NovelToon NovelToon

Transmigrasi Carra

EPISODE 1

Carra Fransiska Atmajaya gadis cantik dan cerdik yang memiliki pesona luar biasa hingga mampu membuat para kaum adam yang melihatnya pun terpesona hanya dalam sekali melihat. Wajahnya yang cantik jelita itu mampu menggaet kaum adam untuk mendekat kepadanya, hingga Carra yang memang memiliki julukan "sang penakluk para pria" itu pun memutuskan untuk memacari semua pria yang menembak dirinya, entah sudah berapa banyak pria yang memiliki hubungan dengannya.

Namun kejadian tak terduga menimpanya yang dimana tiba-tiba saja dirinya terbangun ditubuh seorang gadis cantik jelita pemilik rambut silver kebiruan dengan mata berwarna biru pekat sepekat lautan dalam yang menghanyutkan.

Menyadari ada hal aneh yang terjadi pada dirinya tentu membuat Carra syok tak bisa berkata-kata! bagaimana dirinya bisa terbangun ditubuh yang berbeda! Yah.. Carra akui pemilik tubuh ini sungguh lah sangat cantik, ah.. tidak! bukan hanya sangat cantik! melainkan memang benar-benar sangat cantik! sampai Carra pun tak bisa berkata-kata. Mungkin jika dibandingkan dengan dirinya yang pada dasarnya juga cantik pun akan kalah jika di sandingkan dengan pemilik tubuh ini.

"Apa ini! kanapa dia mengikuti gerakan gue!?" Telihat seorang gadis cantik yang sedang memandang dirinya di depan cermin terkejut dengan bayangan dirinya yang ada didepan cermin yang mengikuti dirinya. Pasalnya wajah yang ada di depan cermin itu bukanlah dirinya! melainkan wajah seorang gadis yang amat sangat cantik! tapi mengapa dia mengikuti gerakannya!?.

Gadis yang masih terkejut melihat bayangan dirinya didepan cermin itu adalah Carra. yah.. Carra Fransiska Atmajaya. Gadis yang dijuluki sang penakluk para pria.

Terbangun di tubuh yang berbeda tentu membuat Carra terkejut! pasalnya seingat dirinya dia sedang tidur di rumah sahabatnya, setelah lelah mendengar cerita yang diceritkan sahabatnya yang menceritakannya sebuah cerita novel yang berjudul "Pengendali Takdir" ber-genre Trailer-Romance.

Namun apa ini, kenapa dia terbangun di raga yang berbeda!?

Bukannya dia sedang tidur dikasur sahabatnya?.

Tiba-tiba saja kepala Carra mendadak sakit luar biasa. "AKHH.." Carra mengerang kesakitan memegang kepalanya yang berdenyut itu. Sekilas ingatan pemilik tubuh memasuki fikiran Carra.

"Car-la! berjanjilah ja-ngan percaya de-ngan orang disekitar mu, ter-masuk keluargamu!"

"Ungkalah semu-anya Carla! dan hidup-lah bahagia!" Ucap seorang wanita terbata-bata.

"Pergi Car-la! lari-lah! selamat-kan dirimu!" Teriak seorang wanita didalam mobil yang kondisinya sangat memprihatinkan. Banyak darah berceceran di mobil dengan kondisi mobil terbalik serta kaca yang pecah.

Seorang gadis dengan berderai air mata disertai darah yang menetes dari kepalanya itu pun mencoba melangkahkan kakinya dengan tertatih-tatih untuk menjauh dari mobil yang sudah mengeluarkan banyak asap itu.

Tak lama suara ledakan pun terjadi.

DUARRR..

Suara ledakan mobil yang sangat besar itu meledak tepat di hadapan seorang gadis yang dipanggil Carla itu.

"Ukhh.. ingatan macam apa ini!, mengerikan sekali!" Carra duduk di tepi kasur, mencoba mencerna ingatan yang baru saja pemiliki tubuh ini berikan kepadanya.

"Jadi.. nama pemilik tubuh ini Carla?" Ucapnya kediri sendiri.

"Carla siapa anjir gue gak kenal ini orang! kenapa gue bisa berada ditubuhnya?!" Sungguh sial sekali nasibnya ini! Carra mengacak rambutnya frustasi.

Ceklek..

Suara pintu yang dibuka dari luar mengalihkan fokus Carra kearahnya.

Terlihat pasangan paruh baya menghampirinya dengan raut wajah khawatir menatap kearahnya diikuti seorang pria yang Carra yakini itu dokter.

"Ya ampun sayang kamu sudah sadar!?" Seorang wanita paruh baya menghampiri Carra dengan raut wajah khawatir.

"Sayang ada yang sakit hemm?" Sekarang gantian pria paruh baya yang bertanya kepadanya.

Carra yang diberikan pertanyaan oleh kedua pasangan paruh baya di depannya ini tentu saja bingung ingin merespon seperti apa. Pasalnya kenal saja tidak woi lah!.

"Kalian siapa?" Carra memandang bingung kearah pasangan paruh baya di depannya.

Terlihat pasangan paruh baya itu terkejut mendengar ucapannya.

"Ni orang tua dua siapa sih!" Ucap Carra membatin.

"Hiks..Sayang kamu gak kenal Mama?" Wanita paruh baya itu memandang sendu kearahnya.

"Ya kagak lah, pake nanya lagi" Batinnya.

"Kamu gak kenal Papah juga sayang" pria paruh baya bertanya kearahnya dengan tatapan sendu juga.

Carra memutar bola mata malas mendengar pertanyaan yang terus dilontarkan dari kedua pasangan paruh baya di depannya ini.

"Apa sih! Mama Papah apa? orang kedua ortu gue udah meninggal kok! ngaku-ngaku aja ni dua orang tua" Batinnya kesal.

"Dok cepat periksa anak saya! kenapa bisa dia tidak mengenali kedua orang tuanya!" Ucap pria paruh baya kearah Dokter yang sedari tadi diam di belakangnya.

Dokter itu pun segera maju untuk memeriksa keadaan Carra.

"Sepertinya nona Carla mengalami Amnesia Tuan, Nyonya" lapor sang dokter setelah memeriksa keadaan Carra.

"Amnesia apaan! orang gue inget nama gue itu Carra, ngadi-ngadi nih Dokter" Batin Carra sambil memutar bola mata malas melihat ketiga orang didepannya.

Wanita paruh baya itu menangis di dekapan sang suami setelah mendengar penuturan dokter.

Pria paruh baya itu mencoba menenangkan sang istri dengan terus mengelus punggungnya agar tetap tenang, lalu pria paruh baya itu melihat kearah dokter sambil bertanya.

"Jadi kapan ingatan anak saya bisa kembali lagi Dok?"

"Amnesia yang dialami nona Carla tidak permanen Tuan, jadi sebaiknya Tuan dan Nyonya harus sering mengajak nona Carla ke tempat yang sering nona datangi atau tempat yang memiliki banyak memori menyenangkan agar memancing ingatan nona Carla cepat kembali" Jelas sang dokter.

Mendengar penjelasan sang dokter kedua pasangan paruh baya itu mengangguk mengerti.

Setelah dirasa tidak ada hal lain lagi Dokter itu pun pamit undur diri.

Kini hanya ada tiga orang yang berada dikamar itu.

"Jadi nama aku siapa?" Tanya Carra setelah tadi terjadi keheningan diantara mereka bertiga.

Carra bertanya hanya untuk mengetahui nama pemilik tubuh yang sekarang sedang ditempatinya, dia tidak boleh gegabah dalam bertindak, apalagi mengingat sekilas ingatan pemilik tubuh yang tadi diberikan kepadanya yang mengatakan tidak boleh percaya pada siapa pun termasuk kepada keluarganya sendiri membuatnya harus berhati-hati apalagi dirinya tidak tau apa-apa tentang kehidupan pemilik tubuh ini.

Sudah dibilangkan Carra itu bukan hanya cantik namun dia juga cerdik dan penuh kehati-hatian, walaupun memiliki sifat yang cerewet, pemarah, dan jail. Tidak menutup kemungkinan bahwa Carra sangatlah pandai membaca situasi.

Pasangan paruh baya itu saling tatap "Biar aku saja yang menjelaskan Pah, sebaiknya papah keluar saja" Pria paruh baya itu mengangguk.

Setelah kepergian pria paruh baya itu, kini wanita paruh baya itu mulai menjelakan latar belakang Carra dan alasan mengapa pemilik tubuh ini dianggap amnesia oleh dokter.

Setelah selesai menjelaskan kepada Carra, wanita paruh baya itu pun pergi meninggalkan Carra sendirian di kamar, tak lupa mengecup dahi Carra singkat sebelum pergi.

"Jadii... raga yang gue masuki ini bernama Carla Ransiska Atmaja?" Ucapnya tak percaya dengan kenyataan yang ada.

Ya raga yang ditempati Carra adalah raga milik Carla Ransiska Atmaja. Putri dari keluarga Atmaja, dan nama kedua paruh baya tadi adalah Sandrio Atmaja dan Laras Atmaja yang menjabat sebagai kedua orang tua Carla.

Dan untuk alasan mengapa dokter mengatakan jika Carla hilang ingatan adalah karena sebelumnya Carla sempat pingsan tak sadarkan diri ditoilet dengan pelipisnya yang mengeluarkan banyak darah. Mungkin Carla tak sengaja terpeleset yang mengakibatkan kepalanya terbentur lalu pingsan.

Carra faham sekarang, ternyata dia masuk kedalam novel yang dibacakan sahabatnya sebelum dirinya tertidur.

"SIALAN! kenapa gue harus masuk kedalam novel itu sih anj"

Gila! ini bener-bener gila!, bagaimana bisa dirinya masuk kedalam novel yang isinya semua penuh dengan adegan pembunuhan? serta orang-orangnya yang tidak waras semua!.

"Huaa..sial sekali nasib gue!" Carra berteriak frustasi menghadapi kenyataan yang menimpa dirinya ini.

Jadi sekarang dia akan menjalani hidupnya sebagai Carla?

Gada pilihan lagi mau tidak mau Carra mulai sekarang akan menjalani hidupnya sebagai Carla Ransiska Atmaja!.

Lelah dengan fikirannya sendiri Carla pun memilih untuk tidur agar fikirannya tenang sebelum dirinya kembali bertarung fikiran lagi besok.

Namun belum juga semenit menutup mata, Carra kembali membuka matanya teringat akan satu hal.

Carra terduduk di kasurnya, terbengong sebentar dengan fikirannya yang berkecamuk kembali oleh pertanyaannya sendiri.

Jika dirinya ada disini lalu raganya bagaimana!?.

"Jangan bilang raga gue mati? Tebaknya yang membuat fikiran Carra memikirkan hal-hal terburuk yang belum tentu terjadi.

HUAAA.. GAK MUNGKIN KAN..!?" Teriaknya histeris.

"Gimana nanti nasib cogan-cogan gue disana!"

"Kasian mereka jadi janda.. eh.. duda maksudnya!"

"HUAA.. GUE MAU PULANG! HIKS.." Bukannya menangisi nasibnya yang berada disini malah menangisi para cogannya. Dasar Carra!.

"Bisa gila gue lama-lama!" Carra mengambil bantal lalu memukulnya kuat.

Larut dalam kekesalannya, Carra sampai tidak menyadari ada sesosok arwah yang melayang di depannya dan menyahuti ucapan Carra.

"Hihi.. lo gak perlu khawatir, raga lo hanya mengalami pingsan panjang"

Carra menolehkan kepalanya kedepan, matanya membulat sempurna melihat di depannya ada setan. "HUAAA ADA KUNTI BOGEL!!" Teriak Carra.

Mendengar teriakan Carra si arwah hanya mengelus dada sabar, untung dirinya gak punya penyakit jantung, kalau punya sudah dipastikan dirinya akan mati.. eh tapi kan ia memang sudah mati. Ah sudah lah.

"ANJ...HUAA ADA SETAN..!" Carra mengambil bantal lalu menutup mukanya menggunakan bantal.

Mendengar teriakan Carra, si arwah hanya mendengus kesal. Jadi dirinya setan atau anj? batin si arwah.

"Ets.. kalem dong ah, teriak-teriak mulu lo! meneng ngapa meneng" Ucapnya kearah Carra yang sekarang sedang menutupi mukanya dengan bantal.

Carra yang mendengar ucapan si arwah mencoba mengintipnya dengan menurunkan bantalnya sedikit.

Merasa si arwah tidak berbahaya Carra pun menurunkan bantalnya dan beradu tatap dengan si arwah.

"Ko lo bisa ngomong Tan?" Tanyanya setelah ia merasa sudah tidak takut lagi.

"Tan ten tan ten gue bukan tante lo" Si arwah mendengus kesal. "gue punya mulut ya bisa ngomong lah" lanjut si arwah menjawab pertanyaan Carra.

"Anj lah maksud gue setan nyet!" Jawab Carra sewot.

"Jadi gue anj, setan, atau monyet?" Tanya si arwah bingung.

Carra yang mendengar ucapan si setan menganga tak percaya akan pertanyaannya itu. "Gue bunuh juga lo setan" Ucapnya sambil melemparkan bantal kearah si setan, tentu saja bantal yang Carra lempar itu tembus.

"Ada perlu apa lo setan?" Tanya kepada si setan.

"Tadi gue denger lo ada bilang kalau raga gue pingsan panjang, apa itu benar?" tanya-nya lagi.

Si setan menggangguk membenarkan. "Iya. Raga lo aman. Hanya mengalami pingsan panjang saja sampai lo berhasil mengungkapkan misteri yang ada disini sampai tuntas!" Carra mengernyit tak suka kearah si setan, "Kenapa harus gue yang ngungkap misteri yang ada disini?"

Si setan menatap kearah Carra dengan pandangan yang sulit diartikan "Karena ini memang takdir lo" Carra menatap marah kearah si setan "Gue gak mau! gue mau pulang anj!" ucapnya membentak.

"Ungkap misteri yang ada disini dulu. Itu syarat agar lo bisa pulang keraga lo yang asli" Carra ingin menjawab lagi namun sebelum itu si setan perlahan menghilang.

"Woi setan mau kemana lo, jangan pergi woi! KEMBALIIN GUE DULU..!"

"DASAR SETAN..!" Teriaknya menggema diseluruh sudut kamar, untung saja kamar yang ditempatinya ini kedap suara jadi suaranya tidak sampai terdengar keluar.

Huaa.. terus dirinya harus bagaimana ini, masa dirinya terjebak disini sih.. !?.

EPISODE 2

"PENGENDALI TAKDIR"

Novel ber-genre Thrailer-Romance.

Menceritakan tentang seorang gadis biasa bernama Aizufa Primata Ancaswara yang tidak memiliki keluarga, hidup sebatang kara, besar dipanti Asuhan yang bernama "CINTA KASIH". Awalnya Zufa mengira bahwa dirinya benar-benar sebatang kara yang tidak memiliki keluarga satu pun. Namun kenyataanya dia salah. Saat umurnya menginjak usia 17 tahun awal mula Zufa menjadi murid baru di sekolah DANESWA HIGH SCHOOL (DHS) sekolah milik keluarga pemeran utama pria yang bernama Arka Lengka Daneswa.

Pertemuannya dengan Arka mengantarkannya bertemu kepada keluarga kandungnya.

Pria itu Arka, menjadi batu loncatan bertemunya Zufa dengan keluarganya. Tak disangka keluarganya termasuk kedalam keluarga terbesar se-Indonesia. Namun obsesi yang Arka miliki membuatnya menutupi kebenaran bahwa Zufa masihlah memiliki keluarga. Alasan yang mendasari Arka menutup itu semua tak lain dan tak bukan hanya karena takut Zufa akan dibawa pergi oleh keluarga kandungnya, itu yang membuat Arka menutup kebenaran tentang keluarga Zufa.

Hingga suatu waktu Zufa yang sudah menjalin kasih dengan Arka ingin berkunjung kerumahnya tanpa sepengetahuan Arka, alasannya karena ingin memberikan suprise tentang kehadirannya, namun bukanya Arka yang terkejut akan kehadirannya melainkan dia yang terkejut mengetahui fakta yang tak sengaja didengar olehnya saat Arka sedang berbicara dengan seseorang lewat telepon yang mengatakan bahwa Zufa tidak boleh bertemu dengan keluarganya.

Zufa yang penasaran tentu mencari tahu tentang kebenaran itu dan dia pun mengetahui bahwa dirinya masihlah memiliki keluarga. Dari saat itu dirinya pun mulai mencari tentang keberadaan keluargannya. Namun Arka yang mengetahui bahwa Zufa mencari tahu tentang keluarganya itu terpaksa harus membantai seluruh keluarga Zufa, agar Zufa tidak dapat bertemu dengan keluarganya.

Zufa yang sudah sedikit mengetahui tentang keluarganya dipaksa sadar oleh kenyataan bahwa keluarganya telah mati semua oleh pembantaian masal yang dilakukan oleh seseorang yang tak lain adalah ulah Arka.

Zufa yang tak mengetahui dalang dibalik kematian yang menimpa keluarganya adalah ulah Arka hanya bisa pasrah dan tak lagi memikirkan keluarganya. Setelah insiden itu hubungan antara Arka dan Zufa semakin dekat hingga suwaktu waktu datanglah dia sang pembuat rusaknya hubungan antara Arka dan Zufa.

Dia adalah Carla Ransiska Atmaja seorang gadis yang memiliki kecantikan paripurna datang ke-kehidupan Arka dan Zufa lalu merusaknya dengan memberikan sebuah bukti nyata perbuatan Arka yang membantai keluarga Zufa.

Setelah itu tidak ada lanjutan lagi karena Carra yang melupakan sebagian alur novelnya. Sebenarnya novel "pengendali takdir" itu baru akan mulai saat kemunculan Carla, namun karena Carra yang melupakannya jadilah hanya segitu saja yang Carra ingat.

"Haah.. lanjutan alurnya apa lagi!?" Carra berteriak frustasi, karena alur yang seharusnya menjadi petunjuk itu hanya dia ketahui sampai bagian Carla yang baru muncul untuk mengungkap perbuatan Arka saja.

Saat sahabatnya menceritakan mengenai cerita novel ini, Carra memang tak terlalu mendengarkan karena memang pada dasarnya Carra ini tak suka dengan cerita novel, apalagi tentang cerita novel yang ber-genre Thrailer-Romance sungguh Carra tidak menyukainya karena ceritanya yang terlalu berat dan banyaknya pemeran psikopat yang berada dinovel ini.

Saat ini dirinya sedang duduk didepan meja belajarnya untuk menulis sebagian alur novel "pengendali Takdir" yang dirinya masih ingat. Siapa tau saja ada petunjuk dari informasi penting yang ditulis dinovel itu. Tapi sayangnya Carra lupa dengan sebagian cerita novelnya.

Alurnya sungguh berbelit sampai Carra pun lupa akan sebagian alur novel ini. Huh! sungguh membuat orang mati kesulitan untuk memahami alur novelnya.

"Sialan gue hanya inget sampai situ saja lagi!" Carra mendengus frustasi.

Tapi yang pasti dia ingat bahwa sang sahabat yang memang sudah pernah selesai membaca novel tersebut pernah memberikannya bocoran, bahwa di pertengahan novel nanti akan ada scane dimana ada seorang cewek misterius yang bermain dibalik layar. Dia adalah Dalang dari semua alur novel bisa terjadi. Tapi yang menjadi masalahnya dia lupa nama cewek misterius yang sahabatnya katakan itu.

Tidak hanya memberi bocoran tentang pertengahan novel saja, sahabatnya Carra juga mengatakan bahwa diakhir cerita nanti hanya ada empat tokoh yang yang akan hidup. Namun dia lupa siapa saja nanti yang akan hidup.

"Jadi ini cerita udah sampai mana dong ah!" Teriaknya frustasi.

"Gimana mau jalani misi, kalau alurnya saja gue gak tau udah sampai mana!" Carra mendengus kesal.

tok tok tok..

"Non Carla disuruh tuan makan siang non!"

Carra yakini itu pasti suara Bi Inem kepala pembantu dirumah ini. Carra sudah kenal dengan penghuni mansion keluarga ini karena pagi tadi dia juga dibangunkan oleh Bi Inem untuk sarapan.

"Iya Bi, nanti Carla turun" Jawabnya setelah Carra membuka pintu kamarnya.

Bi Inem pun mengangguk lalu pamit undur diri.

Carra menghela nafas kasar. "Huh.. terpaksa gue harus cari tau dulu, sebelum gue mengungkap misteri yang ada disini" Ucapnya lalu segera beranjak untuk turun kebawah.

Setelah Carra turun kebawah terlihat si setan yang semalam itu muncul.

"Hihi.. semangat lah Carra, karena kamu akan mengetahui benang merah yang membuatmu berada disini" Setelah mengatakan hal tersebut si setan pun menghilang.

"Eh udah turun sayang, sini! duduk disebelah mama" Ucap mama Laras menggiring Carra untuk duduk disebelahnya.

Carra menurut dan makan siang pun mereka bertiga mulai dengan hikmat.

Setelah selesai dengan acara makan siang mereka. Carra melihat kearah mereka berdua dan bertanya. "Pah, Mah, apa Carla masih sekolah?" Bukan apa Carra bertanya seperti itu, hanya saja dia ingin memastikan sesuatu.

Mendapati pertanyaan dari sang anak papah Sandrio segera menyahuti ucapan Carra.

"Kamu gak sekolah sayang, kamu Homeschooling dirumah"

Nah kan benar ternyata si Carla ini gak sekolah. Batin Carra.

"Kenapa Carla gak sekolah?" Carra mamandang keduanya meminta penjelasan.

Sebenarnya Carra sudah mengetahui kalau Carla ini tidak sekolah karena permintaan Carla sendiri. Di novelnya tertulis jika Carla baru akan masuk sekolah ketika awal kenaikan kelas dua.

"Itu permintaan kamu sendiri sayang" Ucap Mama Laras menjelaskan.

Carra yang mendengar itu menatap kearah keduanya, "Kalau Carla sekolah umum boleh kan pah, mah?" Kedua pasangan paruh baya itu saling tatap lalu melihat kearah Carra.

"Kamu beneran mau sekolah umum sayang?, gak mau Homeschooling saja?" Tanya Papah Sandrio.

"Gak! Carla mau sekolah umum!" jawab Carra mantap kearah keduanya.

Dia harus sekolah umum agar dia bisa mencari info untuk menjalani misinya nanti.

Mendengar jawaban anaknya itu membuat Sandrio dan Laras Menghela nafas pasrah menyetujui keinginan anaknya yang ingin bersekolah umum.

Carra yang melihat anggukan keduanya berbinar senang "Yess.. makasih Pah, Mah"

Bagus! ini langkah awal yang bagus untuk mengungkap misteri di novel ini.

Ke-esokan harinya Carra yang sudah didaftarkan disekolah umum itu sedang bersiap-siap untuk masuk kesekolah terkenal di kotanya ini. Nama sekolahnya yaitu SMA DANESWA HIGH SCHOOL (DHS).

Ah mungkin tak asing bukan dengan nama DANESWA!? yap benar! DHS adalah sekolah milik keluarga pemeran utama pria yaitu Arka Lengka Daneswa.

Carra memilih sekolah DHS hanya untuk mengetahui cerita novel "Pengendali Takdir" ini sudah sampai pada bagian mana, karena ini juga menyangkut dirinya untuk mengungkap misteri yang terjadi di dalam novel ini sesuai apa yang di ucapkan si setan.

"Gila ni cewek! gak ngotak cantiknya!" Carra yang sedang memandang dirinya di depan cermin itu sangat kagum dengan kecantikan yang dimilikinya, ah bukan.. lebih tepatnya raga milik Carla.

Dengan balutan kemeja putih polos, serta rok coklat kotak-kotak dibawah lutut, di padukan dengan almameter kebanggaan milik sekolah DHS sungguh cantik dan sangat pas di tubuh seorang Carra. Rambut silver kebiruannya ia biarkan tergerai indah dengan bagian bawah rambutnya yang sedikit ikal menambah kesan anggunly, apalagi matanya yang berwarna biru kelam itu sungguh sangat tajam dan memikat.

"Oke saatnya berangkat!" Teriaknya semangat lalu Carra segera turun kebawah.

Carra menghampiri kedua orang tuanya yang sedang menunggunya di meja makan itu, lalu menyapanya.

"Pagi pah, mah" Sapanya.

"Pagi juga sayang" Jawab kedua orang tua Carra.

"Sini duduk disamping mama" Laras menepuk kursi disampingnya menyuruh Carra agar duduk disampingnya. Carra menurut lalu segera duduk.

"Kamu cantik sekali sayang" Puji mama Laras. Papah mengangguk membenarkan.

"Thanks mah"

Mereka bertiga pun segera melaksanakan sarapannya.

"Sayang nanti kamu berangkat sama supir yah" Ucap mamah Laras.

"Oke mah"

"Papah berangkat dulu mah" Pamit Papah Sandrio kearah mamah Laras. Mamah Laras mengangguk lalu mencium tangan suaminya.

"Yaudah mah, aku juga mau berangkat dulu yah" Pamit Carra lalu segera menyalimi tangan mamah Laras.

"Hati-hati ya sayang" Mamah Laras melambaikan tangannya setelah melihat mobil yang dikendarai papah Sandrio dan Carra pergi.

EPISODE 3

Sesampainya Carra disekolah DHS bisa Carra lihat jelas tulisan SMA DANESWA HIGH SCHOOL yang terpampang jelas diatas bangunan sekolah ketika mobil yang ditumpangi Carra memasuki bangunan sekolah tersebut.

Mobil Carra berhenti lalu bagai slow motion Carra menurunkan kakinya perlahan lalu turun dari mobil.

Siswa/siswi DHS yang berada tak jauh dari Carra itu seketika menahan nafas mereka ketika melihat Carra yang turun dari mobil itu.

"Wah siapa itu"

"Siswi baru kah?"

"Gila cantik banget woi"

"Bidadari turun dari mana itu"

"Cari info woi dari kelas mana dia"

"Wiih gebetan baru nih"

"Huuu mata lo gebetan"

"Calon pacar gue itu"

"Calan pacar lo dari hongkong"

"Ciih cantikan juga gue"

"Ciee iri ya"

"Iri bilang bos"

Terdengar jelas teriakan kagum dan juga iri para siswa/siswi yang ditunjukan untuk Carra itu, tak ada rasa risih yang Carra rasakan, karena dulu dia memang sudah sering menjadi pusat perhatian jadi tak masalah bagi Carra.

Carra tak heran jika menjadi pusat perhatian dihari pertamanya menginjakkan kakinya di sekolah, karena memang pada dasarnya Carla ini cantik jadi banyak yang terpesona jika melihat dirinya.

Carra melihat kearah jam tangan yang berada ditangan kirinya yang menunjukan pukul tujuh kurang sepuluh menit yang artinya sebentar lagi bel masuk kelas berbunyi.

"Gue harus cari ruang kepala sekolah nih" Carra pun beranjak pergi untuk mencari ruang kepala sekolah berada.

Sedangkan diparkiran khusus motor ada segerombolan enam siswa yang berpenampilan badboy itu sedang memandang lurus kearah perginya Carra.

Bugh bugh.."Wah Val Val cewek cantik tuh" Ucap seorang pemuda exited ke arah temannya yang bernama Valo itu sambil memukul punggungnya.

"Anj sakit gobl*k" Valo menjitak kepala Bailen yang baru saja memukul punggungnya tadi.

"Bisa nih jadi pacar gue selanjutnya"

Plak..

"Jangan maruk lo No" cowok yang dipanggil No, itu hanya tertawa santai menanggapi ucapan Adrisna. Nama panjangnya yaitu Abino sakana.

"Tau lo No, Jangan banyak-banyak punya pacar, dosa lo nanti keberatan di timbangan"

"Nah betul tuh apa kata Bailen" Ucap Valo menyetujui ucapan Bailen.

"Tidak sadar diri" sinis Abino.

"Black, lo gak mau coba deketin tuh cewek, biar lo gak jomblo terus gitu haha" Ucap Bailen mencoba merayu sahabatnya itu yang jarang dekat dengan cewek.

Cowok yang dipanggil Black itu hanya menatap dingin kearah Bailen yang baru saja mengejeknya itu.

Bailen yang ditatap Black itu seketika menciut takut. Hais sahabatnya yang satu ini gak bisa diajak bercanda. Batin Bailen.

"Mampus mati lo" Bisik Adrisna mengejek kearah Bailen.

"Sialan lo Dris" Ucap Bailen melotot kearah Adrisna.

Lagian sudah tau Black orang yang gak bisa diajak bercanda malah di ejek kan kena tatapan mautnya haha. Batin mereka ber-tiga.

Sedangkan ada satu cowok yang masih menatap tajam kearah perginya Carra yang sudah menghilang. Dia adalah Arka Lengka Daneswa.

Ya enam pemuda itu tak lain dan tak bukan adalah gerombolan para sahabatnya Arka sang pemeran utama di novel "Pengendali Takdir".

"Hemm menarik" Batin Arka menyeringai.

"Kelas!" Ucap Arka kepada mereka dan langsung diikuti mereka berlima ketika melihat Arka sudah berjalan terlebih dahulu meninggalkan parkiran.

"Baik Bos" Mereka pun segera pergi meninggalkan parkiran menuju kelas mereka yang berada di kelas 10 IPA 1.

Ya mereka masih berada di kelas 10, yang berarti cerita novel baru saja akan dimulai.

Tak tak tak...

Terlihat seorang guru yang dibelakangnya diikuti siswi sedang berjalan kearah kelas 10 IPA 1. Guru itu masuk dan memperkenalkan murid baru yang mengikutinya.

"Pagi anak-anak" Sapanya kepada murid dikelas.

"Pagi Bu.." Jawab semua para murid dikelas.

"Hari ini kelas kita kedatangan murid baru, jadi Ibu harap kalian semua bisa akur dengan murid baru kelas ini!" Jelasnya lalu guru yang bernama Lani itu segera menyuruh murid baru itu masuk kedalam kelas.

Terlihat kelas langsung heboh mendengar ucapan Bu Lani, bisik-bisik pun terdengar jelas didalam kelas itu.

"Wah jangan-jangan murid baru dikelas kita si cantik berambut silver tadi pagi lagi" Ucap Bailen.

"Wih bisa jadi tuh" Ucap Valo menyahuti.

Mereka jadi tak sabar melihat murid baru kelas mereka.

"Silahkan masuk" Murid baru itu pun masuk kedalam kelas setelah dipersilhkan masuk oleh Bu Lani.

"Perkenalkan nama kamu" Suruh Bu Lani.

Siswi tersebut pun segera mengenalkan namanya "Perkenalkan nama aku Aizufa Primata Ancaswara, panggil saja Zufa" Terdengar Penghuni kelas 10 IPA 1 yang kecewa mendapati murid baru dikelas mereka ternyata bukanlah si cantik berambut silver yang mereka jumpai tadi pagi.

"Huuu..." Sorak semua murid.

"Yah.. kok bukan si cantik rambut silver yang jadi murid kelas ini sih Bu?" Ucap seorang siswa kecewa dan di setujui oleh semua penghuni kelas 10 IPA 1. Tidak semua sih, hanya sebagian saja.

Zufa yang mendengar teman sekelasnya kecewa akan kehadirannya hanya diam saja menatap lurus kearah mereka semua.

"Sudah-sudah diam semua!" Ucap Bu Lani tegas kearah mereka semua. "Zufa kamu duduk disana ya" Tunjuknya kearah meja ke-dua baris ke-empat.

"Baik Bu" Zufa pun berjalan kearah meja yang Bu Lani suruh.

"Oke buka buku paket matematika kalian halaman 175" Mendengar perintah Bu Lani, mereka semua pun membuka buku mereka.

"Yah.. ternyata bukan dia yang masuk kelas kita" Kecewa Bailen.

"Haah.. iya Len, gagal deh mau pdkt sama si cantik" ucap Abino juga kecewa.

"Terus si cantik rambut silver itu berada di kelas mana ya kira-kira" Tanya Valo ke arah mereka berlima.

"Apa mungkin dia berada di kel.." Ucapan Adrisna terpotong oleh kedatangan kepala sekolah yang masuk kedalam kelas mereka.

"Permisi Bu, ini Carra murid baru kelas ini" Ucap pak kepala sekolah kepada Bu Lani sambil menunjuk kearah Carra yang berada di sebelahnya.

Seketika semua kelas yang tadinya hening seketika menjadi heboh melihat pak kepala sekolah mereka yang membawa murid baru berambut Silver itu. Ternyata si cantik berambut silver berada di kelas mereka! batin sebagian penghuni kelas 10 IPA 1. Siapa lagi kalau bukan Carra si pemilik rambut silver itu.

"Silahkan perkenalkan nama kamu nak Carla" Suruh Pak kepala sekolah.

"Perkenalkan nama gue Carla Ransiska Atmaja, panggil saja Carla, salam kenal semua" Ucap Carra mengenalkan namanya. Carra tak percaya kedatangannya dikelas ini sungguh disambut baik oleh penghuni kelas 10 IPA 1 ini.

"Carla~ nama yang cantik" Batin Arka menyeringai menatap kearah Carra.

"Wuooo.. salam kenal juga cantik" Ucap salah satu siswa bersorak senang kearah Carra.

"Huuu.. giliran yang bening aja langsung melek lo" Ucap salah satu siswi kearah siswa tersebut.

"Apa! mending diem deh lo burik" Jawab siswa itu nyolot.

"Cih sialan lo" siswi itu menatap nyalang kearah siswa itu yang mengatakannya burik, cantik-cantik begini dibilang burik, sialan memang. Batin siswi tersebut.

"Cewek~ mau jadi pacar aa aja gimana" Ucap Abino mengedipkan matanya genit kearah Carra. Nah keluar sudah sifat playboynya.

Carra yang melihat itu hanya tersenyum semirik lalu balik menatap genit kearah Abino.

Tidak tau saja dia kalau Carra ini dijuluki sang "Penakluk para pria", sikap Abino tak akan mampu membuat seorang Carra terpesona, karena dia nanti yang akan membuat Abino tunduk dengannya. Hemm tidak buruk juga mukannya, bisa nih buat harem hehe, apalagi banyak pria tampan disini. Batin Carra menyeringai senang.

Arka yang melihat itu menatap tajam kearah Carra. "Gadis nakal" Batinnya menyeringai.

Sedangkan Arka dkk yang melihat itu bersorak ribut, tidak semuanya sih hanya Bailen, Vano, Adrisna, dan Abino yang sekarang sedang memegang dada sebelah kirinya, jantungnya berdetak hanya karena mendapat balasan kedipan mata dari Carra. Karena selama ini tidak ada yang berani membalasnya, mereka para cewek pasti hanya akan tersenyum malu-malu jika dia goda.

"Sepertinya jantung gue bermasalah deh Dris" Ucap Abino kearah Adrisna yang duduk disebelahnya.

"Kenapa jantung lo? berhenti berdetak, mati dong lo" Ejeknya kearah Abino.

"Ck sialan lo Dris" Ucapnya melotot kesal kearah Adrisna.

"Udah diam semua!" Lerai Bu Lani agar semuanya diam, apalagi sekarang sedang ada pak kepala sekolah. "Nak Carla silahkan kamu duduk di sebelah sana ya" Tunjuknya kearah meja ke-tiga baris kedua.

Sedangkan tempat duduk Arka dkk mereka memilih tempat duduk yang saling berdekatan.

Kelas 10 IPA 1 ini terdapat empat baris dengan lima deret meja. Baris pertama ada Arka dengan Black dimeja paling akhir, di depannya ada Abino dan Adrisna, sedangkan baris ke dua ada Carra yang berada di meja ke-tiga, sedangkan Bailen dan Vano di meja paling akhir sejajar dengan mejanya Arka dan juga Black. Dan untuk baris ke-empat di meja ke-dua ditempati oleh Zufa.

Setelah disuruh oleh Bu Lani, Carra pun segera beranjak kearah meja yang tadi Bu Lani tunjuk.

Bu Lani pun kembali mengajar mereka setelah pak kepala sekolah telah pergi.

"Hai! kenalin gue Terra Alesyia Fernan" Carra melihat kesamping kirinya lalu menjabat tangan Terra yang menjulur kearahnya.

"Carla"

"Oke mulai sekarang lo jadi besti gue!" Terra bicara dengan riang. Carra mengangguk membalas senyuman Terra.

Setelah mengobrol dengan Terra, Carra mengedarkan pandangannya kebelakang terlihat disana ada gerombolannya Arka dkk yang sedang melihat kearahnya dengan senyuman serta lambaian tangan dari Abino, Valo dan Bailen.

Sesudah menemui kepala sekolah tadi Carra mencari info tentang Arka, dengan menanyakannya kepada kepala sekolah langsung, tentu saja kepala sekolah itu memberi tahunya karena melihat Carra yang merupakan anak dari salah satu donatur terbesar di sekolah DHS ini.

Carra hanya menanyakan tentang kelas yang ditempati oleh Arka dkk, karena menurut Carra jika dia satu kelas dengannya maka akan lebih mudah untuk mengawasinya dan memperlancarnya dalam misi mengungkap misteri yang ada di cerita novel ini.

Carra mengedarkan pandangannya lagi, dan bertepatan itu pula Carra tak sengaja bertatapan dengan seorang siswi yang memiliki ciri-ciri yang sama persis seperti pemeran utama cewek di novel ini, yap benar! siswi yang bertatapan dengan Carra adalah Aizufa! dia memiliki rambut coklat sebahu dengan mata berwarna hijau Zambrud.

Carra mengalihkan pandangannya kearah Terra. "Dia siapa?" tanya-nya.

Terra menatap kearah yang ditatap oleh Carra lalu menjawab "Oh dia.." tunjuknya kearah zufa yang sedang memperhatikan depan. "Dia Aizufa Primata Ancaswara, murid baru dikelas ini, sama seperti lo" lanjutnya.

"Murid baru?!" Apa dia masuk secara bersamaan dengannya? itu artinya dia masuk sebelum alur novel ini terjadi dong!. Batin Carra terkejut.

"Iya. Setelah dia ngenalin dirinya, lima menit setelahnya lo masuk" Jelasnnya. Carra mengangguk mengerti.

Hemm.. berarti alur novel baru akan di mulai, apakah akan ada perubahan nantinya? karena dirinya yang masuk tidak sesuai dengan yang ditulis di novelnya?. Batin Carra bertanya-tanya.

Tanpa Carra sadari alur novelnya memang sudah menunjukan perubahan dari alur aslinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!