NovelToon NovelToon

Dokter'S Romantic

Episode 1 Dokter Aneh

Rumah sakit Cipta karya.

liu Liu Liu Liu Liu Liu Liu Liu Liu Liu Liu Liu Liu

Suara sirene ambulance yang terdengar kuat dan dari kejauhan yang sejak tadi terdengar yang berhenti di depan rumah sakit

2 Dokter muda yang langsung buru-buru berlari yang di dampingi Suster dengan mendorong tempat tidur pasien.

"Ayo cepat!" titah Dokter pria yang terlihat panik.

Mobil ambulan di buka dan keluar beberapa perawat yang mengeluarkan korban. Perawat itu langsung memindahkan pasien dari ambulan menuju tempat tidur. Kondisi pasien yang begitu buruk dengan kepalanya yang pecah dan darahnya yang begitu banyak dan kental.

"Salah satu Dokter wanita yang ikut dalam mengatasi kondisi darurat itu.terlihat memalingkan wajahnya yang seperti ingin muntah melihat kondisi pasien yang sudah tidak bernyawa itu.

"Zeva tolong kamu perbaiki posisi tangannya!" titah Dokter pria itu. Namun Zeva seperti tidak mendengar dan terasa mual dengan menutup mulutnya.

"Zeva!" bentak Dokter.

"Iya Dokter Alvin!" sahut Zeva dengan cepat.

"Kamu tidak mendengar saya?" tanya Dokter Alvin.

"Apa?" tanya Zeva bingung.

"Kamu perbaiki posisi tangannya, lipat di atas dadanya," tegas Dokter Alvin.

"Oh iya baiklah!" sahut Zeva.

Zeva terlihat takut dan jijik yang tidak mencerminkan sebagai seorang Dokter yang biasanya begitu melihat pasien yang mau separah apapun tidak akan memalingkan wajahnya. Namun berbeda dengan Zeva yang sejak tadi menahan diri dan menahan mual melihat pasien dengan wajah yang tidak di kenali itu.

********

Ehegg, Eheggg, egggg

Zeva muntah-muntah di kamar mandi dengan perutnya yang mual menumpahkan semua isi makanan yang ada dalam perut di wastafel.

"Ya ampun Zeva kamu itu aneh-aneh aja ya. Dokter tapi kok bisa seperti ini," gumam seorang wanita dengan geleng-geleng kepala yang sejak tadi menemaninya.

"Hah-hah-hah-hah-hah!" Zeva mencuci mulutnya dengan nafasnya yang naik turun.

"Kamu tidak tahu saja Inggit bagaimana pasien itu sudah hancur dan isi kepalanya bahkan keluar....."

"Ehegg!" Zeva kembali muntah kala mengingat apa yang dilihatnya tadi.

"Ya memang bukannya makanan sehari-hari Dokter seperti itu. Kamu aneh tahu!" sahut Inggit.

"Ya nggak seperti juga," sahut Zeva dengan suara seraknya yang malah pucat.

"Sudahlah cepat keluar dari kamar mandi. Kalau Dokter lain tahu kamu seperti ini. Awas entar kamu akan mendapatkan masalah. Kamu juga nanti yang adanya diejek oleh pasien. Karena Dokter yang jijik melihat luka pasien," ucap Inggit mengingatkan.

Zeva hanya diam saja yang masih memegang perutnya dengan mengatur nafasnya. Masih terasa mual perutnya.

**********

..."Model cantik Imelda Carlonia di temukan tewas di pekarangan Apartemen. Di duga model cantik ini melompat dari kamar Apartemennya di lantai 24!" ucap pembawa berita di telivisi. Risya yang menonton berita hari ini geleng-geleng kepala yang ikut prihatin....

"Aku pulang!" ucap Zeva memasuki rumah yang terlihat lemas dan tidak bersemangat.

"Zeva!" sahut Risya. Zeva menghampiri sang mama dan mencium punggung tangan Risya. Lalu Zeva duduk di samping Risya.

"Mama lihat rumah sakitnya rumah sakit kamu bekerja!" ucap Risya.

"Iya mah. Sangat mengerikan, wajahnya saja tidak bisa di kenali. Aku saja baru tahu. Jika dia ada publik figur setelah melihat berita hari ini," jawab Zeva.

"Lalu apa tewasnya memang karena bunuh diri?" tanya Risya.

"Entahlah mah, belum di ketahui. Belum ada pemeriksaan lanjutan," jawab Zeva.

"Begitu rupanya!" sahut Risya menghela nafas.

"Lalu kenapa wajah kamu terlihat lemas dan pucat seperti itu. Apa kamu sakit?" tanya Risya.

"Tidak mah, hanya lelah saja," jawab Zeva.

"Ya sudah Zeva mau ke atas dulu mau bersih-bersih," ucap Zeva pamit.

"Ya sudah sayang, nanti setelah itu kamu turun, mama sudah siapkan kamu makan malam," ucap Risya.

"Iya mah," sahut Zeva yang langsung menuju kamarnya.

************

Rumah sakit.

Zeva dan Dokter Alvian yang berada di ruangan Dokter Ardi.

"Saya percayakan kalian berdua untuk mengurus pasien. Kalian berdua berbagi tugas!" titah Dokter Ardi. Dokter senior di rumah sakit yang sudah berkepala 4.

"Apa akan ada otopsi," batin Zeva yang tiba-tiba panik dan tidak tenang.

"Baik Dokter," sahut Alvin.

"Kalau begitu kalian bisa keluar!" titah Dokter Ardi.

Alvin menganggukkan kepalanya dan langsung keluar sangat berbeda dengan Zeva yang masih tetap saja bengong.

"Zeva!" tegur Alvin yang membuat Zeva kaget.

"Ayo! Kamu ngapain masih di sani!" ucap Alvin.

"Oh iya!" sahut Zeva seperti orang linglung. Zeva menundukkan kepalanya sebelum keluar dari ruangan itu.

Zeva dan Alvin yang sudah berada di luar ruangan Dokter Ardi saling berhadapan.

"Kita akan mengotopsi mayat tersebut. Kamu siapkan semuanya!" titah Alvian yang langsung cepat melaksanakan perintah dari senior nya.

"Tunggu dulu!" cegah Zeva.

"Ada apa?" tanya Alvin.

"Hmmmmm, kenapa harus di otopsi. Bukannya udah jelas jika model itu mati bunuh diri," ucap Zeva dengan hati-hati.

"Apa-apaan kamu Zeva. Pertanyaan apa itu. Kita tidak melakukan otopsi ketika tidak mendapat perintah dari keluarga. Tetapi kita mendapatkan perintah dari keluarga. Kematiannya menjadi misteri. Jadi sangat diperlukan otopsi untuk memperjelas kematiannya. Jadi sebaiknya kamu siapkan semuanya dari Suster dan yang lainnya untuk secepatnya melakukan otopsi," tegas Alvin dan Alvin yang tidak banyak bicara lagi langsung pergi.

"Ya ampun kenapa aku jadi berurusan dengan mayat itu. Apa salahnya langsung di kubur. Harus pakai adegan belah sana sini lagi," ucap Zeva yang tiba-tiba merasa ngeri dan frustasi sendiri dengan wajahnya yang tampak gelisah.

Zeva memang baru saja menjadi seorang Dokter. Namun belum mengambil specialis. Usianya juga baru 22 tahun. Namanya saja Lulus menjadi Dokter muda. Tapi ternyata nyali Zeva masih sangat sedikit dan bisa-bisanya mual melihat hal-hal yang terlalu aneh dalam orang tubuh manusia.

Zeva masih dalam hitungan bulan bergabung di rumah sakit tersebut. Zeva juga belum mendapatkan izin untuk operasi. Jadi Zeva belum pernah melakukan sekalipun pembedahan.

*********

Malam hari Zeva berdiri di depan salah satu ruangan yang bertuliskan kamar mayat. Entah apa yang di lakukan Zeva sendirian di depan kamar yang cukup seram itu.

Zeva menarik nafas panjang dan membuang nafasnya perlahan kedepan. Lalu memegang Kenopi pintu dan memasuki ruangan tersebut. Di dalam ruangan itu masih banyak mayat-mayat yang belum diambil keluarganya.

Langkah Zeva perlahan-lahan berjalan dengan matanya berkeliling yang juga melihat nama di ujung kaki mayat tersebut yang merupakan identitas dari mayat yang ada di ruangan tersebut.

Langkahnya terhenti ketika melihat nama model cantik yang menjadi pembicara dan trending topik hari ini. Mayat yang pasti tertutup dengan kain putih. Zeva berdiri di samping mayat tersebut.

"Seharusnya saat Ambulance itu terdengar, aku tidak langsung berlari. Jadi pasti bukan aku yang mengotopsi kamu. Kamu begitu menyeramkan, menyia-nyiakan hidupmu dan membuatmu mati seperti ini dan lihat aku yang repot dan sampai saat ini masih terbayang bagaimana saat pertama kali aku melihatmu," ucap Zeva berbicara sendiri dengan kedua tangannya berada di saku jas almamater yang digunakan.

"Untung saja bukan aku yang mengurus kepalamu, menyatukan isinya saat kepalamu hancur. Jik tidak aku pasti tidak bisa tidur yang mengingat semuanya," ucap Zeva dengan jijik sendiri yang merasa ngeri.

Bersambung

Episode 2 Otopsi

Memang aneh Dokter yang tidak punya nyali dan darah saja kalau sudah kebanyakan akan takut dan membuat tubuhnya lemas. Tidak tahu bagaimana ceritanya Zeva bisa lulus kedokteran.

"Kau benar-benar sangat menyeramkan!"

Tiba-tiba angin kencang datang dan kain penutup wajah dari mayat tersebut terbuka.

"Aaaaaaaaa!" teriak Zeva ketika melihat jelas wanita yang sudah kepalanya dijahit dan wajahnya terlihat pucat membiru.

"Aaaaaaaa!" Zeva kembali berteriak dan langsung buru-buru keluar dari kamar mayat tersebut dengan berlari kencang.

Bruk. Karena tidak melihat jalan Zeva bertabrakan dengan salah satu Dokter.

"Zeva!" sahut Alvin yang memegang kedua bahu Zeva dan Zeva yang terlihat begitu pucat dan penuh dengan rasa ketakutan.

"Kamu kenapa sih?" tanya Alvin heran.

"Aku baru saja dari kamar mayat dan aku baru melihat mayat," jawab Zeva dengan panik yang tubuhnya bergetar dengan dahinya yang sudah berkeringat.

"Ha-ha-ha-ha-ha-ha!" Alvin tertawa kecil yang membuat Zeva heran dengan mengkerutkan dahinya.

"Why! Apa yang lucu?" tangan Zeva.

"Astaga Zeva. Namanya juga kamu baru dari kamar mayat. Ya jelas lah kamu melihat mayat. Kamu itu lucu sekali, aneh tau," ejek Alvin geleng-geleng kepala. Zeva yang malah kesal yang di tertawakan.

"Kamu itu juga seperti tidak pernah melihat mayat saja sampai teriak-teriak seperti ini dan heboh yang untung saja tidak membuat satu rumah sakit ikut heboh seperti kamu," ucap Alvin.

"Dokter juga manusia. Jadi pasti ada takutnya. Kamu kayak nggak aja, sudah merasa paling berani aja," kesal Zeva dengan wajah sewotnya.

"Ya nggak separah kamu juga. Bisa-bisanya teriak-teriak di rumah sakit dengan seragam kamu itu. Apa nggak malu dengan seragam kamu hah!" ucap Alvin geleng-geleng dengan mengejek Zeva. Zeva hanya diam saja dengan wajah kesalnya.

"Sudahlah kamu itu jangan aneh-aneh dan membuat keributan. Kamu harus cepat menyiapkan proses otopsi. Pihak keluarga dan Polisi akan meminta hasil itu," ucap Alvin mengingatkan.

"Iya," sahut Zeva yang menjawab cepat dan dengan terpaksa.

"Ya sudah aku pergi dulu. Di kamar mayat memang ada mayatnya, jika tidak ada mayat baru namanya hal yang aneh," ledek Alvin yang langsung pergi yang masih merasa lucu dengan Zeva.

"Aku juga tahu!" kesal Zeva.

Mata Zeva menoleh ke belakang dan melihat ke arah pintu kamar mayat yang pintunya masih terbuka. Zeva mengedikkan bahunya yang merasa ngeri dan langsung pergi dengan buru-buru. Perasaan Zeva sudah seperti di kejar hantu saja yang sejak tadi terus saja meriang ketakutan dan merasa begitu horor.

**********

Rumah sakit Cipta karya beberapa hari ini terus saja di datangi Polisi dan banyak awak media yang juga datang yang pasti untuk mencari informasi mengenai model terkenal yang menjadi tranding topik belakangan ini. Karena kematiannya menjadi misteri dan pertanyaan masyarakat yang penuh dengan dugaan.

Zeva baru saja tiba di rumah sakit yang masih berada di dalam mobilnya yang mematikan mesin mobilnya melihat di depan rumah sakit dipenuhi dengan orang-orang yang ingin mencari informasi.

"Pagi-pagi seperti ini wartawan sudah begitu banyak!" ucap Zeva menghela nafas. Zeva mengambil tasnya lalu keluar dari dalam mobilnya.

"Zeva!" langkah Zeva terhenti ketika ada memanggilnya dan Zeva menoleh ke belakang.

"Inggit," sahut Zeva.

"Zeva ada yang mencari kamu," ucap Inggit.

"Siapa?"

"Polisi," jawab Inggit.

"Untuk apa mencariku?" tanya Zeva heran dengan dahinya mengkerut.

"Apalagi. Jika bukan untuk meminta hasil otopsi korban Imelda," jawab Inggit.

"Oh itu," sahut Zeva

"Kamu sudah melakukan otopsi kan?" tanya Inggit.

"Iya," jawab Zeva dengan cepat.

"Ya sudah kalau begitu ayo masuk!" ajak Inggit. Zeva menganggukkan kepalanya.

**********

"Dokter Zeva!" langkah Zeva terhenti ketika seseorang memanggilnya. Seorang pria yang bertubuh profesional yang melangkah menghampiri Zeva.

"Apa aku pernah bertemu dengannya?" batin Zeva melihat pria itu semakin dekat dengannya yang merasa tidak asing bagi Zeva.

"Saya Firman dari pihak kepolisian!" pria itu menunjukkan kartu identitasnya yang di kalungkan di lehernya.

"Iya. Ada apa?" tanya Zeva datar.

"Saya ingin meminta hasil dari otopsi pasien bernama Imelda Carlonia!" jawab Firman langsung to the point.

"Hasil otopsinya belum keluar dan harus menunggu beberapa hari lagi," ucap Zeva.

"Butuh berapa lama saya mendapatkan hasil otopsi pasien?" tanya Firman.

"Secepatnya!" jawab Zeva singkat.

"Apa ada kejanggalan yang anda temukan?" tanya Firman.

"Hasil otopsi belum keluar. Jadi pertanyaan tuan belum bisa saya jawab," ucap Zeva.

"Tapi bukannya anda seorang Dokter. Anda harus tahu bukan jika ada sesuatu kecurigaan tanpa harus menunggu hasil otopsi," ucap Firman yang terlihat mengintimidasi dan sangat memaksa Zeva.

"Apa maksud kamu. Kamu meragukan saya sebagai seorang Dokter. Jika saya mengatakan hasil otopsi belum keluar dan artinya belum keluar dan anda tidak perlu banyak tanya lagi. Jika ingin menyelidiki kasus kematian dari model tersebut Anda bisa selidiki sendiri dengan tim anda dan jangan melibatkan rumah sakit dan juga hasil otopsi," tegas Zeva marah-marah yang tidak suka dengan cara bicara Firman.

"Saya hanya bertanya saja dan anda tidak perlu marah-marah seperti ini. Lagi pula kenapa bisa rumah sakit ini memliki Dokter yang kurang memiliki etika seperti kamu dan memberikan tanggung jawab atas masalah ini kepada kamu," sinis Firman yang membuat Zeva semakin kesal dengan matanya terbuka lebar dan tangannya yang terkepal.

"Apa maksud dari perkataan kamu. Kamu pikir saya ini Dokter abal-abal yang tidak bejus hah!" kesal Zeva yang merasa tersinggung.

"Tidak perlu marah. Saya akan terus meminta hasil otopsi korban dan bukan omongan yang saya inginkan," ucap Firman yang langsung berlalu dari hadapan Zeva.

Namun langkah Firman terhenti ketika 2 langkah di depan Zeva.

"Perasaan dia baru memakai seragam sekolah dan sekarang sudah berganti memakai seragam Dokter," ucap Firman yang membuat Zeva bingung dan Firman kembali melanjutkan langkahnya.

"Apa maksud mu hey!" teriak Zeva. Firman melanjutkan langkah kakinya tidak memperdulikan teriakan dari Zeva yang penuh dengan rasa penasaran.

"Apa dia mengenalku?" tanya Zeva.

"Argggg masa bodo! Jika ingin hasil otopsi cepat keluar seharusnya dia saja yang melakukannya dan jangan seenaknya jidat berbicara," gerutu Zeva dengan kesal.

**********

Zeva, Inggit dan Alvin sedang makan siang di rumah sakit.

"Zeva kamu tahu tidak. Jika model yang tewas yang diduga bunuh diri itu ternyata bukan bunuh diri melainkan ada dugaan pembunuhan," ucap Inggit memulai pembicaraan.

"Tahu dari mana kamu?" tanya Zeva.

"Benarkah!" sahut Zeva. Inggit mengangguk.

"Zeva kamu cepat keluarkan hasil otopsi pasien. Soalnya mayatnya harus di kubur," tegas Alvin.

"Ya jika memang keluarganya ingin menguburkan mayatnya, Ya di kuburkan saja. Hasil otopsi juga akan keluar dengan cepat," sahut Zeva santai.

"Kamu yakin tidak akan ada masalah setelah mayatnya sudah dikembalikan kepada keluarganya?" tanya Inggit.

"Iya!" jawab Zeva yang mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan.

"Ini otopsi pertama kamu Zeva dan kamu teliti bukan melakukannya?" tanya Alvin yang ingin memastikan.

"Iya, sesuai prosedur," jawab Zeva dengan santai dan tenang.

"Memang kamu tidak ikut Alvin dalam otopsi?" tanya Inggit.

"Sangat kebetulan aku menggantikan salah satu Dokter yang juga dengan kasus otopsi. Jadi aku serahkan pada Zeva," jawab Alvin.

"Kamu sendirian Zeva?" tanya Inggit yang tiba-tiba merasa ada sesuatu.

"Iya!" jawab Zeva.

"Kamu yakin sudah melakukannya dengan baik?" tanya Inggit yang meragukan sahabatnya. Karena memang dia sangat mengenal sahabatnya itu.

"Hmmm, iya!" jawab Zeva yang jika di tanya menjawab tanpa melihat teman-temannya.

"Kenapa aku ragu padamu Zeva. Bagaimana jika ada sesuatu Zeva!" batin Inggit yang malah terlihat khawatir.

Zeva memang terlihat tenang. Namun ketenangan itu yang membuat Inggit mencurigai sesuatu. Namun berusaha untuk berpikir positif.

Bersambung

Episode 3 Bertemu kembali.

1 Minggu kemudian.

..."Pemakaman dari model cantik Imelda Carlonia hari ini di lakukan dengan penuh haru. Banyak fans yang berkunjung kemakamnya dengan membawakan bunga dan turut prihatin memberikan bela sungkawa atas kehilangan idola mereka yang yang mereka cintai," media sekarang membicarakan masalah pemakaman Imelda Carlonia yang juga menjadi pemberitaan hangat....

Zeva sendiri yang berdiri di depan televisi yang menggantung di tembok rumah sakit dengan kedua tangannya di lipat di dadanya yang sangat serius melihat proses pemakaman itu.

..."Namun kematian dari korban masih menjadi misteri? Apa yang membuat Imelda bunuh diri. Namun banyak spekulasi. Jika Imelda di bunuh. Pihak rumah sakit Cipta Karya belum memberikan hasil otopsi sebenarnya dan membuat penyelidikan polisi masih belum bisa dilanjutkan," lanjut pembawa berita....

Wajah Zeva terlihat datar ketika melihat berita di telivisi dengan Zeva menghela nafasnya. Saat Zeva berbalik badan tidak sengaja tubuhnya tertabrak tubuh kekar.

Bruk.

Tubuh itu tertabrak tubuh yang begitu tegap sampai membuat Zeva hampir jatuh dan untung saja pria itu berhasil menahan tubuh dengan memeluk pinggang Zeva dan kedua tangan Zeva berada di dada bidang pria tersebut.

Nafas dan jantung Zeva berdegup dengan kencang karena panik dan Zeva mengangkat kepalanya yang melihat siapa orang yang menahan tubuhnya.

Deg.

Betapa terkejutnya Zeva dengan matanya melotot dan lebaran jantung yang semakin kencang yang seperti ingin copot. Pria itu juga terkejut melihat Zeva dengan ekspresi kaget mereka.

"Dokter Askara!" batin Zeva.

"Zeva!" batin Askara.

Mereka sama-sama kaget yang kembali di pertemukan setelah 6 tahun lamanya berpisah. Askara dan Zeva yang dulu memiliki masa lalu dan sekarang bertemu kembali. Dari wajah mereka terlihat masih sama-sama tidak percaya akan pertemuan itu dan jika di katakan apa saling mengenal pasti masih saling mengingat satu sama lain.

Zeva dan Askara dalam posisi yang sama terbayang kembali masa-masa yang pernah mereka lewati beberapa tahun lalu. Hal singkat dalam hitungan kurang lebih 3 bulan. Tetapi masih mengingat jelas dan mampu membuat jantung keduanya berdebar dengan kencang yang mungkin sama-sama merasakan debaran itu.

Askara mengingat pertama kali melihat Zeva di pesawat. Wajah Zeva sama dengan seperti saat ini Askara bertemu dengan Zeva. Wajah yang tidak pernah berubah. Bagi Askara Zeva masih tetap kecil dan gadis remaja.

Zeva juga mengingat pertama kali bertemu Askara yang menyelamatkan Zeva saat Zeva ingin di lecehkan di Bali. Ingatan seperti kilat yang sangat cepat berlalu. Mereka yang sejak dulu dekat dan Askara banyak mendampingi Zeva. Sampai timbul perasaan gadis remaja pada pria dewasa yang memang tulus kepadanya.

Gentelment seorang Askara yang apa-apa selalu meminta izin pada orang tuanya dan semua mereka lalui dengan hal-hal manis. Ingatan yang tidak pernah bisa di lupakan di pikiran mereka berdua dengan debaran jantung yang masih terus berdebar kencang.

Namun bukan ingatan manis yang berkesan. Tetapi ingatan terakhir Zeva adalah saat melihat Askara di depan rumah sakit saat hujan dan dia datang menemui Askara dengan sengaja membawakan nasi kuning. Namun Zeva melihat Askara berciuman dengan mantan kekasih Askara yang tak lain adalah laras. Apa yang teringat di dalam benak Zeva membuat hati Zeva masih terasa sesak dan sakit dan seakan kemanisan yang pernah terjadi luka seketika dengan luka yang masih membekas.

"Dokter Askara!" keduanya sama-sama membuyarkan lamunan mereka ketika mendengar suara memanggil.

Zeva dengan cepat melepas diri dari Askara dan langsung menjauh dengan rasa gugup dan salah tingkah yang masih terlihat shock. Namun tidak bisa bohong dari sorot mata Zeva ada rasa kecewa dan mata bergenang yang ingin di tumpahkan air mata itu.

"Maaf!" sahut Zeva yang mengalihkan pandangannya mencari pandangan lain. Namun, Askara masih memperhatikan Zeva yang sangat ingin banyak bicara dengan Zeva.

"Dokter Askara!" Dokter Ardi yang memanggil Askara menghampiri Askara dan Zeva.

"Dokter Ardi!" sapa Askara yang juga sedikit gugup. Namun masih berusaha tenang.

"Akhirnya Dokter datang juga," ucap Ardi.

"Iya saya baru datang dan tadi saya ingin langsung menemui Dokter Ardi," jawab Askara.

"Saya memang sejak tadi menunggu Dokter," sahut Ardi. Askara mengangguk.

"Dokter Zeva perkenalkan ini Dokter Askara. Dokter ahli bedah dan akan melanjutkan tugas di rumah sakit ini. Karena banyak Dokter muda yang butuh di bimbingan sama seperti kamu," ucap Dokter Ardi yang memperkenalkan Askara.

Zeva hanya mengangguk-angguk. Namun wajahnya melihat kesana kemari yang tidak melihat ke arah Askara yang seperti menghindari pandangan itu.

"Kamu tidak ingin mengulurkan tangan untuk berkenalan?" tanya Dokter Ardi dengan alis terangkat.

"Oh maaf! Saya Zeva!" sahut Zeva yang mengulurkan tangan dengan kegugupan di wajah Zeva. Askara bisa merasakan tangan Zeva yang begitu dingin.

"Askara!" jawab Askara yang menyambut uluran tangan itu dan melihat Zeva begitu dalam. Namun Zeva menarik uluran tangannya dengan cepat dan sampai lupa untuk menyebutkan namanya yang pasti sudah di ketahui Askara.

"Baiklah Dokter, kalau begitu saya permisi dulu. Masih ada yang harus saya selesaikan!" ucap Zeva yang buru-buru pamit.

Dokter Ardi mengangguk dan Askara yang melihat kepergian Zeva.

"Zeva kamu ada di sini. Kita bertemu kembali," batin Askara dengan tatapan mata yang penuh kerinduan.

"Mari Dokter kita mengobrol!" ajak Ardi yang kembali membuyarkan lamunan Askara.

"Baik!" sahut Askara dengan mengangguk. Lalu pergi bersama Dokter. Walau Askara masih kepikiran dengan Zeva.

*********

Setelah bertemu dengan Askara membuat tubuh Zeva jadi lemas. Zeva yang bersandar di salah satu Villar dengan kedua tangannya berada di saku jasanya.

Hahhhhhh.

Zeva membuang nafas beratnya begitu panjang.

"Aku tidak pernah membayangkan di dalam hidupku. Jika aku akan kembali Bertemu dengan dia setelah sekian lama," gumam Zeva.

"Tidak ada yang berubah, dia masih tetap orang yang pertama kali aku temui waktu dulu," batin Zeva dengan wajahnya yang tampak begitu sendu dan galau.

"Dia akan bergabung di rumah sakit ini dan akan menjadi Dokter di rumah sakit Cipta Karya,"

"Jika dia akan menjadi Dokter di rumah sakit ini artinya kami akan sering bertemu," tanya Zeva.

"Hanya menatap dan menyebutkan namanya, seolah tidak mengenalku yang artinya dia memang tidak mengingatku dan aku yang berlebihan mengingat dia!" Zeva kepikiran dengan Askara yang mengenalkan diri. Padahal Askara dan Zeva sudah saling mengenal.

Huhhhhhhh

Zeva menarik nafas panjang dan membuang perlahan kedepan.

"Seharusnya aku bisa melupakan dia!" batin Zeva yang memejamkan matanya dengan kembali mengatur nafas.

"Zeva!" tegur Inggit yang membuat Zeva membuka matanya.

"Inggit!" sahut Zeva.

"Kamu di dari dari tadi di sini, aku mencarimu!" ucap Inggit.

"Memang ada apa?" tanya Zeva heran

"Tuh kamu di panggil Dokter Ardi," ucap Inggit.

"Bukannya Dokter Ardi tadi bersama dia, lalu untuk apa aku di panggil," batin Zeva.

"Zeva!" tegur Inggit dan Zeva tidak merespon yang masih melamun.

"Hey Zeva!" Inggit sampai bertepuk tangan di wajah Zeva ya membuat Zeva kaget.

"Hah iya kenapa?" tanya Zeva seperti orang linglung.

"Kamu di panggil Dokter Ardi!" tegas Inggit sekali lagi.

"Iya-iya. Ya sudah aku Keruangannya dulu!" ucap Zeva yang langsung pergi dengan sedikit linglung. Inggit hanya menghela nafas yang juga meninggalkan tempat itu.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!