memulainya dengan menjalani sekolah khusus selama setahun. Dan tepat di umur yang ke 20, Arlinda di lantik menjadi detektif.

Ariel kembali bangkit bersamaan dengan di mulainya sekolah sang adik ketika mendengar bahwa ada perusahaan yang bersedia untuk bekerja sama dengannya. Ariel kembali membangun bisnisnya yang hancur kembali menjadi semula. Setahun setelahnya, ia berhasil menjadi salah satu pebisnis muda yang sukses pada jamannya. Tentunya ada para saingan yang siap menyaingi Ariel.

Dua tahun kemudian, mereka hidup dengan tenang di bawah atap rumah hasil kerja keras mereka. Arlinda tetap bermain kejar-kejaran atau pun balap mobil dengan musuhnya dan Ariel masih terus berdiri dengan perusahaannya.

Di jalan, ketika Arlinda mengejar musuhnya menggunakan mobil, tiba-tiba ia di hentikan oleh sekelompok laki-laki. Mereka membawa paksa Arlinda yang terus memberontak hingga salah satu dari mereka menancapkan jarum suntik yang berisi obat bius ke lengan Arlinda. Seketika Arlinda lemas dan beberapa saat kemudian ia jatuh pingsan.

Ia terbangun setelah berjam-jam pingsan dalam keadaan tubuhnya terikat dengan kursi juga satu lampu yang berada di atasnya. Perlahan ia membuka matanya, samar ia melihat lelaki berjas yang sepertinya tidak asing bagi matanya. Ya, dia mengenal orang tersebut, dia adalah sahabat kakaknya, Rendy. Ia bingung kenapa Rendy menculiknya. Kesadarannya masih belum terkumpul, tapi ia sudah bisa memastikan kalau yang di lihatnya adalah sahabat dari kakakanya, Rendy.

" Lepaskan aku!!!! " Hanya kata itu yang terus di ucapkan Arlinda, walaupun ia sudah yakin kalau yang di depan matanya adalah Rendy, tapi kenapa ia masih takut untuk menyebut nama tersebut.

" Diam kau gadis bodoh!!! " Bentak Rendy sambil mengangkat dahu Arlinda dengan cengkraman yang kuat

" K-kak Rendy? Kak, lepaskan aku kak... " Kata Arlinda dengan air mata yang bercucuran sangat deras

" Diam dan hentikan tangisanmu, atau kau akan mati sekarang juga!!! " Ancaman Rendy langsung membuat Arlinda menunduk dan menghentikan tangisannya

" Panggil aku tuan, atau aku akan menarik pelatuknya di kepalamu. " Sambungnya yang mengeluarkan pistol lalu mengarahkan pistol tersebut ke kepalanya

" B-baik tuan.. " Arlinda tetap menangis mengingat Kak Rendy yang dia kenal hari itu sangat berbeda dengan yang sekarang

" Tidurlah untuk malam ini, besok kau akan di rias dan menikah denganku. " Katanya dengan santai lalu kembali memasukkan pistol ke dalam sakunya

" Huhhh... " Arlinda hanya bisa menghembuskan nafas atau nyawanya akan berakhir ketika dia mengucapkan satu kata

" Dan ya, aku tidak mau melihat tangisanmu besok dan jangan tunjukkan kesedihanmu di depan penghulu. " Sambungnya yang lalu pergi meninggalkan Arlinda sendiri di sana

Seketika pengawal masuk dan melepaskan ikatan tersebut. Menuntun Arlinda ke ranjangnya dengan sedikit peringatan.

" Nona aku mohon, jangan keras kepala, turuti saja tuan muda, atau nanti akan ada akibatnya. " Setelah mengatakan hal tersebut, dia pergi dan mengunci pintu tersebut. Arlinda hanya bisa merenungkan nasibnya saat ini. Ia hanya punya pistol dengan beberapa peluru di dalamnya.

Di sisi lain, Ariel begitu khawatir dengan keadaan adiknya yang masih belum pulang. Ia tahu kalau Arlinda akan pergi mengejar musuh lewat jalan yang biasa mereka tuju ketika hendak pulang ke rumah. Dan kebetulan di sana ada satu cctv yang memperlihatkan suruhan Rendy membawa paksa Arlinda masuk ke dalam mobil.

" Rupanya kau belum sadar juga ya, itu hanya sebuah kesalahpahaman Ren, dan aku sudah bertanggung jawab atas segalanya, lebih baik kau siksa aku, bunuh aku sekalian, daripada aku harus melihat suruhanmu membawa adik kesayanganku ke lubang nerakamu. " Kata Ariel ketika melihat rekaman cctv tersebut, lama kelamaan air mata Ariel turun dengan deras.

Ini baru prolog lho, gimana, penasaran kan, tunggu aja kelanjutan dari kisah Linda dan Rendy. Author kira kira update setiap 3 sampek 5 hari, jadi mohon bersabar yaaa, jangan lupa like, komen, dan votenya juga yaaa, see you^^

Pernikahan

Keesokan harinya, Arlinda tetap di rias menggunakan kebaya putih meskipun air matanya tetap bercucuran. Rendy pun begitu, ia memakai setelan jas berwarna putih, senada dengan apa yang di pakai Arlinda.

" Non, saya mohon jangan nangis ya, tuan muda menyuruh kami untuk merias nona secepat mungkin atau kami akan kehilangan pekerjaan kami. " Kata salah satu perias dengan wajah yang memelas

" Apa? B-baiklah, aku tidak akan menangis lagi. " Arlinda sempat kaget dengan pernyataan yang dilontarkan perias tersebut. Ia pun mengehentikan tangisnya secara paksa

Di sisi lain, Ariel sudah mendatangi tempat kediaman Rendy, tapi di sana dia tidak menemukan apapun. Hingga dia ingat, kalau dia pernah menjemput kekasihnya di villa terpencil. Ya hanya di situ harapan untuk menemukan sang adik berkobar lagi.

Dia tau kalau di sana memakai sistem kode, maka dari itu ia memanggil temannya yang bernama Alvin. Alvin seorang mahasiswa jurusan komputer, yang diam-diam mempunyai keahlian sebagai hacker.

Drrrtttt, drrrttttt, drrrtttt.... Deringan tersebut terus berbunyi hingga Alvin mengangkatnya

" Halo, ada apa Riel? "

" Emmm, bantu aku Vin, kau bisa membobol kode villa kan? "

" Sepertinya bisa Riel, emangnya ada apa sih? "

" Sudahlah, nanti akan aku ceritakan kalau kau sudah tiba di alamat yang nanti akan ku berikan padamu, ingat, kau jangan masuk di villa besar itu, kau harus bersembunyi dan berlagaklah seperti penghuni daerah situ. Jangan lupa bawa alat untuk membobol kodenya. "

" Emm, ok Riel, aku akan tiba secepatnya. "

Ariel pun langsung mengirimkan alamat villa tersebut ke Alvin, tak lupa ia juga berangkat ke sana.

" Linda, tenanglah, kakak akan menjemputmu secepatnya. " Kata itu yang terus di ucapkan Ariel di sela-sela perjalanannya

Lepas dari Ariel yang mengejar waktu menggunakan mobil sportnya, Alfin pun sudah menyiapkan beberapa alat untuk membobol kode villa tersebut, kini ia sudah bertengger di balkon salah satu rumah yang tak jauh dari villa tersebut.

Para mempelai, baik wanita maupun pria sudah siap. Mereka sudah duduk di depan penghulu, Arlinda yang memikirkan nasibnya sekarang hanya bisa menyembunyikan kesedihan dalam hatinya.

"Apakah kedua mempelai siap? " Tanya pak penghulu

" Kami siap pak. " Jawab Rendy

" Mempelai wanita, apakah anda siap? Dan kenapa anda bersedih? Saya tidak ingin kalau ini di atas paksaan. " Arlinda yang mendengarkan ucapan pak penghulu langsung ia jawab dengan berbagai alasan setelah Rendy menatapnya dengan tajam

" Saya siap pak, saya sedih karena kakak saya tidak bisa hadir saat ini. " Di samping itu, Arlinda mengatakannya dengan smirk yang biasa ia tunjukkan ketika berhasil memojokkan sang musuh

Tenang kak, adikmu ini penembak yang handal, dalam waktu seminggu aku akan pergi dari neraka ini.

Ijab kabul pun di mulai. di sisi lain Ariel sudah tiba di tempat tersebut, kemudian ia menghampiri Alvin yang bertengger di balkon rumah orang dengan alat-alanya.

" Gimana Vin? Butuh berapa lama untukmu membuka pintu tersebut? " Kata Ariel dengan tergesa-gesa

" Sebentar, aku butuh 5 menit lagi. " Kata Alvin yang masih fokus dengan layar komputernya

Di saat mereka baru saja sah menjadi suami istri dalam agama, Ariel masuk ketika Alvin menandakan kalau dia sudah berhasil membobol kode tersebut, di dobraklah pintu tersebut dengan keras oleh Ariel.

Semua mata tertuju pada Ariel yang membuka paksa pintu tersebut. Ariel langsung menarik tangan Arlinda dan seketika Arlinda langsung mengeluarkan pistolnya dari balik kebaya putih tersebut. Arlinda langsung menodongkan pistol tersebut ke arah kerumunanan.

" Wow, ada apa ini? Ariel? Itukah kau? " Suara tersebut berasal dari Rendy yang tertawa sekaligus tepuk tangan atas kelaluan kakak beradik tersebut.

" Kenapa kau ke sini? Aku tidak mau kau membawa istriku. " Kata Rendy dengan percaya diri.

" Kak, kakak mundur atau aku yang akan menarik pelatuknya... " Kata Arlinda dengan sedikit ketakutan melihat Rendy masih percaya diri begitu kakaknya tiba di TKP.

" Dek, ketika dia mendekat, langsung kau lempar pistol ke belakang dan pergilah, biarkan kakak menghadapi para iblis ini. " Bisik Ariel yang bersembunyi di balik tubuh mungil Arlinda.

" Baik kak. " Kata Arlinda sambil menganggukkan kepala. Perlahan Rendy mulai mendekati Arlinda, sementara di luar sana, Alvin sudah siap dengan mobilnya untuk membawa Arlinda pulang setelah Ariel memberitahunya tadi.

" Sekarang!!! " Perintah Ariel yang kemudian di lempar lah pistol tersebut ke belakang dan bersamaan dengan Ariel yang membalik posisi mereka. Arlinda menangkap pistol tersebut dan langsung lari menuju mobil yang di kemudi oleh Alvin.

" Seperti biasanya, kau ahli dalam bidang ini Linda. " Kata Alvin yang langsung menancap gas setelah Arlinda masuk dan menutup pintu mobilnya.

" Aku tahu, di depan sana akan ada penjaga. kau bawa pistol kesayangankukan? " Kata Arlinda yang melepas roknya lalu menurunkan celananya.

" Ya ada di belakang sana, pelurunya ada di depanmu. " Setelah membuka atap mobil, ia menunjuk dasbor di depan Arlinda.

" Kau memang tau apa yang selalu ku inginkan. " Arlinda mencubit gemas pipi sahabat kecilnya itu hingga ia menjerit kesakitan.

" Lin, lepaskan!! " Jeritan Alvin yang langsung membuat Arlinda melepaskan cubitan tersebut.

" Oke, ayo kita mulai Vin. " Suara tersebut di barengi dengan langkah Arlinda yang membawa peluru ke arah senjatanya berada. Ia mengisi senjata tersebut dengan penuh. Ia mengeluarkan kepalanya lewat atap mobil Alvin.

" Vin pelankan lajumu. " Perintah Arlinda yang kemudian di turuti Alvin. Perlahan tapi pasti Alvin mulai membelokkan mobilnya perlahan kemudian ia tekan rem yang ada di bawah sana dengan kakinya. Mobil tersebut telah di kepung oleh segerombol laki-laki.

" Sekarang Lin!!! " Arlinda muncul dengan dua pistol di tangannya. Dengan cepat namun tepat sasaran ia menembakkannya ke arah gerombolan tersebut. Memang tidak ada yang tertembak, namun Arlinda hanya ingin membuat mereka takut dan tiarap lalu memberi jalan untuk mereka.

" Nyalakan mobilmu, kita akan pergi dari sini. " Kata Arlinda. Ia masih tetap pada posisinya. Para lelaki tersebut yang semula ingin bangkit, tiba-tiba tiarap lagi ketika Arlinda menembakkan tembakannya ke sembarang arah.

" Bye, para iblis. " Kata Arlinda yang kemudian kembali ke kursinya semula setelah menutup pintu atap mobil tersebut.

" Huhhh, Cepat Vin, bawa aku ke rumahmu saja. " Kata Arlinda yang hanya di sahut anggukan oleh Alvin.

" Aku mohon, jangan laporkan ini pada siapapun, cukup bilang kalau aku sakit pada orang di kepolisian. " Kata Arlinda setelah melepas kebaya yang ia benci itu. Lagi-lagi Alvin hanya mengangguk.

Sementara, Rendy dan Ariel hanya berdua di ruang tersebut. Pak penghulu pergi setelah menerima uang dari Rendy. Setelah lama mereka bertatap muka, akhirnya Rendy memulai topik pembicaraan tersebut.

" Beraninya kau membawa istri ku?!!! " Kata Rendy sambil menggebrak meja.

" Dia adikku bukan istrimu. " Kata Ariel sambil menekan setiap kata yang ia ucapkan.

" Kami sudah sah bodoh! " Kata Rendy yang masih di liputi dengan amarah mengingat kematian adiknya.

Ulang Tahun

Mereka terus bertengkar hingga pengawal Rendy membuat Ariel pulang dengan wajah yang penuh luka. Ia pulang ke rumah Alvin, tempat di mana adiknya berada sekarang.

Tok, tok, tok, suara ketukan membuat Arlinda yang semula fokus memasukkan peluru ke semua senjatanya jadi teralihkan, ia sudah memprediksi bahwa itu adalah kakaknya.

" Kak, kakak kenapa? " Tanya detektif muda itu dengan panik melihat keadaan kakaknya.

" Kakak gapapa kok, kamu sementara di sini dulu ya. " Ariel membalasnya dengan tenang dan senyuman yang tulus.

" Iya kak, ayo masuk, Linda obatin lukanya. " Ia tak tega melihat kakaknya babak belur tapi masih bisa tersenyum, ia langsung membawa Ariel masuk dan mengobati luka tersebut dengan cepat.

" Eh Ariel, lo kenapa? Kok gitu muka lo? " Tanya Alvin yang masih memakai handuk di pinggangnya.

" Udah tau, orang habis di keroyok juga. " Jawab Arlinda yang masih menatap layar handphone nya.

" Sorry Lin, aku ganti dulu, makan malam udah siap, kalian makan dulu aja ya. " Kata Alvin yang langsung meninggalkan mereka.

Mereka semua makan malam dengan tenang, meskipun bahaya menanti mereka di luar sana. Arlinda dilarang keluar dari rumah tersebut oleh kakaknya. Ariel sendiri membuat surat ijin untuk Arlinda dengan alasan liburan ke luar negeri selama hampir 2 minggu yang nanti nya akan di serahkan ke kepolisian tersebut. Arlinda juga tidak ingin ada tangan hukum di dalam masalahnya. Hanya dengan pistol, ia dapat menghindari iblis tersebut.

Setelah makan malam selesai, mereka semua pun tidur. Keesokan harinya, Linda sendirian si rumah tersebut, kakaknya masih harus bekerja, Alvin pun masih harus kuliah. Mungkin Arlinda akan menikmati liburan yang di katakan oleh kakaknya itu di sini. Rumah Alvin mempunya lantai 2 yang berisikan 4 kamar dengan masing-masing kamar mandi, 1 perpustakaan, juga 1 tempat untuk gym. Di belakang rumah tersebut, terdapat kolam renang dan di samping rumah ada taman yang dulunya tempat mereka main jika Arlinda pergi ke rumah Alvin.

Di lantai bawah hanya ada 3 kamar juga dengan kamar mandi masing-masing. Khusus untuk kamar Alvin, ada ruang tersembunyi di balik lemarinya, ruang tersebut di gunakan Alvin ketika ingin bermain dengan seseorang, maksudku perang komputer. Ia adalah salah satu hacker yang terkenal dengan kemampuannya. Dengan fasilitas yang memadai ia bisa jadi hacker terkenal.

Kini Arlinda sendirian di rumah besar tersebut. Ia sudah membuat rencana untuk dua minggu ke depan. Hari ini menurut rencananya, ia akan beradu dengan dapur , tepatnya dia akan membuat kue ulang tahunnya sendiri. Sekarang hari ulang tahunnya, ia tidak akan lupa dengan hari tersebut. Ariel dan Alvin pun sudah menyiapkan hadiah sebelum mereka berangkat. Karena Arlinda belum bangun, jadi mereka menulis surat yang isinya tempat hadiah untuk Arlinda. Alvin menuliskan di surat tersebut bahwa hadiah untuk Arlinda adalah pistol yang selama ini ia impikan. Alvin juga sudah mengisinya dengan peluru. Setelah mengetahui keberadaan bendanya, ia langsung berlari kembali ke kamarnya untuk pistolnya itu.

" Makasih Vin, kamu memang tau apa yang ku butuhkan untuk saat ini. " Dia memeluk hadiah tersebut dengan erat.

Di saat Arlinda masih memeluk hadiahnya, terdengar suara ketukan dari luar. Ia langsung memasukkan kembali hadiahnya ke dalam tempat semula. Kemudian ia turun menuju ke tempat suara tersebut berada. Dan...

" Arlinda Saraswati, adik seorang bajingan yang bernama Ariel. Hai istriku, aku kembali untuk menjemputmu, ayo pulang ke rumahmu yang sebenarnya. " Rendy yang mengucapkan kata-kata tersebut dengan lembut justru membuat Arlinda tersungkur ke belakang dengan ekspresi wajah yang penuh dengan kepanikan.

" Kak Rendy? Kak aku bukan istri kakak, kakak salah, hikss. " Tak lama, Arlinda pun menangis saat menekankan semua apa yang dia ucapkan.

" Kau istriku bodoh! Dan kau lupa, panggil aku tuan! Aku bukan kak Rendy yang dulu kau kenal! Aku berubah sejak kakak bajinganmu itu membuat adikku tewas! " Rendy mengangkat dan mencengkram dagu Arlinda hingga menampakkan wajahnya yang sudah basah akibat air matanya.

" Bawa dia, seret kalau perlu, bawa dia ke markas sekarang! " Perintah itu pun langsung dilaksanakan oleh pengawalnya. Arlinda di seret hingga lututnya terluka, ia tak mau berdiri, bukan tak mau tapi tak sanggup untuk berdiri.

" Kakak, hikss, kak tolong aku, hikss. " Teriakan tersebut tak akan terdengar oleh siapapun. Rumah Alvin jauh dari kerumunan.

" Percuma kau berteriak, sampai kapanpun tak akan ada orang yang mendengarmu bodoh! " Tawa jahatnya pun mulai keluar.

" Ikat dia! Jangan sampai dia kabur, aku akan sampai di sana dalam 5 menit. " Pengawal beserta Arlinda yang sudah di ikat kuat langsung di bawa ke mobil menuju markas.

Sementara, Rendy masih harus ke rumahnya mengambil sesuatu. Ia berniat untuk benar-benar menyiksa Arlinda. Ia membawa sebuah pistol yang biasa digunakan oleh pihak berwajib saat bertugas, tentunya dengan cara ilegal. Kemudian dia kembali menuju markasnya.

Di sana, di tempat yang sama, di kursi yang sama, Arlinda di ikat. Juga dia di suntikkan obat bius sewaktu di mobil. Ia memberontak hingga suruhan Rendy kewalahan menghadapinya, dan hanya ada satu cara agar mereka sampai di markas sebelum Rendy, ya membuat Arlinda tak sadar.

" Hai sayang, aku kembali. Kangen yaa? " Rendy membelai lembut pipi gadisnya. Apa? Gadisnya? Ya mereka memang sah dalam agama. Rendy tidak mau terikat sepenuhnya dengan Arlinda. Setelah puas menyiksa Arlinda, ia akan melepaskannya begitu saja.

" Enghh, ka-kakak, aku di mana? " Lenguhan yang di dengar Rendy langsung membuatnya menyunggingkan bibirnya.

" Ini altar pernikahan kita sayang, kau tidak ingat? " Goda Rendy yang dengan sengaja ingin membuat emosi Arlinda berkobar.

" Kak, aku bukan istrimu! Lepaskan aku kak! " Arlinda mulai memberontak sesuai ekspektasi Rendy, ya ini lah yang di inginkan Rendy. Melihat adik bajingan tersebut tersiksa, sama seperti adik kesayangannya.

" Aku juga tidak ingin menjadi suamimu bodoh! Apalagi menyentuhmu, jangan harap kau bisa mendapatkan perlakuan yang sama seperti istri lainnya! " Peringatan yang di berikan Rendy berhasil membuat Arlinda meluncurkan beberapa tetes air mata.

"Sekarang dengarkan aku, aku tahu ini hari ulang tahunmu, aku punya hadiah spesial untukmu, " Mengalihkan topik, ia kini tengah berkutat di tembok kosong yang tertutup kain hitam di hadapan Linda, mempersiapkan semuanya dengan matang hingga akhirnya ia keluar dari ruangan sempit itu dan menarik sebuah tali di pojokan ke bawah hingga kain hitam besar itu pun ikut tertarik ke atas menampilkan tiga buah target untuk menembak tertata rapi di tembok dengan paku di setiap sisinya.

"Nah, sudah siap, ini hadiahmu nona Arlinda yang terhormat, ini pistolnya, kalau kau tidak mau ya sudah, kakakmu akan tertembak besok hingga ia tidak akan bisa bangun dari tidurnya, " Setelah meletakkan pistol di paha Linda, ia berkata sembari memutar Linda yang masih ketar-ketir memikirkan apa yang pria gila ini katakan baru saja kepadanya, "pilihan ada ditanganmu nona. " Sambungnya dengan berbisik di telinga sang hawa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!