Pecah sudah air mata Hana dan juga putranya saat jasad suaminya di masukkan ke dalam liang lahat, kaki Hana begitu lemas untuk bisa menginjak tanah, sedangkan Al tiada hentinya terus menangis dan menyebut nama ayahnya.
"Selamat jalan mas Adit,aku berjanji akan selalu menjaga putra kita, kamu yang tenang di sana mas, Aku ikhlas melepas kepergianmu!" ucap Hana yang sudah bisa menenangkan dirinya.
"Bunda!! Al sudah berjanji kepada ayah, kalau Al akan menjadi penggantinya ayah, Al akan selalu menjaga dan melindungi Bunda!"
Hana pun langsung memeluk putranya tersebut.
"Bunda yang akan selalu menjaga dan melindungi Al, yang sabar ya nak, Kita pasti kuat menghadapi ini semua!"
"Iya bunda!" jawab Al yang masih memeluk erat bunda Hana.
Tujuh hari berlalu begitu cepat, dan suatu peristiwa menyakitkan telah terjadi, dengan kasarnya ibu Retno alias ibu mertua Hana sengaja melemparkan koper dan tas yang ternyata di dalamnya sudah terdapat baju milik Hana dan juga Al.
"Bu, apa yang ibu lakukan dengan barang-barangku?" tanya Hana merasa bingung.
"Kau angkat kaki dari sini, dasar wanita pembawa sial, semenjak Adit membawamu ke dalam keluargaku, Seluruh usaha putraku menjadi bangkrut!" bentak bu retno dengan emosi yang meluap-luap.
"Iya, kamu tuh wanita pembawa sial, Kamu yang sudah menyebabkan hidup kak adit dan kita semua sengsara, lebih baik kau dan Al pergi dari sini!" sambung norah yang merupakan adik ipar dari Hana.
Hana pun tidak bisa membendung air matanya.
"Kenapa kalian tega berbuat seperti ini kepadaku? Kalian boleh mengusirku dari sini, tapi kenapa kalian juga tega mengusir Al, Al adalah cucumu, ibu Retno, Kenapa ibu tega?"ujar Hana lirih
"Ha..ha..ha! Apakah iya kalau Al itu darah daging dari anakku hah? Kamu itu di nikahi oleh Adit karena kamu telah hamil dengan pria lain dan Adit yang kena getahnya, dasar perempuan murahan!" sungutnya begitu tajam bagaikan pisau.
"Astagfirullah bu, dari mana ibu bisa punya fikiran sampai kesitu? sumpah bu, kalau Hana bukanlah wanita seperti itu, Ini adalah fitnah!" ucap Hana berusaha membela dirinya.
Lalu Norah ikut-ikutan angkat bicara dan kembali menyudutkan Hana.
"Alah, masih ngelak aja kamu Han, banyak tuh saksinya kalau kamu itu perempuan nakal, sudah berapa pria yang pernah tidur denganmu hah?" hardik Norah begitu puas
"Sudah cukup! Kalian jangan menuduhku tanpa bukti, Ini sama saja dengan fitnah." jawab Hana menatap ke arah Norah
"Alah, mana ada sih maling yang ngaku hah," bentak Norah
Dan akhirnya Hana pun mengalah untuk keluar dari rumah suaminya, sedangkan ibu mertua dan adik iparnya tersenyum puas dengan apa yang sudah mereka lakukan hari ini kepada Hana.
Tidak lama Al pulang dari sekolah.
"Assalamualaikum bunda!"sapa Al
Betapa kagetnya Al ketika mendapati ibunya sedang menangis sembari membawa koper.
"Waalaikumsalam nak!!" jawab Hana sembari mengusap air matanya.
"Bun, apa yang sudah terjadi?" tanya Al merasa heran.
"Eh anak haram, kamu sebaiknya angkat kaki dari sini ya, selama ini kita bungkam dan berpura-pura baik karena masih ada kak Adit, tapi sekarang jangan harap kita baik lagi sama kalian!" sungut Norah begitu puasnya.
"Sudah cukup Norah, aku dan Al akan pergi dari sini, apakah kau puas hah?"
"Oh baguslah, lebih cepat itu lebih baik." jawab ibu Retno ikut menimpali
"Kalian sungguh kejam, Allah pasti akan membalas semua perbuatan kalian!" Ucap Al
Bu Retno dan Norah pun tidak menghiraukan ancaman dari AL.
Di bawah sinar matahari yang cukup terik, Hana berjalan kaki menuju jalan raya, para tetangga pun mulai bertanya-tanya kepada Hana.
"Han, Kamu mau kemana sama Al, kok bawa koper segala sih?" tanya bu Farida penasaran.
Saat Al akan menjelaskan apa yang sudah terjadi, tiba-tiba Hana yang menjawab pertanyaan dari bu Farida dan Hana pun terpaksa harus berbohong.
"Kita mau ke kota bu, mungkin saya dan Al akan lama di sana!" jawab Hana singkat
"Yaudah, kamu hati-hati ya Han, cepat pulang kesini lagi ya, oh iya, ini ada titipan dari ibu-ibu pengajian buat kamu dan Adit!" ucap bu Farida sembari mengeluarkan amplop di dalam kantong baju gamisnya.
Hana dan Adit mengucap syukur dan terima kasih atas perhatian ibu-ibu di kampung sindang sari ini.
Akhirnya Hana bergegas pergi bersama Al putra semata wayangnya menuju terminal dengan angkutan umum.
......................
"Ha..ha..ha, akhirnya si wanita pembawa sial itu dengan mudahnya kita singkirkan Bu!"
"Iya Nor, Ibu benar-benar sudah muak dengan wanita itu, kenapa Adit sampai tergila-gila dengan si Hana? Punya pelet apa tuh dia!!"tuduh bu Retno
Ternyata ibu mertua Hana sudah tidak menyukai Hana sedari dulu, dan sebenarnya bu Retno tidak pernah merestui hubungan putranya dengan Hana,apalagi semenjak Hana masuk ke dalam keluarga mereka, almarhum Adit tidak lagi loyal kepada ibu dan juga Adik perempuannya, itu semua Adit lakukan setelah Adit menikah dengan Hana, tiba-tiba saja pendapatan usaha Adit menurun secara signifikan di karenakan susahnya mendapatkan kayu jati yang keberadaannya sudah tidak bisa di tebang dengan sembarangan, karena pohon jati saat ini sudah mulai langka dan harganya terus melambung tinggi, jika ingin menebang pohon jati mesti ada surat ijin untuk bisa menebang pohon jati tersebut yang nantinya akan di jadikan furniture seperti meja, lemari pakaian, kitchen set dan lain sebagainya, dan selama sepuluh tahun terakhir usaha yang dimiliki oleh Adit malah semakin terpuruk hingga akhirnya Adit terkena musibah, ia di vonis terkena kanker paru stadium tiga dan harus mendapatkan pengobatan yang lebih serius, berbagai cara Hana lakukan untuk kesembuhan suami tercintanya, sampai-sampai ia harus rela menjual rumah hasil jerih payah suaminya yang merupakan aset terakhir yang ia miliki untuk biaya pengobatan, dan Hana pun mau tidak mau kini tinggal dan menempati rumah peninggalan dari mendiang almarhum Ayah mertuanya bersama ibu Retno dan juga Norah, namun takdir berkata lain, Allah lebih menyayangi Aditia, ia pun menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit pada saat menjalankan kemoterapi yang ke sepuluh kalinya, kondisi tubuhnya sudah tidak kuat lagi untuk menahan penyakit yang di deritanya selama setahun terakhir.
......................
"Bun,kita mau pergi kemana, apakah bunda akan pergi ke rumah saudaranya bunda?" tanya Aldebaran
"Kita akan ke Jakarta Al, di sana ada sahabat dekatnya bunda sewaktu sekolah dulu, mudah-mudahan sahabat bunda ini masih tinggal di sana."jawab Hana
'Maaf kan bunda ya Al, bunda janji akan membahagiakan Al, bunda akan menjadi ibu sekaligus ayah untuk Al.' batinnya menangis
Al akhirnya tertidur di dalam bus, perjalanan yang mereka tempuh cukup lama yakni sekitar tiga jam lebih, itu pun jika kondisi jalanan tidak macet.
Bersambung.....
Sore menjelang magrib, akhirnya Hana dan juga putranya tiba di Jakarta, Hana pun bergegas mencari mushola untuk segera melaksanakan salat magrib bersama Al, selepas magrib Hana segera menuju rumah sahabatnya yang sudah hampir lima tahun tidak ia kunjungi lagi, karena kesibukan masing-masing.
"Bismillah!m, semoga kamu masih tinggal di sini ya win, dulu kamu pernah menawariku pekerjaan ketika usaha mas Adit benar-benar sedang terpuruk,dan sayangnya mas Adit tidak pernah memberikan aku ijin untuk bekerja, di mata mas Adit tugas seorang istri itu adalah melayani dan mengurus suami dan anak-anak, dan bukan mencari nafkah, padahal saat itu kondisi keluargaku benar-benar sedang jatuh.'batinnya merasa sedih.
Hana terus menelusuri jalan sempit yang hanya cukup di lalui oleh satu kendaraan roda dua saja, kawasan yang sangat padat penduduk ini tidak pernah terlihat sepi, beberapa orang memperhatikan Hana dan Al berjalan, namun dengan ramahnya, Hana selalu menundukkan kepalanya dan memberikan senyum.
Akhirnya Hana dan putranya tiba di depan rumah Wina, rumah pun terlihat sepi dan Hana terus mengucapkan salam, namun lagi-lagi tidak ada yang menjawabnya.
"orangnya gak ada sudah pindah!" ucap salah seorang ibu paruh baya yang mengenakkan daster batik.
"maaf bu, kalau boleh saya tahu pindah kemana ya?" tanya Hana
Kemudian ibu paruh baya tersebut mendekati Hana.
"bun,bagaimana ini? Al sudah sangat lelah!" rengek Al kepada Hana
"si Wina itu dah jadi l*nte, dan dia sekarang jadi simpanan nya om-om, udah jadi orang kaya die, mana mau tinggal di tempat yang kumuh seperti ini!" sahut si ibu yang mengenakkan daster batik.
"astagfirullah, ibu jangan bohong, Ini semua fitnah kan?" tanya Hana tidak mempercayainya.
"yeee, di bilangin malah ngeyel nih, noh kamu lihat apartemen itu?" tunjuk si ibu paruh baya sambil menunjukkan arah dengan jari telunjuknya.
"noh, si Wina ada di apartemen itu, kalau gak salah dia ada di lantai sepuluh, coba saja situ datang kesana!" sambung kembali ibu paruh baya tersebut
Hana pun terdiam, dia tampak ragu untuk datang ke apartemen itu, namun ia juga tidak tega melihat putranya yang sudah kelelahan akibat perjalanan jauh dari kampung menuju kota Jakarta, akhirnya Hana memutuskan untuk menemui sahabatnya di apartemen yang telah di beritahu oleh seorang ibu paruh baya tersebut.
"maaf kalau boleh saya tahu, nama ibu siapa ya?"tanya Hana
"Suketi, panggil aye ibu Suketi, si Wina juga pasti kenal sama aye!" jawab bu Suketi.
Hana pun akhirnya berpamitan kepada bu Suketi dan ia bergegas menuju apartemen dimana sahabatnya itu tinggal, apalagi malam sudah cukup larut, Hana pun sebenarnya sudah sangat lelah.
Akhirnya sekitar lima belas menit, Hana dan putranya tiba di apartemen tersebut, sebuah apartemen yang sangat mewah dan sepertinya tidak bisa sembarang orang bisa masuk ke tempat ini, Hana akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada Security.
"permisi pak, apakah bapak kenal dengan Wina Andini?" tanya Hana singkat.
"maaf mba, di sini nama yang mba sebutkan barusan ada banyak, kalau boleh saya tahu tinggal di lantai berapa dan nomer berapa?" tanya security begitu ramahnya.
"di lantai sepuluh pak, tapi saya tidak tahu nomernya berapa?" jawab Hana kebingungan.
Kemudian si Security mengajak Hana masuk ke dalam lobby dan menanyakan kepada Resepsionis.
"baik mba, di lantai sepuluh ada dua orang yang namanya sama dengan yang mba sebutkan barusan!" terang si security.
"Bun, masih belum ketemu ya sama sahabat bunda?" tanya Al yang sudah beberapa kali menguap karena mengantuk.
"sabar ya Al!" jawab Hana sembari mengusap lembut rambut putranya.
"Mari mba, saya antarkan mba dan putranya ke lantai sepuluh, nanti biar saya tanyakan langsung sama pemilik apartemen!" ajak si Security.
"terima kasih sebelumnya pak!" jawab Hana
"panggil saya Dito saja mba, nanti kalau ada perlu apa-apa, mba bisa panggil saya!" ucap pak Dito
"Baik pak!"jawab Hana sembari melemparkan senyum tipis.
Akhirnya pak Dito membawa Hana dan Al ke lantai sepuluh, ketika di dalam lift, Hana pun merasa ada yang terus memperhatikan dirinya, dan tidak lain orang itu adalah pak Dito si Security yang tiada hentinya menatap Hana.
Sesampainya di lantai sepuluh, pak ditto membawa Hana ke salah satu pemilik apartemen yang memiliki atas nama Wina Andini, bel pun di tekan, dan saat pintu di buka, betapa kagetnya Hana.
"Wina!" sapa Hana, tidak percaya dengan penampilan sahabatnya yang sekarang
Wina masih terlihat kusut dan hanya mengenakkan celana hot pants dan juga baju tanpa lengan, dan belahan buah dadanya begitu terekspos dengan jelas, sampai-samai pak Dito tidak berkedip melihat penampilan Wina.
"emmhhh siapa ya? Hooaaammm..!"tanya Wina masih dengan mata menyipit.
"ini aku Hana, Win! Kamu lupa sama sahabatmu?" tanya Hana sembari netranya fokus kepada Wina.
Wina pun kembali mengucek kedua matanya!
dan penglihatannya kini sudah kembali normal
"ya ampun, Hana! Kamu kemana saja, Ayo masuk." perintah Wina
Dengan segera Hana dan juga putranya masuk ke dalam apartemen tersebut.
"mas Dito, Makasih ya sudah anterin sahabat aku kesini." goda wina begitu genitnya
Hana pun tidak percaya dengan perubahan sikap dari sahabat nya itu.
"aku kasih tip buat mas Dito yang ganteng dan baik hati!" goda kembali Wina sembari mengeluarkan uang kertas berwarna merah dari saku celananya dan memberikannya kepada pak Dito.
"waduh, makasih banyak non." ucap pak Dito kegirangan, bagaimana tidak, malam ini pak Dito mendapatkan banyak rezeki nomplok, pertama mengantarkan wanita cantik yang bernama Hana, kedua bisa melihat pemandangan indah dari tubuh sexy nya Wina, dan yang ketiga yaitu dapat tips yang menurutnya lumayan untuk uang rokok dan makan selama jaga di shift malam.
"Win, apa yang telah terjadi sama kamu, Kamu sangat berbeda sekali sekarang?" tanya Hana tidak percaya
Namun wina hanya tersenyum dengan pertanyaan dari sahabatnya itu.
"sudah istirahat dulu saja kamu Han, pasti kamu capek, Hay Al, sudah makan belum?" tanya wina sembari mengusap lembut kepala Al.
"emmhhhh!"jawab Al tidak berani berkata apa-apa.
tiba-tiba saja perut Al keroncongan
"pasti belum makan ya?" tanya kembali wina
Akhirnya wina memesan makanan untuk Hana dan juga Al, dengan lahapnya Al memakan nasi goreng seafood yang sengaja Wina pesan.
"wah, Ini nasi goreng terenak yang pernah Al makan tan!" puji Al kepada Wina.
"Al kalau masih lapar, tante Wina pesankan lagi, Mau?" tawar wina
Lalu Hana pun melototi Al, dan Al malah langsung diam dan tertunduk
"gak apa-apa Han, Kasian kan anakmu masih laper tuh!" sahut Wina
"jangan Win, aku sudah merepotkan kamu!" jawab Hana
"Yaelah, cuma nasi goreng doang Han, Kamu itu dari dulu gak berubah ya, selalu gak enakkan!" sungut wina mulai kesal terhadap Hana.
Karena hari sudah larut malam, akhirnya Hana memutuskan untuk segera beristirahat, sedangkan Al sendiri sudah tertidur pulas, mungkin sudah berada di langit ke tujuh, tidak lama kemudian Wina datang ke kamar tamu, dimana Hana sedang menyenderkan punggungnya di dashboard tempat tidur sambil mengusap rambut putranya.
"Aku turut berduka cita ya Han atas kepergian suamimu!" ucap Wina merasa iba
"iya Win, makasih, maaf ya Win, kalau kehadiranku kesini malah merepotkan mu!" cetus Hana.
"merepotkan gimana sih Han, justru aku seneng ada kamu di sini, jadi aku gak kesepian, Oh iya, kamu bisa tahu aku tinggal di sini dari mana Han?" tanya Wina begitu penasaran.
"Dari bu Suketi Win?" jawab Hana.
"oh bu Suketi, tumben-tumbenan dia mau ngasih tahu, biasanya juga diem mulu kayak orang bisu!" ledek wina.
"hush, Kamu jangan kek gitu sama orang yang lebih tua, gak sopan Win!" tegur Hana
"iye..iye, sorry deh bu ustadzah!" ledek wina.
Bersambung...
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Pukul 07.00 pagi, Hana dengan cekatannya merapihkan apartemen milik sahabatnya itu, dan ketika Wina bangun dari tidurnya, ia tidak menyangka apartemen miliknya bisa Serapi ini
"Han, kamu yang beresin semuanya?" tanya wina merasa takjub
"iya win, habis berantakkan banget apartemen mu!"
"wah, boleh juga kerjaan kamu Han!" puji Wina
"aku sudah biasa melakukan pekerjaan kaya gini win!" sahut Hana.
Wina pun tersenyum atas jawaban dari Hana, kemudian Wina dan Hana menyempatkan untuk mengobrol di balkon sembari menikmati teh hijau dan roti sandwich.
"Win, kamu kok bisa berubah 180° kaya gini? tanya Hana.
"hemmm...panjang ceritanya Han! kamu pasti sudah mendengar kabar miring tentangku di tempat tinggal aku yang dulu, iya kan Han?"
Hana hanya menjawabnya dengan menganggukkan kepalanya.
"Sudah ku duga Han, tapi aku bahagia dengan kehidupanku yang sekarang ini Han, aku bisa membiayai ibuku berobat ke rumah sakit dan aku juga bisa menyekolahkan adikku hingga perguruan tinggi, meskipun aku rela menjadi seorang istri simpanan!"
"lantas hubunganmu dengan mas Ferdy bagaimana Win?"
wina terdiam, dan ia menarik nafasnya perlahan.
"mas Ferdy lah yang telah menjual ku kepada suamiku yang sekarang!" jawab wina berkata jujur.
sontak Hana kaget bukan main mendengar penjelasan dari Wina.
"Astagfirullah, kok mas Ferdi bisa setega itu sih win sama kamu?" tanya Hana yang masih tidak percaya dengan apa yang telah terjadi pada kehidupan Wina.
"semenjak mas Ferdy di PHK, dia sangat frustasi Han, hingga akhirnya ia mengambil jalan yang salah, mas Ferdy malah terjerumus ke jalan yang salah, ia malah bermain judi online hingga akhirnya hutang mas Ferdy semakin menumpuk, di tambah bunganya yang terus melonjak, dan pada akhirnya, mas Ferdy tega menjadikanku sebagai alat untuk membayar hutang-hutangnya selama ini, walau awalnya aku berat dan sangat terpukul, namun lambat laun aku mulai bisa menerima keadaan ini Han, dan ternyata suamiku yang sekarang sangat menyayangiku, apa yang aku minta, selalu ia turuti!" tuturnya menjelaskan kepada Hana.
"ada hikmahnya juga ya Win di balik ini semua?" ucap Hana
"iya Han, penampilanku yang sekarang ini, itu semua suamiku yang memintanya, hingga akhirnya aku terbiasa berpakaian seperti ini Han!" jawabnya sedikit malu
"maaf ya Win, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu soal ini!"
"tidak apa-apa Han, tapi kamu masih mau kan berteman denganku?" tanya Wina
lalu tiba-tiba saja Hana memeluk wina
"aku akan selalu menjadi teman sekaligus sahabat buat kamu Win!" jawab Hana.
"syukurlah, makasih ya Han, terus kamu bisa menceritakan padaku apa yang telah terjadi padamu sekarang Han? Aku lihat dari raut wajahmu, jika kamu sedang ada masalah!"
Lalu Hana menceritakan apa yang telah terjadi pada dirinya dan putranya.
"ya tuhan, tega sekali ibu mertua dan adik iparmu itu Han, mereka tidak pantas di sebut sebagai manusia, lebih tepatnya seorang iblis betina!" sungut Wina begitu kesalnya.
"itu sebabnya aku datang kesini Win, barang kali kamu masih bisa mencarikan aku pekerjaan di sini, aku sebatang kara Win, cuma Al yang aku punya di dunia ini." sahut Hana
Hana adalah seorang anak yang di besarkan di sebuah panti asuhan, Ia pun sebenarnya tidak pernah mengetahui sosok orang tua seumur hidupnya, dan orang yang merawat Hana sedari dia balita, kini telah tiada, semenjak Hana menikah dengan mendiang Aditia, ia langsung di bawa pindah oleh mendiang suaminya, dan panti pun di kabarkan telah tutup semenjak pemilik panti yakni ibu Rosidah telah wafat, anak panti yang masih berada di panti milik Bu Rosidah, kini telah di ungsikan kepada sanak kerabat almarhumah.
......................
Perusahaan Winata World Group
"Apa-apaan ini, kau sudah bosan hidup hah?" ancam Samudera kepada bawahannya.
"mmmaaaaffff kan saya tuan, saya akan memperbaiki semua kesalahan ini!" sahut Rony
"maaf saja tidak akan cukup, kesalahanmu sudah sangat fatal, kau ingin membuat perusahaan yang aku bangun susah payah ini menjadi bangkrut karena ulah manusia sepertimu hah?" bentak Samudera karena sudah sangat emosi
Rony pun bersimpuh di kedua kaki Samudera.
"ampun tuan, jangan anda jebloskan saya ke penjara!" pinta Rony memohon.
Lalu Samudera menarik kerah kemeja Rony.
"jika kau tidak ingin masuk jeruji besi, berarti kau memilih untuk menjadi mayat!" ancam kembali Samudera
Rony pun menelan Saliva nya, tubuhnya gemetar dan keringat dingin sebesar biji jagung terus bercucuran.
"ampun tuan, saya mohon pengampunan mu, saya tidak ingin mati!" pinta Rony dengan wajah pucatnya
"baiklah kalau begitu, membusuk lah kau di dalam penjara!" kata Samudera dengan tatapan bengisnya.
Lalu, seorang pria bertubuh kekar datang menghampiri Samudera.
"apakah tuan menginginkan manusia tidak tahu diri ini mati di tanganku?" usul Frans.
"tidak usah Frans, kau tidak usah mengotori tanganmu dengan menyentuh manusia menjijikan ini!" tegas Samudera
'Padahal otot-otot tubuhku membutuhkan pemanasan tuan, dan sepertinya membuat manusia tidak tahu di untung ini untuk ku jadikan perkedel, sungguh sangat menyenangkan tuan! 'batinnya merasa sangat jengkel.
Frans adalah kaki tangan sekaligus orang kepercayaannya Samudera Arga Winata, seorang pengusaha sukses dan memiliki perusahaan besar di negeri ini, siapa yang tidak mengenal sosok Samudera Arga Winata di kalangan para pengusaha di negeri ini, Sikapnya yang kejam dan dingin, membuat sosok Samudera begitu di segani oleh pengusaha lainnya, namun sayangnya, Samudera tidak pernah beruntung tentang kisah percintaannya.
"Frans, apakah kau sudah mengirimkan bunga Lili putih di pusara mendiang istriku?" tanya Samudera kepada Frans
"sudah tuan, sekarang pusara mendiang istri tuan sudah indah di penuhi oleh bunga Lili putih!" sahut Frans.
"kerja bagus Frans, nanti sore kau ikut denganku kesana, aku sangat merindukan bunga saat ini!" kata Samudera masih dengan sikap dinginnya, sedingin es batu.
"Baik tuan!" jawab Frans.
Ini adalah tahun kedua dimana Samudera telah di tinggalkan oleh sang belahan jiwanya, peristiwa naas dua tahun silam, merupakan sebuah mimpi paling buruk dalam kehidupan Samudera, ia harus menerima kenyataan yang sangat pahit, dimana istri dan putri kecilnya telah mengalami kecelakaan tunggal, hingga akhirnya membuat sang istri tewas di lokasi kejadian, sedangkan putri kecil mereka terpaksa harus kehilangan indera penglihatannya akibat benturan hebat mengenai kepalanya dan merusak kornea matanya. Lily adalah nama putri dari Samudera Arga Winata, semenjak kejadian naas itu, Lily yang masih berusia lima tahun telah mengalami trauma yang sangat dalam, namun dengan seiring berjalannya waktu, akhirnya dua tahun kemudian kondisi Lily bisa berangsur membaik, Samudera sangat menyayangi putri kecilnya, baginya Lily bagaikan sosok seorang malaikat kecil, Lily adalah harta yang tak akan pernah ternilai oleh apapun, semenjak kejadian itu, sikap Samudera langsung berubah 180°, ia pun seperti sudah menutup hatinya untuk wanita lain, dan belum ada yang bisa menggantikan posisi mendiang istri tercintanya.
Bersambung...
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!