NovelToon NovelToon

Istri Kecil Tuan Jonathan

Bab 1

Mentari sudah bersinar dan memancarkan sinarnya di bumi. Di sebuah kamar bernuansa pink, terdapat seorang gadis cantik yang masih asyik bergulung di bawah hangatnya selimutnya.

"Sayang ... Ayo, bangun! Ini sudah pukul 6.30 pagi. Ingat, kamu harus berangkat kuliah hari ini, Sayang," ucap Gina sambil berteriak dan mengetuk pintu.

"Iya, Ma ... 5 menit lagi. Nay masih mengantuk sekali," jawab Nayla sambil menutup wajah cantiknya dengan menggunakan bantal.

"Sayang ... nanti kamu terlambat. Kamu ingat bukan janji yang kamu buat dengan Papa sebelumnya? Jika kamu telat, Papa tidak akan memberikan izin padamu untuk membawa mobil ke kampus. Dan jika itu sampai terjadi, kamu harus mau di antar oleh Kakak kamu,"lanjut Gina berteriak lagi.

"Iya, Ma. Nayla bangun sekarang." Nayla langsung beranjak dari tidurnya.

Setelah itu, Nayla langsung bergegas untuk masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah sudah siap dan rapi, gadis cantik itu segera turun ke bawah untuk ikut sarapan bersama dengan keluarganya dimana sudah terdapat Dika, Gina dan Ega.

"Pagi semuanya," sapa Nayla dengan cerianya.

Nayla pun langsung menarik kursi yang ada di sebelah sang Mama untuk duduk.

"Si cerewet akhirnya tiba juga," ucap Ega menggoda adiknya. Dan hal itu langsung mendapatkan respon dari Nayla.

"Apa Kakak tidak ada pekerjaan lain? Kenapa Kakak suka sekali membuat mood Nayla rusak?" Naya mengarahkan tatapan tajamnya kepada Ega.

"Memangnya kapan mood kamu pernah bagus? Perasaan, mood kamu selalu jelek seperti orangnya." Ega menyuapkan nasi kedalam mulutnya.

"Mama," rengek Nayla. "Lihat Kak Ega, Ma. Kak Ega suka sekali mengganggu Nay. Kak Ega juga bilang Nay jelek."

"Sudah," ucap Dika menengahi dengan nada tegas. "Cepet habiskan sarapan kalian. Jangan sampai kalian terlambat karena kalian bertengkar."

Mendengar teguran dari sang Papa, Ega dan Nayla langsung ciut seketika. Mereka berempat pun akhirnya bisa menghabiskan sarapan pagi mereka dalam keadaan hening.

Setelah selesai sarapan, Ega langsung berpamitan untuk berangkat bekerja. Sedangkan Nayla juga segera pamit untuk berangkat kuliah. Dika dan Gina juga akan berangkat bekerja.

Ega saat ini bekerja sebagai salah satu karyawan di Johnson Grup sedangkan Dika dan Gina bekerja sebagai dosen di salah satu kampus favorite di kota itu.

Nayla sendiri kini sedang menempuh pendidikan semester akhir di salah satu universitas di kota itu. Tapi, meskipun sudah termasuk dewasa, sifat kekanakan Nayla masih ada di dirinya karena dimanjakan oleh keluarganya.

"Ma ... Pa ... Ega berangkat dulu." Ega menciumi pipi Gina dan Dika secara bergantian.

"Mama... Papa... Nayla yang cantik ini juga mau berangkat dulu." Nayla melakukan apa yang dilakukan kakaknya.

"Iya, Sayang-sayangnya Mama. Ingat, hati - hati di jalan. Jangan mengebut terutama kamu, Nay," ucap Gina kepada Ega dan Nayla.

"Siap, Bu Bos." Ega dan Nayla mendekatkan tangan mereka ke kening untuk memberi hormat secara serentak.

"Langsung hubungi Papa jika terjadi sesuatu dengan kalian," ucap Dika sebelum kedua anaknya berangkat.

Ega akan berangkat ke perusahaan tempat dia bekerja dengan menggunakan mobilnya. Dan Nayla juga akan berangkat ke sekolah dengan menggunakan mobil kesayangannya.

Mobil itu di dapat Nayla sebagai hadiah ulang tahun dari Papa dan Mamanya. Sejak saat itu, Nayla terus berlatih agar dia bisa mengendarai mobilnya untuk pergi kuliah.

Dan hari ini adalah hari yang telah di tunggu-tunggu oleh Nayla karena hari ini adalah pertama kalinya dia membawa mobil kesayangannya itu.

Setelah tiba di kampus, Nayla langsung memarkirkan mobilnya dan bergegas menuju ke ruang kelasnya.

"Hi ... baru datang saja kamu." Geo menarik rambut Nayla yang di kuncir kuda.

"Ih ... sakit tau." Nayla melepaskan tangan Geo dari rambutnya dan hendak membalas perlakuan dari Geo.

"Kalian berdua ini suka sekali bertengkar seperti ini. Apa kalian tidak lelah? Aku yang hanya mendengar dan melihatnya saja sudah sangat lelah," ucap Erika, sahabat Nayla.

Belum sempat keduanya menjawab pertanyaan Erika, Dosen yang bertugas mengajar di kelas mereka pagi itu telah datang.

Beberapa saat kemudian, kuliah Nayla telah usai. Kini, Nayla dan Erika sedang berjalan bersama menuju ketempat parkir.

"Kamu mau pulang dijemput atau mau ikut sama aku saja?" tanya Nayla pada Erika, sahabatnya.

"Aku tunggu jemputan saja," jawab Erika tanpa berpikir lebih lama lagi. "Itu pasti lebih aman daripada ikut dengan kamu. Bisa-bisa aku jadi lecet nantinya."

"Enak saja," protes Nayla tidak terima dengan perkataan Erika. "Aku sudah bisa, tahu. Kalau aku belum bisa, Papaku pasti tidak akan memberikan izin kepada anaknya yang cantik dan manis ini."

"Iya ... iya ... Nayla yang cantik dan manis sejagat raya," ucap Erika. "Aku tunggu jemputan saja. Lagipula, Kak Edward sudah janji untuk menjemputku dan mengajakku jalan-jalan."

"Ckckck, dasar bucin akut," ledek Nayla kepada Erika.

"Kamu juga pasti akan seperti itu kalau sudah pacaran nanti," ucap Erika balik mengejek Nayla. "Bahkan, mungkin kamu jauh lebih parah daripada aku."

"Ya sudah. Daripada aku berdiri di sini hanya untuk mendengar kamu meledekku, lebih baik aku pulang saja," pamit Nayla seraya melangkah mendekati mobilnya.

"Ingat, hati-hati. Jangan sampai kamu dibawa kabur sama Kak Edward. Apalagi sampai buat anak."

"Nayla," teriak Erika karena perkataan Nayla yang sedang tertawa.

"Bye-bye!" Erika melambaikan tangannya untuk membalas lambaian tangan Nayla.

Saat sedang mengemudi dengan santai, tiba-tiba perut Nayla berbunyi ketika melihat penjual gado-goda yang sedang mangkal di pinggir jalan.

"Ckckck, kenapa kamu langsung berbunyi seperti itu?" Nayla bermonolog seraya meminggirkan mobilnya.

Setelah itu, Nayla langsung keluar dari dalam mobil seraya membawa dompet. Saat sedang menyebrang, Nayla tiba-tiba diserempat oleh semua mobil yang sedang melaju dengan kencang.

Pemilik mobil pun langsung menghentikan mobil dan memutuskan untuk keluar. Setelah itu, pria yang turun dari mobil tersebut mendekat kearah kerumunan untuk melihat keadaan orang yang sudah dia serempet.

"Dek, apa kamu tidak apa-apa?" Tanya pria yang baru saja turun dari mobilnya sambil membantu Nayla untuk berdiri.

"Apa Om tidak bisa lihat? Sudah tahu saya jatuh ya pasti sakitlah. Masih bertanya lagi," omel Nayla saat menjawab pertanyaan pria itu.

"Dan kenapa Om tidak hati-hati mengendarai mobilnya? Lihat! Karena Om, saya jadi jatuh seperti ini."

Pria itu pun dibantu dengan beberapa orang yang ada disana membantu Nayla untuk bangun. Dia bisa melihat jika beberapa tubuh gadis yang di senggolnya itu mengalami luka lecet dan berdarah.

"Dek, kamu saya antar ke rumah sakit saja, bagaimana?" tawar pria itu sebagai bentuk tanggung jawabnya.

"Tidak perlu, Om. Ini cuma luka kecil saja," jawab Nayla cepat dengan raut cemas.

Nayla itu sangat takut sekali jika di bawa ke rumah sakit sejak kecil. Selain itu, dia juga takut dengan jarum suntik meskipun di usia yang sudah dewasa itu.

"Kamu yakin kamu baik-baik saja?" tanya pria yang sedang mengenakan jas hitam itu.

"Iya, Om," jawab Nayla untuk meyakinkan pria itu agar tidak di bawa ke tempat yang paling ia benci.

"Ya sudah kalau begitu. Bagaimana kalau saya antar kamu pulang ke rumah kamu saja?" tawar pria itu lagi.

"Lalu mobil saya bagaimana, Om?" Tanya Nayla yang khawatir dengan motornya.

"Nanti saya akan minta orang saya untuk datang kemari dan membawanya ke rumah kamu," jawab pria itu.

Lalu, Nayla pun dipapah oleh pria itu dengan dibantu oleh beberapa orang untuk menuju tempat duduk di samping pengemudi. Tidak lupa, pria itu menitipkan kunci mobil Nayla ke seorang pedagang yang ada di sana. Sebelum pulang, pria itu juga memutuskan untuk mampir ke apotik untuk membeli obat luka.

"Dek, saya minta maaf karena sudah membuat kamu terluka seperti ini," ucap pria itu.

"Lain kali bawa mobilnya hati-hati, Om. Jangan sampai karena ulah Om, orang lain jadi celaka seperti saya ini. Untung saya tidak kenapa-napa. Kalau luka saya parah bagaimana?" omel Nayla.

Setelah sampai di depan rumahnya, Nayla keluar dari mobil itu setelah berpamitan. Dan pria itu langsung menelpon pihak seseorang untuk mengantarkan mobil Nayla.

"Cantik. Tapi sayang berisik sekali," ucap pria itu setelah menutup teleponnya.

Sore pun tiba. Dika dan Gina yang baru saja pulang heran sekali karena tidak melihat mobil yang di pakai oleh Nayla. Begitu juga dengan Ega yang juga sampai di rumah bersamaan dengan papa dan mamanya.

"Apa Nayla belum pulang, Pa, Ma?" tanya Ega ketika mereka masih berada didepan. "Bukannya seharusnya Nayla sudah pulang?"

"Entahlah. Papa sama mama juga tidak tahu. Sebaiknya kita masuk dan bertanya kepada Bi Mila apa Nayla sudah pulang atau belum," ucap Dika.

Mereka bertiga pun langsung masuk ke rumah. Ketika bertemu dengan Bi Mila, mereka bertanya tentang keberadaan Nayla.

Bi Mila yang hanya tahu jika Nonanya sudah pulang dan langsung masuk ke kamar tanpa tahu keadaannya pun memberitahukan hal itu kepada majikannya sehingga Ega bergegas menuju ke kamar Nayla.

Tokkkk

Tokkkk

Tokkkk

"Nayla, buka pintunya!" teriak Ega di depan pintu Nayla.

Tapi, tidak ada jawaban sama sekali dari pemilik kamar. Karena khawatir dengan sang adik, Ega langsung masuk kedalam kamar Nayla tanpa izin dari pemilik kamar terlebih dahulu.

Bab 2

Ega pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Nayla setelah melihat kamar bernuansa putih yang tidak terkunci itu.

Ceklek

Setelah membuka pintu, Ega pun dapat melihat kalau adiknya itu sedang berbaring di tempat tidur. Merasa aneh karena Nayla tidak pernah tertidur di jam seperti itu, Ega pun melangkahkan kakinya untuk mendekati Nayla dan memeriksa kondisi adiknya itu.

Betapa terkejutnya Ega saat melihat sang adik tertidur dengan pakaian yang kotor. Yakin jika sudah terjadi sesuatu, Ega menarik selimut sang adik sehingga terlihatlah luka yang ada di tubuh adiknya itu.

"Nayla, Bangun!" ucap Ega yang sedang khawatir kepada adiknya.

Nayla yang merasa tidurnya terusik pun menggeliatkan tubuhnya dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya. "Ada apa, Kak? Kenapa Kakak mengganggu tidur Nayla?"

"Aw," pekik Nayla saat merasakan sakit dari lukanya.

"Sekarang beritahu Kakak, kenapa kamu bisa terluka seperti ini?" tanya Ega seraya menunjuk kearah luka yang ada di kaki adiknya.

"Kak Ega," rengek Nayla yang sedang dalam mode manja kepada sang Kakak. "Kaki Nayla sedang sakit, Kak. Jangan bertanya terus nanti kaki Nayla tambah sakit!"

"Nayla, kalau ditanya itu dijawab," ucap Ega yang membuat Nayla cemberut. "Sekarang, cepat ceritakan apa yang sudah terjadi dengan kamu? Dan dimana mobilmu?"

Nayla pun menceritakan semuanya kepada kakaknya dengan raut wajah merengek. Ega bahkan ingin sekali memarahi adiknya yang teledor ini.

"Kenapa kamu bisa teledor seperti itu, Nayla? Bisa-bisanya kamu diserempet oleh mobil sampai seperti ini," omel Ega.

"Kalau begini, bagaimana kamu bisa membawa mobil? Membawa mobil itu berbahaya kalau kamu yang teledor seperti ini."

"Kak, ini bukan salah Nayla," protes Nayla tidak terima. "Ini semua salah Om yang sudah menyerempet Nayla."

"Dan mobil Nayla nanti akan diantarkan kesini oleh orang Om itu."

"Untuk saat ini, Nayla akan kembali diantar," ucap Dika yang ternyata sejak tadi mendengarkan perbincangan kakak beradik itu.

"Papa," rengek Nayla.

"Pokoknya untuk saat ini, kamu akan di antar jemput seperti sebelumnya. Tidak ada bantahan," ucap Dika yang tidak ingin di bantah kali ini.

Nyali Nayla ciut seketika. Ingin sekali dia membantah papanya, tapi dia juga takut dengan papanya yang dalam mode tegas seperti sekarang.

"Nayla, ayo, turun! Sudah waktunya makan malam, Sayang." Gina memasuki kamar Nayla.

"Iya, Mama." Nayla turun dari tempat tidur secara perlahan.

"Kamu kapan berubahnya, Nay. Kamu itu sudah dewasa. Sebentar lagi kamu sudah lulus kuliah tapi kamu tetap saja ceroboh sampai terluka seperti ini." Gina mendekati Nayla dan membantu putrinya itu.

"Mama," rengek Nayla memeluk tangan Gina dengan manja. "Jangan mengomeli Nayla lagi. Telinga Nayla sudah panas karena sudah mendapatkan omelan dari Papa dan Kakak."

"Itu semua juga untuk kamu, Nay. Lain kali, kalau diomeli itu ya didengarkan," ucap Gina.

"Mama," rengek Nayla lagi.

"Sudah ayo, kita turun sekarang! Papa sama kakak kamu pasti sudah menunggu dari tadi," ucap Gina menyudahi drama Nayla.

"Bagaimana dengan kuliah kamu, Nay?" tanya Dika menyelidik.

"Semuanya baik, Pa. Papa tenang aja. Anak Papa yang cantik jelita ini tidak akan membuat Papa sama Mama kecewa," jawab Nayla dengan santai.

"Kalo kamu, Ga? Bagaimana pekerjaan kamu?" tanya Dika pada putranya kali ini.

"Papa tenang aja. Semuanya oke," jawab Ega seraya menikmati makan malamnya.

"Terus kapan kamu mau mengenalkan calon kamu ke kita semua?" tanya Gina pada Ega.

"Bener, Ma. Nayla sudah tidak sabar mau melihat bagaimana rupa calon Kakak Ipar Nayla," timpal Nayla yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Ega.

"Kamu ada dekat sama seseorang, Ga?" tanya Dika.

"Untuk sekarang belum ada, Pa. Nanti kalau sudah ada, Ega pasti akan mengajak dia datang ke rumah dan Ega akan mengenalkannya sama Papa dan Mama," jawab Ega malas.

"Loh, kok cuma ke Papa sama Mama saja? Ke Nayla bagaimana?" tanya Nayla.

"Anak kecil tidak perlu ikut campur urusan orang dewasa," jawab Ega membuat Nayla tidak terima dan mengajukan protes.

"Apa Kakak amnesia? Kakak lupa kalo adik Kakak ini sebentar lagi sudah lulus kuliah?"

Tapi, mau bagaimana lagi? Dia akan selalu di perlakukan seperti anak kecil karena dia memang masih anak-anak bagi orang tua dan kakaknya.

Setelah selesai makan malam, kini mereka sedang duduk berkumpul di ruang keluarga dengan Gina yang sedang mengolesi obat di luka Nayla.

Setelah itu, Nayla yang sudah kembali mengantuk ingin segera tidur. Dia pun merengek pada sang Kakak untuk menggendongnya menuju kamar.

"Kak, gendong." Nayla merentangkan tangannya. "Nayla sudah mengantuk dan mau tidur."

"Jalan kaki saja, Nay," jawab Ega yang masih tidak mau bergerak. "Kamu turun tadi saja bisa sendiri, bukan?"

"Tapi kaki Nayla masih sakit, Kak. Apa Kakak tega sama Nayla?" tanya Nayla dengan memberikan tatapan sendu.

"Dasar muka bantal. Baru saja kamu bangun, sekarang sudah mau tidur lagi." Ega memberikan punggungnya kepada Nayla sehingga gadis itu tersenyum senang dan bergegas naik ke punggung Ega sebelum sang Kakak berubah pikiran.

"Terserah Nayla, Kak. Tugas Kakak itu cuma menggendong Nayla ke kamar. Bukan buat protes," ucap Nayla yang kini sudah naik di punggung Ega.

"Sudah-sudah. Kalian ini apa tidak capek selalu bertengkar seperti itu setiap ketemu. Tapi kalau satu saja menghilang, yang satunya lagi malah khawatir. Papa dan Mama yang hanya mendengarkannya saja sudah capek," ucap Dika.

Alhasil kedua Tom dan Jerry itu memilih untuk diam. Ega pun segera membawa adiknya menuju ke kamar. Setelah itu, Ega juga memilih untuk beristirahat di kamarnya.

Sementara itu, di sebuah mansion yang cukup mewah, terdapat pasangan paruh baya yang sedang duduk di ruang keluarga.

"Kamu dari mana saja, Jo? Kenapa kamu baru pulang?" tanya pria paruh baya itu kepada pria yang tidak lain adalah pria yang tadi siang menyerempet Nayla.

"Jo ada banyak pekerjaan di kantor, Pa," jawab pria itu seraya duduk dihadapan orang tuanya.

Pria itu adalah Jonathan Johnson, anak dari pasangan Cris Johnson dan Helena Johnson, sekaligus CEO dari Johnson Grup. Jonathan dikenal sebagai CEO muda yang tampan, sukses dan dingin.

Banyak wanita yang ingin mengambil hati pria itu. Tapi sayang, tidak ada satupun yang berhasil mencairkan hati Jonathan yang sudah membeku karena pengkhianatan dimasa lalu.

"Jo, jangan terlalu menghabiskan waktumu dengan pekerjaan. Sekali-kali, luangkanlah waktu kamu untuk mengenal seorang wanita," ucap Helena.

"Ingat, Jo, umur kamu sudah tidak bisa dikatakan muda lagi. Teman-teman Mama sudah menggendong cucu mereka. Mama juga ingin menggendong cucu Mama, Jo."

"Benar, Jo," timpal Cris. "Apa perlu Papa dan Mama menjodohkan kamu dengan anak kenalan kami?"

"Tidak perlu, Pa," jawab Jonathan dengan cepat. "Papa dan Mama tenang saja. Jonathan pasti akan mencarikan kalian calon menantu nantinya."

"Kalau begitu, Jo ke kamar dulu. Jo mau mandi dan beristirahat."

Setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya, Jonathan langsung pergi dari sana. Tepatnya pria itu pergi untuk menghindari pembahasan lebih lanjut kedua orang tuanya.

"Sayang, apa Jo masih belum bisa melupakan wanita itu?" tanya Helena dengan sendu. "Bagaimana kalau Jo tidak bisa melupakannya selama hidupnya? Kenapa Jo bisa mencintai wanita seperti itu?"

"Kamu tenang saja, Sayang." Cris memasukan istrinya kedalam pelukannya. "Aku akan segera mencari calon menantu yang baik dan cocok dengan Jo."

"Aku yakin diantara wanita yang ada di dunia ini, pasti ada wanita yang bisa membuat Jo melupakan wanita itu. Pasti ada wanita yang bisa membuat Jo kembali jatuh cinta."

Bab 3

Seperti biasanya, pagi ini Nayla juga di bangunkan oleh Gina. Bahkan sang Mama sampai mengetuk pintu berulang kali karena tidak mendapatkan sahutan dari Nayla sama sekali.

Tokkkk ...

Tokkkk ...

Tokkkk ...

"Sayang, ayo, bangun! Hari ini kamu ada jadwal kuliah, bukan?" teriak Gina yang masih setia mengetuk pintu kamar putrinya itu.

"Iya, Ma," jawab Nayla dari kamarnya.

"Nayla, Nayla, kapan kamu bisa berubah dan jadi dewasa?" tanya Gina didalam hatinya. "Sudah sebesar ini, tapi kelakuan kamu masih saja seperti anak kecil."

Setelah selesai sarapan, Nayla bergegas untuk pergi ke kampus dengan di antar oleh Ega seperti sebelumnya. Padahal, baru satu hari dia membawa mobilnya sendiri ke kampus.

Setelah sampai di kampus, Nayla langsung turun dari mobil kakaknya dan berjalan dengan perlahan menuju ke kelasnya. Erika yang melihat itu pun menjadi sedikit khawatir dan memutuskan untuk mendekat dan hendak membantu sahabatnya berjalan menuju kelas mereka.

"Kamu kenapa, Nayla? Kenapa kamu jadi seperti ini hari ini? Bukankah kemarin kamu pulang dengan keadaan baik-baik saja?" tanya Erika seraya membantu Nayla.

"Kemarin aku diserempet sama Om-Om saat aku mau menyebrang jalan," jawab Nayla membuat Erika terkejut.

"Hah," pekik Erika yang masih terkejut padahal sudah melihat keadaan Nayla secara langsung. "Terus, keadaan kamu bagaimana, Nay?"

"Ya seperti yang kamu lihat, Erika," jawab Nayla. "Kaki sama tangan aku sampai luka seperti ini."

"Ini pasti sakit ya, Nay?" tanya Erika yang sebenarnya tidak perlu.

"Tentu saja sakit, Erika," jawab Nayla kesal. "Mana ada luka yang tidak sakit?"

"Lagian, bagaimana bisa kamu diserempet, Nay?" Erika membantu Nayla untuk duduk setelah sampai di kelas mereka. "Apa kamu tidak hati-hati saat menyebrang? Apa kamu tidak lihat kalau ada mobil?"

"Enak saja. Ini semua salah Om itu tahu," ucap Nayla membantah dan tidak terima dengan perkataan Erika. "Om itu ...,"

"Kamu kenapa, Nay?" tanya Geo yang baru saja tiba dan langsung memotong ucapan Nayla saat melihat kondisi Nayla.

"Nayla diserempet, Geo," jawab Erika mewakili Nayla. "Jadi, bagaimana ceritanya, Nay?"

Nayla pun menceritakan bagaimana kronologi musibah yang dia alami kemarin kepada Erika dan Geo.

"Apa Om itu tampan, Nay?" tanya Erika membuat Nayla menatap sahabatnya itu dengan tajam.

"Erika, Erika. Namanya juga Om-Om. Mana mungkin ada yang tampan?" Geo tertawa dengan pertanyaan Erika. "Pasti lebih tampan aku dibanding Om itu."

"Memangnya kamu mau putus dengan Kak Edward dan pacaran dengan Om-Om?"

"Jaga mulut kamu, Geo. Aku hanya penasaran saja," protes Erika dengan nafas memburu. "Kak Edward itu adalah jodoh sejatiku. Mana mungkin aku meninggalkan calon suami idaman seperti Kak Edward. Yang ada, aku yang rugi karena laki-laki seperti Kak Edward itu limited edition."

"Ckckck." Nayla menggelengkan kepalanya. "Kamu benar-benar sudah jadi korban bucin akut."

"Kamu juga pasti akan seperti itu nantinya, Nayla. Kamu nanti pasti akan selalu manja dan tidak mau berjauhan jika sudah bertemu dengan jodohmu."

"Kalau begitu, pacaran sama aku saja bagaimana, Nay?" Geo menaikturunkan alisnya.

"Jangan mimpi!" semprot kedua sahabat itu bersamaan.

"Kenapa hatiku tiba-tiba jadi sakit?" Geo memegang dadanya dengan penuh drama.

Mereka pun menghentikan obrolan mereka karena dosen yang mengajar pagi itu sudah masuk ke kelas mereka.

Hingga tidak terasa, jam kuliah pun telah usai. Nayla berjalan perlahan bersama dengan Erika menuju ke gerbang sekolah untuk menunggu jemputan mereka. Terlihat disana sudah ada mobil Dika yang menjemput putri kesayangannya itu.

"Papa," teriak Nayla sambil melambaikan tangannya seperti seorang anak kecil.

"Sore, Om," sapa Erika saat bertemu Dika.

"Sore juga, Erika," sapa balik Dika. "Kamu mau ikut sama Om dan Nayla sekalian atau kamu juga akan dijemput?"

"Erika dijemput, Om," jawab Erika. "Sebentar lagi, pacar Erika juga pasti sudah sampai."

"Huh." Dika menghela nafasnya. "Kapan Nayla bisa punya pacar seperti kamu?"

"Papa," rengek Nayla karena sang Papa kembali membahas masalah itu. "Sebaiknya Papa bertanya dengan Kak Ega terlebih dahulu."

"Tenang, Om. Erika akan tanyakan ke pacar Erika apakah dia punya teman yang masih single. Kalau ada, Erika pasti akan kenalkan ke Kak Ega dan Nayla."

"Wah. Kalau begitu, Om akan menunggu kabar dari kamu," ucap Dika meladeni Erika membuat Nayla semakin kesal.

"Ya sudah, kalau begitu Om sama Nayla jalan dulu, ya."

"Iya, Om. Hati-hati di jalan ya, Om" Jawab Erika.

"Bye, Bestie. Hati-hati, ya. Jangan sampai nanti di gondol Om-Om jelek." Nayla melambaikan tangannya kearah Erika seraya membalas Erika.

"Enak, saja. Kamu yang seharusnya hati-hati, Nay," ucap Erika tidak terima.

"Hahaha," tawa Nayla pecah saat melihat wajah kesal sahabatnya itu.

Akhirnya, Dika pun mulai menjalankan mobilnya dengan Nayla yang duduk di samping pengemudi. Nayla senang sekali jika yang menjemputnya adalah sang Papa karena dia bisa merengek meminta sesuatu.

"Sayang, Papa ada janji ketemu sama temen Papa. Tidak apa-apa bukan kalo kamu ikut Papa kesana? Papa janji tidak akan lama. Nanti kita jemput Mama sebelum pulang kerumah," tanya Dika

"Boleh, Pa," jawab Nayla menganggukkan kepalanya. "Tapi nanti belikan Nayla cake kesukaan Nayla, ya?"

"Oke, Princess Papa," Dika mengelus kepala Nayla dengan penuh kasih sayang.

Tidak butuh waktu lama, mereka pun tiba di tempat yang di tuju. Terlihat di sana sudah ada orang yang menunggu kedatangan mereka.

"Hi, Cris," sapa Dika pada temannya yang ternyata adalah Papanya Jonathan.

"Hi, Dika," sapa balik Cris.

Kedua pria paruh baya itu lalu berpelukan.

"Kenalkan, ini my little princess. Namanya Nayla." Dika memperkenalkan Nayla.

"Hi, Om," sapa Nayla.

"Hi juga, Nayla," sapa balik Cris. "Kamu mirip sekali sama Papa kamu."

"Iya dong." Nayla memeluk tangan Dika dengan manja. "Nayla kan anak kesayangan Papa."

"Hahaha," tawa Cris pecah melihat tingkah manja Nayla. "Ayo, duduk! Jangan cuma berdiri saja."

"Nayla, kamu bisa pesan apa pun yang kamu mau. Om yang akan traktir sebagai hadiah perkenalan dari Om," tawar Cris setelah mereka semua duduk.

"Sungguh, Om?" tanya Nayla memastikan.

"Sayang," tegur Dika.

"Sudah Dika. Kamu ini sudah seperti sama siapa saja," tegur balik Cris kepada Dika.

Nayla pun memesan makanan favoritnya.

"Kamu pasti senang sekali karena punya anak seperti Nayla, Dika," ucap Cris pada Dika.

"Kamu tidak tahu saja bagaimana sifatnya Nayla, Cris. Tiap hari ada-ada saja yang akan dia ributkan sama kakaknya. Dia juga bawel dan manja padahal dia sudah dewasa," Dika menggambarkan putrinya seraya menggelengkan kepala.

"Papa," rengek Nayla tidak terima. "Itu m salahnya Kakak yang suka ganggu Nayla terlebih dulu."

Dika dan Cris pun mengobrol panjang karena mereka memang sudah lama tidak ketemu. Sedangkan Nayla sibuk dengan memakan pesanannya.

"Nay, kamu mau jadi anak Om juga, tidak?" tanya Cris pada Nayla secara tiba-tiba setelah mengamati gadis itu selama beberapa saat.

Pertanyaan itu sukses membuat ayah dan anak itu terkejut dan saling bertukar pandangan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!