NovelToon NovelToon

Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

H-1

“Berhubung pesertanya tidak begitu banyak dan acaranya weekend… Saya rasa guru yang ikut dampingi cukup Pak Bayu sama Pak Miko, ya ? Atau ada saran lain ?” Pak Kepala Sekolah kembali menawarkan kesempatan.

“Saya setuju, Pak. Tidak jadi masalah”

“Sama, Pak. Saya juga sangat setuju”

“Baiklah. Jadi keputusan rapat sudah bulat. Guru yang stand by nanti Pak Bayu sama Pak Miko”

Meski singkat, namun rapat dewan guru diakhir sore itu berakhir dengan jelas dan tepat sasaran.

#

Keesokan harinya…

Jam kosong adalah waktu terbaik yang lebih baik dari hari libur.

Saat jam kosong itulah selalu saja banyak hal-hal unik terjadi. Mulai dari murid yang hanya mengobrol, mengemil santai, hingga murid yang kecanduan belajar pun ada di kelas itu. Tak ketinggalan, murid yang ‘sibuk bermimpi’ juga ada di sana.

Namun, semua itu harus terhenti karena sebuah pengumuman mendadak menggema dari speaker yang berada di sudut kelas.

…Kepada seluruh calon Dewan Ambalan, harap berkumpul di lapangan upacara…

 “Vi, Han... Ayo ! Kita disuruh kumpul di lapangan, tuh!” ucap seorang murid yang bernama Rayya pada kedua temannya yang lain.

Mereka tadi masih asyik mengobrol.

“Gua mah males banget, asli!” jawab temannya. Gadis berambut hitam panjang itu terlihat sangat tidak bersemangat.

“Vivi ! Lo mau digantung pak Bayu di pohon toge ?” jawab Rayya lagi.

“Eum... Gue mao digendong Hanna aja...” balasnya. Tangannya Ia rentangkan mirip seperti bayi yang ingin dipangku oleh ibunya.

“Sini. Gue gendong ke pak Bayu” balas Hanna. Murid dengan rambut pendek itu tampak memancarkan aura dingin yang mencekam.

“Hiyy…” Vivi dan Rayya sama-sama bergidik mendengar ucapan Hanna.

“Ya udah, ayo ! Entar kalo kita telat bisa beneran digantung” ajak Hanna

“Eh, ikut dong !” gadis berambut coklat dengan name tag Cecillia Emily menghampiri mereka bertiga

“Lia, lo abis parfuman ?” ceplos Vivianne

“Iya, dong. Nyobain parfum gue yang baru. Liat, nih” Lia menunjukan sebuah botol parfum, “gue kan beli keluaran terbarunya Gior… Masa udah beli gak gue pake. Kalian pasti belum pada punya, kan ? Eh tapi kalo diinget-inget lagi, ini emang mahal, sih” Lia bercerita panjang sekali.

Hanya ekspresi datar yang mereka tampilkan ketika mendengar cerita yang panjang itu.

“Udah ? Ayok !” ucap Hanna singkat

Seperti berkomunikasi lewat pikiran, Rayya dan Vivi paham maksud Hanna barusan.

“Kalian pelan-pelan aja dong jalannya... Buru-buru banget, sih. Sepatu gue masih baru, tau” Lia merengek pada ketiga orang gadis di depannya

“Gue lebih ngeri diomelin pak Bayu“ balas Rayya datar

Untungnya, matahari pagi itu masih sangat hangat. Sehingga, tidak sampai menjadi hal yang berat meninggalkan jam kosong untuk berkumpul di lapangan.

Di hadapan mereka, berdiri seorang pria berseragam khas seorang guru, lengkap dengan name tag bertuliskan Bayu A. di dada kanannya. Cukup banyak yang Pak Bayu sampaikan.

“Intinya... Karena Bapak ngerasa bupernya lumayan jauh, jadi Bapak minta ke pihak sekolah supaya kalian dapet angkutan, buat berangkat sama pulang nanti. Makanya... Bapak pengen supaya jam enam besok, kalian udah kumpul di sekolah. Kita bakal berangkat rame-rame ke sana” jelas Pak Bayu

“Haahhh ?” para murid yang pagi itu berkumpul di lapangan sontak terperangah.

Namun, rasa terkejut mereka seperti bukanlah sebuah hal yang berarti bagi Pak Bayu.

“Rencana Bapak hari ini, siang nanti kita bakal bangun dulu tendanya. Kebetulan bapak udah dapet izin dari dewan guru supaya jam sembilan ini kalian bisa pulang dulu. Biar tertib, kalian kumpul lagi jam sebelas siang nanti di sekolah.” jelas Pak Bayu.

Meskipun sudah diberi tahu dari jauh-jauh hari bahwa buper atau bumi perkemahan tempat mereka berkemah akan lebih jauh, para murid tetap saja dibuat terkejut dengan apa yang Pak Bayu umumkan barusan.

#

“Okay… Anak-anak! Tendanya udah beres semua, kan ?”

Hari sudah hampir sore. Sejumlah anak murid SMA Dharma Sukma hampir menyelesaikan persiapan perkemahan mereka. Tenda peserta, tenda panitia, sebuah podium dan panggung kecil pun hampir seluruhnya rampung didirikan.

“Tes… Tes… Anak-anak… Hallo! Tenda… Tenda… Aman… Tes… Tes…” Pak Miko kembali mengecek keadaan anak muridnya sekalian mengetes mikrofon.

“Iyaaa Pak…!”

“Dikit lagi, Pak!”

“Masih kendor, Pak!”

Beberapa jawaban murid yang ada di sana samar-samar terdengar ke telinga Pak Miko yang berada di podium, di bagian lebih tengah area perkemahan sana.

Para murid yang hadir di sana tampak berusaha sibuk dengan tenda mereka.

Sementara itu, Vivianne terlihat menjauhi area perkemahan bersama seorang temannya.

“Si Vivi ama Si Windy pada kemana ?” tanya Rayya

“Tadi bilang ke gue sih katanya Si Windy sakit perut” jawab Hanna

“Ooo…” balas Rayya polos.

Langkah Windy lebih cepat dari biasanya. Mungkin kita juga akan sama seperti Windy; akan sangat terburu-buru dan sulit untuk menolak ‘panggilan alam’ yang datang menyapa.

“Win, seriusan ke sini jalannya ?” tanya Vivi

“Beneran, cuy ! Anak cowok emang pada banyak yang ke sini kalo kata si Simon…” jawab Windy dengan susah payah

“Eh tapi di sini enak banget, ya ? Beda banget sama di tempat kita…” Vivianne mengedarkan pandangannya

“Ye kan. Gue juga ngerasa kayak dua setengah jam perjalanan kita tuh kebayar sama view di sini”

Beberapa menit berjalan menyusuri jalan setapak, sampailah mereka di sebuah jembatan.

“Tuh, kan! Bener… Pemandiannya di sebrang jalan itu, tuh!” Windy menunjuk gubuk di sebrang sana, “Vivi, lo tungguin gue ya…” sambungnya

“Iya Windy... Sante aja sante…”jawab Vivianne santai.

Tahan. Apakah sosok tinggi besar penuh bulu itu tidak mereka lihat ? Padahal sosok itu sejak tadi berdiri di dekat tempat itu.

Vivianne ? Ia hanya tampak anteng dengan ponselnya dan Windy pun tanpa ragu memasuki pemandian itu.

Apa mungkin sosok itu bukan manusia sehingga keberadaannya tidak mereka sadari ?

Entahlah.

Yang jelas, karena merasa bosan menunggu Windy yang masih berada di dalam sana, Vivianne memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar tepian sungai. Hingga langkahnya terhenti oleh sesuatu yang menarik perhatiannya.

“Kayak pernah liat…” gumam Vivianne.

Tanpa pikir panjang, Vivianne mengambil sebuah benda yang saat itu Ia temukan.

Vivianne cukup berani. Pasalnya, kalung yang Ia ambil itu sepertinya bukan benda sembarangan. Sebab, benda itu berada tepat dalam sebuah wadah yang sepertinya disiapkan untuk sesajen.

“Vivi… Kamu ngapain ?” teriak Windy.

Windy sedikit tercengang mendapati Vivianne berada di tepi sungai sana, cukup jauh dari tempatnya berada.

Vivianne tidak merespon panggilan Windy. Perhatiannya masih terpusat sepenuhnya pada kalung yang Ia temukan itu.

“Ntu manusia kayaknya gak denger dah…” gerutunya sambil berjalan mendekati Vivianne

Dengan usaha kerasnya, Windy akhirnya tiba di tempat Vivianne berdiri.

“Anjir!” Windy terkejut

“Ssstttt… Rahasia, yak?” bisik Vivianne, “ayok, balik”

Ketika Vivianne beranjak meninggalkan area itu, Windy masih di sana dan mengambil beberapa jepret foto objek yang menurutnya ‘tak biasa’ itu. Setelah mendapatkan beberapa gambar sesajen itu, Ia akhirnya bergegas mengejar Vivianne.

#

Tidak. Pasti ada yang salah. Bunga-bunga yang ada dalam gundukan sesajen itu tiba-tiba menjadi sangat layu, bahkan terlihat hampir busuk.

Bukan hanya itu, bahkan ini menjadi lebih aneh. Banyak mata air di rumah warga yang menjadi sangat keruh dan sempat tercium bau yang tidak sedap. Bau aneh itu mirip seperti bau bangkai yang sudah lama tenggelam.

Tidak sedikit warga desa yang ketakutan karena terjadi keanehan pada sumber air di rumah mereka.

Hingga tak lama setelahnya, gosip miring menyebar ke seluruh penjuru kampung. Membuat para warga percaya bahwa hal itu merupakan sebuah pertanda akan terjadinya hal buruk yang tak diinginkan.

Mimpi Buruk

Malam sebelum perkemahan, sudah tentu para calon peserta perkemahan sibuk dengan segala kebutuhan mereka. Termasuk Vivianne. Di rumahnya, Ia menyiapkan semua kebutuhannya dengan sangat semangat.

Selesai dengan barang-barangnya, Vivianne teringat dengan sesuatu yang tadi sore Ia temukan. Ia lantas bergegas menuju kamar orang tuanya. Kebetulan tidak ada siapapun di sana.

“Mana ya…” gumam Vivianne sambil mencari sesuatu di setiap laci kecil yang terdapat di meja rias

Ia lalu terdiam sejenak dan matanya membulat.

“Tuh kan, sama ! Aneh…” Vivianne keheranan

Ketika hendak berbalik, alangkah kagetnya Vivianne mendapati sosok yang berdiri di balik pintu. Adalah Pak Damun, Kakeknya yang sedari tadi menyadari dan memperhatikan gerak-gerik Vivianne.

“E-eh… Hallo Kek…“ Vivianne gelagapan

“Kamu ngumpetin apa dari Kakek ?”

“Eng-gak, kok. Vivi ga-“

“Sini. Kakek liat !” ucapan tegas beliau memotong kalimat Vivianne

Vivianne memang payah untuk berbohong dari kakeknya. Kalung yang susah payah Ia sembunyikan di genggamannya akhirnya Vivianne tunjukan juga pada Kakeknya.

“Cuma kalung doang, Kek…” ucap Vivianne pelan

Kakek Vivianne menatap benda itu dengan penuh rasa curiga. “Udah, sana. Tidur” ucapnya singkat.

Menuruti perkataan kakeknya, Vivianne akhirnya melangkahkan kakinya menuju kamar tidurnya.

“Perkara kayak gini doang” Vivianne menatap kalung itu lalu meletakkannya di dalam salah satu laci pada meja belajarnya.

Vivianne kini merebahkan tubuhnya di tempat tidur kesayangannya. Sangat mudah untuknya terlelap.

Kenikmatan tidurnya kala itu tak berlangsung lama. Masih dalam kondisi mata terpejam, Vivi mendengar sayup-sayup obrolan beberapa orang. Perlahan Ia membuka matanya, dan dirinya mulai menyadari ada sesuatu yang aneh.

Tempat tidurnya, ruangan kamarnya, bahkan seluruh barang di sana berbeda dengan tempatnya tadi tertidur.

Vivi terperanjat dan mengedarkan pandangannya ke sekitar. Semua hal di sana terlihat begitu asing.

“Heh ? G-gue di mana ini ? Apa gue diculik ?” begitu pikirnya

Ditengah kebingungan itu, seorang gadis cantik berbalut seragam putih abu-abu datang memasuki kamar itu.

Gadis itu terlihat sama anehnya. Beberapa kali Vivianne memanggil gadis itu, tak pernah satu kali pun panggilannya mendapat jawaban. Vivianne hanya seperti debu yang bahkan kehadirannya saja seolah tidak disadari.

Gadis itu hanya berjalan memasuki kamarnya dan menyimpan sebuah kotak di lemari pakaiannya. Kemudian, di luar sana sepertinya ada yang memanggil gadis itu.

“Vin…”

“Iya mak…”

Itu yang terdengar oleh Vivianne

Namun, belum sampai keluar dari kamar tersebut, gadis itu mendadak menghentikan langkahnya. Ia terdiam sesaat dan berbalik ke arah Vivianne. Rupanya sosok itu kini telah menyadari kehadiran Vivianne.

Pada momen itu, Vivianne terlihat bersemangat mencari jawaban kenapa dan apa yang sebenarnya yang terjadi. Ia bergegas menghampiri wanita itu.

“Kak. Maaf sebenernya ini di mana ya ?” tanya Vivianne.

Bukan memberi jawaban atas pertanyaannya, gadis itu malah menatap Vivianne dengan penuh rasa amarah dan membuat Vivianne kebingungan.

Kedua bola matanya pun berubah menjadi hitam sepenuhnya. Tak hanya itu, wajah dan tubuh gadis itu menjadi sangat pucat, sangat kontras dengan sebagian besar uratnya yang justru terlihat menghitam.

“Pencuri !” teriak gadis itu

Vivianne jelas sangat tercengang. Perlahan Ia bergerak mundur untuk menjauhi gadis itu. Namun, semakin Ia menjauh, gadis itu semakin mendekatinya.

Sialnya, tempat tidur di belakang Vivianne menghentikan geraknya untuk menghindar. Karena takut dan bingung, Vivianne akhirnya menaiki tempat tidur itu.

Di atas tempat tidur itu, Vivianne diserang oleh sosok gadis yang kala itu wujudnya menjadi sangat menyeramkan.

Vivianne beberapa kali terkena cakaran sosok itu. Anehnya, luka-luka yang menganga itu lebih terlihat seperti luka akibat serangan hewan buas dari pada luka bekas cakaran kuku seorang wanita.

Tak berhenti sampai disitu, sosok itu kini mencekik Vivianne dengan penuh rasa marah yang terlihat jelas dari wajahnya yang mengerikan. Vivianne tak mampu lagi melawan dan merasa hidupnya akan berakhir di sana.

Vivianne membuka matanya dan nafasnya tersengal-sengal !

Namun, alih-alih merasa tenang karena kini dirinya tahu bahwa hal mengerikan itu hanyalah mimpi buruk, Vivianne justru semakin ketakutan ketika menyadari bahwa sekujur tubuhnya terasa kaku, tak bisa Ia kendalikan. Atau mungkin, Vivianne mengalami kejadian yang lebih sering disebut dengan fenomena ‘ketindihan’.

Yang lebih membuat gadis itu bergidik ngeri adalah Ia terus mendengar suara nafas yang begitu berat. Padahal jelas-jelas di kamar itu hanya ada dirinya sendiri.

Pada momen itu, Vivianne ingin sekali pergi dari kamarnya meninggalkan rasa takutnya. Tetapi jangankan untuk berlari, untuk sekadar membuka mulutnya saja Ia tak kuasa.

Setelah dihadapkan dengan rasa takut yang luar biasa itu, akhirnya setelah beberapa menit lamanya, tubuh Vivianne kini mulai terasa normal kembali. Suara nafas yang berat itu pun ikut menghilang.

Kedua netra Vivianne memaksa menitikan air mata karena kejadian mengerikan itu benar-benar mengguncang perasannya. Namun, gadis itu tampak menahan rintihannya dengan menyembunyikan wajahnya di balik bantalnya.

DAY 1

Keesokan paginya…

Perkemahan yang diselenggarakan dalam rangka Pelatihan dan Pelantikan Pengurus Dewan Ambalan itu hanya terdiri dari enam tenda peserta, dua tenda panitia, dan dua tenda pembina.

Sebelum upacara pembukaan, Pak Bayu mengumpulkan seluruh anggota panitia perkemahan yang terdiri dari sejumlah murid kelas dua belas.

“Sesuai aturan Bapak kemaren. Kalo sampe dari peserta ada yang telat ikut upacara pembukaan, nilai akumulatif regu mereka bakal dikurangin. Mmm…”Pak Bayu mengedarkan pandangannya pada para panitia di hadapannya, “Riza, Riza. Kamu sama Nathan sama-sama divisi kesehatan, kan ? Kalian stand by aja dulu di pos masuk. Pastiin gak ada peserta yang telat.”

“Siap, Pak!” Riza dan Nathan kompak menjawab.

“Next, petugas upacara. Kalian bisa mulai gladi resiknya sekarang. Yang lain, kalian bagi-bagi tugas buat pantau tiap tenda peserta” suruh Pak Bayu.

“Siap, Pak!” jawab mereka kompak.

Akhirnya, para panitia sibuk dengan tugasnya masing-masing sesuai arahan Pak Bayu.

Tak hanya para panitia, para peserta perkemahan jugasama sibuknya menyiapkan upacara pembukaan. Mereka harus memakai atribut lengkap, tanpa terlewat satu atribut pun.

Sama seperti peserta yang lain. Vivianne, Rayya dan Hanna yang merupakan anggota Regu C Putri, ikut sibuk mempersiapkan diri mengikuti upacara pembukaan. Dan kebetulan mereka masih satu tim juga dengan Lia.

Posisi ketua regu yang dipegang Hanna memang sangat tepat. Itu dibuktikan ketika dirinya dengan hati-hati memperhatikan dan mengingatkan anggotanya akan setiap detail kelengkapan seragam.

“Satu, dua, tiga, empat…”Hanna memindai seluruh isi tenda, “lima, enam... Okay. Tim kita udah lengkap, ya. Gak ada yang ketinggalan” ujar Hanna mantap.

“Yes, mommy...” jawab Vivianne. Sedikit mencolok memang.

“Vi, heh!” Rayya mencubit gemas perut Vivi-panggilan akrab Vivianne.

“Untung gue udah sarapan” timpal Hanna

Hanna terbilang lebih sering dihadapkan dengan keusilan Vivianne melebihi siapapun. Kesabaran Hanna yang setipis tisu justru membuat Vivianne makin senang mengusik ketenangan Hanna.

Anggota regu yang lain hanya tersenyum tipis menyaksikan tingkah Vivi yang memang lebih tengil dari kebanyakan murid.

…Untuk seluruh peserta upacara, harap segera memasuki lapangan upacara…

“Heh. Kalian. Ayok! Udah dipanggil, tuh!”teriak Rayya.

Kemudian, dengan sigap Hanna memastikan semua anggota timnya untuk berkumpul di lapangan.

Upacara pembukaan sudah hampir selesai. Namun, Riza terlihat menuntun seorang siswa berseragam rapi. Ya, memang rapi. Namun atributnya belum lengkap.

“Le. Untung banget Pak Bayu bilang siswa yang telat cuma baris di samping pembina…” ucap Riza pada lelaki di sebelahnya.

Adalah Leo Wirjohartono, salah satu anggota peserta perkemahan dari Regu C Putra yang hari itu terlambat mengikuti upacara.

“Emang bisa lebih parah ?” Tanya Leo polos

“Tadinya Pak Bayu bilang suruh balik aja-”

“Mending balik, dong!” Leo spontan memotong kalimat Riza

“-bikin makalah penelitian sendirian” Riza menyelesaikan ucapannya

“Buset… Kalo gitu mah mending baris deket pembina deh, kayaknya”

“Makanya. Sono! Samping tenda A Putra, tuh. Di situ. Deket Pak Miko!” jelas Riza.

Leo berjalan menuju lokasi yang diarahkan Riza.Keringat dingin mendadak terasa bercucuran dari keningnya.

Leo tiba di barisan itu setelah menyelinap dari area belakang. Namun, pemandangan itu. Semua mata tertuju pada Leo. Termasuk pandangan tajam dan dingin dari Pak Bayu. Bulu kuduk Leo berdiri dan udara sekitarnya terasa menjadi lebih dingin.

…Pengumuman-pengumuman…

Pembawa acara akhirnya membacakan urutan acara paling akhir upacara pembukaan.

“Anak-anakku yang baru saja akan Bapak banggakan… Pengumuman dari Bapak… Pertama. Bapak mau ngucapin selamat untuk regu beliau” Pak Bayu menunjuk Leo, “untuk regunya akan Bapak kurangi sebanyak dua puluh poin sesuai peraturan Bapak kemarin. Kedua. Juara umum satu, dua, dan tiga akan mendapat hadiah khusus di akhir acara nanti. Lalu, dari rekan pembina, apa ada tambahan ?”

Di sisi lain, Pak Miko tampak mengangkat tangannya tanpa ragu.

“Ya. Silakan, Pak Miko.” Pak Bayu memberikan kesempatan berbicara itu pada Pak Miko

“Kakak-kakak panitia, dan adik-adik peserta. Tolong perhatiannya… Apa yang Bapak bakal umumin mungkin bakal kedengeran aneh, gak masuk akal, diluar nalar” Pak Miko menghela nafas dalam, ”tapi… Bapak dititipin sama warga sekitar. Kalian harus jaga sikap, jaga bahasa kalian. Dan kalo kalian nemuin hal yang asing selama perkemahan di area ini, kalian laporin ke Bapak. Secepetnya”

Para peserta dan panitia sempat saling berbisik dan hilang fokus setelah mendengar ucapan Pak Miko barusan. Namun, situasi akhirnya normal kembali setelah upacara pembukaan selesai dan ditutup dengan pembacaan doa.

Setelah kembali ke tenda masing-masing, para peserta perkemahan kembali membicarakan pengumuman Pak Miko tadi.

“Gaess… Kalian ngerti gak sama omongan pak Miko ?” Lia mengarahkan pandangannya pada Rayya, Hanna dan Vivianne yang duduk di hadapannya.

“Kayaknya… Apapun maksudnya pak Miko, intinya kita gak boleh sembarangan, sih” sahut Hanna.

“Setuju. Secara, ini kan bukan daerah kita. Jadi, harusnya ya… Kita juga jangan terlalu betingkah. Apalagi tempat kita di deket hutan kayak gini” tambah Rayya.

“Aneh, deh. Emang masih zaman yak yang kayak gitu-gitu ?” Vivianne jelas menunjukan ekspresi kurang setuju.

“Ya… Tetep aja… Namanya di tempat orang mah kita gak boleh macem-macem” timpal Hanna

Vivi hanya menarik nafas dalam tanpa membalas kalimat Hanna.

“Temen-temen… Inget, ya. Pokoknya kita harus selalu lapor ke Hanna. Kapanpun, mau kemanapun. Pokoknya kita ga boleh ga ada kabar” ujar Rayya

“Okay”

“Heem”

“Iyak”

“By the way… Windy, Alyson, sama Esty… Kalian udah siap ?” Hanna menunjukkan kembali kartu kepemimpinannya

“Oh ? Lombanya udah mau mulai, ya ?” sahut Alyson

“Masih lima belas menitan lagi, sih” jawab Hanna

“Gue deg-degan banget nih” celetuk Windy

“Sama…” timpal Esty

“Kayak waktu latihan aja… Tim kalian suka bagus, kok. Kompak…” jelas Hanna.

Mereka saling melempar senyum. Tatapan mereka seperti mengatakan ‘makasih, semangat’.

Setelahnya, lomba morse dan lomba semaphore sukses dilaksanakan.

Di tenda lain, tepatnya tenda Regu Sebelas C Putra, ada Leo yang sedang diceramahi oleh rekan setimnya, termasuk oleh Syafiq, ketua regu mereka.

“Jadi, kedepannya gue cuma pengen kita bisa dapet nilai yang lebih tinggi aja, sih. Ini… Orang lain masih nol, kita udah mines duluan. Khususon buat sodara Leo. Gue pengen lo dapet nilai tambahan. Minimal dua puluh poin, gua ga mau tau” jelas Syafiq

“Iya siap. Gue bakal nyari tambahan poin biar tim kita gak ada mines. Tapi gue sorry banget, deh. Sumpah! Gua kalo ga mendadak pengen ber*k, gua pasti baris paling depan, seriusan!” tutur Leo

“Teserah. Intinya, gue ga mau ada mines.” balas Syafiq singkat

“Gampang.” pungkas Leo

“Next. Buat makan siang nanti, kalian pada bawa bekel, kan ?” tanya Syafiq lagi pada anggota timnya.

“Bawa”

“Aman, bawa”

“Ya, ya, ya. Bawa, bawa”

“Bagus… Lomba morse, lomba semaphore udah pada beres. Tinggal lomba pionering, ya ?” Syafiq masih belum selesai dengan pertanyaannya

“Betul” sahut Leo.

“Le, lu ikutan lomba itu, kan ?”

“Yoi. Pokoknya, gue bakal dapet poin penuh” ucap Leo penuh percaya diri

“Iya lah. Harus itu mah” pungkas Syafiq

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!