"Datanglah di hotel XX, lantai 5 no kamar 514," Sandra membaca pesan singkat whatsapps yang tidak ada PP maupun nama yang disimpan di kontak Hpnya.
Ting!
Masuk lagi pesan.
"Datanglah tepat pukul 10 malam ini," lanjutnya.
"Apa lagi sih! Iseng kayak begitu," gumam Sandra.
"Ada apa, Sa?" Tanya teman dan juga sahabatnya di tempat kerjanya saat ini. Namanya Jessica Mili.
Sandra bekerja di perusahaan besar PT EP Corp yang bergerak di bidang pembangunan, kontraktor, apartement, mall, hotel, dan perumahan elit lainnya. Menjabat sebagai asisten manager keuangan, membuatnya sangat sibuk.
"Ini ada pesan spam, Jes," ucap Sandra.
"Tapi apa salahnya kesana. Aku temani, mau?" ucap Jessica yang menaruh curiga.
"Malas, Jes," jawab Sandra.
"Ya sudah, jika nanti berubah pikiran. Jangan sungkan hubungin aku ya," ucap Jessica.
"Ok," jawab Sandra.
"Udah sana, ini masih jam kantor," usir Jessica.
"Hadeh, Nona penggila kerja. Lihat ini sudah jam pulang kantor!" suara nyaring Jessica terdengar sampai ruangan Sandra menggema.
"Ya ampun," ucap Sandra yang menengok jam tangannya di sebelah kanan menunjuk angka empat sore.
"Ayo, kita balik," ajak Jessica.
"Duluan, aku perlu mengerjakan ini dikit lagi. Supaya besok pagi bisa diserahkan pak Budi," ucapnya yang masih mengetik tangannya disana.
"Dah!" ucap Jessica yang keluar dari ruangan Sandra.
Jessica itu teman dan juga sahabat di tempat kerjanya dan juga teman semasa kuliahnya walau berbeda jurusan. Jessica sebagai staf senior bagian hrd di kantor itu.
"Selesai!" ucap Sandra, jam sudah menunjuk di angka lima sore.
Saatnya pulang dan tentu saja siapkan mental. Walau jabatan Sandra tergolong tinggi, tapi dia hanya menggunakan motor matic scopy yang di belinya sendiri dari hasil menabung.
"Poppy, ayo kita pulang!" ucap Sandra pada motor kesayangannya yang di beri nama Poppy.
Kota jakarta yang sangat padat duduknya, memang lebih cepat dengan menggunakan motor, bisa sat set nyelip diantara padatnya kendaraan yang sedang berhenti alias macet. Kerja di wilayah kota jakarta selatan, termasuk jantungnya perkantoran.
Setelah menempuh 45 menit sampai sudah di rumahnya di daerah jakarta timur, cilangkap.
Setelah memarkirkan motor kesayangannya di garasi rumah orang tuanya itu. Saat baru masuk ke dalam rumah.
Plak!
Plak!
"Dasar anak tidak tahu di untung!" bentak Angel. Yang juga Mama nya.
"Ada apa, Ma?" Tanya Sandra yang menahan sakit wajahnya dengan tangannya.
"Kamu itu, jangan suka menghalangi karir adikmu, Clara!" marah angel.
Clara itu adiknya yang bedanya hanya 1,5 tahun saja. Clara model disebuah majalah, tapi karirnya baru akan naik.
"Tidak, Ma," jawab Sandra yang tidak mengerti.
"Clara, telp Mama. Kalau agensinya tidak bisa masuk ditempat pacarmu,!" Angel marah dengan menunjuk tepat di dahi Sandra.
Sandra mengerutkan keningnya, alias ga tau apa apa. Malah jadi tersangka utama gimana coba.
"Nanti Sandra bantu bilang sama William, Ma," ucap Sandra yang masih sopan.
"Awas aja, kalau gagal. Kamu pasti tahu akibatnya,"ancam Angel yang setelah itu pergi dari ruang tamu menuju dapur.
Langkah Sandra lunglai sudah saat ini jalan ke arah kamarnya yang di lantai dua. Dengan menutup pintu dan menguncinya, lalu membersihkan diri kamar mandi.
Segar!
Wangi!
Setelah itu mengeringkan rambut yang panjang hanya sebahu saja. Sandra memang cantik alami, makanya tidak pernah dandan apalagi memakai make up berlebihan. Rambut yang selalu di gerai, hanya sesekali saja di ikatnya.
Saat setelah makan malam seorang diri di meja makannya, termenung akan pesan yang masuk tadi siang, dan juga ucapan Mamanya.
"Apa aku harus kesana? Ada apa disana?" gumamnya dalam hati.
Terus saja menimbang dalam pikirannya sendiri. Suara bertengkar terdengar di ruang kerja Papanya yang sedikit terbuka pintunya. Sudah pasti terdengar yang melewati disana. Dan kebetulan jalan itu yang menuju kamarnya.
"Mama ga mau ya, Clara menikah dengan si buta itu. Walau kaya, tapi buta, Pa!" teriak Angel.
"Tapi, Ma. Dia yang milih Clara anak kita untuk menikah dengannya, aku bisa apa?" ucap lelaki itu, yang tidak lain Papa Jordan.
"Pokoknya Mama ga mau tau, Papa harus urus itu. Clara anak kita, anak satu satunya! Apa mau Papa korbankan demi surat wasiat itu!" Bentak Angel kembali.
"Biarkan Sandra yang menggantikannya, Pa," lanjut Angel.
Deg!
Ketika namanya disebut. Jantungnya sudah berdetak kencang sekali.
"Tapi itu bukan anak kita, Ma," ucap Papa Jordan yang tanpa sengaja mengeluarkan kalimat sakralnya.
Brak!
Pintu itu sudah di buka oleh Sandra yang air matanya masih ia tahan jangan sampe keluar dulu, akankan kebenaran itu terungkap disini.
"Kau!" ucap Papa Jordan.
"Masuk asal masuk saja, tidak sopan, Sandra!" Bentak Angel yang menghampiri Sandra.
Plak!
"Itu hukumanmu," lanjut Angel.
"Apa benar yang Papa katakan barusan, aku mendengarnya," ucap Sandra yang menahan rasa semuanya. Rasa sedih, sakit, kecewa, entah apa lgi rasa yang tergambarkan saat ini.
"Iya, puas!" jawab Angel.
"Ma," ucap Jordan yang menahan istrinya. Memberikan kode agar jangan di lanjutkan.
Air matanya kini sudah keluar membasahi wajahnya, pipinya yang merah dan bengkak tidak mengurangi derasnya air mata yang keluar. Isak tangis terdengar di ruangan itu.
"Biar saja, Pa. Biar dia tahu sekarang, dan harus membalasnya jasa kita mengurusnya dari bayi," amarah Angel yang masih tinggi.
"Satu hal lagi, kamu akan menggantikan menikah dengan lelaki yang di jodohkan Clara, lelaki buta!" ucapnya kemudian.
"Tidak boleh ad kata penolakan ataupun kabur, camkan itu!"lanjut ancaman Angel.
Sandra yang mendengarkan semua yang di ucapkan Mamanya tidak terdengar jelas, isak tangis yang hanya bisa mewakili hatinya saat ini.
Walau sebelumnya sudah terbiasa di tampar ataupun di pukul tapi tidak sampai mengeluarkan air matanya sejak dulu, tapi saat ini tidak bisa menahannya lagi. Hatinya sangat hancur.
Hancur hati Sandra.
"Lusa, akan ada acara makan malam dirumah untuk menyambut mereka. Jangan mengecewakan kami! Balas budi kami dengan ini!" ucap Angel.
"Sa, ini jalan satu satunya untuk bisa menyelamatkan kita semuanya," ucap Jordan, setelah kepergian istrinya dari sana.
Di angkatnya Sandra oleh Jordan untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
Di peluknya Sandra oleh Jordan, sangat menyayangi putrinya ini. Tanpa ada yang tau kebenaran dua puluh lima tahun silam.
Sesegukan Sandra dalam tangis yang telah dalam pelukan Papanya, sudah tidak bisa berucap apapun lagi saat ini.
Kenyataan pertama yang di ketahui saat ini adalah bukan anak kandung.
Kenyataan kedua adalah dia harus mau menjadi pengganti pengantin.
Kenyataan ketiga adalah dia harus menikah dengan orang buta yang tidak di kenalnya.
Kenyataan ke empat adalah tidak bisa menolak semuanya.
...****************...
Like ya dari kalian ku tunggu 😘
Kenyataan pertama yang di ketahui saat ini adalah bukan anak kandung.
Kenyataan kedua adalah dia harus mau menjadi pengganti pengantin.
Kenyataan ketiga adalah dia harus menikah dengan orang buta yang tidak di kenalnya.
Kenyataan ke empat adalah tidak bisa menolak semuanya.
Butuh waktu lama untuk dirinya bisa tenang, dan mengendalikan diri menghadapi kenyataan yang baru saja di dengarnya.
"Sa, nanti jika waktunya pas, Papa akan bicarakan semuanya padamu," ucap Jordan yang memberikan air minum.
Setelah meminum air sedikit mengurangi air mata yang mengalir, hatinya yang sakit harus bisa belajar menahannya.
"Baiklah, Sa. Tenangkan dirimu dulu, Papa akan bicara dengan Mamamu," ucap Jordan setelah itu pergi dari ruang kerjanya.
Meninggalkan Sandra sendiri disana. Sandra yang kembali ke dalam kamarnya, meringkuk di bawah tempat tidurnya yang seakan dunianya telah hilang.
Walau dirinya menerima siksaan dari Angel ataupun Clara sejak kecil, tapi mereka tetap keluarganya. Barangkali suatu saat akan berubah dengan tidak membalasnya. Tapi saat ini dunianya hilang, tidak ada saudara atau bahkan siapa keluarga kandungnya, orang tua kandung, wanita yang sudah melahirkannya kemana?
Hingga suara notifikasi pesan dari whatapps berbunyi.
Ting!
Ting!
"Jangan lupa, datang!" pesannya.
"Ingat, ini tidak bercanda!" lagi pesannya.
Mata yang bengkak di paksa membaca isi pesan yang masuk dari siang yang sudah mengganggunya itu.
Siapa?
Ada apa disana?
Tidak menaruh curiga.
Kring!
Suara dering telp memanggil "Jessica".
"Hallo, Sa," sapa Jes.
"Hallo," ucap Sandra dengan suara berat.
"Kenapa dengan suaramu, nangis Sa?"tanya Jessica. Tidak pernah melihat Sandra sedih ataupun menangis sejauh berteman dengan Sandra.
"Nanti saja bahas itu," ucap Sandra yang memang khas orang setelah menangis. Berat gimana gitu.
"Hem, ada apa?" Tanya Jessica.
"Temani aku ke tempat itu," pintanya.
"Ok, aku yang jemput atau kamu, Sa?" Tanya Jessica.
"Kamu kesini ya, sekarang," jawab Sandra.
"Ok. Tunggu 30 menit ya, aku siap siap dulu," ucap Jessica.
Setelah itu terputus sudah sambungan telp. Hanya Jessica sahabat dan teman baiknya selama ini, mengetahui semua hal hidupnya. Termasuk sering mendapatkan perlakuan buruk keluarganya.
Sandra yang bangkit dari tempat tidur langsung mencuci mukanya, walau mata nya sangat sembab dan bengkak. Harus pandai menutupi penampilannya saat ini, tempat yang akan di datangi termasuk hotel bintang *****.
Tidak sembarang dalam berpakaian, Sandra mengenakan gaun hitam selutut bagian dadanya yang tertutup.
(seperti itu kurang lebih penampilan Sandra)
Tapi di tambah kacamata berwarna hitam bercampur hitam, untuk menutupi matanya.
Dilihatnya sudah akan datang Jessica, menuruni anak tangga dan tampak sepi disana. Tidak ada kedua orang tuanya.
Setelah membuka pintu depan rumahnya, terdengar suara mobil masuk ke dalam rumahnya dan benar saja Jessica sudah sampai.
"Ayo, jalan," ucap Sandra yang langsung masuk ke di samping kemudi.
Jessica hanya menurut saja, apa yang di minta oleh Sandra, menuju hotel ke arah kota tersebut. Mobil melaju dengan santai, tidak ada percakapan. Jessica mengerti jika sahabatnya itu tidak baik baik saja, hanya perlu di dampingi.
Sampai sudah di hotel itu. Masuk dan mobil pasti akan ditempatkan khusus untuk wanita, bagian depan. Sandra dan Jessica langsung ke resepsionis untuk membooking kamar di lantai 5 dengan no yang disebelahnya, 515.
Segera menuju ke kamar yang di sudah di pesan dengan lift tidak jauh lobi.
Ting!
Pintu lift terbuka, masuk kedunya di dalam dan memencet angka 5, tertutup pintu lift dan langsung membawa ke lantai di tuju.
Ting!
Sampai sudah di lantai 5 dan pintu lift terbuka. Keluarlah keduanya dan menyusuri pintu dengan mencari no 514, penasaran ada apa dengan di kamar no tersebut.
Ternyata sudah di depan kamar 514, lalu tanpa menunggu lama.
Tok!
Tok!
Kreakkk!
Suara pintu terbuka, da ternyata.
"Wil!" terkejut Sandra. Tidak percaya lelaki didepannya pacarnya yang sudah lima tahun bersama. Dengan menggunakan boxer saja. Belum selesai kejutan itu untuk Sandra.
"Siapa, Baby?" ucap wanita itu yang hanya menggunakan kemeja putih kedodoran.
"Kau!" teriak Sandra.
Adiknya, Clara.
"Kalian! Jadi selama ini aku di bohongi oleh kalian!" marah Sandra yang langsung memukul lelaki yang penjadi pacarnya.
Buk!
Buk!
Dengan tas Sandra memukul badan lelaki itu yang besar dn tinggi. Tapi tidak berapa lama tangannya sudah di cekal oleh wanita itu tidak lain Clara.
"Dengar! Kau tidak pantas bersama dia! Hanya aku yang bisa memuaskannya," bentak Clara.
"Sampah!" ejek Sandra. Yang sangat marah dan juga menghempaskan tangan dari cengkraman Clara.
"Apa!" bentak Clara tidak terima.
"Sampah, memang lebih baik dengan sesama sampah! Dengar, Wil. Kita putus!" teriak Sandra dengan tegas yang sebenarnya menahan air matanya.
"Tunggu," panggil Clara saat Sandra membalikkan badannya akan pergi dari sana.
"Apa!" bentak Sandra.
"Kau memang tidak pantas dengan Wil, yang pantas itu dengan orang buta," ucap Clara yang di akhiri dengan gelak tawa.
"Lebih baik dengan orang buta, dari pada dengan sampah! Kotor!" bentak Sandra yang langsung menggandeng Jessica.
Bagaimana Jessica sebagai sabahatnya melihat kejutan di depan matanya hanya bisa terbengong dan nyaris tidak percaya apa yang dilihatnya. Sosok William yang di kenalnya sangat menjaga Sandra dan mencintainya sejak dulu, sampai sebelum kejadian ini. Diam dan tidak bisa berkata apapun untuk membantu sahabatnya. Saat tangannya di tarik oleh Sandra hanya ikut saja ke arah manapun yang akan membawanya.
Sudah sampai di parkiran mobil Jessica masih belum sadar masih dengan ketidakpercayaannya itu. Sebelumnya kartu kamarnya sudah ia berikan ke tempat awal tanpa berkata apapun.
"Jes!" bentak Sandra.
"Hah! A-apa, Sa?" terbata Jessica.
"Ayo buka!" pinta Sandra.
Setelah kedua masuk, tanpa menjalankan mesin mobil. Suara isak tangis Sandra yang menyadarkan Jessica tentang apa yang terjadi tidaklah mimpi.
"Sa," ucap Jessica yang sudah memeluk sahabatnya dengan erat.
Membiarkan Sandra meluapkan semuanya dengan tangisan, dan baru pertama kali Jessica melihat Sandra sangat terpuruk dan melihatnya menangis.
Sandra yang menangis, sungguh hari yang paling tidak beruntung. Terjadi semuanya bersamaan dan menghancurkan segalanya dalam dirinya.
Setelah empat hal yang kini bertambah.
Kenyataan kelima adalah pacar yang di cintainya berselingkuh dengan adiknya sendiri.
Kenyataan ke enam adalah kenapa harus Clara yang menjadi pilihan William.
"Jes, hidupku hancur," ucap Sandra setelah satu jam menangis tanpa henti. Masih di tempat yang sama belum beranjak pergi dari hotel.
"Sa, kita cari tempat dulu buatmu, ya. Supaya bisa meluapkan segalanya," ucap Jessica. Tidak tahu harus menghiburnya seperti apa. Jadi sebaiknya mencari udara segar.
"Bar! Aku mau kesana, Jes. Bawa aku kesana, aku mau melepaskan semuanya," pinta Sandra.
"Ga, Sa," tolak Jessica.
Sangat tidak baik bagi Sandra terlebih tidak pernah ke tempat seperti itu.
...****************...
Tinggkan jejak kalian , sayang kuh dengan like dan komentar.
Yang suka silahkan lanjut, yang tidak suka tidak apa. Ini hanya karya author pemula yang belajar menulis, dan ini semua hanyalah hasil halu semata.
😍😘
"Bar! Aku mau kesana, Jes. Bawa aku kesana, aku mau melepaskan semuanya," pinta Sandra.
"Ga, Sa," tolak Jessica.
Sangat tidak baik bagi Sandra terlebih tidak pernah ke tempat seperti itu.
Tanpa bertanya lagi Jessica membawa Sandra ke Serang, pandeglang Banten. Walau jarak tempuh yang lumayan lama sekitar dua jam lebih, untungnya malam hari pasti akan bebas hambatan menuju ke arah tempat tujuannya.
Sandra yang masih termenung dan air matanya saja yang terus mengalir di wajahnya.
Untung saja besok hari sabtu, waktu libur kantor tidak perlu bekerja. Jarak yang sangat lama itu, kini sudah sampai di sebuah hotel.
Jessica turun lebih dahulu dan menggandeng Sandra masuk dan membooking kamar, lalu masuk ke kamarnya.
Tepat sekali membuka pintu belakang pemandangannya langsung ke pantai, itulah tempat yang cocok untuk Sandra saat ini, bukan di bar.
"Sa, jangan terus melamun. Aku takut, Sa," ucap Jessica didepan Sandra.
"Sa, denger aku!" ucap Jessica tapi tetap saja Sandra tidak bergeming.
Mau tidak mau Jessica ambil langkah yang mungkin akan menyakitinya nanti, tapi jika tidak dilakukannya pasti akan seperti terus.
Plak!
Tamparan! Dan benar saja Sandra langsung tersadar dan memeluk Jessica di depannya.
"Kamu pasti kuat, Sa! Bukan William yang pantas buatmu, tapi bod** nya dia yang mencampakkanmu hanya demi batu krikil," oceh Jessica.
Jessica hanya tahu satu masalah saja, belum semuanya. Dengan ocehan Jessica akhirnya kesadaran Sandra pulih kembali, walau di awali dengan sebuah tamparan.
"Sorry, Sa. Aku harus menamparmu tadi, aku menyesal," ucapnya.
"Aku tidak marah, Jes. Malah kamu yang menemaniku disaat aku terpuruk," ucap Sandra.
"Kamu yang kuat, harus kuat, Sa. Tunjukkan kamu itu masih Sandra!" Teriak Jessica untuk memberikan semangat Sandra, padahal waktu saat ini sudah dini hari hampir jam tiga.
"Aku harus bisa, Jes!" ucap optimis Sandra, walau baru di mulut saja. Hatinya tentu saja berat.
Siapa pun pasti akan hancur, jika merasakan diposisi Sandra.
"Jika hanya itu, aku pasti tidak seberat ini, Jes," ucap Sandra.
"Memang ada yang lain?" Tanya polos Jessica.
Setelah Sandra menceritakan semuanya pada Jessica sahabat satu satunya. Air matanya mengalir kembali, padahal tadi sudah berhenti. Bahkan Jessica yang mendengarkan nya saja ikut menangis bersama sambil berpelukan keduanya.
Sangat berat ternyata, beban dan kenyataan yang baru saja Sandra ketahui hari ini. Orang sekuat dan sesabar Sandra saja, jatuh juga. Jika hal itu yang menimpa dirinya pasti bisa gila atau bun** diri. Setelah tangis kedua mereda.
"Berat, Sa. Maafkan aku," ucap sesal Jessica. Yang ternyata membawanya ketempat yang sangat jauh.
"Doakan aku, Jes. Supaya bisa melalui ini," pinta Sandra.
"Tentu, Sa," jawab Jessica.
Setelah itu mereka berdua tertidur karean telah lelah menangis, apa lagi Sandra.
*
Sabtu sore di kediaman Jordan Cahya.
"Hpnya tidak bisa di hubungi, kemana anak itu!" kesal Angel yang tidak bisa menghubungi Sandra sampai saat ini.
"Dengar, Ma. Aku ga ingin menikah dengan lelaki buta, harus ketemu Sandra," pinta Clara.
"Ini Mama sedang usaha menghubunginya. Awas saja jika tidak pulang, habislah dia!" marah Angel tampak di wajahnya yang mulai berkerut itu.
"Pa, cepat temukan dimana Sandra!" bentak Angel saat melihat suaminya yang masuk ke rumah.
"Tunggu saja, pasti datang," ucap santai Jordan.
"Jika tidak, mau apa?" Tanya Angel.
"Oh, Pa. Jangan liat ke arahku, aku sudah menolak dari awal." ucap Clara yang dengan tangan menolak.
"Kemana perginya?" Tanya Jordan.
"Entahlah," jawab Clara. Yang bohong sudah terjadi sesuatu oleh keduanya.
Hanya Angel yang mengetahui kejadian semalam di hotel yang sudah di ceritakan oleh Clara, begitu pun Angel, menceritakan semuanya kejadian di rumah.
Senyum kemenangan dan kesenangan tampak di wajah keduanya yang ingin mendepak Sandra dari rumah itu.
Tepat pukul lima sore Sandra sudah kembali kerumah di antar oleh Jessica. Karena baru bangun setelah jam 12 siang, langsung meluncur pulang atas permintaan Sandra. Walau Jessica sudah bilang, biarkan Clara saja yang menikah dengan si buta.
Tapi Sandra tidak akan membantah atau menolak permintaan balas budi untuk orang tuanya saat ini yang sudah membesarkannya. Rasa tanggung jawabnya sangat besar, dan berharap bebas setelah memenuhi keinginan mereka.
"Dari mana kamu?" Tanya Jordan.
"Ada perlu, Pa," jawab Sandra yang berusaha kuat.
"Mau kabur kabur kamu!" Bentak Angel.
"Tidak, Ma," jawab Sandra.
"Bagus! Kamu harus tahu diri," bentak Angel.
"Kamu harus!" Perintah Angel.
"Dengar, itu!" bentak Clara.
Plak!
Suara tamparan terdengar di kamar itu.
Ya, Papa Jordan menampar anak pertamanya, Sandra.
"Setuju atau tidak bukan pilihanmu, aku yang menentukan!" Suara keras Jordan disana.
"Ganti bajumu, malam ini harus berjalan lancar," lanjutnya dengan suara yang masih tinggi.
"Rasakan itu!" Lirih Clara.
Semuanya sudah pergi dari ruang tamu, hanya tersisa Sandra. Langkah kakinya menuju ke kamar, semua keperluan malam ini sudah di siapkan di dalam kamarnya.
Gaun putih yang cantik yang selutut, dengan hiasan bunga di bagian bawah. Menambah kesan elegan adanya bunganya yang tampak hidup alias timbul.
"Setelah ini, sudah tidak ada budi lagi yang harus aku bayar dengan keluarga ini. Tuhan bantu aku untuk bisa melewati ini," ucapnya didepan kaca.
Wajahnya sedang di kompres dengan es batu yang di bungkus kain. Begitupun dengan matanya yang masih terlihat bengkak. Walau sudah tidak ada air mata yang mengalir.
Ingin rasanya waktu berjalan cepat, dan ingin pergi dari rumah ini secepat mungkin.
"Non," sapa Bi Rumi yang masuk ke kamarnya.
"Iya, Bi. Ada apa?" Tanya Sandra.
"Maaf, Non, bukan Bibi mau ikut campur atau sok tahu. Tapi Bibi harap Non yang kuat," ucap Bi Rumi.
Sandra tersenyum melihat ke arah Bi Rumi.
"Insha Allah, kuat, Bi. Bantu doa juga, ya," ucap Sandra.
"Amin," keduanya berucap bersamaan.
Harus segera bersiap, waktu sudah menunjuk jam 18.30, lekas mandi tidak lama untuk menyegarkan badannya.
Setelah memakai pakaian yang disediakan, berdandan dengan natural dan make up tipis. Lipstik natural pilihannya.
"Ayo, keluar!" ucap Clara.
Tanpa mau menjawab Sandra langsung mengikuti Clara yang didepannya. Ternyata sosok yang akan menjadi suaminya itu sudah berada di ruang tamu bersama dua duduk di bangku.
"Tuan, calon istrimu sudah tiba," ucap asistennya itu.
Wanita yang cantik dan elegan. Itulah pandangan dari Asistennya. Sangat cocok untuk Tuannya.
Di bisikkan ke telinga Tuannya. "Cantik dan Elegan, Tuan," ucapnya.
Tanpa ada senyum dan tetap saja dengan wajah datar dari sosok lelaki itu.
"Duduk!" Lirih Angel.
"Iya, Ma," jawab Sandra.
...****************...
Tinggalkan jejak jari kalian ya sayang kuh😍😍😍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!