Tangisan perau terdengar di sudut ibu kota, dimana kehidupan keras terasa menyiksa bagi seorang gadis berusia 18 tahun yang di beri nama Izzatun nissa, Sapaan Izza selalu terdengar dari seseorang yang mengenalinya.
"Bu tolong jangan siksa Izza seperti ini. Izza berjanji akan mencarikan Ibu Uang, tapi bukan cara seperti yang Ibu lakukan Bu. " Isak tangis Izza memeluk kaki sang Ibu yang terus memaksanya untuk bekerja di malam hari, dimana para lelaki hidung belang menampakkan wujudnya di tempat yang kurang dari pencahayaan.
Diskotik adalah tempat Ibu Izza mencari nafkah, namun ia tidak melayani laki-laki sembarangan. Yesi selalu memilah dan memilih laki-laki mana yang akan dia layani dan uang pun tetap menjadi pilihan nomor satu di mata Yesi.
Seorang Ibu berusia 38 tahun terus mematung di tempatnya berada. dia terus menggelengkan kepalanya dengan terus melipatkan kedua tangannya kesal.
"Zaa .. pekerjaannya tidak se'seram dan seberat yang kamu pikirkan jika kamu tidak ingin melayani mereka, bicaralah. Cari akal, cari jalan keluar. Yang penting kamu bisa mendapatkan uang mereka, Ibu pun tidak akan memaksa jika kamu tidak ingin menjadi seperti Ibu. " Teriak Ibu muda bernama Yesi. Yesi yang masih terlihat cantik dan tubuhnya pun masih sangat menarik. Tak jarang Yesi menjadi pencarian laki-laki hidung belang yang berada di kalangan menengah ke atas.
Setelah peninggalan Ayah Izza 6 tahun silam, Yesi membanting setir untuk terjun ke dunia malam karna tidak mempunyai jalan keluar lagi untuk bertahan hidup.
"Tetap saja itu tidak baik Bu, Ibu tolong lepaskan Izza biarkan Izza bekerja dengan halal. Izza berjanji akan memberikan hasil kerja Izza kepada Ibu semuanya, tapi beri Izza waktu Bu ... Ibu ... Ibu ... ! " Teriak Izza di sebuah rumah kontrakan meneriaki ibunya yang pergi begitu saja tanpa mau menuruti kemauannya.
Jika di pikir sepintas. Jahat sekali ibu Izza itu memaksa Izza untuk bekerja kotor seperti yang dia lakukan. Pikiran Yesi sudah tertutup karna pahitnya kehidupan, tawaran menggiurkan selalu ia dapatkan tat kala harga sebuah kesucian anaknya di pertanyakan.
"Abi ... ! Kenapa Abi pergi tanpa mengajak Izza Bi ? Izza ikut Bi ... Izza ikut ... " Suara tangis Izza memenuhi isi ruangan itu, dengan memeluk kedua lututnya Izza menangis sesenggukan seorang diri meratapi kepergian ayahnya yang selalu ia panggil Abi.
Izza mewarisi raut wajah dari sang Ibu, berperawakan semampai dan berkulit sawo matang sehingga Izza begitu terlihat cantik dan manis saat dilihat oleh siapapun, sementara akhlaknya mewarisi dari sifat sang Ayah yang selalu mendekatkan diri pada sang maha penciptanya.
Ayah Yesi adalah seorang ulama dari kalangan keluarga terpandang. Namun karna Yesi berasal dari keluarga tidak punya dan silsilah keluarganya pun tidak jelas, keluarga Ayah Izza pun tidak menganggapnya lagi. Ayah Izza meninggal akibat kecelakaan 6 tahun silam.
Tidak ada sedikitpun harta benda yang di berikan oleh keluarga Ayah Izza saat itu. Karna memang selama Yesi berumah tangga dengan Ayah Izza mereka masih mengantungkan diri pada kedua orang tua Ayah Izza yaitu kakek dan nenek Izza.
Izza tidak di anggap oleh kedua orang tua Ayahnya, karna mereka beranggapan Izza bukan lah darah daging dari anak mereka.
Semenjak umur 5 tahun, Ayah Izza sudah mengajari Izza untuk menutup semua auratnya, menutupi kecantikan Izza dengan cadarnya dan anak sekecil Izza sudah berhasil mewujudkan keinginan ayahnya. Namun semenjak Ayahnya meninggal Sang Ibu mulai melepaskan hijab Izza dan juga melepaskan hijabnya.
Di situlah tawaran pekerjaan yang menggiurkan datang kepada Yesi, Yesi pun melupakan tentang aturan yang selama ini di terapkan kepadanya. Yesi sudah mengubur semua aturan itu bersama dengan jasad mendiang suaminya.
Tidak di pungkiri Yesi melakukan itu karna faktor sakit hati oleh mantan kedua mertuanya.
"Pakai baju ini ! Ibu tunggu 15 menit atau kalau tidak Ibu akan melakukan hal yang tidak akan kamu sukai yang akan ibu lakukan pada diri ibu sendiri. CEPAT ! " ancam Yesi pada gadis lemah yang tidak mempunyai kekuatan untuk melawan Ibunya sendiri.
"CEPAT ! " Teriak Yesi kembali terdengar lebih menggelegar di ruangan itu, di iringi asap rokok yang selalu Yesi hisap tak kala ia merasakan penat.
"I-iya Bu." Dengan wajah takut dan tangan gemetar Izza mengambil pakaian itu.
Pakaian setelan crop lengan pendek yang memperlihatkan garis pusar saat di pakai dan bawahan berupa rok dengan panjang hanya menutupi lutut Izza saja.
"Sudah Bu ! " Seru Izza tanpa ekspresi saat berdiri di belakang Ibunya.
Yesi tersenyum, saat melihat sang anak benar-benar sudah dewasa dan mewarisi paras cantik yang ia miliki.
"Sekaran kamu duduk, biar Ibu yang merias tipis wajah polos mu itu. " Titah Yesi menyuruh Izza untuk duduk di sebuah kursi rias yang ada di kamar Ibunya.
Riasan tipis di terapkan oleh sang Ibu di wajah Izza, Yesi tak menerapkan make up glamornya pada wajah Izza. Karena itu akan membuat Izza seperi Tante-tante saja nantinya.
"Wow ! Kamu cantik sekali Nak, kamu harus memanfaatkan kecantikan kamu ini. Jangan takut jika kamu tidak ingin memberikan kesucian mu itu Ibu akan mengajari kamu untuk tidak memberikan kesucian kamu itu tanpa mereka sadari. " Ucap Yesi membuat Izza menatap dirinya sendiri di cermin dengan rasa takut dan cemas.
Izza hanya terdiam, karna ia tidak mempunyai tenaga saat itu untuk berdebat dengan sang Ibu. Izza mempunyai ketakutan akan kesehatan Ibunya, Izza tidak mau membuat yesi terus marah dengan penolakan yang selalu Izza lontarkan.
Sampai akhirnya Izza sudah biasa melakukan hal yang di suruh oleh Ibunya. Dari hasil bekerja Izza dan Ibunya mereka bisa membeli sebuah rumah yang lumayan bagus namun jauh dari kata mewah.
Kehidupan mereka kini membaik, Izza yang tadinya lemah dan pendiam kini bisa melebihi sifat agresif sang Ibu saat bekerja.
Namun Izza masih tetap bisa mempertahankan kesuciannya. Dengan kepintaran bicara dan otak cerdas Izza ia bisa mengalahkan ganasnya para pria hidung belang saat ingin menuntaskan nafsunya.
Izza tak akan perduli jika seandainya ia akan di tuntut atau pun di penjara sekalian saat kelakuannya di ketahui oleh kliennya. Yang penting Izza bisa tetap menjaga kesuciannya, Di samping pekerjaan itu Izza menjalani bisnis yang bergerak di bidang fashion dan kecantikan.
Setelah usaha Izza sukses, Izza janji akan melepaskan pekerjaan haramnya itu. Namun tidak di pungkiri Izza susah melepaskan diri untuk keluar dari dunia laki-laki yang haus akan nafsunya.
" ANGKAT TANGAN ... ! " Sidak laki-laki yang tiba-tiba saja datang mendobrak pintu hotel yang baru saja di tempati oleh Izza.
Izza yang saat itu mengenakan kemaja oversize berwarna putih panjang sampai di atas lutut langsung mengangkat tangannya, Izza sontak kaget dan takut karna ia pikir ia akan di tembak saat itu juga.
"ADA APA INi ? " Tanya Izza.
"DIAM ... ! " Bentak laki-laki itu.
"Mana Ayah saya ? " Tanya tegas seorang laki-laki dengan suara beratnya berjalan ke arah Izza, dengan langkah beratnya.
"A-ayah siapa ? Di sini hanya ada saya." Pungkas Izza yang gugup karna sadar di belakangnya bukan lah orang biasa.
Sementara laki-laki itu hanya melihat Izza dari belakang saja," BALIK BADAN ! "
Tubuh Izza pun seketika terperanjat kecil, karna terus mendengar bentakan yang secara tiba-tiba itu.
Baik Mata Izza ataupun laki-laki itu kini saling terpaut, Izza yang melihat laki-laki berseragam lengkap dengan tulisan nama dan tempat ia bernaung.
Tulisan " ADNAN " di kemeja sebelah dada kanannya, Dan tulisan "TNI AL " Di kemaja sebelah dada kirinya.
Adnan adalah seorang prajurit TNI Al, di usianya yang masih muda, Adnan sudah di angkat menjadi perwira tinggi berpangkat Laksamana muda di usianya yang baru menginjak 33 tahun.
Setelah itu Izza menundukkan kepalanya, Mata Laksda Adnan membelalak teduh seketika saat melihat garis wajah sederhana nan cantik terlihat di paras Izza.
Namun Laksda Adnan seketika menepisnya. Karna menurutnya itu hal biasa sebagai wanita panggilan mereka pasti merias wajahnya semenarik mungkin walaupun dengan polesan rias yang sederhana saja.
Suara ketukan sepatu Delta Laksda Adnan terdengar mengancam di telinga Izza, "Kamu sebagai wanita panggilan jangan mau melayani laki-laki yang sudah beristri. " Ucap Adnan membuat goresan di hati Izza namun Izza tak menampiknya ia memang wanita panggilan, namun wanita panggilan versi Izza sangatlah berbeda dengan wanita panggilan lainnya.
"Laki-laki hidung belang kan rata-rata laki-laki yang sudah beristri, gimana sih ! " Gumam kecil Izza yang dapat di dengar oleh Adnan.
"HEYY ... Kamu berani menjawab ! " bentak Adnan lagi-lagi membuat tubuh Izza terperanjat kecil karna kaget.
"Pak anda memang aparat negara, tapi anda sedang berbicara dengan perempuan biasa, bukan seorang prajurit. bisa tidak jangan bentak-bentak seperti itu. " jawab Izza bermuka melas dan menurunkan kedua tangannya yang dari tadi ia tadahkan ke atas kepalanya.
"Wanita seperti kamu tidak pantas di perlakukan lembut. " Jawab Adnan menyimpan senjatanya kembali ke tempat semula.
"Maksud anda Pak ? " Tanya Izza berkaca pinggang.
"Pikir saja sendiri, apa pantas wanita yang tidak bisa menghargai perasaan wanita lain apa pantas di hargai ? pantas di perlakukan lembut ? Jawabannya adalah TIDAK ! " Adnan membalikan badannya seraya ingin meninggalkan Izza yang masih menatapnya kesal.
Sementara Izza yang melihat punggung lebar Adnan, mengeratkan kedua tangannya kuat, Izza reflek melemparkan sandal hotel yang sedang ia kenakan ke arah Adnan.
Walaupun tidak merasakan sakit, tapi sendal tipis hotel itu berhasil membuat Laksda Adnan mengerang marah dan kembali ke hadapan Izza.
Laksda Adnan terus mendekat ke arah Izza dengan tatapan tajam bak tatapan elang yang siap mencakar langit katulistiwa.
Izza masih menatap kesal ke arah Adnan, " Untuk apa anda kembali Pak ? Saya tidak ada waktu untuk meladeni anda, dan saya tidak akan memaafkan ucapan anda terhadap saya ! "
Izza memilih untuk marah terlebih dahulu untuk menyembunyikan ketakutannya saat melihat Laksda Adnan kembali dengan tatapan tajamnya.
"Aduh ! mampus gue ... Izza kenapa kamu teledor ? Kenapa kamu melempar sandal itu, Aduhhh ... ! Mampus gue. " Batin Izza memarahi dirinya sendiri di dalam hatinya. Izza membelakangi Adnan seraya ingin pergi mengambil tasnya.
"Kamu harus bayar mahal atas apa yang kamu lakukan pada saya, sandal ini sudah mewakilkan bahwa kamu tidak bisa menghargai seorang prajurit negara. Dan kamu harus tahu akibatnya apa. " Jelas Adnan berhasil mengehentikan gerak Izza.
Pertahanan Izza tak sampai di situ, Izza tetap pada pendiriannya bahwa dia merasa tidak bersalah.
"Ya Ampun perkara sendal tipis ini rupanya ! Emang sakit ? Tidak sebandung kali dengan sakit yang ada di hati saya akibat ucapan anda Pak ! " Jawab Izza sedang bersiap pergi dari dalam hotel itu walaupun sebenarnya ia baru saja check-in, tapi Izza tak perduli karna bukan dia yang membayarnya.
"BERHENTI ! " Cegah Laksda Adnan yang menyuruh Izza untuk berhenti.
Namun Izza yang sadar bahwa kesalahannya memang di anggap serius Izza tak mendengar perintah Laksda Andan.
Karna Adnan tak melihat itikad baik Izza untuk meminta maaf, dengan satu langkah lebar Adnan berhasil meraih tangan Izza.
Namun tanpa Adnan sadar tenaganya yang besar itu membuat tubuh Izza tertarik keras sehingga mampu mendorong tubuh Adnan. Al hasil mereka terjatuh dengan posisi Izza ada di atas tubuh kekar Adnan.
Tanpa sengaja, Izza membiarkan bibirnya menempel di bibir suci Adnan yang belum pernah di sentuh sama sekali oleh bibir wanita manapun, Tatapan mereka beradu sangat dekat.
Tidak ada penolakan sama sekali dari diri Adnan, jantungnya berdegup kencang seperti sedang lari maraton 10 kali putaran, begitupun Izza yang baru merasakan sensasi dalam tubuhnya begitu berbeda.
Izza tak bisa bergerak, karna pinggang kecilnya di pegang erat oleh tangan kekar Laksda Adnan.
Karna Adnan merasa serba salah, Adnan menjatuhkan tubuh Izza dengan kerasnya.
"Awww ... ! Kasar sekali anda Pak. "Pekik Izza saat tubuhnya begitu saja terpelanting terkena sudut dipan yang sangat keras.
Adnan yang salah tingkah bangkit dari kasur itu entah apa yang harus dia lakukan saat ini, jiwa kesatrianya pun hilang sejenak saat Izza berhasil mengambil keperjakaan bibir seorang Laksamana muda itu.
"PAK ... ! sekarang anda yang harus membayar mahal atas ini. " Teriak Izza yang masih terbaring dan terus memijat kecil lengan atasnya.
Sementara Adnan langsung pergi tanpa memberi hukuman pada Izza atas perbuatannya.
Sejenak Izza terdiam dalam lamunannya, baru kali ini ia merasa nyaman saat di dekap oleh seorang pria.
"HAHAHAHA ... ! jangan mimpi Izza mana mungkin laki-laki berpangkat seperti dia mau tulus mencintai kamu. " Pekik Izza pada dirinya sendiri.
"Tapi yang di maksudkan Ayah oleh dia itu siapa ? Sementara hari ini aku tidak menerima tamu sama sekali entah lah. " Sambung Izza tak paham atas apa yang sudah terjadi.
Tamu yang di tunggu Izza pun datang, "Hay Sayang ku ? " Sapa seseorang wanita yang baru saja datang.
"Emm ... ! telat ya Tan ?" Jawab Izza menginginkan Tantenya itu.
"Maaf sayang, jalanan Ibu kota macet parah. " Jawab Tante Ismi.
Tante Ismi adalah seorang wanita karir yang sukses membentangkan sayap nya di dunia fashion dan kecantikan, Kebaikan Tante Ismi adalah. ia mau merangkul Izza agar bisa sukses seperti dia dan berharap bisa meninggalkan dunia malamnya.
Tante Izza memperhatikan tempat tidur yang sedikit berantakan. " Izza jangan bilang sebelum tante datang kamu ...! "
Izza paham dengan yang di maksud Tantenya itu. karna lirikan Tante Ismi ke atas tempat tidur begitu sangat menatap curiga.
"Tidak Tan ! tidak ada siapapun di sini. " Bela Izza.
"Oh .. ! ist ok. " Jawab Tante Ismi percaya dengan yang di katakan Izza .
Mereka pun membicarakan hal yang ingin mereka bahas di hari itu.
Sementara Adnan masih diam di dalam mobilnya menatap kaca spion depannya, sesekali ia menyentuh bibirnya. Kadang ia memukul dasboard mobilnya kadang juga Adnan tersenyum seorang diri.
"SIAL ... KENAPA EKO MEMBERI TAHU KABAR BURUNG ? "Umpat keras Adnan mengingat ia dapat kabar Ayahnya check-in hotel bersama dengan wanita lain.
Adnan membuka dua kancing seragam kemejanya karna ia merasa sesak, " Huh ... ! Panas sekali. padahal cuaca sedang mendung. " Gumam Adnan seorang diri lalu melajukan kendaraannya menuju rumah pribadinya.
"Siapa wanita itu ? kenapa dia yang aku temui ? " Batin Adnan.
"Sudah pulang Bang ? " Sapa Ibu Hasna menatap anak kesayangannya itu.
"Sudah Bu, Ayah ada di rumah ? " tanya Adnan tanpa memperlihatkan rasa curiganya.
"Ayah ? Ada kok, kenapa ? Ada yang perlu di bicarakan ? Biar ibu panggil Ayah. " Jawab Ibu Hasna lembut mengelus lengan atas Adnan.
Adnan menggelengkan kepala, sembari merencanakan hukuman untuk anak buahnya di Batalyon.
"Tidak Bu, tidak usah Adnan hanya ingin tau saja keberadaan Ayah. " Jawab Adnan dengan suara beratnya tersenyum menatap wajah Ibunya yang sudah tidak terlihat muda lagi.
"Adnan boleh masuk ke kamar Bu, Apa Ibu masih membutuhkan Adnan di sini ? " Tanya lembut Adnan. Baktinya Adnan pada Ibunya begitu besar sehingga ia rela melakukan apapun demi kebahagiaan Ibunya dan ia akan melakukan apapun pada siapapun yang berniat menyakiti hati Ibunya.
Ibu Hasna tersenyum sendu, " Pergilah Nak. istirahatkan tubuhmu ! Sebagai Seorang pemimpin kamu pasti merasakan lelah, ada Bibi kok yang temani Ibu. "
Senyum teduh Adnan terpancar melihat wajah Ibunya. " Kalau ada apa-apa bilang Bu. "
Ibu Hasna langsung menatap haru pada Adnan dan Adnan pun sudah menduga bahwa ada sesuatu hal yang terjadi tanpa sepengetahuan dirinya.
Ayah Laksda Adnan sebetulnya sudah meninggal, keluarga Bilfaqih adalah nama besar mendiang Ayahnya Letjen Mahendra Bilfaqih.
Karna ambisi Ibunya yang ingin menikah lagi di usianya yang sudah kepala 4. Dengan sangat terpaksa Adnan harus menginjinkan Ibu nya untuk menikah lagi
Menikah dengan seorang pengusaha. Namun perilaku ayah tirinya itu kurang baik dalam beberapa bulan ini, Bau perselingkuhan tercium oleh Adnan.
Di saat malam yang hampir larut. Adnan tidak bisa tidur ia memutuskan untuk mengisi kesuntukan dengan memainkan alat musik yang di petik yaitu gitar kesayangannya.
"Belum tidur kamu ? " Tanya serak dan berat Pak Haris.
"Belum. " Jawab datar Adnan melihat Ayah tirinya duduk di sampingnya.
Adnan merasa heran, karna baru kali ini Ayah tirinya itu mau dan berani duduk di sampingnya.
"Ada perlu apa kamu menanyakan Ayah pada Ibu kamu ? " tanya Haris santai mengisap rokok yang terselip di jari jemarinya.
Adnan menatap sinis sekejap ke arah Ayah tirinya itu, walaupun Adnan seorang pria sejati tapi dia tidak suka dengan aroma asap rokok.
"Tidak, hanya ingin memastikan saja jika orang yang Ibu saya sayangi ada di dalam rumah. " Jawab Adnan dingin tanpa ada hangat-hangatnya.
"Kamu itu bisa tidak kalau bicara sama orang tua sopan sedikit dan hargai saya ! " Ujar Pak Haris jengah dengan sikap dingin Adnan yang tidak bisa menghargai dirinya sebagai Ayah sambungnya.
"Prinsip hidup saya itu. Jika saya salah saya pasti akan meminta maaf. Jadi saya kali ini tidak akan meminta maaf karna saya rasa sikap saya benar apa adanya, jika anda tidak nyaman dengan sikap saya jawabnya ada pasa diri anda. Anda sudah melakukan apa di belakang Ibu Saya ? Jika anda sudah tahu jawabannya ... ! Yah, karna hal itulah sikap saya pada anda seperti ini. "
Pak Haris seketika terdiam, jelas-jelas dia merasa di belakang istrinya itu ia selalu bermain dengan wanita lain. Pak Haris terdiam mencerna perkataan Adnan, Adnan yang merasa ucapannya mampu memukul hati Pak Haris langsung berdiri dan meninggalkan Pak Haris seorang diri.
"Anak sombong ! " Dengus Haris pada Adnan yang pergi begitu saja tanpa permisi.
Keesokan harinya.
"SIAP DAN ! " Sapa Eko saat dirinya di panggil oleh Komandan ke ruangannya.
"Kamu tahu kesalahan kamu apa ? " Ujar Laksamana muda yang kini sedang duduk di kursi kebesarannya.
"Siap ... ! Tidak Dan. " jawab lantang Eko anak buah Adnan, yang memberikan info terkait tentang Ayah tirinya itu.
"Kemarin saya langsung ke TKP namun nihil, sasaran tidak ada di tempat. " Ujar Adnan menatap tajam ke arah Eko yang sedang berdiri tegap di hadapannya.
"SIAP DAN ! tapi saya benar melihat Pak Haris bersama wanita di hotel itu. " Jawab Lantang Eko, merasa bahwa dirinya tidak salah melihat.
"Syittttt ... ! Pelankan suaramu ! " Pekik Adnan tidak ingin ada orang lain yang mengetahui perihal rumah tangga Ibunya.
"SIAP SAYA SALAH ... ! Tapi Dan saya benar melihat Pak Haris karna saya langsung berpapasan dengan beliau. " Ungkap Eko kembali mendekat ke arah komandannya.
"Coba jelaskan bagaimana ciri-ciri wanita yang kamu lihat bersama Ayah saya ? " Pinta tegas Adnan mengecilkan nada bicaranya.
Eko berpikir keras, " SIAP ... ! "
"Stttttt ... Pelan kan suara mu, " Pekik keras Adnan yang tidak ingin Eko berbicara dengan nada baritonnya.
"Siap komandan. Wanita itu cantik, cantik , hmmm ... cantik ....."
"Cantik-cantik APA LAGI ? " Potong Adnan gemas karna melihat anak buahnya terus loading saat berbicara.
Eko menahan rasa ingin tertawanya. " Dia cantik ... ! "
"Ya ampun. Kata-kata cantik jangan di ulang saya sudah dengar ! " Umpat Adnan lagi memotong penjelasan Eko.
"SIAP ... ! dia can ... Eh dia sexy berkulit putih, dan rambutnya kira-kira sebahu Dan. " Jelas Eko membuat Adnan berpikir ulang dan membayangkan sosok wanita yang kemarin ia temui di kamar hotel.
Tiba-tiba Adnan tersenyum dan menggelengkan kepalanya, saat kejadian itu terlintas di pikirannya.
Eko menatap heran pada komandannya itu,
"Kenapa kamu menatap saya seperti itu ? Lain kali kalau melihat seperti itu lagi, sertakan dengan buktinya Foto atau apa kek itu. " Ujar Adnan dengan nada tegasnya.
"SIAP KOMANDAN LAKSANAKAN ! " jawab Eko memberikan hormat pada komandannya.
"Ciri-ciri yang di ucapkan Eko tidak sesuai dengan yang aku lihat, Apahkah aku salah masuk kamar ? Tapi kenapa Ibu bilang Ayah ada di rumah ? sementara Eko melihat Ayah ada di hotel bersama wanita lain. Apa Ibu berbohong ? Ibu Seandainya itu benar kenapa ibu melakukan itu ? " Batin Adnan memijat pelipisnya.
"Kamu boleh kembali, persiapkan laporan kesehatan para Taruna. Karena hari esok akan ada pelatihan khusus. " Ujar Adnan pada Eko yang masih mematung di tempat yang sama.
"SIAP LAKSANAKAN DAN ! " Jawab Eko memberikan hormat kembali, dan membalikkan badannya secara teratur untuk kembali ke ruangannya.
"Eko !" Panggil Adnan kembali memberikan isyarat untuk bisa menjaga rahasia keluarganya.
"Siap ... Aman. " Jawab Eko mengerti apa yang di isyaratkan oleh komandannya.
Eko adalah sahabat Adnan ketika di luar batalyon, namun saat di dalam batalyon Adnan adalah atasan Eko.
"Adnan janji Bu, tidak akan pernah membuat ibu menangis. "
Ketangguhan Adnan yang menjadi anak tunggal keluarga BILFAQIH membuatnya di tuntut untuk menjadi laki-laki kuat dan pemberani.
Laksda Andan tidak mementingkan dirinya sendiri demi menjaga Ibunya. Usianya yang sudah lumayan matang tapi Adnan belum memikirkan untuk mencari pendamping hidup. Fokus ia kini adalah karir dan kebahagiaan Ibunya.
Di dalam ruangan pribadinya Adnan terdiam, membayangkan nasibnya yang masih sendiri. lagi-lagi bayangan dari adegan ia di cium oleh Izza terulang lagi.
"Husttt .. ! kenapa memikirkan itu ? Dia wanita malam. Tidak pantas aku cintai bahkan di cintai oleh laki-laki manapun. " umpat Laksda Adnan mengusap kasar wajahnya.
"Tapi, kenapa wajahnya selalu ada di pikiran ku ? "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!