Tiara Kanaya adalah putri dari seorang pengusaha kaya raya di ibu kota jakarta. Sejak kecil Tiara tinggal bersama kakek dan neneknya karena kedua orang tuanya harus keluar masuk luar negeri untuk menjalankan bisnis.
Sebelum Tiara menikah dengan Danang suaminya, dia sempat bekerja di sebuah perusahaan terkenal. Dan perusahaan itu adalah milik kedua orang tua-nya. Kakek dan nenek Tiara tidak memberitahu Tiara jika perusahaan besar itu adalah milik mereka.
Karena mereka ingin mengetahui karakter dari pria yang akan meminang Tiara, apakah calon suami Tiara bersama keluarganya menerima Tiara sebagai gadis miskin. Banyak pria mencari wanita kaya raya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Walaupun kedua kakek dan neneknya tidak merestui hubungan antara Tiara dan Danang. Namun Tiara bersikeras untuk menikah dengan Danang, akhirnya kedua kakek dan nenek terpaksa menyetujui tapi orang tua Tiara tidak hadir.
Tiara tau orang tuanya masih hidup dan mereka sering komunikasi. Tapi Tiara sengaja mengakui kakek dan neneknya adalah orang tuanya, sehingga keluarga Danang hanya tahu jika Tiara adalah seorang gadis yang miskin tidak punya apa-apa.
Demi melancarkan aksi mereka kakek dan nenek Tiara rela menyewa sebuah kontrakan kecil untuk tinggal sementara waktu. Bukan tanpa Alasan kakek Tiara melakukan itu, sebelum Danang menikah dengan Tiara sudah terlebih dulu kakeknya menyelidiki latar belakang keluarga Danang.
Kakeknya menentang Tiara untuk tidak menikah dengan Danang. Tapi cinta itu buta sehingga membutakan Tiara akhirnya mereka menikah tanpa ada mahar. Bahkan hanya acara sederhana tapi Tiara bahagia lantaran bisa menikah dengan pria yang dia cintai.
Namun kehidupan bahagia itu seketika berubah, setelah Tiara memutuskan berhenti bekerja dan memilih menikah dengan seorang pemuda. Yang Tiara yakini dia adalah pemuda baik-baik dia yang akan memberikan kebahagiaan kepadanya.
Satu tahun kehidupan rumah tanggah Tiara berjalan dengan baik, namun saat masuk tahu ke dua setelah kakek dan neneknya meninggal Tiara mulai mendapatkan penyiksaan dari mertua dan suaminya.
Brakkk!
"Tiara! Dasar menantu tidak berguna! Makanan apa ini yang tidak layak dimakan. Kenapa setiap hari selalu masak seperti ini sih? Apakah kamu tidak berpikir bahwa anak ku itu sudah bekerja keras untuk menghidupi kamu? Danang sudah lelah bekerja seharian demi menafkahi kamu tetapi ketika dia pulang dan ingin mengisi perut kosongnya dengan makanan. Kamu hanya menyediakan ikan asin dan sayur bayam ini. Makanan yang tidak layak dimakan kemana semua uang yang di berikan oleh Danang?" Teriak bu Bianca.
Tiara menatap bu Bianca dengan tatapan nyalang.
"Maaf Bu, memangnya uang dari mas Danang berapa? Asal ibu tahu uang yang dari mas Danang hanya cukup untuk belikan ikan asin dan sayur bayam. Jadi kalau memang mau makan yang lebih enak makan tolong beritahu mas Danang untuk menambahi uang belanja Tiara" ujar Tiara dengan nada sedikit meninggi.
Karena sejatinya Tiara adalah seorang menantu yang selalu di tindas oleh suami dan mertuanya selama ini.
Tiara tidak perna di hargai sebagai menantu di rumah-nya sendiri. Apapun yang Tiara lakukan selalu salah di mata bu Bianca dan Danang.
Untung Tiara memiliki seorang adik ipar yang sangat menyayanginya.
Jika Tiara di marahin saat adik iparnya berada di rumah, pasti adik iparnya selalu membelanya.
Hmmm, kamu sudah mulai berani menjawab ya. Bilang saja kalau semua uang yang di berikan oleh Danang kamu simpan untuk berikan kepada laki-laki lain. Tidak mungkin Danang memberikan uang sedikit kepada kamu. Bukannya kamu tahu bahwa anakku bekerja sebagai HRD di sebuah perusahaan besar di kota jakarta dengan gaji lumayan tinggi.
Jadi tidak mungkin kalau Danang memberikan kamu uang belanja sedikit hanya cukup untuk beli ikan asin dan sayur bayam. Kemarin tempe dengan sayur kangkung sekarang ikan asin dengan sayur bayam. Aku yakin kamu sudah mempergunakan uang Danang untuk membeli hal-hal yang tidak berguna dasar menantu tidak tahu berterimah kasih." Ujar bu Bianca.
Hahahah...!
Tiara mengeleng kepala mendengar perkataan ,bu Bianca. Apakah bu Bianca tidak tahu berapa uang belanja yang di berikan oleh Danang kepada Tiara? Atau bu Bianca tahu tapi pura-pura.
"Ya ampun Bu. Bukan-nya Ibu tahu sendiri kalau mas Danang itu selalu memberikan aku uang lima belas ribu untuk beli bahan makanan? Gajinya sebagian di berikan kepada ibu dan sebagian lagi untuk pengangan mas Danang. Apakah menurut ibu uang mana lagi yang aku simpan untuk kebutuhan ku sendiri?" ucap Tiara.
Karena setiap perkataan bu Bianca selalu di jawab oleh Tiara sehingga bu Bianca marah.
"He! Menantu kurang ajar. Kamu tuh ya kalau ibu lagi bicara jangan selalu menjawab. Dasar menantu miskin tidak berguna! Kenapa sepertinya kamu boros sekali jadi istri? Seharusnya uang yang Danang berikan itu kamu beli makanan yang layak di makan, bukan makanan sampah seperti ini. Setiap hari kalau bukan tempe, ikan asin dasar menantu tak tahu bersyukur. Masih bagus anakku memberikan uang untukmu" hardik bu Bianca.
Sadis! Uang lima belas ribu cukup apa? Sementara Tiara harus mengeluarkan uang tambahan dari tabungannya demi menafkahi keluarga toxic.
"Aduh bu, kalau memang ibu tidak percaya ya sudah. Tapi mulai besok lebih baik ibu saja yang pergi belanja sendiri" ucap Tiara.
Kata itu yang selalu di keluarkan oleh bu Bianca sebagai alat untuk menghina dan mencaci maki Tiara. Sebagai seorang perempuan pasti sakit hati.
Bukannya menyadari kesalahannya, tapi justru dia menutupi fakta yang sudah terpampang nyata didepan matanya itu. Sebagai ibu mertua bukannya menasihati putranya untuk berikan uang belanja lebih. Justru dia mengatakan menantu tidak berguna.
Padahal di zaman sekarang sekarang tentu uang lima belas ribu itu tidak cukup untuk membeli bahan makanan yang menurutnya layak seperti danging dan ikan.
"Ada apa ini ribut-ribu?"Tanya Danang pas pulang kerja.
"Tanya saja pada istri kamu yang tidak berguna itu, masa kamu sudah cape kerja seharian dia hanya masak makanan untuk kamu ikan asin yang benar saja" ujar bu Bianca.
"Apa benar begitu Tiara?" tanya Danang datar.
"Ya, apa yang di katakan ibu benar' mas. Bukankah aku masak sesuai dengan uang yang mas berikan? Mas bayangin aja uang lima belas ribu cukup apa?" ucap Tiara datar.
Tiara sengaja berkata begitu karena tahu sikap asli suaminya. Pasti suaminya akan marah dan bahkan bisa saja menghajarnya.
"Kalau mas, tidak sanggup menafkahi aku lebih baik biarkan aku bekerja, mas." ucap Tiara akhirnya kata itu keluar juga dari mulut Tiara.
Hahahaha....
"Memangnya kamu bisa kerja apa? Sadar diri kamu itu cuman lulusan SMA. Kamu tidak mungkin mendapatkan pekerjaan yang layak. Kalaupun kamu kerja nanti itu hanya akan menambah beban saja. Karena semua orang akan berpikir kalau Danang tidak sanggup menafkahi kamu, padahal semua kebutuhan kamu tercukupi dan jangan harap aku ijinkan kamu bekerja." Ucap Danang.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan suaminya. Menurut Tiara apa suaminya amnesia jadi lupa jika dulu sebelum mereka menikah Tiara juga seorang pekerja. Dan mereka kerja di perusahaan yang sama walaupun Tiara kerja sebagai karyawan manggang biasa karena memang itu permintaan Tiara.
dan Danang juga belum mengetahui jika perusahaan itu adalah perusahaan milik orang Tua Tiara. Karena lebih sibuk mengurus pelakor ketimbang ngurus istri sampai lupa dengan pekerjaan istrinya yang dulu.
Danang meremekan Tiara, menurut Danang Tiara perempuan lemah. Jadi tanpa Danang Tiara tidak bisa apa-apa
"Apa mas lupa, bahwa sebelum aku menikah dulunya juga aku seorang pekerja? dan di perusahaan yang sama dengan mas. Tapi karena aku ingin menjadi istri yang baik untuk berbakti kepada suami akhirnya aku memutuskan untuk berhenti." ucap Tiara.
" Kamu belum tahu mas, jika aku di bandingkan sama kamu lebih unggul aku. Dan aku pastikan suatu saat kalian akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini. Aku sudah cukup sabar menghadapi sikap kamu sama ibu mas, tunggu pembalasanku karena tidak lama lagi ayah dan ibu kembali ke indonesia" batin Tiara.
"Kamu yang tidak becus mengatur keuangan, kamu banyak alasan" pekik bu Bianca.
"Ya ampun Bu, kalau memang ibu merasa aku tidak bisa mengatur keuangan lima belas ribu yang di berikan oleh Mas Danang. Bagaimana kalau ibu saja yang mengatur? Siapa tahu bisa makan yang enak" ucap Tiara.
"Enak aja kamu menyuruhku masak. Aku bukan pembantu jadi seenaknya kamu menyuruhku" ucap bu Bianca.
"Tepat sekali bu, dan aku juga bukan budak ibu di rumah ini" ujar Tiara.
" Halah, kamu itu memang istri tidak berguna. Kamu hanya mementingkan diri kamu sendiri dan istri yang tidak tahu bersyukur. Sudah bu lebih baik Danang pesan online aja biar kita makan di rumah makan yang lebih enak dari ini. Aku sudah muak bu, setiap hari makan makanan sampah dan bertengkar terus dengannya, jadi nyesal aku menikah dengannya" ucap Danang.
Deg.....
Tiara terkejut dengan pengakuan Danang, katanya menyesal menikah dengan Tiara.
"Ya Tuhan, sakit sekali ternyata." batin Tiara, air mata mengalir membasahi pipinya.
"Jika aku istri tidak berguna terus kamu berguna mas?" tanya Tiara.
Tiara tidak peduli dengan keluarga toxic itu dan pergi meninggalkan mereka.
Sekarang Tiara hidup sebatang kara di kota lantaran orang tua Tiara masih di luar negeri. Tiara tidak tahu jika selama ini orang tuanya selalu memantau-nya.
Danang adalah pertama dari dua bersaudara. Danang terbilang anak yang paling berbakti kepada ibunya setelah kepergian ayahnya. Belum pasti ayahnya meninggal atau kemana.
"Ya Allah, kenapa nasibku menjadi seperti ini? Aki harus bekerja kembali seperti dulu lagi. Dan aku akan tunjukkan kepada mereka aku bisa mandiri. Tapi aku kerja apa? Apa aku harus hubungi orang kepercayaan nenek dan kakek untuk kembali ke perusahaan, atau aku buka usaha aja menunggu ayah dan ibu kembali?" batin Tiara.
Tiara mencoba merai ponselnya dan berniat menghubungi temannya. Jelas Tiara tahu jika perusahaan besar dimana Danang bekerja adalah perusahaan kakek dan neneknya. Karena sebelum neneknya meninggal di rumah sakit, neneknya memberikan semua surat penting seperti sertifikat semua aset atas namanya dan juga perusahaan.
Sebenarnya Tiara bisa melakukan apa saja, beli barang mahal seperti mobil dan barang brand. Hanya saja Tiara tahu keluarga suaminya adalah keluarga tidak tahu diri jadi Tiara tidak mau kecolongan. Makanya Tiara menyesuaikan dirinya dengsn kehidupan mereka.
Padahal didalam atm Tiara banyak uang selama ini diam-diam Tiara beli makanan yang layak untuk di makan dari luar.
"Ah, lebih baik aku pergi aja ke tempat mbak Anisa aja, dari pada di rumah makan hati" batin Tiara.
"Ada apa Tiara? Kenapa mukamu di tekuk begitu? apakah suami dan mertuamu berula lagi?" tanya Anisa yang sudah mengetahui sikap kejam keluarga Danang.
Anisa merasa kasian dengan Tiara, sebatang kara di kota itu. Dan selalu di siksa oleh keluarga toxic itu.
"Tidak Mbak Anisa. Saya cuman cari tempat yang ada sinyal yang bagus, soalnya dirumah sinya kurang bagus" ucap Tiara berbohong.
Jelas Anisa tidak percaya dengan perkataan Tiara. Karena Anisa tahu justru di rumah Tiara lah yang sinyalnya lumayan bagus. Tapi Anisa tidak ingin mempertanyakan hal itu lagi.
"Oh, kirain ada apa. Kalau kamu butuh bantuan jangan sungkan bilang sama mbak, mbak pasti akan bantu kamu" ucap Anisa.
Anisa sudah lama mengenal Tiara, dan Anisa juga yang selalu membantu Tiara saat dalam kesulitan.
"Makasih mbak, tidak perlu karena aku bisa sendiri. Aku harus menghubungi orang kepercayaan di perusahaan untuk minta ketemu tapi sebelum itu aku harus hubungi Darah terkebih dulu." batin Tiara.
Darah adalah teman Tiara yang notabene paling baik, dia selalu membantu Tiara. Dulu dia juga tidak tahu jika perusahaan besar itu adalah milik Tiara namun setelah kematian neneknya Tiara barulah Tiara menceritakan semuanya. Sehingga Darah tak kalah terkejut bahwa teman yang selama ini dia anggap miskin ternyata pemilik perusahaan besar itu.
Padahal dulu banyak sekali karyawan di perusahaan itu, selalu mengandalkan kekuasaan dan merendakan Tiara. Karena waktu itu Tiara bekerja sebagai staf biasa.
Baru saja Tiara hendak menghubungi Darah tiba-tiba Danang datang dengan wajah marah.
"Mas." ucap Tiara kaget.
Tiara tidak menyangka suami biadabnya itu menyadari Tiara tidak di kamar.
"Pulang kamu! Dasar istri tidak tahu bersyukur. Masih untuk aku berikan semua semua gajiku padamu. Kenapa kamu mala kelayapan di luar saat suamimu istirahat."hardik Danang
"Danang! Kamu suami macam apa sih kasar banget pada istri sendiri. Memang kenapa kalau Tiara main kesini? Disini tidak ada laki-laki hanya kami berdua. Selama ini juga Tiara tidak perna kemana-mana baru kali ini dia keluar sungguh terlalu." ucap Anisa kesal dengan perlakuan Danang.
Hey! Tahu apa kamu? tidak usa ikut campur urusan rumah tanggah orang jomblo akut! Tapi percuma juga sih bicara soal rumah tanggah mana ngerti kamu belum punya suami. Dia istriku jadi suka-suka ku mau melakukan apapun terhadapnya dasar wanita tidak tahu diri bikin malu suami saja." Ejek Danang.
"Jaga bicara kamu ya Danang! Lebih baik aku hidup sendiri tapi bahagia dari pada menikah tapi menderita apalagi dapat suami seperti kami ago." ujar Anisa tida terrimah di hina oleh Danang.
Selama ini Anisa tahu betul sikap Danang kepada Tiara. Jadi Anisa tidak percaya jika Danang memberikan semua gajinya kepada Tiara. Kalau betul begitu tidak mungki hari-hari mereka makan nasi dengan ikan asin.
"Diam kamu!" pekik bu Bianca yang tiba-tiba muncul, setelah anak sekarang giliran ibunya.
"Saya tahu bagaimana sikap kalian berdua kepada Tiara jadi jangan memutarbalikan fakta. Untung Clara tidak disini kalau dia ada pasti dia membela Tiara." ucap Anisa
"Halah tahu apa kamu soal keluarga kami? Menantu kurang ajar ini pasti sudah mengaduh yang bukan-bukan kepada kamu yakan? Makanya kamu bicara begitu jangan percaya dengan omong kosongnya dia itu berbohong. Dia hanya gadis miskin yang di tinggal mati oleh kedua orang tuanya, masih beruntung dia nikah dengan Danang yang bertanggung jawab atas hidupnya. Kalau tidak sudah jadi gelandangan di luar sana" ucap bu Bianca.
Bu Bianca tidak punya perasaan. Dia bicara tidak perna filter karena dia belum tahu siapa Tiara sebenarnya. Karena setahu bu Bianca dan Danang Kakek dan Nenek Tiara adalah kedua orang tua Tiara. Dan Tiara juga tidak perna menyinggung soal statusnya sebagai putri orang terkaya di kota itu.
Deg!
Jantung Tiara berdegup kencang. Sesak di dada seperti sebuah batu besar menghantamnya.
"Kalau aku tidak mencintaimu, mas. Mungkin saat ini kamu dan ibumu sudah babak belur. Tapi masih ada waktu kita tunggu saja." batin Tiara.
Tiara lulusan taekwondo sabuk hitam.
Dengan kasar Danang menyeret Tiara ke rumah, namun Tiara tidak takut sama sekali. Walaupun Tiara yakin dirinya pasti di hajar oleh Danang. Tapi kali ini Tiara tidak akan tinggal diam.
"Mas, apa-apa,an sih lepasin aku. Aku tadi hanya main sebentar ke rumah mbak Anisa saja. Memang ada yang salah kalau aku ngobrol dengan mbak Anisa?" Tanya Tiara mencoba melepaskan cengkraman tangan Danang.
Danang seketika menoleh dan menarik tangan Tiara dengan kasar. Danang juga menatap tajam Tiara. Walaupun Tiara perempuan tapi Tiara tidak takut.
Tiara tidak membalas bukan karena takut tapi karena Tiara masih menghargai Danang sebagai suaminya. Tiara masih menunggu waktu yang tepat.
"Ingat mas, aku tidak akan mengampuni kamu jika berani menyakiti ku lagi." Batin Tiara.
Dan benar saja Danang melayangkan tamparan keras mengenai pipi Tiara.
Plakk.....
Dasar wanita jalang! Apakah selama ini apa yang aku berikan untukmu masih kurang. Jika iya katakan saja jangan jadi perempuan murahan untuk jual diri diluar sana. Apa kata orang nanti mereka pikir aku tidak sanggup menafkahi kamu. Bikin malu saja." Hadir Danang.
Tiara masih diam belum ada jawaban dari mulut Tiara. Masih merasakan sakit yang teramat di pipinya. Sakit di pipi tidak seberapa di banding sakit yang terpendam dalam hatinya.
"He! Kalau suamimu bicara itu di jawab jangan diam saja. Apakah kamu bisu atau tuli?" Tanya Bu Bianca, sembari menjambak rambut Tiara dan menyeret Tiara seperti binatang.
Semakin sakit hati Tiara, selama menikah dengan Danang tak perna mendapatkan perlakuan manusiawi dari keluarga itu.
Tiara menatap Danang dengan nyalang, kali ini Tiara tidak mau di tindas lagi.
"Kenapa harus malu ,mas? Bukankah memang seperti itu kenyataannya. Uang lima belas ribu itu cukup apa? Selama ini gaji kamu berikan kepada ibu jadi apa yang harus aku syukuri." ucap Tiara.
"Apa kamu bilang? Bicara sekali lagi jalang aku akan merobek mulut busukmu itu. Dasar perempuan miskin, masih untung aku menampung kamu disini kalau tidak kamu sudah mati" ucap Danang sembari mencengkram dagu Tiara dengan kasar.
"Mas Danang, ibu. Hentikan menyiksa mbak Tiara kalian bisa membunuhnya. Apa ibu dan mas Danang benar-benar tidak punya hati nurani menyiksa anak orang? Kalau memang mas Danang tidak mencintai mbak Tiara lagi lebi baik ceraikan jangan jadi pecundang" Hardik Alea
Alea adalah adik kandung Danang yang kulia di luar kota. Satu bulan sekali baru Alea pulang itu pun jika ada waktu, karena Alea selain kulia dia juga sambil bekerja. Dan hari ini waktu Alea pulang ke rumah dan pas mendapati ibu dan kakaknya menyiksa Tiara.
Ibu Bianca dan Danang terkejut dengan kedatangan Alea tiba-tiba. Karena ibu sama anaknya itu sangat tahu sikap Alea pasti dia garda depan membela kakak iparnya.
"He anak kecil jangan ikut campur urusan orang dewasa. Kamu tahu apa tentang rumah tangga masmu lebih baik kamu pergi sana" ucap bu Bianca.
Alea geleng kepala heran melihat kelakuan ibu dan kakaknya itu. Kelakuan brutal mereka tidak bisa di sebut sebagai suami dan mertua.
"Bu, seandainya Alea adalah mbak Tiara dan di siksa oleh mertua dan suami Alea. Bagaimana perasaan ibu tahu putri ibu satu-satunya hidup menderita karena kebrutalan suami dan mertua?" tanya Alea.
"Ya jelas ibu sangat marah dan bahkan ibu akan membalas apa yang mereka lakukan sama kamu. Enak aja anak yang aku kandung sampai membesarkan membiarkan mereka menyiksanya." ucap bu Bianca emosi.
Hehehehe.....
"Nah, seperti itu juga di rasakan oleh orang tua mbak Tiara jika mereka masih hidup. Putri yang mereka sayangi dengan senang hati menyerahkan putrinya kepada suaminya. Mereka percaya bahwa laki-laki yang menikahi putri mereka akan membahagiakan putrinya. Tapi lihat apa yang ibu dan mas Danang lakukan? Seharusnya ibu sebagai orang tua menasihati mas Danang biar jadi suami yang baik, bukan menjadi suami yang kasar begini" ucap Tiara bijak.
"Benar apa yang di katakan Darah, lebih baik bu Bianca menasihati Danang biar jadi suami itu punya harga diri. Jangan menyiksa anak orang" ucap Anisa tiba-tiba datang.
"Saya memiliki harga diri lebih tinggi di sini. Maka dari itu saya memberikan pelajaran kepada istri yang tidak tahu diri ini." ucap Danang
"Harga diri? Memangnya harga diri apa yang kamu miliki? Aku pikir laki-laki yang suka bermain tangan dengan wanita adalah lelaki rendahan. Karena hanya lelaki rendahan seperti kamu yang tidak tahu menghargai seorang perempuan" ucap Dedy.
Dedy adalah pemuda yang tampan dan baik hati. Masih seumuran dengan Danang, sudah lama Dedy kulia di luar kota dan baru satu bulan pulang sembari berkerja, sekarang Dedy kerja sebagai manajer di perusahaan ternama di kota.
Danang menatap nyalang Dedy, memang dari dulu Danang tidak perna menyukai Dedy karena menurut Danang. Dedy adalah saingannya di kota apalagi Dedy sebagai atasannya di perusahaan dimana mereka bekerja.
"Halah, diam kamu bujang lapuk! Ngerti apa kamu soal rumah tangga. Lihatlah, usiamu sudah hampir satu abad tapi sampai sekarang kamu belum menikah" ejek bu Bianca.
Hahaha...
"Ibu bisa aja, sampai kapanpun tidak ada satu perempuan yang mau dengannya" ucap Danang.
Dedy tersenyum hanya memarkan gigi-gigi putihnya. Dia mengelengkan kepala seoalah apa yang di katakan oleh bu Bianca dan Danang hanya sebuah guyonan untuknya.
"Bu, jangan keterlaluan deh bicara sama mas Dedy" Bela Alea.
"Tidak masalah Alea, kamu tenang saja" ucap Dedy santai.
"Lebih baik saya melajang selamanya bu Bianca. Dari pada saya harus menyiksa anak gadis orang. Jika kamu masih menjadi anak mami lebih baik jangan kamu menikahi anak gadis orang yang di rawat dan di sayangi oleh kedua orang tuanya. Karena itu hanya akan membuat dia menderita karena suami tidak becus seperti kamu." ujar Dedy tersenyum.
Dedy berharap dengan sedikit nasihat yang di berikan kepada Danang membuat Danang sadar. Tapi Danang tetaplah Danang. Sebelum dia mendapatkan karma dari Tuhan dia tidak akan sadar.
"Sok bijak kamu! Basi tahu nasihat kamu." ucap Danang.
Danang lalu menyeret Tiara kedalam rumah tanpa memperdulikan Tiara yang menahan sakit.
"Danang ingat! Negara ini adalah negara hukum. Jika kamu berani melakukan kekerasan kepada Tiara lagi aku tidak segan melaporkan kamu ke polisi biar kamu kapok." teriak Dedy.
Sebagai tetangga yang baik Dedy berhak menegur Danang agar tidak berlaku semena-mena terhadap Tiara.
Bukkkk!
Sesampai di rumah dengan kasar Danang melempar Tiara sampai tersungkur di lantai.
"Dasar wanita jalang! Kamu pasti diam-diam menjual dirimu ke pria di luar sana termasuk bujang lapuk itu. Apa uang yang aku berikan belum cukup sampai kamu menjual diri." pekik Danang.
"Mas cukup jangan teriak seperti orang kesetanan."Hardik Alea tidak kalah begis.
"Diam kamu!" pekik Danang.
"Semoga mas tidak akan menyesal karena sudah memperlakukan mbak Tiara begitu." ujar Alea.
Danang mencengkram dagu Tiara dengan keras membuat Tiara meringis kesakitan.
"Apa kamu sering mengoda laki-laki saat aku tidak di rumah?" Tanya Danang.
Tiara tidak menjawab, namun tatapannya sangat tajam mengisyaratkan bahwa Tiara menyimpan Dendam dalam hatinya. Tiara tersenyum sinis menatap Danang.
"Apa aku punya keberanian untuk keluar dari rumah ini? Aku bukan perempuan murahan seperti yang kamu katakan mas. Aku adalah perempuan baik-baik yang sudah punya suami. Aku keluar dari rumah kecuali aku pergi ke warung. Terus kapan aku keluar untuk mengoda laki-laki?" ucap Tiara.
Menurut Tiara suaminya tidak punya otak. Selama ini dia terkurung di rumah terus kapan dia keluar mengoda laki-laki.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!