Berjalan menyusuri lorong, sambil memegang kepalanya dan bertahan sekuat tenaga, hingga terlihat sebuah pintu Apartemen mewah dengan nomer yang sesuai dengan isi pesan yang di berikan.
Matanya terasa semakin susah untuk melihat dengan jelas, suasana semakin kabur, dalam hati mengumpat sumpah serapah mengutuk siapapun yang sudah mencampurkan sesuatu di makanan ataupun minumannya saat berada di dalam restoran tadi.
Dirinya tak menyangka sama sekali akan berakhir seperti ini, apalagi undangan makan malam tadi menghadiri acara ulang tahun saudaranya, sialnya lagi, sang kekasih tiba-tiba menghilang begitu saja, hingga membuatnya sendirian di sana.
Andin terus berjalan, langkah kaki jenjangnya semakin tidak karuan, dan berharap semua akan membaik saat menggapai gagang pintu Apartemen dengan nomer 009.
Ceklek
Pintu terbuka setelah menekan kode yang di berikan, dan lampu otomatis menyala, lalu Andin terus berjalan masuk tanpa berpikir apapun selain meraih air minum dan sofa untuk merebahkan tubuhnya.
Hingga kemudian matanya terbelalak dalam pandangan yang mulai semakin buram.
"Kau, siapa?" Tanya Andin bingung, bagaimana bisa di Apartemen Kakaknya itu ada seorang laki-laki yang tidak di kenalnya.
"Tenanglah, aku adalah orang yang akan memanjakan mu malam ini Nona, kau memang sangat cantik" ucapnya dengan senyuman yang menji-jikkan.
Andin waspada dan mundur seketika, dengan menahan kepalanya yang semakin berat dan nyeri, namun dengan sekuat tenaga di tahannya, matanya berusaha menajamkan pandangan, semakin penasaran dengan sosok yang mulai mendekati.
"Kau?!" Andin terkejut, rupanya sosok laki-laki itu adalah pengusaha ternama yang dulu pernah menawari sesuatu yang gila, tak lain adalah menjadi wanitanya.
Laki-laki itu semakin tak tau diri, melepaskan bajunya satu persatu tanpa malu di depan Andin yang semakin mundur mencari posisi aman baginya.
Seringainya bagai serigala yang siap menerkam mangsa, hingga membuat Andin makin kelabakan dan sekuat tenaga terus menguatkan dirinya.
"Tunggu, Kenapa Tuan Bima ada disini?" Tanya Andin ingin mengerti sedikit saja situasi yang ada saat ini, dia sungguh tak paham sama sekali.
Laki-laki itu hanya tersenyum, kembali menanggalkan baju bawahnya dan tinggal sedikit lagi semua yang menempel pada tubuhnya akan terlepas.
Andin makin tegang, mundur sempoyongan, dan terus bertahan, ini masih sulit untuk dia pahami.
"Baiklah Nona Cantik, aku sudah membayar mu dengan sangat mahal, tidak aku sangka, ternyata kau menjual tubuhmu, kalau tau dari dulu, aku pasti akan membeli mu dengan harga berapapun"
"Apa?!" Andin sangat terkejut, dan memutar otaknya dengan cepat, lalu benang merah pun akhirnya didapatkan.
"Sial, pasti dia yang menjual ku, kurang ajar!" Batin Andin yang masih terus menjaga jarak aman.
"Bagaimana Nona Andin, uang ku sudah terkirim penuh, jadi, jangan mengecewakan ku malam ini"
"Pasti anda salah paham, aku tidak pernah menjual diriku pada siapapun tuan, dan saya minta anda keluar dari sini sekarang juga!" Sorot mata Andin menajam, melihat laki-laki itu bukannya menyingkir, malah semakin maju ingin mendapatkannya.
"Stop, jangan berani melangkah lagi, atau aku akan berbuat lebih dari yang bisa anda bayangkan!" Ancam Andin semakin waspada dengan sorot mata tajamnya.
Bima sempat terkejut, kilatan mata itu membuat hatinya khawatir, entah apa itu, tapi ada sesuatu yang mengerikan sepertinya akan terjadi, namun dia tak ambil pusing, naf-sunya sudah tak terbendung lagi, hingga dengan cepat berusaha menangkap mangsa yang ada didepannya.
"Aku peringatkan Tuan Bima, berhenti atau kau tidak akan bisa keluar dari sini dengan baik-baik saja!" Sekali lagi Andin memperingatkan.
"Sudahlah, tidak usah mengancam ku, kau itu hanya wanita yang sukses memimpin perusahaan hanya dengan menjajakan tubuhmu saja, dan sekarang layani aku dengan baik, aku pastikan kepemimpinan mu di perusahaan itu semakin kuat" ucapan yang sontak membuat hati Andin semakin panas.
Sekuat tenaga Andin mengeratkan kepalan tangannya, dan sesuai prediksi, Bima dengan cepat menerjang dan menginginkan tubuhnya, disaat itu juga Andin menghujamkan kepalan tangannya langsung ke muka Bima, hingga detik berikutnya tetesan darah keluar dari hidung dan bibirnya.
Bima sangat terkejut, tubuhnya terasa sangat ngilu, dan mengusap darah di wajahnya dengan amarah.
"Kurang ajar, dasar wanita ja-lang!" Ucapan kasar terlontar dari mulut laki-laki yang kini menahan sakit di wajahnya.
Kata-kata yang memancing Andin bertindak lebih jauh lagi, dengan sisa kesadaran yang ada, kakinya kini melesat dan menendang kuat dan kali ini membuat sang korban Roboh.
"Jangan pernah menghina bagaimana caraku meraih semuanya, kau tidak tau sama sekali apa yang sudah aku lalui sampai di titik ini, dasar bereng-sek!" Andin bersiap menendang kembali, namun tiba-tiba _
Brak
Suara pintu terbuka dengan paksa, terlihat seorang kekasih bersama keluarga dan saudaranya ada disana, menatap Andin dengan sorot mata yang dingin.
"Ini salah paham, aku bisa jelaskan" Andin menahan sakit di kepalanya yang semakin hebat demi untuk menjelaskan duduk persoalannya.
Namun tatapan mata mereka seolah tidak ada yang percaya.
"Aku kecewa padamu Andin" ucap sang kekasih, direktur perusahaan yang di pimpin Andin saat ini, Erga Dirgantara.
"Aku bisa jelaskan semuanya, tidak terjadi apapun dengan kami"
"Aku tidak percaya kau menggunakan Apartemen ku untuk perbuatan be-jat mu Andin!" Sebuah suara semakin memojokkan keadaan.
"Kak, ini tidak benar"
"Diam!, Selesaikan semuanya, dan kau Andin jangan menginjakkan kakimu di rumah lagi, Anak pungut tak tau diri!" Seorang laki-laki yang di panggil Papa oleh Andin ikut memaki.
Sedangkan sosok wanita yang terdiam sedari tadi hanya menangis dan tak berani berkata sambil melihat Andin dan menggelengkan kepalanya, hari yang membuat Andin semakin di per salahkan dan akhirnya semua pergi, begitu juga langkah kaki jenjang itu bersama dengan satu orang sahabat yang masih menerima dan menemani.
"Kau itu terlalu bodoh didepan mereka An, sudah berapa kali aku katakan, jangan percaya dengan wanita iblis bernama Sheila itu"
"Dia kakak ku, dan terimakasih atas bantuan mu Ella" ucap Andin setelah keduanya kini berada di sebuah apartemen sederhana, dan merebahkan tubuh dalam tempat tidur yang sama.
"Aku yakin, Sheila yang melakukan semua ini, dari dia sudah meminta tolong padamu untuk menjaga Apartemennya saja aku sudah tidak percaya, dasar wanita licik" Ella benar-benar di buat geram.
*
*
Sinar matahari mulai terik, baru saja Andin sarapan dengan Ella, dikejutkan dengan suara ketukan pintu yang semakin lama semakin keras, seolah tak sabar lagi untuk masuk ke dalam Apartemennya.
Ella segera beranjak dan berjalan cepat, membuka pintu dengan perasaan kesalnya, namun sesaat kemudian terkejut dengan apa yang di lihat di depan mata, dia orang polisi sudah berdiri dan membawa surat panggilan.
"Ini tidak benar pak!" Seru Ella tidak terima.
"Mohon kerjasamanya, kami hanya akan mengajukan pertanyaan, terkait laporan kekerasan yang di lakukan oleh Nona Andin terhadap Tuan Bima" salah satu aparatur negara itu menjelaskan agar tidak situasi kembali tenang.
Andin segera datang ke sumber keributan, lalu menerima Surat itu dengan hembusan nafas panjang, menatap Ella dan memberikan kode agar mengikuti perintah yang di berikan.
"Tidak Andin, aku tidak terima!" Ucap lantang Ella.
"Sudahlah El, aku akan datang dan memberikan semua penjelasan yang diminta, aku tidak bersalah, jangan takut, semua pasti akan selesai dengan baik" Andin menenangkan Ella yang tak rela melepas Andin pergi saat ini.
Akhirnya Andin pergi sendiri, sedangkan Ella di tugaskan untuk menghubungi pengacara pribadi Andin yang sering membantu nya.
Cukup membuat adrenalin Andin terpacu saat berada di Kantor Polisi, rupanya Bima sudah mempersiapkan membalas perbuatannya melalui jalur hukum, beruntung pengacara Andin cukup lihai membaca pergerakan lawan, hingga akhirnya berhasil keluar dari masalah yang menjerat koleganya.
Langkah kakinya berjalan cepat, sampai di pintu keluar terakhir tanpa sengaja tubuh Andin hampir saja terpental menabrak seseorang.
"Maaf" ucap Andin, lalu menatap mata tajam, tegas dan indah itu, sontak dunia seolah berhenti bergerak, entah mengapa ada persan lain yang muncul dan tidak dimengerti olehnya.
"Sorry Nona, anda menghalangi" suara laki-laki itu mengejutkan Andin dan segera minggir memberi jalan.
Seperti biasa, jangan lupa dukungannya, LIKE VOTE, COMEN dan tonton IKLANNYA.
Hai para pembaca tercinta.
Ikuti Author Sinho BERTABUR HADIAH, dalam Novel Terbaru "This is ME"
Sebagai ucapan terimakasih dan rasa syukur, akan di berikan Uang Tunai pada:
Tiga KOMENTAR TERPOPULER Teratas di Bab ke 40, dengan cara banyak memberi
Komentar di setiap BAB nya di Novel
"This is ME"
TIGA Rangking TOP FANS Teratas di
Bab ke 80, dengan banyak memberi
Hadiah dan Vote, di Novel "This is ME"
Yuk mulai dari sekarang, dan belum terlambat untuk mendapatkan hadiahnya.
Hadiah Akan di berikan di BAB 40 dan 80 ya, Author akan menghubungi lewat Chat di Aplikasi Noveltoon dan mengumumkannya di sana secara Transparan.
Semangat dan Terimakasih.
Andin akhirnya di bebaskan, kali ini semua tuntutan tidak terbukti dan Ella pun bisa bernafas lega, menyusul Andin dengan wajah puasnya.
"Pindah saja ke Apartemen ku" Ella memberikan tawaran.
"Itu urusan gampang, sekarang kita langsung ke Perusahaan saja"
"Menemui kekasih bereng-sek mu itu?"
"Lebih tepatnya pimpinan tertinggi perusahaan tempatku bekerja" sahut Andin.
"Ck, percuma saja kau mempertahankan laki-laki yang tidak berguna, bahkan tidak membelamu sama sekali, setidaknya membiarkanmu menjelaskan di saat itu, tapi lihat saja, justru malah menyudutkan mu" Ella masih kesal dengan kejadian tempo hari yang menimpa sahabatnya.
Andin hanya terdiam, dalam hatinya bergemuruh, namun juga tak bisa menyalahkan sang kekasih, karena tidak tau duduk permasalahan yang sebenarnya.
Hanya helaan nafas saja terdengar beberapa kali dari Andin, sedangkan Ella dengan cepat melesat ke perusahaan yang bergerak di bidang konveksi.
Tiba di perusahaan, Andin segera masuk sendirian, Ella sengaja tidak diijinkan masuk bersamanya, dan benar saja seperti yang di perkirakan, semuanya mata memandang Andin dengan tatapan tidak suka, bergunjing negatif tentangnya, bahwa dirinya adalah wanita yang menginginkan jabatan tinggi perusahaan dengan menjual diri kepada para pengusaha sukses.
Baru saja Andin duduk diruang kerjanya, memijit pelipis untuk mengurangi rasa pusing di kepalanya mengingat masalah yang datang silih berganti, dan seseorang mengetuk pintu.
"Masuk" ucap Andin.
"Maaf Nona Andin, Pak Erga memanggil anda"
Andin mengangguk, lalu berdiri dan berjalan keluar dari tempat kerjanya, kebetulan sekali Andin tidak perlu mencari keberadaan laki-laki yang masih berstatus kekasihnya.
"Masuklah" sebuah suara memberikan ijin Andin untuk masuk ke dalam ruangannya.
"Aku bisa jelaskan" ucap Andin masih dalam keadaan berdiri tak jauh dari direktur perusahaan yang tak lain adalah kekasihnya.
"Tidak perlu, kesalahan mu kali ini tidak bisa aku maafkan, apapun alasannya, kabar perbuatan mu telah tersebar, dan kita_ PUTUS" ucap Erga dengan entengnya.
"Apa?!, kau memutuskan hubungan kita tanpa mau mendengar penjelasan ku?"
"Tidak penting lagi Andin, tiga tahun kita menjalin hubungan tanpa sekalipun kau membiarkanku menyentuh mu, dan sekarang kau malah bercinta dengan rekan Bisnisku, apa itu namanya ha!" Bentak Erga dengan luapan emosi.
"Aku tidak melakukan apapun dengan laki-laki itu Erga, dan aku di jebak oleh Kak Sheila!" Andin tak mau kalah, dan menjelaskan kenyataanya.
"Cukup, tidak usah mencari kambing hitam, masih syukur aku berbaik hati mengijinkan pengacara perusahaan untuk membereskan masalahmu"
"Aku juga membayarnya Erga, semua itu tidak gratis, dan sekali lagi aku katakan, aku hanya di jebak, dan tidak terjadi apapun saat itu" ucap Andin kembali menjelaskan.
Erga tersenyum miring, lalu berdiri dan berjalan mendekati Andin hingga jaraknya begitu dekat, saat Erga ingin mencium bibirnya, Andin terkejut dan segera mundur menghindari.
"Lihatlah, aku kekasihmu, dan selama tiga tahun tidak bisa menyentuhmu, bahkan sekedar berciuman, apa menurutmu ada sesuatu yang tidak kau rahasiakan dariku, tentu ada bukan, dan ternyata, kau wanita penjual diri"
"Cukup Erga, aku masih bisa menjaga kesucian ku!"
"Kalau begitu buktikan padaku, sekarang juga!" Sahut Erga lalu menyergap dan memaksa untuk membuka baju Andin.
Terkejut bukan main, dan reflek tubuh Andin bergerak dengan cepat, hingga kakinya menendang keras perut Erga dan membuatnya tersungkur seketika menahan sakitnya.
"Wanita Sialan, pergi dari ruanganku!" Teriak Erga.
Beberapa security yang mendengar kegaduhan pun masuk, lalu mengiring Andin keluar setelah membantu sang majikan duduk di tempatnya sambil menahan sakit.
Andin membungkam mulutnya, rasa perih dihatinya ditahan kuat-kuat, tak menyangka sekali kelakuan be-jat Erga akan dirinya, hingga kemudian mengambil beberapa barang pribadi di dalam kantornya dan pergi.
Ella terkejut saat Andin sudah masuk ke dalam mobilnya yang terparkir, dan menutupnya dengan sedikit keras.
"Apa yang terjadi?" Tanya Ella yang merasakan ketidak beresan akan suasana hati sahabatnya.
"Pergi dari sini, sebelum aku benar-benar ingin membunuh Erga dan menghancurkan kantornya, dasar laki-laki gila!" Ucap Andin dingin dan penuh dengan emosi.
Ella melihat baju Andin yang nampak berantakan, lalu mengerutkan kening, memberanikan diri untuk bertanya sebelum pergi.
"Dia menyakiti mu?" Tanya Ella.
"Dia hampir saja memperkosaku, dengan dalih untuk membuktikan kesucianku"
"Apa, dasar baji-ngan !" Umpat Ella tak menyangka perbuatan bejat Erga akan Andin yang masih menjadi kekasihnya.
Perjalanan yang sangat sunyi, bahkan Ella tak berani menghidupinya musik yang biasa dia dengar saat di perjalanan, hingga kemudian terdengar isakan tangis dari Andin yang membuatnya menepi tanpa ijin.
"Menangislah di sini, tuntaskan semuanya, tapi jangan kau tunjukkan air matamu lagi di depan mereka yang sudah menghancurkan mu Andin" ucap Ella memberikan waktu dan meninggalkan mobilnya sejenak.
Saat itulah, Andin menangis sejadi-jadinya, meluapkan segala amarahnya, kekecewaannya, dan kesedihannya, setelah dirasa cukup, segera merapikan lagi wajahnya, walaupun ada sembab di sana yang tidak bisa disembunyikan lagi.
Ella berjalan masuk, dan tersenyum lalu memeluk Andin, "Tinggallah dulu di apartemen ku, okey?" Ucap Ella.
Andin mengangguk, lalu teringat akan sesuatu. "Antar aku ke rumah, aku akan menjelaskan semuanya" ucap Andin disambut rasa tak suka dari Ella.
"Aku tak yakin keluargamu itu menerima penjelasan mu"
"Aku tidak peduli, setidaknya aku sudah memberitahu kenyataan yang sebenarnya, dan aku akan keluar dari rumah itu" ucap Andin yang nampak sedih.
"Okey, lebih cepat lebih baik" Ella segera melajukan mobilnya kembali, menuju tempat yang diinginkan Andin saat ini.
Sampai juga di sebuah rumah megah, dimana ada kenangan indah Andin saat bersama dengan sosok wanita yang dipanggilnya ibu, namun sudah pergi lebih dulu meninggalkannya, hingga kemudian diambil alih oleh keluarga adiknya dengan syarat mau mengangkat Andin sebagai anak ke duanya.
Andin masuk begitu saja, semua penjaga disana sudah mengenal dan mempersilahkannya, namun sambutan tak menyenangkan segera diterimanya, cacian dari sosok laki-laki yang di panggil papa sangat menyakitkan hatinya.
"Pergi dari sini, dan jangan berani menginjakkan kakimu lagi, membuat malu keluarga saja!" Ucap laki-laki yang bernama Hari Prasaja.
"Aku sudah menjelaskan semuanya Pa, semoga papa tidak menyesal nantinya, aku pergi" ucap Andin lalu membanting pintu dan segera pergi setelah mengambil semua barang penting baginya.
Dadanya bergemuruh, hari sudah larut malam, namun ada satu urusan yang ingin di selesaikan, yaitu dengan Kakaknya yang bernama Sheila, harus bisa memastikan kalau semuanya ini adalah jebakan yang sudah di rencanakan, dan Andin akan melakukan perhitungan.
"Kita ke Apartemen nya" ucap Andin dengan sorot mata tajamnya.
"Okey, siap" jawab Ella yang juga begitu geram dengan perbuatan saudara Andin.
Langkahnya di percepat menuju ke Apartemen nomer 009, lalu Andin menekan password tombol kunci dan berhasil membukanya, baru saja dirinya akan berteriak memanggil, tiba-tiba saja telinganya me dengar suara jeritan dan desa-han saling bersahutan.
Bahkan baju-baju yang berserakan di lantai, Andin mengenali baju siapa yang ada di sana, hingga Andin memberanikan diri terus melangkah perlahan menuju sebuah kamar utama.
"My God, ini tidak mungkin, tolong jangan" batin Andin terus menapakkan kakinya, hingga kemudian _
Bersambung
Jangan lupa HADIAH, VOTE, LIKE, KOMEN dan tonton IKLANNYA.
Matanya terbelalak saat terkejut melihat percintaan panas Sheila dengan laki-laki, yang baru saja memutuskan hubungan siang tadi.
"Oh, ini sangat nikmat, Faster baby" begitulah yang terdengar oleh Andin, dan tentu saja pemandangan panas ada di depannya dengan nyata.
"Kalian!" Teriak Andin membuyarkan penyatuan keduanya.
Erga terkejut dan langsung melompat begitu saja dengan tubuh polosnya, Andin pun melesat pergi karena sudah tak sanggup lagi.
"Andin, tunggu!" Teriak Erga segera berlari menyusul setelah memakai baju kimononya untuk membalut tubuhnya.
Andin berhenti di ambang pintu Apartemen, lalu membalikkan badan dan menatap tajam Erga dengan raut wajah penuh amarah.
"Aku melakukannya karena kamu tidak bisa memenuhi Hasrat ku" ucap Erga membenarkan perbuatannya.
Andin tersenyum sinis,
"Oh ya, itukah alasanmu mengkhianati ku dengan saudaraku sendiri?" Andin menahan semua nyeri di dadanya.
"Itu_"
"Karena kami saling mencintai, dan mengerti satu sama lain, lagi pula bukankah kau yang selalu mengkhianati kak Erga dengan menjajakan tubuhmu kemana-mana" sahut seseorang yang sudah berada di belakang Erga.
"Kau tau betul aku tidak pernah melakukan hal itu kak, dan semua fitnahan itu kakak sendiri yang melakukannya" Andin berkata dengan kilatan amarah di matanya.
"Kau menuduhku?!" Sheila tak terima.
"Aku punya bukti semuanya, dan aku terlalu bodoh selama ini berharap kakak akan berubah, tapi nyatanya, semua yang kakak lakukan hanya untuk membuatku semakin jatuh dan hina, mulai saat ini, jangan harap aku akan mengalah dan diam saja" Andin berkata dengan nada yang dingin.
"Kau mengancam ku?"
"Aku memperingatkan mu kak, ambil Erga sesukamu, kalian sama-sama manusia tidak berharga!"
"Kau _!" Sheila tersulut emosi.
"Cukup!, aku lebih memilih Sheila, karena dia tau apa yang aku butuhkan Andin" sahut Erga membela dirinya.
"Hanya sebagai pelampiasan naf-su mu?, beruntung kita tidak punya hubungan lagi, setidaknya aku terhindar dari kelakuan be-jat mu" sahut Andin lalu berbalik dan melanjutkan langkahnya.
"Kurang ajar kau Andin!" teriak Sheila.
"Selamat kau sudah menjadi Ja-lang nya kak, nikmatilah sebelum Azab datang pada kalian" teriak Andin pergi meninggalkan dua orang yang semakin membuatnya ingin muntah.
Langkahnya semakin cepat, perutnya terasa mual mengingat hal menjijikan yang baru saja dilakukan oleh dua orang di depan matanya, hingga Andin langsung membungkuk saat menemukan tempat untuk mengeluarkan semua isi perutnya.
Ella berlari menghampiri, lalu memijat tengkuknya perlahan, "kau kenapa An, sakit?, kita ke rumah sakit ya?" Ucap Ella cemas dengan keadaan sahabatnya.
Namun kemudian, Andin tak dapat lagi menahannya, kembali menangis dan ambruk terduduk disana, Ella segera memeluknya dengan erat dan menenangkannya.
"Tenanglah, kita pulang dulu okey, kuatkan dirimu An" Ella langsung memapahnya, Andin pun langsung mengontrol dirinya dan bisa menahan tangisnya.
Tanpa mereka sadari, ada mata yang sedang memperhatikan, seorang laki-laki yang merasakan sesuatu saat melihat kondisi Andin dengan tangisannya.
"Maaf Tuan, anda mengenalnya?" Ucap salah satu pengawal yang ada di belakangnya.
"Tidak, bertemu dua kali tanpa sengaja" jawab singkat laki-laki berjas mewah dan melanjutkan langkahnya.
Dalam waktu dua hari saja, semuanya hancur, Andin bahkan tak mengerti, kenapa cobaannya datang bertubi-tubi, dalam sujud malamnya dia berdoa dengan tetesan air mata, memohon ampun dan berharap sebuah keajaiban dengan mengembalikan semua ingatan yang hilang untuk mengetahui jati diri yang sebenarnya.
*
*
Ella hanya mengamati saja apa yang dilakukan oleh sahabatnya saat mengemasi barangnya, sudah hampir empat hari Andin berada di tempatnya tanpa melakukan apapun untuk menenangkan dirinya.
"Ck, jadi kamu akan pergi?" Tanya Ella masih mengekor di belakang Andin yang tengah sibuk membereskan barang-barangnya.
Andin mengangguk dan melanjutkan, sedangkan Ella masih menebak-nebak apa yang akan dilakukan sahabatnya.
"Kamu akan mengambil rumahmu?" Tanya Ella lagi untuk memastikan dugaannya.
"Tentu saja tidak, aku tidak akan sudi bertemu mereka lagi" jawab Andin.
"Tapi bukankah semua itu adalah milikmu dari almarhum ibumu" Ella mengingatkan kan akan hak sah dari Andin akan rumah megah yang dia tinggalkan.
"Sudahlah, aku malas berurusan dengan mereka" ucap Andin.
"Kau ini, selalu saja mengalah dan membiarkan mereka berbuat semaunya" Ella masih tidak terima.
"Untuk itu aku tak ingin lagi berurusan dengan mereka El" kembali Andin mengutarakan maksudnya.
"Kenapa tidak tinggal disini saja, Apartemen ku masih cukup luas untuk kita berdua" Ella menawarkan tempatnya lagi.
"Nanti dikira kita punya hubungan yang berbeda, lihat saja penampilanmu yang mirip dengan laki-laki dari pada perempuan" ucap Andin dengan senyuman.
"Ck, this is my style, aku nyaman dengan penampilanku seperti ini, memang ada yang salah?" Protes Ella tak terima.
Andin menggeleng dan tertawa kecil, sahabatnya itu memang terkadang lebih mirip laki-laki soal sepak terjangnya, namun dia tau bahwa di balik itu Ella sangat lembut hatinya dan juga menyayang, peduli dengan keluarga dan sahabatnya.
"Sebenarnya aku suka tinggal disini bersamamu, tapi_"
"Tapi apa?, Ayo katakan An, aku akan mengabulkannya" ucap Ella dengan semangat.
"Berubah menjadi menjadi wanita yang anggun, memakai pakaian wanita dan poles wajahmu sedikit saja, bagaimana?"
"What?!, no no no, aku tidak mau, tau sendiri aku tidak bisa pakai kain lebar yang berkibar, bisa jatuh berguling-guling karena ter serimpet!" Seru Ella yang sontak membuat Andin tertawa.
"Apalagi ber makeup, aku sungguh geli melihat benda warna warni harus ada di mukaku An" penjelasan Ella membuat Andin kembali tertawa.
"Ya sudah, jadilah dirimu sendiri, asal tidak keluar dari kodrat mu sebagai wanita, okey?"
"Siap, aku masih normal An, kalau tidak, mungkin aku sudah menikahi mu"
"Apa?!, dasar!" Sahut Andin membelalakkan mata indahnya dan gantian disambut tawa lepas dari Ella.
"Terimakasih sudah menerima dan menguatkan ku selama ini Ell, kamu yang terbaik dan selalu ada untukku" ucap Andin lalu memeluknya dengan erat.
Ella tidak bisa lagi menahan keinginan Andin untuk pindah tempat di tempat Apartemen barunya, dengan uang yang ada di tabungan, Andin tidak akan kebingungan walaupun harus menganggur sementara waktu.
Sementara itu, Erga yang baru saja sampai di Apartemen Sheila, termenung saat tanpa sengaja melihat wajah Andin dalam ponselnya, ada rasa tak terima dalam hatinya, yaitu rasa ingin memiliki Sheila seutuhnya, apalagi kalau bukan tubuhnya.
Sebenarnya Erga mulai kecewa dengan Sheila, karena saat pertama kali bercinta dengan kekasih barunya itu, ternyata sudah tidak pera-wan, dan itu artinya Sheila sudah pernah melakukannya dengan laki-laki lain.
"Baby, ada apa hem?" Sheila keluar dari kamar dan menyambut kekasihnya dengan baju yang sangat tipis.
Tentu saja Erga langsung On seketika, dan menyeret Sheila untuk memuaskan naf-sunya, kali ini mereka melakukan di atas sofa, Erga membuang baju yang melekat di tubuh Sheila dengan kasar, lalu membuka pahanya dari belakang.
Tanpa berpikir panjang, Erga menyiapkan pusaka miliknya dan memasukkannya dengan cepat, menghujamkan dengan mata yang terpejam berulang-ulang, merasakan semua kenikmatan.
Tubuh Sheila menegang, di tengah tubuhnya yang terguncang, Sheila tak tahan lagi, dengan kaki yang semakin bergetar menahan tumpuan dan berteriak."Baby, aku akan keluar!"
"No, aku belum, tahan!" Teriak Erga, namun semuanya terlambat, Sheila tak bisa menahan dan mengerang melakukan pelepasan.
"Shiit!" Erga sangat kecewa, sedangkan Sheila sudah merasa sangat kelelahan, namun ada yang mengejutkan disaat tiba-tiba saja wanita yang masih tanpa busana itu mengungkapkan sesuatu.
Bersambung.
akan Update kembali segera, jangan lupa HADIAH, VOTE, LIKE, KOMEN dan tonton IKLANNYA.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!