NovelToon NovelToon

TAWURAN

1

Mereka sampai di sebuah tempat.

"Mana base campnya?" tanya Gita.

"Ya ini!" jawab Gio.

"Ini base camp?!" pekik Gita.

Gio dan Sean saling menoleh. "Emangnya kenapa?" tanya Gio.

"Ini nggak layak disebut base camp! Ini terlalu bagus, Gila!" omel Gita.

"Emangnya ada peraturan base camp nggak boleh bagus?" tanya Gio.

"Coba lo mikir, base camp sebuah apartemen?! Lo ngerti konsep base camp nggak sih?!" omel Gita lagi.

"Udahlah, Git!" Jenna menengahinya.

Di sana mereka menghabiskan banyak waktu.

Gita memerhatikan Sean yang sedang bermain gitar sambil membelakangi gadis itu. Tiba-tiba Sean menoleh padanya. Gita tak mengalihkan pandangan pada pria itu.

"Kenapa?" tanya Sean yang tak nyaman akan tatapan tersebut.

"Lo bisa main gitar dari kapan?" tanya Gita.

"Gue diajarin Gio," jawab Sean. "Lo bisa main gitar?" tanyanya.

"Nggak," jawab Gita.

Sean mengangguk dan kembali memetik senar gitar dengan piawai. Ia juga menyanyikan sebuah lagu yang Gita sukai.

"Awas, nanti jatuh cinta. Cinta kepada diriku, jangan-jangan 'ku jodohmu. Kamu terlalu membenci, membenci diriku ini. Awas nanti jatuh cinta padaku," senandung Gita mengikuti lagu yang Sean nyanyikan.

Tiba-tiba Sean berimprovisasi, "Awas nanti jatuh cinta sama gue, Git," ucapnya sambil terus asyik pada musiknya.

Gita terdiam mendengar kalimat yang sempat Sean ucapkan di tengah lagu tersebut. Hingga akhirnya ia mengganti lagunya.

"Kunikmati kebahagiaan ini. Tak mengapa tak ada dirimu. Ada teman-teman yang menemani, aku sudah tak bodoh lagi." Sean menggenjreng gitarnya semakin penuh energi.

Gita juga ikut menikmatinya.

"Seperti waktu, kau membuli aku. Sampai 'ku trauma. Tapi akhirnya kupindah sekolah," ucap Sean mengubah lirik dari lagu tersebut.

Gita memutar tubuhnya dan melihat Sean yang sedang bernyanyi dari arah belakang pria itu.

"Ku memang masih lugu, hanya tau kamu. Dan tak berpikir bisa dibuli yang lain. Kini 'ku tau kamu, 'ku tau aslimu. Sorry-sorry ku pernah membenci kamu," lanjut Sean menyanyikan bagian reffnya.

"Lo ngapain sih?!" omel Gita dan membuat pria itu berhenti memainkan gitar dan nyanyiannya.

"Kenapa?!" balas Sean.

"Biar apa lo nyanyi kayak gitu?!" omel Gita lagi.

"Ya serah gue lah! Mulut-mulut gue! Gue yang main gitar!" balas Sean sambil terkekeh.

Gita merampas gitar yang Sean pegang dan mulai memainkannya.

***

Keesokan siangnya.

"Bantuin gue, Giiiiittt!" jerit Jenna sambil memilah-milah baju yang akan ia kenakan malam ini.

Gio yang mengajaknya untuk datang ke rumah, membuat anak indekos Bu Rika itu kewalahan untuk menyetarakan gaya keluarga Gio miliki.

"Yang merah aja bagus!" ucap Gita.

"Emangnya nggak keliatan gendut ya? Ini 'kan press banget di badan gue!" ucap Jenna.

"Ya udah terserah lo aja, Jen!" bentak Gita.

"Jangan terserah gue dong! Lo 'kan bestie gue! Bantuinlah!" teriak Jenna.

"Ya lo cuma milih ginian aja ribet!" teriak Gita.

"Kan gue bingung!" Jenna ikut berteriak.

"Mending lo putusin aja deh si Gio! Biar hidup lo normal!" omel Gita.

Dengan cepat Jenna menjawab, "Nggak!"

"Biar lo waras kayak dulu!" teriak Gita.

"Gio itu pacar pertama gue! Dia yang berani mengutarakan perasaannya ke gue! Dia yang gue sayangi, gue cintai, gue banggakan! Nggak mungkin gue putusin dia!" bentak Jenna.

"Lo denger gue ya, Jen! Yang namanya pacaran itu, pasti akan berakhir! Ending dari pacaran itu cuma dua, menikah atau putus? Lo yakin bakal nikah sama dia?!" balas Gita.

"Lo mikirnya terlalu jauh, Git!" bantah Jenna.

"Ya, justru lo harus mikirnya ke jauh! Biar lo tau arah tujuan lo itu ke mana!" balas Gita lagi.

"Apaan sih, Git! Gue cuma minta bantuin pilih baju doang, malah bahas ke mana-mana!" ucap Jenna.

"Ya terserah lo aja, kenapa sih?!" omel Gita dan berbaring di kasurnya.

***

Gita selalu dilibatkan dalam kasus kisah percintaan Jenna dan Gio. Semenjak mendapat pekerjaan sebagai obat nyamuk Jenna dan Gio, Gita semakin dekat dengan Sean.

"Sebenarnya Jenna itu suka atau nggak sama Gio?" tanya Sean.

"Ya, menurut lo?" balas Gita.

"Menurut gue, dia suka. Cuma lagi berusaha nutupin perasaannya aja," jawab Sean.

"Nah itu lo tahu," balas Gita lagi.

"Oowww," ucap Sean mengangguk. "Kalo lo?" tanyanya.

"Hah?! Maksudnya?" Gita balik bertanya karena tak mengerti akan apa yang Sean maksud.

"Kalo lo suka sama siapa?" tanya Sean. "Ada cowok yang lo sukakah? Atau masih suka sama guekah?" lanjutnya.

Gita menoleh pada pria itu. "Ada sih, cowok yang gue suka. Tapi kayaknya nggak mungkin gue dapetin dia. Jangankan buat jadi pacarnya, jadi temen aja, rasanya kayak nggak mungkin banget," jawab Gita.

"Siapa?" tanya Sean begitu bersemangat.

"Kepo amat!" bentak Gita.

"Inisialnya aja deh, Git! Siapa?" tanya Sean lagi.

"Abang S," ucap Gita.

S? Sean? Gue? Maksud lo, gue? Lo masih suka sama gue, Git? (jerit Sean dalam hatinya).

"Abang S," ucap Sean menirukan kalimat Gita. "Ciri-cirinya coba!" paksa Sean lagi.

"Lo mau ngapain sih? Lo mau nyari dia? Nggak bakalan ketemu!" Bantah Gita.

Iyalah! Orang yang dicari itu gue! Mana bisa ketemu! (ucap Sean dalam hati).

"Ciri-cirinya, Git!" Sean terus memaksa.

"Dia ganteng, kulitnya putih, dia keren," jawab Gita.

"Selain yang kayak gitu! Tanggal lahirnya kek, apa kek gitu!" omel Sean.

"Nggak tahu!" balas Gita. "Masih lama nggak sih ini?" tanyanya karena lelah menunggu.

Apa gue nembak Gita sekarang ya? Tapi, jangan-jangan Abang S itu bukan gue. Bisa aja 'kan Septian atau Surya atau siapa gitu! (Sean menggerutu di dalam hati).

"Udah sejak kapan lo suka sama Abang S?" tanya Sean.

"Udah dari kecil! Lo kenapa sih bahas Abang S Mulu? Mending lo teleponin Gio, sekarang! Kita udah nunggu hampir satu jam di sini, Sen!" omel Gita.

Bilang aja kalo lo betah berduaan sama gue, Git! (Sean semakin menjadi).

***

Melihat kedekatan Gita dan Sean, membuat Jodi naik pitam. Timbul rasa benci pada sosok pria itu. Jodi dan Gita kembali terlibat perkelahian antar sekolah. Namun, Jodi menarik Gita menjauh dari pertikaian tersebut.

"Mau ngapain lagi sih, Jod?! Lo belum puas udah bikin Sean masuk rumah sakit?!" bentak Gita.

"Dia yang mau masuk rumah sakit," balas Jodi.

"Iya, terus lo mau apa lagi?!" bentak Gita.

"Gue mau lo jauhin Sean!" tegas Jodi.

"Hah?!" Gita mengernyitkan dahi. "Kenapa? Kenapa gue harus nurutin lo?! Emangnya Sean punya masalah sama gue?!" lanjutnya.

"Gue suka sama lo!" tegas Jodi lagi.

"Hah?! Lo gila atau gimana sih, Jod? Gue tau siapa lo!" bantah Gita.

"Jauhin Sean atau gue bongkar semuanya!" ancam Jodi.

Gita malah terkekeh. "Itu rahasia lo, bukan rahasia gue! Gue nggak ada urusan!" balasnya.

"Tapi lo udah ikut andil buat bohongin Febi," ucap Jodi.

"Gue nggak takut, karena gue nggak ada masalah!" tegas Gita dan pergi begitu saja.

***

Sesampainya Gita di kosan, Jenna menarik gadis itu untuk masuk ke dalam kamar dengan cepat. Jenna juga mengunci pintu kamarnya.

"Lo kenapa sih, Jen?! Berantem sama Gio?" tanya Gita.

"Gawat, Git!" ucap Jenna takut dengan suara kecil.

"Gawat kenapa?" tanya Gita lagi.

"Febi sama Mega udah tau soal Jodi!"

2

"Ya setidaknya kenapa lo nggak jujur aja, Git?!" teriak Febi yang matanya sudah sembab akan air mata.

"Gimana gue bisa jujur ke lo, Feb?! Jodi yang minta gue buat rahasiain ini semua karena nggak mau bikin lo sakit hati! Gue udah bilangin ke lo, kalo Jodi itu biadab! Tapi lo buta! Lo nggak peduli apa yang gue bilang!" balas Gita.

"Terus, kalo kayak gini, gue nggak sakit hati?!" tanya Febi.

"Lo udah kelewatan, Git!" ucap Mega.

"Kelewatan gimana?! Ini rahasianya Jodi loh! Bukan urusan gue! Lo yang minta gue buat gantiin lo! Kenapa sekaramg nyalahin gue?! Gue nggak pernah nawarin diri buat hal-hal kayak gini! Lo juga yang punya ide buat bikin gue terlibat sama urusan Jodi!" bantah Gita lagi.

"Ya setidaknya lo harus jujur ke kita, Git! Lo tau kalo Jodi itu anak orang kaya, kenapa lo jelek-jelekin dia depan gue?! Bikin gue ilfil sama dia!" bentak Mega.

"Jadi, selama ini lo jalan bareng dia?" tanya Febi lagi.

Gita mengangguk dan membuat tangisan Febi semakin menjadi.

"Berarti yang di bioskop waktu itu, lo nonton sama dia? Bukan dia nyariin gue ke sana? Berarti waktu itu dia beneran megang tangan lo?" tanya Febi.

"Feb, lo dengerin gue—"

"Berarti selama ini, gue liat pacar gue berduaan sama cewek yang udah gue anggap saudara gue sendiri?" Febi terus mengusap air matanya.

"Feb—"

"Lo bohong soal siapa calon tunangan Mega. Lo juga bohong soal namanya dan tempat dia sekolah. Lo juga bohong .... Hiks .... Lo bohong soal Jodi! Di depan gue, lo bilang kalo lo benci sama dia. Tapi, nyatanya lo jalan bareng sama dia! Gue malah mata-matain lo sama cowok gue dari jauh! Sumpah ya .... Gue kayak bego banget!" ucap Febi sambil mencoba menahan rasa sedak di dadanya.

"Sabar, Feb!" ucap Jenna yang mengusap pundak gadis itu.

"Dada gue sakit banget, Anjing!" umpat Febi dan menghempas langkah ke kamarnya.

"Feb! Febiii!! Gue nggak ada apa-apa sama Jodi!" panggil Gita yang tak mendapatkan balasan dari Febi.

"Gue mau balik," ucap Mega.

"Kenapa, Meg?! Masa cuma gegara ginian lo malah balik!" bantah Jenna.

"Lo nggak lupa 'kan? Karena apa gue kabur dari rumah? Thank's, Jen. Udah bawa gue ke sini dan kenalin gue sama manusia kayak Gita!" ucap Mega dan ikut memasuki kamarnya bersama Febi.

"Kok jadi gue yang salah sih?!" omel Gita.

"Udah, Git. Emang lo juga salah! Harusnya lo jujur aja! Tapi, Jodi bener-bener keterlaluan!" ucap Jenna.

"Ya, iya, gue emang salah karena nggak jujur. Tapi, kenapa Mega ikutan marah sama gue? Dia yang minta gue buat gantiin dia ketemu cowok yang dijodohin sama dia! Dia juga yang bilang kalo dia nggak level sama Jodi! Emangnya gue pernah jelek-jelekin Jodi depan dia?! Kapan?! Kenapa jadi gue yang disalahin?! Jelas-jelas dia yang mau nolak perjodohan!" omel Gita.

"Udah, ntar makin runyam," ucap Jenna.

***

Mega benar-benar kembali ke rumah mewahnya dan disambut hangat oleh sang keluarga termasuk Aldi dan Aldo.

"Aku mau proses pernikahannya dipercepat!" ucap Mega pada anggota keluarganya.

***

Gita berjalan dengan bingung. Ia tak memusingkan soal Mega. Tapi, Febi benar-benar menganggu pikirannya.

"Lo kenapa?" tanya Sean membuat Gita menatapnya.

"Jodi pacaran sama temen gue," ucap Gita.

"Jenna?" tanya Sean.

"Febi," jawab Gita singkat.

"Terus? Lo jeles?" tanya Sean lagi.

"Sekarang dia tau rahasia Jodi," ucap Gita melempar sebuah kerikil ke atas langit.

"Terus, lo berantem sama temen lo?" tanya Sean.

Gita mengangguk.

"Kan gue udah bilang. Jodi itu licik! Lo jangan berurusan sama dia!" tegas Sean.

"Ya, gue berurusan sama dia, jauh sebelum lo ngasih tau gue!" bantah Gita.

"Jadi gimana?" tanya Sean.

"Nggak tau. Andai aja gue bisa buktiin kalo gue nggak ada apa-apa sama Jodi, mungkim Febi bisa maafin gue," ucap Gita.

Muncul sebuah ide di otak Sean. "Bisa aja sih!" ucapnya.

Gita menoleh pada Sean. "Bisa apaan?" tanyanya.

"Gue bisa bantuin lo!" ucap Sean lagi.

"Iya, bantuin gimana?!" omel Gita.

"Bilang aja kalo lo itu pacar gue! Gue bisa akting pacaran, biar Febi ngiranya. Ya, nggak mungkin lo bisa suka sama Jodi, sementara lo udah punya cowok seganteng gue!" ucap Sean.

Gita terdiam dengan matanya yang masih menancap ke awah pria itu.

"Kalo ketauan gimana? Bakalan kayak gini lagi?" tanya Gita.

"Lo samain gue ama Jodi?" balas Sean.

"Tapi—"

Sean memeluk gadis itu. Gita sempat hendak melawan.

"Foto bareng yuk! Penuhin galeri HP lo sama foto kita berdua, tunjukin ke Febi kalo lo nggak pernah naroh hati sama Jodi!" ucap Sean membuat Gita menghentikan perlawanannya.

"Gue nggak mau bohongin Febi lagi," ucap Gita.

"Ya udah, pacaran beneran sama gue! Lo nggak mau bohong 'kan?" tegas Sean mempererat pelukannya.

"Hah?!" pekik Gita.

Sean melepaskan gadis itu dan tersenyum mengejek. "Lo 'kan pernah suka sama gue. Pasti aktingnya bakalan natural. Gue sih nggak keberatan kalo lo mau yang bohongan atau yang beneran. Gue cuma mau bantu aja, 'kan gue baik," ucapnya.

"Lo suka sama gue?" tanya Gita membuat Sean kelabakan menutupu perasaannya.

"Nggaklah! Gila kali lo! Ngapain juga gue suka sama cewek macho?! Yang ada malah gue dijadiin samsak!" bantah Sean.

"Terus?" tanya Gita lagi.

"Ya, nggak terus! Gue cuma mau bantuin!" tegas Sean.

"Kenapa lo mau bantu?" tanya Gita membuat Sean semakin tersudut.

"Gue anggap lo temen gue!" ucap Sean.

"Temen?" Gita memfokuskan matanya pada wajah Sean.

"Iya! Sekarang kita pacaran! Demi persahabatan lo sama Febi!" ucap Sean merangkul gadis itu dan membawanya ke sebuah tempat untuk berfoto.

"Tangannya bikin love kayak gini," ucap Sean.

"Alay!" bentak Gita.

"Kalo orang pacaran, emang alay!" tegas Sean.

"Yang lain aja! Jijik gue!" tegas Gita.

Sean mengajak gadis itu untuk berfoto dengan Sean memeluknya. Namun, Gita menolak. Mereka terus berdebat dengan gaya apa yang akan mereka gunakan untuk berfoto romantis.

Sesi berfoto-foto berakhir hingga sore hari. Gita berada di gendongan Sean sambil memegang ponsel. Ia merekam kejadian itu.

"Gue berat ya?" tanya Gita.

"Nggak, lebih berat rindu gue ke lo!" ucap Sean dan membuat mereka berdua tertawa.

"Gue serius!" tegas Gita setelah lelah tertawa.

"Nggak! Lo di kosan Bu Rika, dikasih makan nggak sih?" ucap Sean.

"Awas!" ucap Gita yang memberikan isyarat bahwa di depan mereka ada selokan yang lumayan lebar. "Turunin gue, Sen!" lanjutnya.

"Kenapa? Lo takut?" tanya Sean.

"Turunin gue, Sen! Gue cekek nih!" ancam Gita.

Sean malah berpura-pura hendak menjatuhkan Gita ke dalam selokan tersebut.

"Seaaaann!! Gue jambak lo ya?!" teriak Gita.

Pria yang disebut namanya itu malah tertawa melihat tingkah Gita tersebut.

Sean juga mengantarkan Gita pulang ke indekos. Mereka mendapati Febi yang membukakan pintu untuk Gita.

Sean menarik tubuh Gita untuk menghadapnya. "Ingat pesan gue!" tegas Sean.

"Pesan apaan? Gue nggak jualan!" bantah Gita membuat Sean terkekeh.

"Tetap ngeselin kayak gini!" ucap Sean.

"Emangnya gue ngeselin? Gue biasa aja," bantah Gita.

"Itu menurut lo! Menurut gue mah ngeselin!" ucap Sean.

Gita menanyakan apa ada Febi di depan pintu dengan menggunakan isyarat pada Sean. Pria itu mengangguk.

"Ya udah, gue masuk duluan ya?" ucap Gita.

"Eh! Git!" panggil Sean membuat langkah gadis itu terhenti. "Eum dulu," goda Sean sambil terkekeh.

"Nih, Eum!" Gita mengangkat kepalan tangannya dan membuat Sean semakin tertawa.

"Jangan diganti PP-nya!" tegas Sean.

"Iya ih, bawel!" ucap Gita yang masuk ke dalam rumah dengan melewati Febi begitu saja.

Sean menatap Febi yang berdiri di depan pintu. "Hai, Feb!" sapanya.

Gita langsung berlari kembali ke teras rumah Bu Rika dan menunjukkan bahwa ia tak membiarkan Sean mengobrol dengan Febi. Bertepatan dengan itu, Gio datang bersama Jenna.

"Lo ngapain di sini, Sen?!" pekik Gio yang buru-buru membuka helmnya.

"Gue nyariin lo, Bege! Lo ke mana?! Tiba-tiba ngilang aja!" omel Jenna pada Gita.

"Gue dibawa kabur dari dia!" tunjuk Gita pada Sean membuat semua orang heran.

Febi tak ingin menanggapi mereka dan memilih untuk masuk dan duduk di sofa ruang tamu.

"Lo bawa Gita kabur?! Ke mana, Sen?!" pekik Gio lagi.

"Kepo amat sih lo?!" omel Sean.

"Nggak gitu maksud gue, Sen! Kok bisa?!" pekik Gio lagi.

"Oh iya. Jen, gue nitip cewek gue," ucap Sean membuat kedua bola mata Gita membesar.

"Hah?! Cewek lo?!" jerit Gio dan Jenna bersamaan.

"Kalo dia tawuran lagi, lapor gue," ucap Sean yang hendak pergi.

"Eh-Eh! Tunggu! Jelasin dulu! Kapan lo pacaran sama Gita?!" Gio dan Jenna dengan cepat menghadang pria itu.

Sean menoleh pada Gita. Gadis itu memberikan isyarat agar Sean tak menjawab. Tapi, pria itu malah tersenyum dan terkekeh melihatnya.

"Sejak ...." Gita berlari dan membekap mulut Sean.

"Pulang aja! Atau gue pukulin!" ancam Gita.

Jenna dan Gio saling menoleh dan merasa heran.

Sean malah tertawa dan merangkul Gita untuk semakin dekat dengannya. Terpaksa gadis itu membuka bekapannya dan berusaha melawan Sean.

"Jawab!" perintah Sean membuat Gita terdiam dengan posisi wajahnya yang hampir mencium Sean. "Atau lo nyium gue?" Sean tersenyum.

Refleks Jenna menutup wajahnya dengan kedua tangan. Gio ikut menutup mata Jenna akan agedan berbahaya tersebut. "Woi! Lo berdua apa-apaan sih?!" bentak Gio.

"Jawab!" perintah Sean.

"Mau gue pukulin kepala lo?!" omel Gita.

Sean menarik leher Gita semakin mendekatinya. Bibir gadis itu hempir menyentuh pipi Sean.

"Aaarghhh! Iya-iya!! Gue jawab!" teriak Gita.

"Sejak kapan kita pacaran?" tanya Sean.

"Sejak SD!" Gita asal menjawab saja.

"Sejak SD?!" jerit Jenna dan Gio bersamaan.

Sean menarik Gita dengan kuat dan membuat bibir gadis itu menyentuh pipinya. "Woah! First kiss on the cheek!" ucap Sean membuat Jenna dan Gio menoleh pada mereka.

Kedua pasang bola mata itu membulat sempurna.

"Git!" panggil Jenna.

3

Gita tersadar dari tidurnya karena bunyi nyaring dari ponselnya membuat bising seisi kamar.

"Halo," ucap Gita dengan suara serak dan mata yang masih tertutup.

"Ntar siang mau ke mana?" tanya seorang pria dari balik ponselnya.

"Hah?! Ini siapa?" tanya Gita.

"Gue! Ntar siang lo mau ke mana? Gue diajakin Gio buat jalan. Tapi, nggak mungkin gue sendirian! Gio pasti bareng Jenna," ucap pria itu lagi.

"Gio?" Gita menjauhkan ponsel itu dari telinganya dan melihat siapa yang menelepon. Pria itu adalah Sean.

"Gue sih nggak maksa. Cuma, ini kesempatan bagus buat kita yakinin Jenna sama Gio kalo kita pacaran," ucap Sean.

Gita melihat seisi kamar. Untungnya Jenna tak berada di sana.

"Tapi Jenna nggak ada ngajak gue! Nggak mungkin gue tiba-tiba ikut! Atau minta ajak gitu sama dia?! Gila aja, orang dia mau pacaran!" omel Gita.

"Ya, lo sama gue! Ingat, lo itu pacar gue!" tegas Sean.

"Oh iya, ya," ucap Gita menggaruk kepalanya.

"Lo harus ingat, kalo kita itu pacaran! Kita harus mesra di depan semua orang!" ucap Sean.

"Iya-iya! Gue masih ngantuk, Sen!" ucap Gita.

"Sen?! Kenapa lo manggil gue Sen?! Pokoknya mulai sekarang, lo harus manggil gue Sayang!" ucap Sean.

"Hah?! Gila kali lo! Jijik gue!" omel Gita.

Tiba-tiba Jenna membuka pintu kamar dan merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil bermain ponsel.

"Dari mana lo?" tanya Gita pada Jenna.

"Dari wc, tadi gue boker," jawab Sean.

"Gue nanya Jenna!" tegas Gita pada ponselnya.

"Lo lagi nelepon siapa?" tanya Jenna.

"Sean," jawab Gita singkat.

"Aaarghhh!!" jerit Jenna dan berlari ke luar kamar.

"Suara siapa tuh?" tanya Sean.

"Jenna," jawab Gita yang juga merasa heran akan tingkah sobat karibnya tersebut.

"Gue nggak bakalan ganggu!" ucap Jenna yang tiba-tiba membuka pintu kamar dan menutupnya lagi.

"Udah mulai gila kayaknya si Jenna," ucap Gita.

Jenna kembali membuka pintu kamar itu dan mengintip Gita. Ia juga memperagakan sebuah ciuman untuk mengejek Gita.

"Gue tempeleng kepala lo!" tegas Gita.

"Aaarrghhh!!" jerit Jenna dan menutup pintu kamar sambil tertawa.

***

Jenna berbaring di sofa dan berguling-guling gemas pada Gita dan Sean. Febi juga duduk di sana dan melihat tingkah Jenna tersebut.

"Diih! Nggak bisa gue biarin ini! Masa Gita nyium Sean? Gue aja nggak pernah nyium Gio!" ucap Jenna.

"Gita sama Sean beneran pacaran?" tanya Febi.

"Gue baru kali ini liat Gita pacaran, Feb! Sumpah, gue gemes banget sama dia! Masa dia nyium pipi Sean! Iihhh, gemes!" oceh Jenna tak henti-hentinya mengejek Gita.

Jenna menelepon Gio demi melampiaskan rasa gemasnya itu.

"Halo! Gio!" teriak Jenna.

"Halo, Ayang! Aku lemes," ucap Gio.

"Hah?! Lemes kenapa lo?" tanya Jenna berpura-pura tidak peduli.

"Soalnya Ayang belum nyuruh aku makan," ucap Gio.

"Plis ya, Gio! Stop ngegombalin gue! Gue geli, gue nggak suka, gue meng-cuih dengernya!" omel Jenna.

"Bodo! Yang penting gue suka!" balas Gio.

"Ya, tapi gue nggak suka!" balas Jenna.

"Ya serah gue lah! Cewek, cewek gue. Pacar, pacar gue! Siapa yang ngelarang?" ucap Gio.

Jenna langsung menutup panggilam tersebut.

Gita keluar dari kamarnya dengan handuk di pundak dan ponsel yang melekat di telinganya. "Iya-iya! Bawel lo! Iya! Ini mau mandi!" ucal Gita.

Febi dan Jenna menoleh pada gadis itu.

"Iya, ini mau mandi, Sen! Lo bawel amat sih?! Untung jauh, kalo deket gue slepet handuk nih!" ucap Gita.

***

Siang ini, Sean, Gita, Gio dan Jenna mendatangi sebuah wahana bermain untuk menghabiskan waktu akhir pekan mereka.

"Kayak bocah aja, Njir!" umpat Gita begitu Sean dan Gio menyepakati bahwa mereka memilih bianglala sebagai wahana pertama yang akan mereka coba.

Tanpa pikir panjang, Gio langsung merangkul Jenna dan membawanya ke antrian Bianglala. Sementara Sean berdiri di hadapan Gita yang tak ingin menaiki wahana lemah tersebut.

Gita menatap malas ke arah Sean. "Sekali aja," ucap Sean agar Gita menyetujuinya.

"Naik yang lain aja deh, yang seru," ucap Gita.

"Ini buat romantis-romantisan!" bantah Sean.

"Panas banget! Beli es krim dulu kek! Apa kek gitu! Panas banget, dehidrasi gue!" ucap Gita.

"Oke! Tunggu bentar!" ucap Sean yang langsung berlari ke kedai es krim yang terdapat di sana.

Gita berjalan menghampiri Sean dengan malas. Tiba-tiba seorang gadis mendahuluinya dan berdiri di sebelah Sean. Tanpa sengaja, Sean menyenggol gadis itu dan membuatnya terhuyung hampir terjatuh, dengan refleks Sean menarik tangan gadis itu untuk tetap berdiri.

"Sorry-sorry! Nggak sengaja!" ucap Sean.

Gadis itu tersenyum malu. "Nggak apa-apa," jawabnya.

"Sorry," ucap Sean lagi.

Gita tampak tak suka pada adegan tersebut. Dengan sengaja Gita menabrakkan tubuhnya ke arah Sean dan membuat mereka terjatuh bersama.

"Sorry-sorry!" ucap Gita dengan nada mengejek, lalu pergi menghampiri Gio dan Jenna.

Sean malah terkekeh melihat tingkah gadis itu. Ia mendatangi Gita dengan es krim di tangannya.

"Nih!" Sean memberikan es krim itu pada Gita.

"Sorry-sorry!" ejek Gita lagi.

"Apa sih, Git!" omel Sean sambil terkekeh.

"Nggak apa-apa!" ejek Gita dengan menirukan gaya bicara gadis tersebut.

Sean malah mengeluarkan ponselnya dan sengaja membuat Gita kesal dengan berdiri di sebelah gadis lain. Namun, Gita malah melahap es krim dengan semangat bersama rasa kesal yang ada di hatinya.

"Ya ampun!" balas Gita menghempas langkahnya dengan malas menuju antrian begitu menyadari bahwa Sean berdiri di sebelah gadis tersebut.

Sean tersenyum dan mengejarnya.

Seorang pria menyerobot masuk antrian di sebelah Gita. Ia juga merasa tidak nyaman dengan keberadaan pria itu. Sementara Sean asyik bermain ponsel di belakang pria tersebut.

"Misi, Mas!" ucap Gita pada pria itu dan menarik tangan Sean untuk berada di sebelahnya. "Kalo lo mau main game, mending duduk di bangku sana aja deh!" omel Gita pada Sean.

"Gue nggak main game," ucap Sean menunjukkan layar ponselnya yang sedang meembuka aplikasi sosial media.

Sean terlalu fokus pada ponselnya ketika mengantri, hingga membuat ia melangkah tanpa sadar. Kini, ia berada di sebelah gadis cantik dengan pakaian mini.

Wajah Sean yang tampan, menarik perhatian gadis itu. Dengan sengaja ia menyetarakan barisannya dengan pria berkulit putih khas Asia itu agar bisa menaiki wahana bersamanya.

Gita melihat gelagat gadis di hadapannya itu. Dengan sengaja gadis itu membuat Gita semakin ke belakang.

Sean nampak tak menghiraukan gadis di sebelahnya. Meski gadis itu beberapa kali menyenggol pundak Sean dan membuatnya seolah-olah tampak tak sengaja.

Sean menoleh ke sebelahnya dan gadis di sebelahnya bukanlah Gita. Sontak ia mencari keberadaan gadia itu. Gita tampak tak peduli akan Sean yang mencarinya.

Gadis di sebelah Sean juga memerhatikan gelagat pria itu. "Nyari siapa, Mas?" tanyanya sambil mengipasi dirinya sendiri karena memang matahari sedang menyengat dan membuat gerah.

Sontak Sean menoleh padanya dan mendapati Gita di belakang gadis itu. Sean menarik tangan Gita untuk berada di sebelahnya. Ia juga merangkul gadis itu agar tidak jauh darinya.

Gita menoleh pada gadis yang sedari tadi menggoda Sean. "Jangan gatel," ucap Gita dan membuat gadis itu kesal.

"Kenapa sih?" tanya Sean. "Aneh lo hari ini," lanjutnya.

"Bisa nggak sih lo tuh nggak keganjenan gitu sama cewek lain?!" omel Gita.

"Hah?!" Sean terkekeh. "Kapan gue ganjen?" tanyanya.

"Kapan? Lo masih nanya kapan?" omel Gita.

"Iya-iya, maaf! Ini gue nggak ganjen! Emang muka gue ganteng gini, banyak cewek yang ganjenin gue!" ucap Sean sambil merapikan rambutnya, belagak sok ganteng.

"Emangnya kenapa kalo gue ganjen?" tanya Sean coba memancing di kolam hati Gita agar mengetahui apa yang ada di dalam sana.

"Ya, gue lagi akting aja sih. Biar keliatan natural. Biar gue keliatan jeles beneran. Kan biar nggak ketahuan sama Jenna sama Gio!" jawab Gita.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!