"Cantika memang tunanganku. Dan kami akan menikah bulan depan"
Tes
Tes
"Salahku apa sampai kamu berbuat seperti ini?"
Ibra tersenyum tipis, "Kamu tidak salah apa - apa. Hanya saja, aku sudah bosan denganmu. Mulai sekarang, jangan mencariku dan menghubungiku lagi!"
Tidak ada angin, tidak ada hujan. Dara di campakkan begitu saja. Semua dunianya runtuh dalam sekedip mata. Impian dan harapan yang ia bangun selama ini sirna di telan pengkhianatan. Sia - sia semua waktu yang ia habiskan selama tujuh tahun terakhir.
Lama berteman dengan luka, akhirnya Dara bangkit dari keterpurukan. Namun, Dara yang sekarang bukanlah Dara yang dulu. Ia berubah menjadi wanita dingin dan tak berperasaan.
Hidupnya ia habiskan untuk kerja, kerja dan kerja. Jangankan memikirkan pria, melirik saja Dara tak pernah. Rasa sakit yang mendarah daging membuatnya enggan membuka hati. Hatinya yang telah diliputi dendam membuat Dara bertekad untuk membalas sakit hati yang Ibra berikan.
"Satu luka akan kubalas dengan seribu luka yang lebih menyakitkan. Jika dia bisa menghancurkan harapan dan kebahagiaanku, maka akan kubuat ia lupa bagaimana rasanya bahagia!"
"Akhirnya kita bisa menghadiri acara ulang tahun Artha Raya. Lihatlah, perusahaan ini memang luar biasa. Acara ulang tahunnya saja begitu mewah dan memukau" puji Indra, Papa Ibra
"Benar. Tahun lalu mereka baru saja merayakan ulang tahun saat membantu kita. Dan sekarang, kita memiliki kesempatan untuk datang. Mama penasaran seperti apa rupa pemilik perusahaan yang hebat itu" sahut Mama Indira
Cantika memeluk lengan Ibra begitu memasuki ballroom hotel tempat diadakannya ulang tahun Artha Raya. Mereka duduk di kursi yang sudah di sediakan khusus sesuai nama.
"Bukankah itu Tuan Axel? Dia bahkan dapat tempat duduk di depan" seru Cantika
Indra, Indira, dan Ibra sama - sama menatap ke arah depan. Benar, di depan sana ada Tuan Axel dan keluarganya.
"Kamu sampai nggak kedip liat depan. Berharap ada mantanmu?" cibir Cantika
Ibra tak menggubris.
"Jangan berdebat di acara penting. Kita nikmati saja acaranya tanpa menghiraukan mereka" ucap Indra.
Keluarga Ibra begitu menikmati acara yang digelar oleh Artha Raya. Acara benar - benar berlangsung megah dan meriah. Artis -artis papan atas turut mengisi acara tersebut. Selain itu, jamuan makan juga tersaji dengan puluhan menu nusantara maupun luar negeri.
"Baiklah para hadirin yang terhormat. Acara akan segera dimulai. Namun sebelum itu, marilah kita sambut CEO sekaligus pewaris tunggal Artha Raya, Dara Queen Bramasta!"
Deg
Tuk tuk tuk
Suara highheels menggema dari pintu masuk ballroom. Sosok perempuan cantik nan anggun melangkah dengan sangat menawan. Kulitnya putih bersih, mengenakan gaun hitam bertali spageti dengan bagian punggung terbuka serta taburan berlian di bagian dada membuatnya terlihat sangat - sangat mempesona.
Aura Dara terlihat begitu dingin. Meski tanpa senyum, namun kecantikannya tak bisa dipungkiri ratusan pasang mata yang memandangnya. Decak kagum dan kata pujian terlontar dari bibir para tamu undangan
Tepat saat melewati Ibra dan keluarga, Dara menunjukkan tatapan remehnya. Jelas hal itu membuat wajah mereka pucat seketika.
"D-dara?" gumam Ibra pelan
Bukan hanya jantung Ibra yang berdetak kencang. Namun semua keluarganya juga.
"J-jadi yang membantu kita selama ini-" ucapan Indira tak diteruskan saking kagetnya mengetahui fakta ini.
Wajah Indra mendadak berkeringat. Kalimat - kalimat menyakitkan yang dulu sering ia lontarkan kepada Dara mendadak muncul dalam pikiran.
"Mau secantik apapun kamu, saya tetap tidak akan merestui hubungan kalian!"
"Kamu bukan menantu idaman saya. Jadi lupakan impianmu untuk menjadi pendamping hidup putraku!"
Indra memang tahu jika Dara adalah anak pengusaha Market Place. Namun yang tak ia ketahui, ternyata keluarga Dara merupakan salah satu keluarga terkaya di negeri ini.
Tangan Cantika mengepal saat Dara balik menatapnya. Apalagi saat Ibra masih tak memalingkan wajah menatap mantan kekasihnya.
"Aku mau pulang sekarang"
Indira menatap menantunya, "Itu tidak mungkin. Apa kata orang jika kita tiba - tiba pergi saat acara akan dimulai. Kita akan menjadi sorotan"
Indra dan Ibra tak mengatakan apapun.
"Baiklah. Sebelum acara benar - benar dimulai. Bagaimana kalau kita kenalan dulu dengan Nona Dara. Pasti banyak dari para hadirin yang baru tahu sosok Nona Dara kan? Kalian pasti penasaran"
Dara masih saja tidak tersenyum,
"Baiklah Nona Dara, bolehkah saya menanyakan beberapa pertanyaan?"
"Silahkan"
MC tersenyum, "Orang secantik Nona, apakah sudah memiliki kekasih? Kalau belum, pasti banyak Ibu - Ibu disini yang mau menjadikan Nona menantu"
Dara tersenyum sumbing, "Saya tidak memiliki kekasih"
Jawaban Dara membuat suasana riuh, banyak Ibu - Ibu yang tersenyum antusias
"Untuk saat ini, saya belum tertarik menjalin hubungan apapun"
MC dan tamu undangan cukup terkejut mendengar jawaban Dara
"Tidak perlu terkejut. Saya punya alasan kenapa enggan menjalin kasih hingga sekarang" Dara menjeda ucapannya, dia menatap Ibra sekilas
"Long time no see, pengkhiatan!" ucap Dara dalam hati. Ia tersenyum, senyum pertama kali setelah dua tahun berlalu.
"Saya pernah menjalin kasih dengan seseorang selama tujuh tahun lamanya. Sayangnya, ternyata waktuku terbuang sia - sia" Dara terkekeh, "Kalian ingin tahu apa yang dia lakukan padaku setelah semua waktu, perhatian dan waktuku habis untuk menemaninya meraih mimpi?"
Dara menatap semua orang bergantian, "Dia mencampakkanku layaknya sampah dan menikahi wanita lain!"
Suasana seketika heboh, banyak kata umpatan yang terdengar langsung oleh Ibra, istri dan orang tuanya.
"Apa - apaan ini! Kita tidak bisa diam saja seperti ini!" ucap Cantika mulai emosi
"Tenanglah Cantika. Jangan malah membuat semua orang curiga. Lagipula Dara tak mungkin menyebut nama kita. Dia hanya menggertak dan menakuti kita saja" ucap Indra
Cantika hanya bisa mendengus kesal
"Dia ada disini bersama istri dan orang tuanya" ucapan Dara semakin membuat acara semakin riuh,
Wajah Indra dan istrinya pias, begitupun Ibra dan Cantika
"Dia tidak mungkin melakukan hal yang bisa membuatnya malu sendiri" seru Indira
Namun diluar dugaan, dengan lantang Dara malah menyebut mereka
"Berikan tepuk tangan meriah untuk keluarga Seruni Grup. Selamat datang di acara ulang tahun Artha Raya. Aku harap kalian menikmati pestanya!"
Deg
Cibiran, hujatan dan hinaan seketika langsung memenuhi suasana ballroom. Indra dan Indira seakan tak memiliki muka berada disana. Cantika pun tak luput dari tatapan mencibir orang - orang. Apalagi sosok Ibra yang langsung dikenali semua orang.
"Dasar keluarga tak tahu malu"
"Keluarga gila! Menolak wanita secantik ini, tapi tidak malu menerima bantuan darinya!"
"Padahal lebih cantik Nona Dara. Si pria matanya rabun!"
"Kita pulang sekarang!" putus Indra
Sorak - sorak dengan kata hinaan menemani mereka keluar dari ruangan. Mereka bahkan harus menutup wajah agar tak tersorot kamera.
"Ibra! Ibra!"
Deg
"Ibra! Ibra!"
Deg
Pria itu tersadar dari lamunannya setelah sang istri memanggilnya berkali - kali
"Apa?"
"Acara akan segera dimulai. Kenapa kamu malah melamun dari tadi?"
Ibra menatap sekeliling. Dia masih berada di ballroom acara Artha Raya. Namun tidak ada Dara disana.
"Jadi semua ini hanya ilusi?" bathin Ibra
Pria itu menghela nafas. Ini bukan pertama kalinya ia mengalami hal semacam ini. Tapi mengapa rasanya begitu nyata padahal ia hanya berhalusinasi.
"Baiklah. Acara akan segera dimulai. Namun sebelum itu, mari kita sambut CEO sekaligus pewaris tunggal Artha Raya, ini dia, Nona Dara Queen Bramasta!"
Deg
Jantung Ibra berdetak kencang. Ini sama persis dengan hayalannya beberapa menit yang lalu. Hanya saja, pakaian Dara berbeda.
"T-tidak mungkin!" seru Cantika
Wajah Indra dan Indira juga tak kalah terkejut mengetahui fakta ini.
"Jadi yang telah membantu kita adalah Dara?" ucap Indira pelan
Indra mengepalkan tangan. Dia malu sekaligus marah. Bagaimana bisa dia tidak mengetahui hal ini dan malah menerima bantuan dari gadis yang dulu selalu ia remehkan.
"Secantik apapun dirimu, kamu bukan tipe menantu idamanku!"
Kalimat itu kembali berputar di kepala Indra. Selain menentang hubungan Ibra dengan Dara, Indra juga kerap melontarkan kalimat yang menyakitkan. Hari ini, keangkuhannya telah diruntuhkan oleh Dara. Dia menatap sekeliling. Lihatlah, semua orang menatap kagum pada Dara.
Dara berjalan dengan anggun sembari tersenyum. Dengan gaun putih tanpa lengan ditambah kalung dan anting berlian yang berkilau, penampilan Dara terlihat begitu memukau.
Saat melewati keluarga Ibra, senyum manis Dara berganti dengan senyum remeh. Jelas hal ini sangat melukai harga diri keluarga Seruni. Namun mereka tak bisa melakukan apapun saat ini selain diam.
Acara dimulai, Dara memberikan sambutan dan membuka acara. Setelah acara resmi dibuka, semua tamu kembali menikmati acara. Sebagai tuan rumah, Dara menghampiri tamu undangan secara bergantian.
"Kita pulang saja. Kita tidak mungkin mempermalukan diri sendiri seperti ini kan?" tanya Cantika
Indira menatap menantunya, "Kita belum menyapa tuan rumah. Tidak etis kita pergi sebelum mengucapkan selamat padanya"
Cantika mendengus, "Mama mau mengucapkan selamat kepada Dara? Dia pasti akan mencemooh kita"
Ibra menghela nafas, "Kamu pasti sudah tahu hal ini sebelumnya?" tanya Indra dengan nada tajam
"Aku tidak tahu!" sahut Ibra singkat
Indra tak bersuara lagi karena posisi Dara sudah dekat dengan mereka.
"Selamat malam, Tuan Indra?" sapa Dara dengan wajah dinginnya
"Malam!" sahut Indra tak kalah dingin
"Selamat atas ulang tahun perusahaanmu" ucap Indira
Dara tersenyum tipis, "Terima kasih, aku pikir kalian tidak akan datang"
"Kalau kami tahu ini perusahaanmu, tentu kami tidak akan datang!" jawab Cantika dengan lantang
Dara tergelak, "Kamu cukup angkuh rupanya. Jika kamu tahu diri, bukankah seharusnya kamu berterima kasih padaku? Tapi sudahlah, silahkan dinikmati pestanya. Aku masih harus menyapa tamu penting lainnya", Dara berlalu begitu saja membuat Cantika mengepalkan tangan.
"Hallo Tuan Indra"
"Ah, Tuan Restu"
Indra terpaksa menyapa rekan - rekannya. Dia meninggalkan keluarganya dan bergabung dengan pengusaha lainnya.
"Aku mau pulang!"
"Papa masih menyapa rekan - rekannya" sahut Ibra
"Duduklah dengan anggun, Cantika. Kita akan pulang setelah Papa kembali"
Untuk kesekian kalinya, Cantika mendengus.
"Aku ke toilet sebentar"
Istri Ibra itu pergi meninggalkan pesta, "Lebih baik berada di toilet daripada di pesta ini!"
Setelah istrinya pergi, Ibra menatap Mama tirinya "Aku juga akan menyapa rekan bisnis sebentar"
Indira hanya bisa mengangguk. Kini tinggal dirinya seorang diri disana.
"Selamat malam, Nyonya Indra"
"N-nyonya Raya"
Mama Raya tersenyum, "Rupanya kamu masih mengenaliku"
Indira tersenyum canggung, "A-apa kabar?" tanyanya basa - basi
"Aku terlihat baik. Tapi hatiku tidak baik - baik saja sejak dua tahun lalu"
Deg
Jantung Indira berdetak kencang. Ia tak tahu harus berkata apa.
"Aku lihat Ibra bahagia bersama istrinya"
Indira hanya bisa tersenyum
Mama Raya menatap Indira, "Tapi putriku malah trauma pada cinta" perempuan itu tersenyum, "Jika tahu semua akan berakhir menyakitkan, jelas aku akan menentang hubungan mereka dari awal. Putriku ... Tidak pantas disakiti oleh putramu yang pengecut itu!"
Sementara disisi lain, ternyata Ibra tidak menghampiri rekan bisnis seperti yang ia katakan. Ia justru menghampiri Dara, "Bisa kita bicara sebentar?"
Dara berbalik lalu menatap Ibra, "Oh, lihatlah siapa ini? Tuan Ahmad Ibrahim! CEO Seruni grup yang nyaris bangkrut!"
Deg
Ibra cukup terkejut dengan kalimat yang Dara lontarkan. Namun, sebisa mungkin ia bersikap tenang.
"Bisakah kita berbicara sebentar?" Ibra kembali bertanya
"Tentu. Jadi, apa yang ingin Anda bicarakan?"
Ibra menatap Dara sejenak, "Saya ingin membeli kembali saham perusahaan dari Artha Raya"
Dara tertawa sinis, "Apa Saya tidak salah dengar? Maksudnya, Anda ingin membeli saham Seruni Grup yang sudah kubeli?"
Ibra mengangguk
"Anda sungguh tidak tahu diri, Tuan Ibra! Setelah Saya membantu Anda, begini cara Anda berterima kasih?"
Ibra menghela nafas, "Saya tidak tahu apa tujuan Anda sebenarnya. Tapi jika Anda punya tujuan pribadi, sebaiknya Anda lupakan saja"
Dara kembali terkekeh, dia menatap Ibra dingin. "Ternyata Anda memang memiliki peringai buruk! Bagaimana bisa Anda menuduh Saya seperti itu? Pantas saja perusahaan Seruni Grup kembali di ambang kehancuran"
"Semua tidak ada hubungannya dengan ini"
"Oh ya, lalu apa?" Dara mendekat ke arah Ibra, "Kau tidak kompeten sebagai seorang pemimpin! Dua tahun bahkan kau tak mampu mengembangkan perusahaan. Sekarang kau mau membeli kembali sahamku? Dengan cara apa? Mencari perusahaan lain yang mau membantu?" Dara tertawa, "Oh ayolah, siapa yang mau mengorbankan uangnya untuk perusahaan bobrok seperti itu?"
Ucapan Dara tepat mengenai ulu hati Ibra.
"Aku tetap akan membeli sahamku kembali"
Dara mengangguk, "Baiklah. Kalau begitu aku minta harga lima kali lipat!"
Deg
Dara meninggalkan Ibra yang masih mematung di tempat, "Tidak semudah itu, Ibra! Aku belum berbagi luka. Setidaknya, kalian harus merasakan yang aku rasakan dulu! Bahkan lebih parah dari itu!"
Dara berjalan menuju toilet, dia tahu jika Cantika belum keluar dari sana.
"Sepertinya toilet lebih menarik daripada pestanya"
Cantika kaget mendengar suara Dara, istri Ibra itu menatap tak suka mantan kekasih suaminya.
"Kau pasti sengaja melakukan ini kan?!"
"Melakukan apa?" tanya Dara sok polos
"Apa tujuanmu sebenarnya?" tanya Cantika tajam
Dara menatap istri Ibra dengan santai, "Kau juga suka menuduh seperti suamimu"
"Apa maksudmu?!"
Dara menunjukkan gambar di ponselnya. Gambar dirinya dengan Ibra beberapa menit yang lalu. Mereka tampak dekat
"Kau mau menggoda suamiku?! Jangan harap pelakor murahan!! Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!!"
Dara tertawa, "Kalau ada kesempatan, kenapa tidak? Kau lupa? Kami pernah bersama selama tujuh tahun. Aku tahu Ibra luar dalam seperti apa"
"Wanita sialan!!"
Dara menghempaskan tangan Cantika yang hendak menamparnya, "Jauhkan tangan kotormu dari tubuhku!"
Cantika terhuyung ke belakang, "Aku bersumpah akan membalasmu!"
"Lakukan saja. Tapi sebelum itu, aku akan lebih dulu mengambil Ibra darimu!"
"Mimpi!!"
Wajah Cantika memerah, nafasnya terengah menahan emosi. Hal itu membuat Dara semakin gemas, dia berjalan santai mendekati istri mantan kekasihnya itu lalu berbisik, "Kau sangat ingin memiliki anak dengan Ibra bukan? Sebaiknya tanyakan suamimu, apa dia benar - benar ingin memiliki anak denganmu atau tidak. Ya, siapa tahu dia sengaja menundanya bukan?!"
Deg
Wajah Cantika seketika berubah pias dan pucat
"Itu tidak mungkin. Ibra sangat mencintaiku!!" teriak Cantika emosi
Dara mengangguk, "Aku hanya bertanya. Santailah sedikit"
Cantika mencuci tangan kemudian hendak keluar dari toilet
"Atau ... Bagaimana kalau aku membantu mewujudkan impianmu? Aku bisa mengandung anak dari Ibra!"
Deg
🌿🌿🌿
Di bagian akhir bab 1 sudah aku perbaiki ya. Selamat membaca dan jangan lupa like serta komennya. Terima kasih 🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!