NovelToon NovelToon

ALANA

Kembar

Alana dan Aluna,gadis kembar yang sejak kecil sengaja dipisahkan.

Alana ikut dengan kakek dan nenek nya,sedang Aluna ikut kedua orang tuanya.

Mereka berdua hidup dalam kemewahan,dan kasih sayang yang melimpah,setiap libur sekolah pasti mereka akan bertemu entah itu Alana yang mengunjungi Aluna,atau sebaliknya Aluna yang mengunjungi Alana.

"Lihatlah muka kita sama ya",ucap Alana menunjuk pantulan wajah mereka dalam air kolam.

"Iya kita sama,Ana",ucap Aluna antusias,dan tertawa bersama.

Sedangkan kedua orang tua mereka serta kakek dan nenek hanya mengawasi dari dalam rumah.

"Biarkan Ana dengan kami dulu,kami masih sanggup untuk merawatnya",ucap Kakek.

"Iya Hendra,kalian kan masih punya Luna",ujar Nenek.

"Tapi kami juga ingin merawat Ana juga bu",ucap Arumi,sambil melihat kearah abak kembarnya yang sedang tertawa bersama.

"Kasihan mereka waktunya bisa main bersama tumbuh bersama namun dipisahkan oleh jarak",tambah Hendra.

"Setidaknya bila Ana disini ada alasan kalian kemari untuk mengunjungi kami yang renta ini",ucap Nenek

"Ayah dan ibu kenapa bilang seperti itu,walau Ana tinggal bersama kami,kami akan selalu menjenguk kalian",ucap Arumi heran dengan pemikiran kedua orang tuanya.

"Tidak,pokok nya Ana tetap disini",ucap Nenek tanpa bisa dibantah.

"Kalau begitu kalian semua saja yang ikut bersama kami",ujar Arumi.

Semua terdiam,kakek tidak bisa meninggalkan rumahnya,dan nenek tak mau jauh dari kakek,mereka berdua juga bisa jauh dari Ana,akhirnya Hendra dan Arumi hanya bisa mengalah lagi.

"Aku pasti akan kesini kembali",ucap Luna memeluk saudari kembarnya.

"Aku akan selalu menunggu mu",ucap Ana membalas pelukan Luna.

Arumi mendekati Ana,mengusap pipi anak kembarnya.

"Sayang,ayah dan ibu pergi dulu,"ucap Arumi,segera pergi sebelum air matanya jatuh.

"Tetap jadi anak yang ceria sayang",ujar Hendra memeluk anaknya.

"Pasti ayah",ucap Ana sambil tersenyum.

"Nanti bila saat nya tiba kita pasti akan berkumpul bersama",ucap Hendra sebelum melerai pelukan.

"Ayah,ibu,Hendra pamit dulu",ucap Hendra kepada kakek dan nenek.

"Hati-hati",ucap Kakek dan Nenek.

Mobil yang membawa keluarga Hendra pun meninggalkan halaman rumah kakek dan nenek.

"Sepi lagi",keluh Ana dengan wajah sedih menatap sekitar.

"Apa kita tidak terlalu egois nek",ucap Kakek,nenek merasa kasihan juga kepada Ana tapi dia juga sangat menyayangi cucunya itu.

"Ana",panggil Nenek.

"Iya nenek",jawab Ana mendekati nenek dan kakek.

"Mau ikut nenek dan kakek jalan-jalan?",tanya Kakek.

"Mau,tapi tidak mau pakai mobil",ujar Ana.

"Kita pakai motor",ucap Kakek.

"Nenek dirumah saja kalau begitu",ucap Nenek.

"Oke,jadi kita berdua saja",ucap Kakek.

"Yeaayy,sayang kakek",ucap Ana memeluk kakeknya.

Nenek tersenyum bisa melihat senyum ceria Ana kembali.

Sedangkan Luna hanya terdiam menatap keluar jendela pesawat terbang,"Ada apa sayang?",tanya Arumi.

"Katanya kita akan pulang bersama Ana,tapi kenapa tidak jadi",ucap Luna.

"Kita tunggu hingga Ana lulus sekolah dulu sayang,baru kita akan menjemputnya kembali",ujar Hendra.

"Tapi itu lama bu,sekarang Ana masih kelas dua sekolah dasar,nanti setelah lulus sekolah dasar,tidak jadi lagi,dan seterusnya",protes Luna.

Arumi mencoba menenangkan putrinya.

"Jangan dihitung bila tak mau lama,nanti kan tau-tau Ana bersama kita",ucap Arumi.

"Sebal",ucap Luna memalingkan wajah kembali.

Ayah dan ibu hanya saling menatap,watak Luna dan Ana memang bertolak belakang,Luna cuek,dingin,jarang tersenyum,mudah emosi,sedang Ana ceria,bisa mengekspresikan perasaannya,dan sering tersenyum.

Alana atau sering dipanggil Ana menyusuri gang perumahan sederhana dimana para pekerja kakeknya tinggal.

"Mari kakek Ana",sapa salah satu pekerja.

"Mari",jawab Kakek ramah.

"Hay",ucap Ana bergantian menyapa.

"Hallo",ucap Ana sedikit berteriak sambil melambaikan tangan kearah orang yang dia kenal.

"Ana senang?",tanya Kakek.

Ana mengangguk,"Sudah sampai",ucap Kakek,Ana segera turun dari motor.

"Arion",panggil Ana,seorang anak lelaki muncul dari dalam rumah.

"Ana",ucap Arion berbinar dan menghampiri Ana.

"Mari kakek Ana",ucap Bapak Arion mempersilahkan kakek untuk duduk didepan teras.

Ana dan Arion bermain bersama,"Kenapa kemarin tidak kesini?",tanya Arion.

"Luna datang jadi aku bermain dengan nya",ucap Ana.

"Kenapa tidak mengajak Luna kesini?,jadi kita bisa bermain bersama",ucap Arion,Ana nampak berpikir.

"Ehm,aku tidak tau jalan nya",ucap Ana polos.

"Kakek kan bisa mengantar,"ucap Arion

"Iya,ya,lain kali saja lah",ucap Ana.

"Ini buat kamu",ucap Arion memberikan satu alat pancingan untuk Ana.

"Terimakasih",ucap Ana menerima dengan senang.

"Bapak,aku ajak Ana main kesana ya",ucap Arion meminta izin kepada bapaknya,bapak Arion menggeleng.

"Iya,hati-hati",ucap Kakek mengizinkan.

"Terimakasih kakek,saranghe kakek",ucap Ana dengan gaya centilnya memberikan tanda hati kepada kakeknya.

Kakek hanya tertawa bahagia.

Waktu tak terasa terlewati begitu cepat,hingga kedua hadis kembar itu beranjak remaja.

"Luna,hari ini guru private bahasa asing tidak bisa datang jadi ayah menghubungi guru musik",ucap Hendra,kepada Luna yang baru saja pulang dari sanggar bela diri.

"Baik,yah",ucap Luna.

Luna belajar secara homeschool,jadi tidak banyak berinteraksi dengan orang lain,dan Luna termasuk remaja yang ulet dalam belajar hingga medali dan piala sudah tak terhitung yang dia dapat.

Dilain tempat.

"Arion cepat,kita sudah terlambat ini",teriak Ana saat didepan rumah Arion.

"Sebentar dulu Ana,kamu ini tidak sabaran sekali",ucap Arion terus menggerutu saat memasuki mobil.

"Hati-hati nak Ana",ucap Mamak Arion.

"Baik mak",ucap Ana melambaikan tangan.

Sopir pribadi mengantarkan Ana dan Arion menuju sekolahan.

"Hay Ana",sapa temannya.

"Hay",jawab Ana.

"Ana",panggil seorang,

"Iya",sapa Ana ramah.

"Pagi Ana",sapa Siswa sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Ana,

"Pagi juga Rio",jawab Arion bergantian mengedipkan kedua matanya kepada Rio.

"Ih",ucap Rio geli.

Semua siswa dan siswi bahkan guru tidak ada yang tidak menyukai Ana."Ana,Arion bisa keruangan ibu dulu",ucap salah satu guru.

"Baik bu",ucap Ana dan Arion.

"Sarapan pastinya",bisik Arion kepada Ana,

"Mungkin",Ucap Ana balik berbisik.

"Hay Ana",sapa siswi yang berpapasan.

"Hay juga",jawab Ana.

"Hay Ana",sapa seorang Siswi,Ana tersenyum,namun Arion menghadang siswi bernama Putri.

"Hey,dari tadi Ana,Ana,Ana,aku apa tidak terlihat kah,aku ini bukan mahluk astral tau",protes Arion,Putri mengangkat kedua bahunya dan meninggalkan Arion yang sewot.

"Dasar mereka ini,cowok ganteng seperti ku kok diabaikan,memangnya aku mahluk halus apa",gerutu Arion,

"Karena kamu mahluk kasar jadi anak-anak tak menyapa mu",ucap Guru olah raga.

"Mahluk kasar?,sakitnya hati ku",ucap Arion gemulai.

"Arion",tegur Pak Juki.

"Baik pak Juki,Arion gagah,Arion gentle",ucap Arion,Ana tertawa melihat Arion berpose gagah.

"Good",Ucap Pak Juki guru olehraga,kemudian melemparkan ular mainan kepada Arion.

"Oh my good,geli,geli,geli,ih bapak",ucap Arion.

Arion pink boy

Tak ada yang salah memang bila laki-laki suka warna merah muda,mungkin sekedar kaos satu atau dua.Namun untuk Arion tak hanya kaos,tapi kaos kaki,sprei dikamarnya cat dinding nya hingga peralatan makannya.

"Arion",panggil Ana dalam sambungan telepon.

"Ada apa?",tanya Arion.

"Dimana?",tanya Ana.

"Dikamar",ucap Arion.

"Aku ada didepan rumah mu",ucap Ana.

"Masuk saja,langsung ke kamar",ucap Arion.

Ana memang sudah terbiasa masuk kedalam kamar Arion,"Ngapain?",tanya Ana saat masuk kedalam kamar.

"Pasang stiker stroberi,tolong bantuin",ucap Arion memperlihatkan stiker dan menempelnya pada sampul buku pelajaran.

Ana mengamati sudut kamar Arion,"Apa tidak terlalu cewek banget kamar kamu ini?",ucap Ana.

"Tidak dong,memang nya kenapa?",tanya Arion.

"Kamar ku saja tidak se merah muda ini Arion",ujar Ana,Arion menghela nafas

"Warna itu tak membedakan gender,Ana,aku tetap cowok kok",ucap Arion masih sibuk menempel stikernya.

"Iya tau kamu cowok,tapi sedikit dikurangilah merah muda nya",ucap Ana,Arion tampak berpikir.

"Nanti kalau aku udah lulus SMA",jawab Arion.

"Lama banget,dimulailah dari sekarang",ujar Ana memperhatikan Arion yang sibuk.

"Oke,tapi cuma ngingetin saja sebagian besar pernak pernik pink disini hadiah dari kamu,jadi kamu juga harus stop memberikan hadiah yang lucu-lucu dan berwarna pink",ucap Arion menatap Ana,Ana tertawa,"Iya,iya,kan karena kamu suka warna pink jadi aku setiap lihat warna itu teringat kamu",jelas Ana.

Arion memanyunkan bibirnya,"Oh,iya kenapa kesini?ada apa?",tanya Arion.

"Sampai lupa,kita sudah ditunggu anak-anak disekolah untuk membahas pentas yang akan diadakan sekolah untuk acara kelulusan kakak kelas",ucap Ana.

"Kenapa tidak bilang dari tadi,aku belum mandi",ucap Arion kesal kemudian membereskan bukunya.

"Tidak perlu mandi,seperti ini saja",ucap Ana menarik tangan Arion.

"Bau asem,Ana",ucap Arion.

"Pakai minyak wangi yang banyak",ucap Ana,mengambil minyak wangi dalam tasnya dan menyemprotkan ke baju Arion.

"Sudah wangi lets go",ucap Ana,Arion merasa kesal.

Sedangkan Luna tengah berada disebuah acara turnamen ajang bela diri,"Silahkan memberikan hormat",ucap seorang yang berpakaian putih dengan sabuk hitam.

Luna menangkis setiap serangan lawan,setelah dirasa cukup tau kekuatan lawan,baru Luna memberikan serangannya.

"Satu,dua tiga,",ucap wasit.

Tangan Luna diangkat bentuk dia yang menang,Ayah dan Ibu yang menyaksikan bertepuk tangan.

Di dalam mobil.

"Hebat sayang",puji Hendra.

"Biasa,saja",ucap Luna.

"Mau sesuatu untuk keberhasilan mu kali ini?",tanya Arumi.

"Aku ingin Ana bersama kita",ucap Luna.

"Oke,liburan kali ini kita mengunjunginya",ucap Hendra.

"Menjemputnya ayah,bukan sekedar mengunjungi",ucap Luna kesal,

"Tapi nak...

"Ayah dan Ibu selalu mengingkari janji,menyebalkan",ucap Luna,kemudian membuka pintu dan berlari kedalam rumah.

Hendra dan Arumi hanya bisa menghela nafas,"Ayah kali ini kita harus tegas,ibu juga merindukan Ana,ibu ingin menyuapi makan,menyisir rambutnya dan membacakan dongeng untuk nya,walau mungkin sudah terlambat untuk usianya sekarang",ucap Arumi

"Akan ayah usahakan,tanpa harus menyakiti hati kedua orang tua mu",ucap Hendra.

Di sekolah.

"Terimakasih untuk semua,harus semangat,tinggal beberapa hari lagi dan kita akan tampil,tampilkan yang terbaik",ucap Ana,selesai melatih menari.

"Baik ,Ana",ucap semua.

"Istirahat dulu,nanti kita ulang untuk penyempurnaan",ucap Arion.

"Oke",jawab Ana

Arion menatap semuanya,semua hanya tertawa bila Arion menggerutu.

Sepulang dari latihan pentas Ana dan Arion mampir ketempat bakso langganan mereka.

"Tolong pesenin dulu Ana,seperti biasa",ucap Arion,kemudian berlari menuju kamar mandi umum.

"Oke",jawab Ana.

Ana menghampiri penjualnya,"Pesan dua seperti biasa mang",ucap Ana.

"Baik neng Ana",jawab penjual Bakso,Ana duduk menunggu baksonya diracik.

"Sendirian saja neng,itu buntut nya ketinggalan kemana?",tanya penjual bakso menyodorkan pesanan Ana.

"Kebelet katanya",ucap Ana,

"Mang bakso tiga",ucap Rio.

"Sip",ucap Mang bakso,Rio melihat ada Ana sendiri langsung mendekatinya.

"Eh,ada Ana,tumben sendirian mana pinki boy nya?",tanya Rio.

"Siapa?",tanya Ana.

"Itu,si Aron-aron",ucap Rio.

"Arion?",ucap Ana,Rio mengangguk menatap wajah cantik Ana.

"Kenapa Rio cari aku?,kangen yah?",ucap Arion dibelakan Rio,Rio menoleh kebelakang.

"Amit-amit",ucap Rio,menyingkir.

Ana hanya tertawa,"Jangan terlalu dekat dengan cowok seperti itu Ana,dia itu hanya bisa nyakitin hati cewek",ucap Arion menyindir Rio.

"Sok tau kamu",ucap Rio.

"Benar tau,coba sekarang jawab berapa mantan pacar mu?",tanya Arion,Rio nampak mengingat dan menghitung.

"Ada tujuh",jawab Rio.

"Dengar sendiri Ana,tujuh hati sudah dia sakiti",ucap Arion sambil mengaduk baksonya.

"Sudahlah makan dulu",ucap Ana.

"Daripada kamu tidak punya mantan",ucap Rio membalas Arion.

"Yang penting punya sahabat",ucap Arion sambil menyeruput kuah bakso.

"Dan sahabat mu itu sebentar lagi akan jadi pacar ku",ucap Rio

"Jangan mau Ana",ucap Arion dengan gayanya,sambil melotot kearah Rio.

"Siapa kamu ngatur-ngatur perasaan Ana",ucap Rio tak terima.

"Sudah,sudah,kita semua kan teman,makan dulu baru berbicara",ucap Ana menengahi.

Ana berdiri karena sudah selesai makan.

"Mang berapa semua?",tanya Ana hendak membayar.

"Dua mangkok bakso...

"Semuanya mang,dengan mereka juga",ujar Ana menunjuk Rio dan temannya.

"Tidak perlu Ana,biar aku yang bayar",ucap Rio langsung membuka dompetnya.,Arion menghampiri Ana.

"Terimakasih Rio,ayo Ana",ucap Arion menggandeng tangan Ana.

"Eh",

"Terimakasih Rio",ucap Ana.

"Sama-sama",jawab Rio tersipu.Sedangkan Arion menjulurkan lidahnya kearah Rio.

"Dasar cowok jadi-jadian",umpat Rio.

Setelah diantar Arion,Ana segera masuk kedalam rumah.

"Assalamualaikum Kakek,nenek",salam Ana.

"Waalaikumsalam sayang",jawab Kakek dan nenek.

"Nenek seperti habis menangis?,ada apa?",tanya Ana yang peka terhadap sesuatu.

"Tidak,mata nenek sepertinya terkena debu",ujar Nenek berbohong.

"Ada apa kek?",tanya Ana kepada Kakeknya.

"Tidak ada,hanya minggu depan Ayah dan ibu mu serta Luna juga akan kemari",jelas Kakek.

"Benarkah,Ana sangat merindukan mereka,tahun lalu mereka tidak mengunjungi Ana karena ayah pergi keluar negeri bersama ibu,saat itu ingin Ana menemani Luna,tapi disini Ana masih ujian sekolah,jadi janya lewat videocall saja",tutur Ana,membuat kakek dan nenek saling pandang.

"Apa Ana ingin tinggal bersama ayah dan ibu?",tanya Kakek.

"Jelas ingin kakek",jawab Ana,Nenek memalingkan muka untuk menutupi kesedihan.

"Tapi,lebih ingin lagi bila kita bisa berkumpul bersama,Kakek,nenek,ayah,ibu,dan Luna,dalam satu rumah besar yang sudah ayah siapkan untuk kita semua",ucap Ana,memeluk nenek.

"Maafin nenek dan kakek ya nak,kami hanya terlalu sayang hingga egois seperti ini",ucap Nenek,Ana menggeleng.

"Ana juga sayang kakek dan nenek,jadi mau ya tinggal dengan ayah dan ibu",ucap Ana,Nenek dan kakek menghela nafas.

"Baiklah sudah diputuskan,minggu depan kita semua akan ikut dengan ayah dan ibumu",ucap Kakek.

Salah orang

Kakek dan nenek sudah mulai berkemas,begitu juga dengan Ana,"Sayang,teman-teman mu sudah kamu beritahu?",tanya nenek

"Belum nek,mungkin nanti saja kalau memang sudah dekat waktunya",jawab Ana

"Arion juga belum tau?",tanya kakek,Ana menggeleng.

Sebenarnya Ana bingung bagaimana cara memberitahu teman-teman nya tentang kepindahannya,dibilang berat memang cukup berat tapi Ana juga ingin merasakan kasih sayang keluarga yang lengkap tanpa terhalang jarak,dan juga bisa tinggal dengan saudarinya,separuh jiwanya,Luna.

Hari ini sepulang sekolah Ana langsung ingin pulang kerumah,"Kita tidak main dulu?",tanya Arion.

"Tidak Arion,aku harus membereskan rumah dulu dan juga kamar-kamar,kalau kamu mau main aku duluan",ucap Ana sambil memasukan buku pelajaran kedalam tas.

"Kan ada asisten rumah tangga",ucap Arion berjalan beriringan dengan Ana.

"Iya tapi aku ingin saja,sebab Luna akan datang",ujar Ana.

"Kapan?",tanya Arion.

"Nanti sore sepertinya sudah datang,main lah kerumah",ucap Ana.

"Nanti sore mamak mengajak ku ketempat bude",ucap Arion.

"Menginap?",tanya Ana,Arion mengangguk,"Ya iyalah,seperti biasa,besok kan hari minggu juga",ucap Arion.

"Oke deh,bye aku duluan ya",ucap Ana,meninggalkan Arion menuju mobil yang sudah menjemputnya.

Ana sesampainya dirumah segera menuju kamar,berganti pakaian dan mulai mengemas apa yang perlu dibawa",Tak perlu semuanya dibawa nak",ucap seorang dengan suara barito nya,Ana menoleh kesumber suara.

"Ayah",ucap Ana menghambur memeluk ayahnya.

"Disana semua sudah disiapkan",ucap Arumi,membuat Ana berpindah pelukan kearah Arumi.

"Ibu",ucap Ana memeluk sang ibu.

"Akhirnya,kedua putri ibu akan berada dalam pelukan ibu",ucap Arumi terharu memeluk erat putrinya.

"Luna mana yah?",tanya Ana setelah melerai pelukan.

"Luna sedang jalan-jalan dengan kakek",ujar Ayah.

"Kenapa tidak menunggu Ana",ucap Ana.

"Kamu kan baru pulang sekolah",ujar Arumi.

"Tapi kan setidaknya tunggu sebentar,Ana akan marah dengan kakek",ucap Ana,menyilangkan kedua tangannya ke dada dengan wajah ditekuk

"Eh,eh,kenapa seperti itu,mumpung Luna masih dengan kakek bagaimana kalau Ana bantu ibu buat kue",bujuk Arumi mengelus rambut sang anak.

"Mau bu,sudah lama kita tidak membuat kue,ayo bu Ana akan siap-siap kan bahan nya",ucap Ana berbinar.

Nenek dan Hendra tersenyum,"Beda sekali Ana dan Luna,Ana mudah luluh saat marah atau kecewa,sedangkan Luna kalau sudah marah atau kecewa pasti hanya diam,dan diamnya Luna bisa sampai satu tahun,"jelas Hendra.

"Tapi walaupun mereka berbeda watak,tapi sama soal rasa sayang dan simpati serta baik hatinya kepada orang lain",ucap Nenek mengamati anak dan cucu nya yang berada di dapur.

"Terimakasih ibu sudah ikut mendidik putri-putri kami",ucap Hendra.

"Sama-sama nak",ucap Nenek,ikut bahagia.Ana dan Arumi membawa loyang kue kearah ayah Hendra dan Nenek.

"Kue sudah matang",ucap Ana meketakan loyangnya.

"Sepertinya enak",ucap Ayah mencomot kue kering buatan Ana dan sang istri.

"Panas-panas",ucap Ayah,membuat Nenek,Ana dan Arumi panik,namun sedetik kemudian tertawa.

Sedangkan Kakek dan Luna mengitari kota tersebut,"Disini biasanya kakek dan Ana membeli es krim,Luna mau rasa apa?",tanya Kakek.

"Vanila",ucap datar Luna membuat Kakek menatap Luna sesaat dan tersenyum.

"Pesan satu rasa vanila",ucap Kakek kepada penjual.

"Kita tunggu dulu disana",ucap Kakek menunjuk sebuah kursi,Luna mengangguk dan menuju tempat tersebut.

"Silahkan",ucap penjual.

"Terimakasih",ucap Kakek,Luna menikmati es krim nya.

"Kakek Ana,apa kabar?",

"Baik,siapa ya?",

"Saya Mail,dulu yang sering kakek beri ikan mati",ucap Mail,kakek mencoba mengingat.

"Oh,Mail yang adik nya banyak itu,sudah sukses kamu nak",

"Alhamdulilah Kek,berkat kakek",

"Kakek hanya perantara,selebihnya itu memang takdir mu",

"Kakek sedang apa disini?",tanya Mail.

"Menemani cucu",

"Itu Ana?,sudah besar ya",

"Hahaha,itu bukan Ana tapi saudara kembarnya,Luna",

"Oh,jadi Ana kembar?",

"Iya,sedangkan kamu kenapa disini?",

"Alhamdulilah kek,saya baru membuka toko buku,bila pembeli bisa menghafal lima surah dalam Al-quran akan mendapatkan buku yang dia inginkan secara percuma,alias gratis",jelas Mail.

"Bagus itu,dimana toko nya?",ucap Kakek.

"Sebelah sana kek,mari dengan saya",ucap Mail antusias menunjukan letak tokonya.

"Luna,nak",panggil Kakek,Luna tanpa menyahuti berjalan kearah kakek.

"Ayo kita ke toko buku paman ini dulu",ucap Kakek,Luna mengangguk menggandeng tangan kakek mengikuti paman Mail.

Setelah sampai Luna mengamati toko buku tersebut,"Kek,Luna kesana dulu",ucap Luna menunjuk rak dengan deretan buku dan majalah.

"Hati-hati nak",ucap Kakek melanjutkan berbincang dengan Mail.

Luna mencari majalah tentang resep masakan dan kue,"Ana pasti menyukainya",gumam Luna mengambil beberapa buku resep dan majalah juga.

Pengunjung tak begitu ramai,jadi Luna masih menyusuri rak-rak buku,barangkali ada buku yang menarik jadi bisa untuk menemani dia dan Ana nanti bila sampai dirumahnya.

Sedangkan didepan toko,"Itu bukannya kakek Ana",gumam Arion.

"Kakek",sapa Arion menyalami kakek.

"Kamu dengan siapa?",tanya Kakek.

"Dengan sepupu Arion",jawab Arion.

"Mau cari buku?",tanya Kakek,Arion mengangguk sambil celingak celinguk.

"Ana mana kakek?",tanya Arion.

"Disebelah sana",tunjuk kakek,membuat Arion segera berlari menghampiri sahabatnya.

Arion menangkap bayangan Ana,Arion berjalan perlahan kearah Luna,dengan niat jahil ingin mengagetkan nya.

Perlahan Arion memegang bahu gadis remaja itu,namun,"Bruuuk",Luna dengan gesit membanting Arion.

"Aduh,pinggang ku",keluh Arion yang tergeletak di lantai.

"Jangan macam-macam dengan ku",ucap Jutek Luna menatap Arion tanpa membantunya berdiri kemudian pergi begitu saja.

Arion tertegun dengan rasa sakit yang amat, dibagian pinggangnya"Ada apa dengan Ana",gumam Arion.

"Arion kamu sedang apa?",tanya sepupunya kemudian membantu Arion berdiri,Arion masih tak percaya dengan apa yang menimpanya.

"Ana",lirih Arion sambil memegangi pinggangnya.

Sedangkan Luna segera mengajak kakek untuk pulang.

Di perjalanan pulang,"Eh,"kakek terkaget sebab cucunya sudah memakai helmnya sendiri tanpa berlaku manja untuk menyuruhnya memakaikan nya.

Kakek baru tersadar sesuatu,"Tadi ada anak laki-laki yang menyapa mu tidak nak?",tanya Kakek.

"Tidak",ucap Luna,sebab memang tidak ada anak lelaki yang menyapanya bukan.

"Oh,mungkin Arion tidak menemukan mu,berarti sekarang anak nya sedang mencari Ana disana,hahaha",ucap Kakek tertawa,mengingat tadi kakek lupa yang bersamanya bukan Ana tapi Luna.

"Ternyata kakek sudah tua",ucap Kakek.

"Memang sudah tua,makanya dipanggil kakek bukan kakak,"ucap Luna datar namun mampu membuat kakek tertawa kembali.

"iya,iya,cucu kakek memang pintar",sanjung kakek kepada Luna sambil melajukan motor klasiknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!