NovelToon NovelToon

Petaka Malam Reuni

PMR 1

Seorang gadis cantik berlesung pipi tengah mematut dirinya di depan cermin sembari memakai lipstik dibibirnya. Gadis berusia 24 tahun itu berusaha tampil sempurna diacara Reuni yang akan digelar beberapa jam lagi.

 Awalnya gadis itu enggan mengikuti acara yang membosankan itu. Namun, karena sahabatnya yang ngotot, akhirnya Kinara terpaksa datang dengan dalih ajakan Caca sahabatnya.

Kinara Saqeel Ardav putri bungsu dari Ardav yang notabennya adalah pengusaha kaya. Perusahaan yang berjalan di bidang otomotif yang akhir - akhir ini melejit.

"Anak Papa cantik banget, mau kemana?" tanya Ardav ketika Kinara menuruni tangga, Papa sekaligus mama untuk Kinara itu sangat menyayangi putri bungsunya meskipun gadis itu sudah beranjak dewasa. Menjadi single parent, tak membuat Ardav mengeluh ataupun berkeinginan mencari Mama baru untuk Kinara. Ia suka seperti ini, memanjakan anak- anaknya dengan caranya sendiri.

"Papa ngejek Nara ya!" sahut Kinara mencebikkan bibirnya.

"Kok ngejek sih! Papa serius bilang cantik ,Sayang," sarkas Ardav terkekeh geli melihat anaknya yang merajuk.

"Abang mana, Pa!" tanya Kinara ketika Abang satu- satunya tak nampak dimatanya malam ini.

"Biasalah, kan dia punya kekasih."

"Apa hubungannya punya kekasih sama dirumah sih, Pa? Gak nyambung banget deh," sahut Kinara "Lagipula ya! apa untungnya punya kekasih kalau pada akhirnya gak dinikahin," imbuhnya.

"kamu itu udah dewasa Lo, Sayang. Masak gak ngerti maksut ,Papa. Apa karena kamu kelamaan jomblo?"

"Bodo amat ,Pa. Usia boleh dewasa tapi wajah masih terlihat ABG kan." sahut Kinara menaik turunkan alisnya dengan percaya diri.

Tinn... Tinn...

Terdengar suara klakson mobil dari depan rumah Kinara. Hingga dipersekian detik disusul teriakan khas Caca yang menggelegar disana.

"Nara, come on babe. Kita udah telat." teriak Caca dari luar rumah, Ardav hanya bisa menggelengkan kepala dengan anak muda zaman sekarang. Rasa sungkannya di nomor kesekian nya.

"Dasar, Caca! Dipikir rumah ini hutan apa? Seenaknya main teriak-teriak. Yaudah ya pa! Nara jalan dulu, mungkin pulangnya agak malam." pamit Kinara tak lupa mencium tangan sang Papa.

"Hati - hati , Nara. Ingat pesan , Papa! Attitude dijaga, Nara." peringat Ardav pada sang putri.

  Kinara tak menjawab namun gadis itu meng-kode dengan jari berbentuk O pada sang Papa.

Ceklek...

"Bangsat lu ,Ca! Main teriak-teriak dirumah gua. Kalau Papa gua ambien gimana urusannya," celetuk Kinara ketika sudah mendudukkan dirinya di samping kemudi dekat dengan Caca yang kini sudah seperti supir untuk Kinara.

"Hah, gua pikir gak ada ,om Ardav." ujar Caca dengan tampang cengonya. "Kenapa lu gak bilang dodol?" imbuhnya.

"Lu gak nanya ,Bego," Timpal Kinara.

"Oh ,iya ya!" sahut Caca menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Btw, lu cantik malam ini." puji Caca ketika melihat Kinara malam ini.

"Oh, jelas dong," sahut Kinara dengan percaya dirinya.

  Ya, malam ini gadis itu terlihat cantik dengan polesan natural diwajahnya. Ditambah gaun hitam yang menampakkan bahu mulusnya hingga membuat aura gadis itu nampak mencolok.

"Kenapa?'' Tanya Caca ketika ia merasa Kinara kini tengah gugup, gadis cantik itu terlihat meremat ujung dress-nya.

"Gua takut, kenapa jadi deg- degan gini ya!" seru Kinara membuat Caca tergelak disana. Pasalnya, Caca tau apa yang kini tengah dipikirkan Kinara tentunya.

"Santai aja, gua kan udah bilang kalau dia gak bakalan datang. Lu tau kan, sesibuk apa keluarga Regantara itu. Positif thinking aja, Ra." tutur Caca mampu membuat Kinara merasa tenang untuk sekarang.

"Lu bener, Ca! Tapi kalau dia datang gimana!" celetuk Kinara menyampaikan kekhawatirannya.

"Balikan."

  Sontak saja mata Kinara membulat sempurna, bagaimana bisa Caca berucap seperti itu . Apalagi Caca adalah saksi dalam retaknya hubungannya beberapa tahun lalu.

"Gila lu," sentak Kinara.

"Hahaha ... Lu santai aja kenapa sih! Gua jamin dia gak datang. Sampai kapanpun juga gua gak rela kalau sahabat gua ketemu lagi sama manusia biadab kayak mereka. Dan setau gua, dia masih di new york. Gua jamin itu," tukas Caca menaik turunkan alisnya.

"udah jadi detektif, Bu," ejek Kinara.

"Doain aja."

"Ogah, detektif sesat lu," sarkas Kinara

"Bodo."

  Caca menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Keduanya nampak asik bercengkrama bahkan diselingi nyanyian lagu yang di telah disetel oleh Caca.

Persahabatan keduanya memang sangat kental, terkadang pula keduanya lebih pantas disebut saudara oleh orang yang melihatnya.

"Ra, lu tau kan kalau Edgar udah ada bini!"

Degg...

Jantung Kinara bergemuruh mendengar penuturan Caca. Ia tak menyangka jika mantan kekasihnya itu sangatlah muda melupakannya.

"Mudah banget ya lupain gua," batin Kinara.

"Kenapa lu, cemburu!"

"Ka-gak. Aneh- aneh aja lu," sangkal Kinara memandang kearah lain. Gadis itu enggan melihat ke arah Caca yang akhirnya akan mengetahui jika dirinya tengah menahan gejolak cemburu.

Bertahun-tahun bersama dengan sosok Edgar. Tak membuat Kinara mudah melupakannya. Hingga pada kejadian itu, ia harus rela melepaskan Edgar. Melepaskan semua kenangan manis bersama lelaki itu.

"Oke, Istri si Edgar si Berlian. Lu tau kan, model cantik yang lagi naik daun." imbuh Caca semakin membuat Kinara sakit hati.

"Bodo ah, gua gak peduli."

"Yehhh, gua kan cerita Mpok," sungut Caca.

"Bodoh amat,"

"Sensi amat sih."

Kinara terdiam, gadis itu memejamkan matanya dengan bersandar di punggung kursi mobil. Sekelebat bayangan bersama Edgar terlihat jelas dimatanya. Apa ada obat untuk menyembuhkan sakit hati yang dirasakan Kinara saat ini?

Bersambung...

PMR 2

Kinara tertegun dengan fasilitas yang diselenggarakan hotel tempat reuninya saat ini. Ia tak menyangka, Jika acaranya akan digelar di hotel mewah di ibukota.

"OMG, acaranya megah benget ,Coy. Jadi insecure gua datang kesini," celetuk Caca ternganga dengan situasi saat ini. Bibirnya tanpa sadar terbuka ketika ia semakin masuk kedalam area gedung mewah tersebut. "Ra, gua speechless banget, gimana dandanan gua! Udah wow, atau bagaimana, Ra?"

Kinara tak menjawab, gadis itu terdiam sembari memutar bola matanya malas mendengar celotehan sang sahabat. Meskipun ia juga takjub, namun gadis itu berusaha biasa saja.

"Kinara," panggil seseorang yang sedari tadi menatap ke arah dua gadis yang baru saja masuk kedalam acara, Pria itu tersenyum manis ketika sudah berada di depan Kinara dan Caca.

"Dev-an," ujar Kinara ketika ia tau siapa yang memanggilnya .

Seorang pria tampan yang dulunya salah satu idola para kaum hawa di kelasnya . Ya, mereka satu kelas bahkan satu angkatan.

"Bagaimana kabar lu ,Cantik?" tanya Devan menoel dagu Kinara dengan jahilnya. Begitulah sifat Devan dari dulu, suka sekali membuat seorang Kinara jengkel oleh tingkahnya.

"Ihh apaan sih!"

"Dih, masih suka ngambek , Neng!"

"Bodo."

"Gak kangen sama gua, hmm!"

"Gak, ngapain kangen sama cowok paling nyebelin kayak lu," celetuk Kinara bersedekap dada, netranya menatap nanar pada Devan yang kini tengah terkekeh geli.

"Udah ih, jangan suka ngambek! keburu tua baru tau rasa," sarkas Devan merangkul bahu Kinara sembari membawa gadis cantik itu ikut bersamanya.

"Dev, Caca ajak juga ih."

"Oh iya, Ca! sini ikutan," ajak Devan melambaikan tangannya kearah gadis dengan rambut sebahu itu.

Dengan ragu, Caca ikut melangkahkan kakinya kearah Devan dan Kinara. Gadis itu nampak gemetaran di setiap langkahnya, apalagi ketika netra Devan melihat ke arahnya.

Ya, sejak dulu Caca menyukai seorang Devan. Sosok good boy di sekolahnya terdahulu.

"Wihh, nih dia yang ditunggu-tunggu. Kinara Saqeel Ardav si primadona sekolah kini menjelma menjadi seorang bidadari surga," Ujar Arvan sahabat Devan.

"Bisa aja lu, Van."

"Makin cantik aja, Neng Kinara," sahut Tara yang juga sahabat Devan.

"Udah , Wey. Jangan dipuji mulu takut mekar nih kepala," Kelakar Devan dengan tawanya , hal itu membuat Kinara mendengus sebal dengan tingkah Devan.

"Kenapa gak bareng Edgar, Ra?"

Degg ...

Jantung Kinara bergemuruh mendengar nama itu, nama yang ingin sekali dilupakan dan dihindari. Tapi masih saja ada yang bertanya tentang pria itu padanya. Mengapa? Bukannya dirinya dan Edgar sudah lama tak menjalin hubungan. Lalu mengapa mereka masih menanyakan sosok Edgar padanya!.

"Mmm, Maaf. Gua sama Kinara mau ambil minum, Permisi." Caca secara reflek menjawab bahkan gadis itu menarik tangan Kinara ketika melihat wajah sang sahabat sudah berubah mendung.

Caca tau jika Kinara saat ini berusaha mengontrol perasaannya. Tak mungkin gadis itu menampakkan kerapuhannya di depan Devan dan para sahabatnya. Itu sangat menjijikkan menurutnya.

"Minumlah," Titah Caca menyodorkan segelas jus pada Kinara.

Gadis itu menerimanya dan meminumnya hingga tandas. " Kenapa nama dia selalu ada di sekeliling gau, Ca? Gua capek!"

"Gua ngerti, Ra. Lu gak salah dalam hal ini, semuanya sudah takdir dari Tuhan kalau lu dan dia udah gak bisa bersama lagi," timpal Caca mengusap bahu Kinara yang terpampang disana.

Dibeberapa menit kemudian, tiba-tiba terdengar suara bising dari luar gedung diikuti dengan pria berpakaian hitam masuk kedalam gedung. Semua atensi yang berada disana mengarah pada pintu masuk, mereka penasaran, siapa dalang yang membuat kebisingan di acara reuni tersebut.

Terlihat sebuah pantofel mahal nan mewah memasuki area gedung tersebut. Semuanya melongo mendapati sosok itu, sosok pria dengan kacamata yang bertengger di hidungnya dan jangan lupakan empat bodyguard yang setia mengikutinya.

Dia Edgar Regantara, mantan kekasihnya sekaligus bos besar dalam kerajaan bisnis di seluruh manca negara. Berumur 25 tahun namun mampu menguasai ilmu bisnis hingga seperti sekarang ini.

"Kenapa dia ada disini?" batin Kinara

Mata Kinara membulat, Bahkan detak jantungnya seakan terhenti ketika sosok itu kini hadir juga ke acara reuni. Kaki Kinara terasa lemas seperti tak kuasa lagi menopang tubuhnya.

"Ra, lu baik, 'kan?" tanya Caca kala mata Kinara terlihat berembun.

"Ca! Bilang sama gua kalau ini cuma mimpi ,Ca. Itu bukan dia 'kan ,Ca!" sarkas Kinara.

"Ra, maafin gua. Itu beneran ,Edgar." timpal Caca membuat Kinara memundurkan langkahnya, gadis itu tak berdaya saat ini ketika sosok itu juga tengah menatapnya.

"Gua cabut, Ca!" ucap Kinara meninggalkan Caca yang masih tak percaya dengan apa yang dilakukan gadis itu. Caca bingung, hingga pada akhirnya gadis itu mengejar Kinara yang sudah jauh meninggalkannya.

"Ra, tunggu." teriak Caca kala punggung Kinara sudah tak nampak lagi di netranya. Kemana dia? Padahal baru saja gadis itu berlalu meninggalkannya.

"Ra, plis jangan ngumpet. Sumpah gak lucu, Kinara." teriak Caca lagi namun tak ada jawaban dari Kinara.

"Ra, lu dimana sih!"

"Gua sumpahin lu bintitan kalau beneran ninggalin gua,"

"Ada apa, Ca?" tanya seseorang yang tiba-tiba datang menghampiri Caca.

Caca menoleh, raut wajah khawatir dan cemasnya tidak bisa disembunyikan lagi olehnya. Ia khawatir dengan keadaan Kinara saat ini.Gadis itu hilang bak ditelan bumi, Hingga membuat Caca kelimpungan mencarinya.

"Kinara hilang, Van," sahutnya.

"Bagaimana bisa, Ca. Bukanya dia sama lu tadi!"

"Dia lari ninggalin gua, Van. Gua harus cari kemana lagi!" serunya sembari berjongkok, kedua tangannya meraup wajahnya dengan kasar.

"Lu tenang,Ca. Kita cari bersama-sama, gua yakin dia gak jauh dari sini." Devan berucap dengan mata bergulir kesana- kemari.

Nihil

Tak ada seorang-pun diparkiran, hanya ada dirinya dan Caca tentunya.

Bersambung...

PMR 3

"Lepassss, tolong. Siapapun tolong aku," teriak seorang gadis di dalam sebuah ruangan gelap, tangannya juga terikat dengan kain.

Ya, gadis itu Kinara Saqeel Ardav. Ia dibawa paksa hingga tak sadarkan diri .

Flasback on...

"Gua cabut, Ca!" ucap Kinara berlari meninggalkan acara di gedung itu.

Sesosok mata tajam yang tadi sempat bersitubruk dengan Kinara juga ikut berlari. Mengikuti langkah kaki gadis itu dari pintu sebelah.

"Akh.. Apa- apaan ini? Kalian siapa?" bentak Kinara ketika dengan tiba-tiba ada yang menarik pergelangan tangannya dengan erat. Kinara kesakitan, namun pria berjas hitam itu tak sekalipun menggubrisnya.

"Lep___"

  Ucapan Kinara terhenti ketika tubuhnya sudah limbung. Bahkan pria yang tadinya mencekal pergelangan Kinara dengan gesit menggendongnya ala karung beras.

Kinara memberontak, meskipun tak sekalipun di gubris oleh orang yang tak dikenalnya. Entah siapa yang membawanya, wajah itu nampak asing di matanya kala tadi ia melihat sekilas wajah pria berjas hitam itu.

"Lepaskan aku bajingan," teriak Kinara ketika tubuhnya sudah dimasukkan kedalam mobil dengan kasar. Matanya menatap marah ke arah pria itu tanpa rasa takut.

Mppp...

Tanpa disadari oleh Kinara, ternyata dibelakangnya terdapat seseorang yang tak suka mendengar ocehan gadis itu. Dengan sekali bekapan sosok Kinara sudah tidak sadarkan diri.

Flasback off...

 Kinara berusaha sekuat tenaga melepas ikatan itu dengan sisa tenaganya. Ia tak mau disini, Ia ingin pergi dari jeratan pria yang tak dikenalnya.

Hingga dibeberapa menit kemudian, pergelangan Kinara sudah berhasil lepas dari ikatan. Meskipun tangan mulusnya menjadi lebam, namun tak menyurutkan niat Kinara untuk kabur dari ruangan gelap itu.

"Kenapa dia menculik ku," gumam Kinara yang sudah turun dari ranjang, gadis itu bertanya-tanya dalam hatinya. Atas dasar apa, pria itu menculiknya!.

Cteekk....

Kinara terjingkat kaget saat lampu diruangan itu tiba-tiba menyala. Matanya membulat sempurna ketika matanya menangkap sosok yang tak asing di ingatannya.

Dia Edgar Regantara, mantan kekasihnya dulu. Seorang pria kaya raya dan terkenal kejam. Diusia yang terbilang muda, pria itu mampu memikul kerajaan bisnis yang dikelola oleh Regantara.

Lalu, Kenapa pria itu ada disana pikir Kinara yang masih setia dengan tampang terkejutnya.

"Masih mengingatku?" tanya Edgar yang berjalan mendekat ke arah Kinara.

Gadis itu mematung dengan nafas tercekat, matanya memanas ketika mata tajam Edgar bersitubruk dengan mata berairnya.

"Mau kemana kamu?" sentak Edgar ketika Kinara membalikkan badan, Edgar berhasil menarik tangan Kinara dengan kasar. Tubuh gadis itu terhuyung hingga menabrak dada bidang Edgar.

 Mata keduanya nampak bersitubruk kembali dengan begitu dekat, Kinara sendiri merasakan detak jantungnya yang sudah memburuh ketika Edgar menyorotnya.

Bahkan tenggorokannya tercekat ketika mata tajam Edgar seperti menguliti dirinya. Kinara sendiri sedari tadi diam karena bingung dengan situasi yang seperti ini.

"Sa-kitt! lepas, Edo." Kinara merasakan panas di pergelangan tangannya. Ia yakin jika Edgar memegang tangan itu dengan sangat erat hingga ia bisa merasakan sakit.

"Jangan harap kamu bisa lepas lagi dari genggamanku , Kinara Saqeel Ardav. Kamu harus membayar semuanya," sentak Edgar dengan tatapan penuh emosi dan jangan lupakan senyuman smirknya.

"Ap-a salahku?"

"Kamu masih bertanya salahmu dimana? Apa duniamu membuatmu begitu bahagia hingga melupakan hal yang sudah kamu lakukan padaku, Rara?"

"Pliss, lepasin. Ini sa-kitt." Timpal Kinara berusaha lepas dari jeratan tangan Edgar. Air matanya luruh secara sempurna ketika mendapati sifat Edgar yang seperti itu.

"Jangan harap bisa lepas, karena kamu sudah menjadi milikku mulai malam ini dan selamanya ,Rara. Nikmatilah hidupmu setelah ini."

Degg...

Jantung Kinara berdegup kencang mendengar penuturan Edgar. Meskipun ia berucap dengan nada santai namun sorot mata itu menampakkan raut kebengisan.

Dan apa tadi katanya, miliknya? Maksudnya apa yang diucapkan pria itu.

"Aku tak sudi menjadi milikmu, Edgar." Kinara berucap dengan menepis kasar tangan Edgar meskipun usahanya gagal.

Setelah berucap demikian, tiba-tiba layar televisi diruangan itu hidup. Terlihat ruangan yang sekarang dipijak olehnya disana.

Dengan seksama, Kinara menatap layar itu dengan memasang pendengarannya dengan matang. Matanya sontak membulat ketika mendengar suara ijab kabul dengan menyebut namanya. Hatinya semakin tak karuan ketika pria yang tengah menyebut namanya adalah pria yang kini tengah menatapnya dengan senyuman smirk.

Kinara kesusahan menelan ludahnya sendiri ketik layar televisi itu mati. Bagaimana bisa Edgar melakukan hal itu padanya? Apalagi dalam keadaan dirinya yang tak sadar.

"Tidak, Edo. Semua itu tidak benar, itu tidak sah asal kamu tau!"

"Semuanya sudah jelas ,Rara."

"Kamu gila." Kinara berteriak dengan frustasi, ia tak menyangka jika Edgar akan segila itu padanya.

"Akhh.."

Kinara tiba- tiba terpekik ketika Edgar dengan sarkasnya menangkup dagunya dengan kasar. Kinara meringis menahan sakit disekitar dagu itu.

"Lihat mataku, Rara. Bukannya kamu senang melihatku seperti ini, Berhenti menangis ,Jalang." Edgar membentak Kinara ketika air mata gadis itu luruh. Tak ada kasihan untuk Kinara saat ini, Ia terlampau sakit hati atas ulah yang dilakukan gadis itu di masa lalu.

"Ingat! Nasibmu sekarang ada di tanganku. Menurutlah," pekik Edgar menepis kasar wajah Kinara hingga gadis itu menoleh dengan keras. Edgar sungguh keterlaluan malam ini.

"Kamu jahat, Edo."

Brakk...

"Akhh.. Ma-u apa kamu!" Teriak Kinara ketika Edgar sudah berhasil melempar tubuh Kinara diatas ranjang dengan kasar. Gadis itu berusaha bangkit namun secepat kilat pria itu menggagalkannya. Edgar mengukung tubuh mungil Kinara dengan bertumpu kedua tangannya.

"Bajingan kamu ,Edo. Lepas." teriak Kinara lagi mendorong dengan keras dada bidang Edgar, namun tak ada hasil. Tubuh Edgar tak sekalipun bergerak.

"Apa meminta hal pada istri bisa disebut bajingan? Padahal kamu sudah keseringan melayani pria yang bukan suamimu." ucapan Edgar membuat Kinara merasa tersayat hatinya. Begitu teganya Edgar menilai dirinya seperti itu, apa selama ini pria itu menganggapnya sebagai wanita penghibur.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!