NovelToon NovelToon

NPC : Non Player Character

Chapter 1

Aku, Justin Siregar, siswa kelas 9 SMP yang sebentar lagi akan lulus dan menuju jenjang selanjutnya yaitu SMA. Ini adalah hari terakhir aku disekolah. Aku sedang membereskan barang-barangnya dari kelas karena sebentar lagi kelas ini akan ditunggu oleh adik kelas yang naik kelas.

Rasanya seperti baru kemarin aku kelas 1 SD, kini aku akan memasuki SMA yang aku sendiri tidak tahu bagaimana disana. Tapi sepertinya itu akan menyenangkan, karena aku percaya di SMA aku akan memiliki kenangan yang indah sama seperti di SMP ini.

Aku lihat ke smartwatch ku, jam telah menunjukkan pukul 4 sore. Aku segera buru-buru karena jika sudah sore maka bis sekolah tidak akan ada lagi. Syukurlah aku tidak ketinggalan bis.

Didalam bis, aku melihat jika ada tempat kosong. Aku menemukannya, disampingnya ada gadis yang memakai seragam SMP yang sama denganku dan memakai earphone.

Sayangnya, ketika aku hendak duduk di sampingnya, ada anak SMP yang sebaya dengan kami duduk disamping gadis itu. Nampaknya itu adalah temannya.

Padahal aku ingin duduk disana tapi akhirnya aku berdiri selama perjalanan. Tiba-tiba ponselku berbunyi, itu dari teman sekelasku.

"Halo, Bro, ada apa?"

"Gimana disekolah, udah diberesin?"

"Udah, ini lagi jalan pulang, kenapa?"

"Minggu depan 'kan kita kelulusan, nah, bulan depan rencananya mau ke Raja Ampat ngajak lo sama yang lain juga, gimana, mau?"

"Wih boleh tuh, tanggal berapa?"

"27 bulan Mei, circle kita aja kok, berempat cuman. Tapi kalo lo mau ngajak yang lain boleh juga,"

"Ohh boleh deh gue juga kosong. Itu udah fix kan? Jangan wacana doang,"

"Emang gue pernah wacana? Ga lah bro, ini bakal jadi liburan terbagus yang pernah kita rasain. Masalah penginapan sama makan easy, kebetulan sepupu gue tinggal disana jadi aman,"

"Wihh, berapa hari disana?"

"Seminggu lah, biar bisa explore banyak hal, hehe. Oh ya, lo yang pertama gue kasih tahu, nanti yang lain gue kasih tahu di grup aja, kalo lo mau nelpon mereka juga gapapa,"

"Gapapa kasih tahu di grup aja. Lo lagi ngapain?"

"Lagi ngetik di grup,"

"Oke lah, eh, gue bentar lagi nyampe, nanti lanjut lagi aja,"

"Iya bro, bye."

Yang menelepon itu bernama Ramzi Hayes, teman sekelas yang tahu banyak informasi seputar tempat-tempat untuk liburan atau sekedar menghirup kopi di sore hari. Jadi kami tidak perlu susah payah mencari lokasi lagi karena ia selalu tahu.

Sesampainya dirumah, aku masuk kamar dan segera membuat persiapan untuk minggu depan kelulusan. Sebenarnya SMP ku tidak mengadakan acara perpisahan, hanya saja kami berempat ingin membuat hari pembagian rapor dan ijazah sementara menjadi lebih sedikit berarti yaitu merayakannya dengan cara kami.

Aku melingkari tanggal minggu depan 12 April, dan 27 Mei hari dimana kami akan ke Raja Ampat untuk liburan bersama. Aku tidak sabar untuk merayakan kedua hari itu. Meskipun nampak sederhana, tapi itu sangat berarti bagiku. Aku harap, aku bisa merasakannya nanti setelah SMA.

Tak terasa 12 April telah tiba. Aku bersama teman-temanku berswafoto dan makan bersama di kantin sebagai hari terakhir di SMP.

"Jadi, udah izin belum sama orangtua kalian mau ke Raja Ampat?" Ucap Ramzi sambil makan mie ayam yang duduknya menghadap Bobby.

Temanku, Bobby Dawson yang duduk disampingku, mengangguk akan pertanyaan Ramzi, "Udah, mereka ngizinin dan nitip oleh-oleh malahan," Katanya sambil makan bakso kuah mercon.

"Lo, gimana Gilang?" Tanyaku pada Gilang Mahendra, yang duduk menghadapku. Ia sedang makan bakmie sama sepertiku.

"Boleh, lo juga kan?" Aku mengangguk. Aku sudah bilang ke orangtuaku dan mereka juga mengizinkan untuk kesana.

Syukurlah, kami berempat kompak dan akan berangkat kesana nanti bulan depan. Ngomong-ngomong soal teman, Gilang telah menjadi temanku sejak SD. Kami 6 tahun sekelas terus.

Sementara dengan Ramzi, rumah kami bersebelahan dan karena kami tetangga namun kami tidak satu sekolah, barulah pas SMP kami satu sekelas dan aku berteman dengan Bobby karena dia adalah teman sekelas Ramzi sejak kelas 1 SD berturut-turut.

Chapter 2

Tak terasa sudah memasuki bulan Mei dan sebentar lagi kami akan liburan ke Raja Ampat. Sekarang sudah tanggal 25, aku beres-beres untuk menyiapkan apa saja yang akan kubawa kesana nanti.

Aku teringat akan novel yang sering ku baca, Chasing Her Feeling, sebuah novel romansa dan fiksi remaja namun sad ending, dimana karakter utama sang laki-laki meninggal akibat kecelakaan.

Meskipun begitu, aku suka membacanya karena aku jadi tahu bagaimana cara memperlakukan perempuan dengan baik. Andai aku juga punya seseorang yang kusukai, kurasa aku akan menerapkannya.

Aku memasukkan novel tersebut kedalam koper yang nanti akan aku baca disana. Setelah membereskan barang-barang, aku beristirahat sembari menunggu kepulangan kedua orangtuaku dari bekerja.

Baru saja ingin memejamkan mata, tiba-tiba suara heboh warga yang berteriak membuatku buru-buru keluar rumah dan melihat apa yang terjadi. Mereka semua berlarian dan sebagian ada yang membawa ember berisi air.

Entah apa yang terjadi, aku jadi ikutan berlari mengikuti mereka yang berlari kearah rumah susun yang tak terlalu jauh dari rumahku.

Begitu terkejutnya aku, ketika melihat jika rumah susun yang bertingkat tersebut kebakaran. Kobaran api yang begitu besar dan hampir menutupi seluruh bangunan, benar-benar terlihat seperti lautan api.

Beberapa ada yang keluar dengan selamat, namun juga ada yang terluka karena api itu benar-benar menyebar dengan cepat. Pemadam kebakaran tak juga datang padahal telah ditelepon oleh warga setempat.

Aku hanya bisa melihat, namun aku tergerak untuk masuk kedalam sana karena melihat seorang gadis sebaya yang nampaknya terjebak disana.

Aku segera berlari kesana tanpa menghiraukan teriakan dan larangan orang-orang. Namun, ketika aku berhasil menerobos masuk dan hendak menaiki tangga, aku tiba-tiba terpleset dan tubuhku perlahan-lahan jatuh ke lantai yang telah diselimuti kobaran api.

Sial, kenapa malah aku mati terbakar hanya untuk menyelamatkan orang? Apakah aku akan sungguhan mati disini karena menyelamatkan orang?

Entah apa aku akan mati atau tidak, tapi aku memejamkan mata, berharap aku diberi kesempatan untuk memperbaiki hidupku yang kalau kulihat aku selalu mengutamakan orang lain alih-alih diri sendiri.

Aku tak ingin merasakan panasnya api, aku berharap ini semua mimpi sehingga ketika aku terbangun aku tak terbakar. Tapi kurasa ini kenyataan.

Mungkin ini adalah akhir dari segalanya. Segala seluruh mimpiku dan keinginanku hilang ditelan kobaran api yang membara.

"Denger-denger banyak cewek cantik loh disana-"

"Bobby pikiran lu cewek mulu, kita tuh refreshing disana! Eh tapi boleh deh kalo bule, hehe,"

"Ngaca Ramzi! Lo juga kan?"

"Ada-ada aja. By the way gue pengen rasain gimana diving, katanya yang terkenal disana terumbu karang yah?"

"Iya Justin, gue juga pengen tuh diving, siapa tahu ada putri duyung kan?"

"Tahu-tahu ternyata dugong, Gilang,"

"Janganlah, tapi kalo dugong buat lo gue ikhlas kok, serius,"

"Yeuu!! Eh, foto nih cepetan,"

"Sabar Ramzi! Kaki gue lo injek noh!"

"Bobby lu bisa liat gak? Lu yang nginjek kaki gue!"

"Udah anak-anak, ayo foto bersama,"

"Tuh kan, bapak presiden jadi ngomong, haha,"

"Udah Gilang diem, ayo, satu, dua, cheese.."

Yah, semuanya hilang beserta harapan yang kami bangun bersama. Liburan untuk mengisi waktu sebelum masuk SMA, lenyap sudah.

"Victor, Victor! Oy!"

Aku terbangun karena seseorang membangunkanku. Entah aku dimana, tapi aku terkejut ketika melihat suasana kelas yang asing bagiku.

Seragam putih abu-abu yang indentik dengan seragam anak SMA, kelas yang ramai dengan siswa-siswi keluar masuk kelas, serta aku juga yang memakai seragam yang sama, membuatku bingung.

Ditambah lagi, ada orang asing yang duduk sebangku denganku, entah siapa dirinya, tapi di label namanya tertulis Reza Oktovian, nampak familiar dimataku.

"Kenapa lu? Eh ini udah istirahat, yuk keluar-"

Reza terdiam melihatku yang seperti orang linglung. Tapi serius, ini membingungkan. Apalagi ketika aku membaca label namaku sendiri, Victor Stone, bukan Justin Siregar.

"WC dimana?" Tanyaku pada Reza. Reza menjelaskan dimana WC berada dan aku segera keluar kelas menuju kesana.

Disana, aku mengunci pintu dan bercermin. Aku benar-benar amat sangat terkejut ketika melihat wajahku adalah wajah orang lain, bukan wajahku sendiri.

Apa maksudnya ini? Kenapa aku justru berada dalam raga orang asing yang bahkan aku sendiri tidak tahu aku dimana? Lalu, bagaimana dengan raga ku yang asli? Begitu banyak pertanyaan sampai aku sendiri tidak tahu ini nyata atau tidak.

Chapter 3

Aku menarik nafas panjang dan mencoba berpikir jernih atas apa yang terjadi padaku sekarang ini. Aku mengingat lagi apa yang terjadi dan menemukan sebuah hal yang mengejutkan, bahwa ini adalah tubuh milik Victor Stone.

Entah bagaimana bisa aku berada dalam tubuhnya, apakah aku benar-benar meninggal atau kemana, tapi ini membuatku syok karena Reza Oktovian, adalah teman sebangku Victor di dalam novel Chasing Her Feeling.

Yah, aku menjadi pemeran utama dalam novel fiksi remaja tersebut. Entah kenapa aku bisa disini, dan apa alasan aku bisa disini, tapi yang pasti aku harus menemukan jalan kembali ke diriku yang sebenarnya.

Tapi sepertinya, sangat tidak mungkin mengingat ini dalam dunia novel. Aku ingat-ingat bagaimana novel itu berakhir, yah! Victor meninggal.

Pertama-tama, langkah pertama yang harus aku lakukan adalah menghindari karakter utama perempuannya. Karena penyebab Victor meninggal juga karena gadis itu yang jual mahal padanya.

Meskipun mungkin alasan aku disini agar bisa membantu Victor mendekati pujaan hatinya, tapi aku akan mengubahnya sebisaku. Agar Victor tetap hidup tanpa dibutakan oleh cinta, dan aku bisa kembali ke dunia asalku.

Aku mencoba mengingat isi novel tersebut agar aku tidak salah langkah dalam mengambil keputusan.

Diceritakan di dalam novel Chasing Her Feeling, Katy berpacaran dengan Camdyn selama SMP sejak kelas 8 sampai kelas 9. Disaat itu juga, Victor jatuh cinta pada Katy pada pandangan pertama namun sayangnya ia mundur saat itu karena Katy sedang berpacaran dengan Camdyn.

Ketika SMA, Arga, yang sekelas dengan Katy, memberitahu pada Victor jika Katy baru saja putus. Victor pun mendekati Katy dengan bantuan teman-temannya tapi dengan cara yang antimainstream, mendekati seorang gadis bak pahlawan.

Mulai dari menyuruh teman-temannya membully Katy agar Victor bisa menjadi satu-satunya orang yang dipercayai oleh Katy. Dan banyak hal lain yang perlahan-lahan membuat Katy membuka hati pada Victor setelah disakiti oleh Camdyn.

Tapi sayangnya, ada rumor tak jelas yang merusak nama baik Victor sehingga mengakibatkan Katy yang kecewa besar padanya. Victor segera mengendarai motor dan menuju rumah Katy untuk menjelaskan semuanya.

Saat itulah, tragedi mengenaskan terjadi, Victor meninggal karena menabrak truk akibat mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Katy yang melihatnya segera menghampiri, waktu itu Katy baru saja pulang dari les.

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Victor mengungkapkan isi hatinya pada Katy. Katy menangis dan mempercayai semuanya serta mengungkapkan isi hatinya juga.

Tapi semuanya sudah terlambat, Victor meninggal. Meskipun begitu, ia berterimakasih karena Katy merasakan hal yang sama serta meminta gadis itu untuk tetap melanjutkan hidup meskipun tanpanya.

Bukankah itu menyedihkan? Bagaimana bisa berakhir seperti itu padahal seharusnya Victor bisa hidup bahagia andai Katy mau mendengar penjelasan Victor serta Victor yang berhati-hati mengendarai sepeda motor?

Intinya, tujuanku adalah menyelamatkan nyawa Victor dan mencari sumber permasalahan mengapa Katy putus dari Camdyn, kekasihnya dulu.

Apakah memang benar Camdyn mendekati seluruh gadis di sekolah dan membuat mereka baper semua serta mempermainkan hati mereka? Itu harus aku cari tahu kebenarannya.

Serta, apakah Victor benar-benar mencintai Katy atau justru hanya sekedar penasaran? Ditambah Katy, apakah ia menyukai Victor hanya karena kasihan?

Perlahan-lahan, aku pasti bisa menuntaskan semuanya. Sambil bercermin, aku menampar kedua pipi wajah Victor yang saat ini telah menjadi wajahku.

Mula-mula, aku akan menghindari pertemuan Victor dengan Katy. Seingatku, ada adegan dimana Arga Ardiansyah, teman sekelas Victor sewaktu SMP yang saat ini sekelas dengan Katy masuk ke kelasku.

Dia mengajakku ke kelasnya. Tapi sebelum ke kelasnya, Victor meminta saran bagaimana mendekati Katy agar tidak terlihat mendekati. Disitulah awal mula Victor mendekati Katy.

Itu berarti, untuk mencegah pertemuan itu, aku harus menghindari teman-teman Victor agar tak bertemu dengan Katy.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!