Hari ini adalah hari istimewa bagi Ibu Oliv.
Setelah melewati pahit manisnya pernikahan sebelumnya, Ibu akhirnya menemukan kebahagiaan kembali. Detik-detik menjelang pernikahan keduanya dengan Pak William, seorang duda beranak dua, terasa begitu haru. Keduanya sama-sama pernah merasakan kegagalan dalam cinta, namun takdir mempertemukan mereka kembali.
"Ibu agak gugup, Sayang," ucap Ibu sambil tersenyum gugup, matanya berkaca-kaca.
Oliv tersenyum lebar. "Ibu cantik sekali! Pasti Pak William langsung jatuh cinta lagi."
Ibu mencubit pipi Oliv gemas. "Dasar anak nakal. Bikin Ibu deg-degan saja."
"Ih, sakit, Bu!" rengek Oliv sambil mengusap pipinya.
Tak lama kemudian, seorang tamu datang menghampiri Ibu Oliv, memberitahukan bahwa acara akad nikah akan segera dimulai.
Setelah acara akad nikah selesai, Ibu Oliv dan Pak William bersiap untuk menuju rumah baru mereka. Oliv, yang sudah menganggap Pak William seperti ayahnya sendiri, ikut antusias dengan rencana pindah ini.
"Ayah, apakah aku harus pindah sekolah?" tanya Oliv.
"Sayang, kenapa kamu panggil Ayah 'paman'? Kan kita sudah seperti keluarga sekarang," ucap Pak William sambil memasang wajah cemberut yang pura-pura marah.
"Maaf, Yah," jawab Oliv sambil tersenyum kecil.
"Nah, kan enak kalau begitu. Ayah ingin kamu lebih dekat dengan teman-teman baru di sekolah yang baru," ujar Pak William sambil mengelus rambUt Oliv.
"Baiklah," ucap Oliv.
---Skip---
Pintu mobil terbuka, memperlihatkan sebuah rumah megah yang berdiri kokoh di tengah halaman luas. Mata Oliv membulat tak percaya. Dinding-dinding tinggi menjulang, jendela-jendela besar berbingkai emas, dan mobil-mobil mewah berjejer di garasi. Ini jauh melebihi bayangannya.
"Ini rumah kita!" seru Ibu dengan penuh semangat.
Oliv hanya bisa mengangguk, pikirannya masih terpaku pada pemandangan di depannya. "Ini... ini sangat besar," gumamnya pelan.
Ayah tersenyum bangga. "Ayo masuk, Sayang. Banyak yang harus kamu lihat."
Mereka memasuki rumah, disambut oleh interior mewah yang memancarkan kemewahan. Pelayan-pelayan berlalu lalang, membawa koper dan barang-barang mereka.
"Kevin sudah pulang?" tanya Ayah kepada salah satu pelayan.
"Belum, Tuan. Tuan muda belum pulang," jawab pelayan itu dengan hormat.
"Kevin?" tanya Oliv penasaran. "Kakakku?"
Ayah mengangguk. "Iya, Sayang. Kamu punya kakak tiri."
Oliv mengerutkan kening. "Tapi Ayah bilang, anak Ayah tinggal bersama Ibu."
Ayah menghela napas. "Iya, tapi Kevin memilih tinggal di sini bersama Ayah."
Oliv diam, mencoba mencerna informasi baru ini.
Oliv mengerjap. "Benarkah? Aku penasaran seperti apa dia."
Pelayan itu membawa koper Oliv menaiki anak tangga yang berderit pelan. Semakin ke atas, jantung Oliv berdebar semakin kencang. Akhirnya, mereka sampai di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari kayu mahoni.
"Kamar Nona di sini," ujar pelayan itu sambil membuka pintu.
Oliv melongo. Kamar itu jauh lebih luas dari yang ia bayangkan. Dinding-dindingnya dipenuhi lukisan-lukisan indah, dan ranjang besar dengan kelambu lembut terpasang di tengah ruangan.
"Wah, cantik sekali," puji Oliv.
"Syukurlah Nona suka," sahut pelayan itu sambil tersenyum.
"Bi, kamar di seberang itu siapa punya, ya?" tanya Oliv, menunjuk ke arah pintu di seberang kamarnya.
"Oh, itu kamar Tuan Muda Kevin, Nona," jawab pelayan itu. "Katanya, Tuan Muda jarang sekali di rumah. Bahkan, para pelayan pun jarang melihatnya."
Oliv mengerutkan kening. "Benarkah? Terus, siapa yang membersihkan kamarnya?"
"Katanya sih, Tuan Muda yang membersihkan kamarnya sendiri," jawab pelayan itu sambil terkekeh. "Katanya sih, Tuan Muda itu dingin banget, tapi ganteng."
Oliv mendengus pelan. "Ah, pasti cuma omongan orang saja mungkin bibi memujinya karna majikan ya paling rambut ya warna warni kaya jamet. Lagian, apa sih yang menarik dari cowok berambut warna-warni?" gumamnya dalam hati.
"Emang kenapa harus segitu ya bi?" tanya Oliv.
"Mungkin Kevin itu punya ilmu yang wow atau apa gitu, hahaha!" celetuk Oliv, diikuti tawa renyah pelayan itu. "Atau jangan-jangan dia punya kekuatan super!"
Mereka berdua tertawa terbahak-bahak, tidak menyadari ada sepasang mata yang sedang menatap mereka tajam.
"Siapa yang kalian bicarakan?" suara berat itu menginterupsi tawa mereka.
Oliv dan pelayan itu menoleh bersamaan. Di ambang pintu, berdiri seorang pemuda tinggi sekitar 187 cm dengan tatapan tajam. Rambutnya yang dipotong pendek dengan gaya kekinian ala korea semakin menambah kesan keren dengan wajah tampan pada dirinya.
Setelah melihat reaksi Oliv dan pelayan itu, Kevin hanya tersenyum sinis. "Kalian berdua sepertinya sangat tertarik pada saya."
"Tuan muda, anda ada dirumah." pelayan itu terkejut bahwa Kevin ada di rumah
"Iy" Kevin menjawab acuh tak acuh
Ada yang bisa saya bantu tuan muda?"
"Cukup kecilkan suara kalian, suara tawa kalian terdengar dirumah ini dan mengganggu tidur ku." Ucap Kevin yang akan pergi, pelayan itu hanya mengangguk
"Tunggu!" Ucap Oliv yang membuat pelayan itu kaget.
"Apa!"
Oliv berusaha untuk tetap tenang. "Maaf, Kami tidak bermaksud begitu, perkenalkan aku Oliv saudari tirimu, senang bertemu denganmu." jawabnya gugup.
Setelah mengatakan itu, Kevin langsung berlalu, meninggalkan Oliv dan pelayan itu terdiam di tempat. Oliv yang melihatnya terlihat sangat marah dan akan menghampiri Kevin untuk memberi pelajaran pada pria itu.
"B*rengsek sini kamu, akan ku tebas ginjalmu.."
pelayan langsung menghalangi Oliv agar tidak berbuat sesuatu yang akan membuat ya menyesal.
"Kan Nona, dia pasti mau minta maaf," bisik pelayan itu mencoba menenangkan Oliv.
"Iya," sahut Oliv sambil mengangguk-angguk, namun raut wajahnya sudah menunjukkan tanda-tanda ketidak sabaran.
Kevin keluar dari kamarnya dan langsung menghampiri pintu kamar Oliv. Dengan santainya, ia meraih gagang pintu dan menutup pintu kamar Oliv agar suara mereka tidak masuk ke dalam ke dalam kamar ya. Oliv yang melihat itu langsung naik pitam.
"Woi! Sini balik?!!" teriak Oliv yang akan menggebrak-gebrak pintu, wajahnya memerah menahan amarah.
Pelayan itu berusaha menahan Oliv. "Nona, sabar! Nanti kalau ketahuan nyonya sama tuan"
"Biarin! aku gak Peduli!" potong Oliv sambil terus menggedor pintu. "Sini kamu, Kevin! kamu pikir aku takut sama kamu, hah?!"
---Skip---
Beberapa jam kemudian, Oliv dan Kevin keluar dari kamar mereka secara bersamaan. Tatapan mereka bertemu sejenak sebelum keduanya buru-buru mengalihkan pandangan. Oliv memperhatikan Kevin dari ujung mata. Pria itu terlihat sangat rapi dengan jaket dan hoodie yang membuatnya semakin terlihat tampan. Namun, senyum sinis yang terukir di bibirnya berhasil meredam sedikit kekaguman Oliv.
"Aku akui, dia memang ganteng, tapi sikapnya benar-benar menyebalkan," gumam Oliv pelan, lebih kepada dirinya sendiri.
"Sepertinya ada yang sedang mengomel," sahut Kevin dengan nada mengejek.
Oliv menoleh tajam ke arah Kevin. "Siapa yang kamu maksud?" tanyanya ketus.
Kevin mengangkat bahu acuh tak acuh lalu berjalan mendahului Oliv.
Mereka berdua turun bersama menuju lantai bawah. Di ruang makan, Ayah mereka sudah menunggu.
"Kevin, Oliv, kemarin kalian belum sempat makan bersama. Sekarang, makanlah bersama-sama," ujar Ayah dengan ramah.
Oliv mengangguk antusias, sedangkan Kevin hanya berdehem singkat sebagai jawaban.
"Iya, Ayah," jawab Oliv sambil tersenyum manis.
Kevin yang melihat senyum Oliv hanya bisa menggelengkan kepala. Ia lalu menarik kursi dan duduk.
"Tidak baik menolak makanan, apalagi makanan dari orang tua," kata Oliv, mencoba untuk memulai percakapan.
Kevin menoleh ke arah Oliv dengan tatapan meremehkan. "Aku tidak lapar," jawabnya singkat.
Oliv merasa kesal dengan sikap Kevin. "rasanya aku ingin mencincang ya, Sangat tidak sopan!"
Ayah menatap Kevin dengan sedikit kecewa. "Kevin, jangan seperti itu. Minta maaf pada adikmu."
Kevin menghela napas berat. "Maaf," katanya dengan nada malas.
"Tidak apa-apa," jawab Oliv dengan Nada sedikit kesal
Selama makan malam, suasana menjadi sedikit canggung. Kevin terus saja mendiamkan keluarga ya, ayah yang mencoba membuka pembicaraan malah dijawab oleh kevin dengan singkat jadi yang merasa keseruan disana hanya Oliv dan ayah ibu saja sedang Kevin berasa tidak semangat.
Setelah menyantap makan malam yang terasa begitu panjang, Kevin bangkit dari kursinya. "Saya permisi," ucapnya singkat lalu bergegas keluar rumah. Suara deru mesin motor sportnya terdengar semakin menjauh.
Oliv menghela napas. Ia merasa lelah dengan drama keluarga barunya. Dengan langkah gontai, ia menuju kamarnya. Di dalam kamar, Oliv langsung meraih ponselnya dan menghubungi grup chat bersama teman-temannya.
(Telfon 📱)
Dea: "Ah, kangen banget nih ngumpul bareng kayak gini. Dulu kita sering banget keluar malam-malam."
Naura: "Iya, benar banget. Rasanya baru kemarin kita nginep di rumah kamu, Oliv."
Oliv: "Iya, seru banget. Sayangnya sekarang aku udah pindah, jadi agak susah buat ketemu."
Salsa: "Lah, emangnya keluarga baru kamu tinggal di mana? Kan katanya mereka tinggal sama Mama?"
Oliv: "Iya, seharusnya sih gitu. Tapi, enggak tahu kenapa, kakak tiriku tinggal di rumah yang sama. Mungkin mereka bagi-bagi waktu atau gimana ya?"
Gisel: "Kakak tirinya ganteng nggak sih, Liv?"
Oliv: "Hmm, jujur aja sih dia ganteng. Tapi sayang banget, sikapnya itu lho, judEs banget. Jauh banget sama pacar aku yang baik hati."
Dea: "Jadi, sekarang kamu LDR-an dong sama pacarmu?"
Oliv: "Iya, tapi untungnya dia sering banget nelpon dan janji kalau ada libur pasti bakal main ke sini."
Gisel: "Wah, sweet banget! Aku iri nih."
Mereka pun terus bercerita dan tertawa hingga larut malam. Sampai akhirnya, karena keesokan harinya mereka harus sekolah, mereka pun mengakhiri panggilan dengan berat hati.
(off telfon 📱)
Oliv meletakkan ponselnya di nakas, tepat di samping tempat tidur. Belum genap lima menit, ponselnya bergetar pertanda ada panggilan masuk. Nomor yang tertera di layar adalah nomor pacarnya. Namun, rasa kantuk yang begitu mendalam membuatnya tak sengaja mengabaikan panggilan itu.
Keesokan harinya, saat membuka mata, hal pertama yang OLiv lakukan adalah meraih ponselnya. Betapa terkejutnya dia saat melihat deretan pesan yang belum terbaca dari sang kekasih.
pesan📩
(*"Malam sayang, sepertinya kamu sangat kelelahan jadi, aku ngerti kok. Nanti hubungi aku saja ya, kalau sudah lebih baik."*)
Oliv yang membaca pesannya langsung segera nelfon pacarnya.
(Telfon 📱)
Oliv: "Halo sayang, maaf banget ya aku tadi nggak angkat telepon kamu. Capek banget soalnya, jadi langsung tidur. Kamu jangan marah ya?"
Rangga: "Iya, sayang, nggak apa-apa kok. Aku juga ngerti kamu pasti capek. Nanti kalau sudah bangun, kita lanjut chat ya. Aku harus ke sekolah nih, bye!
(Off telfon 📱)
Rangga, sosok yang dikenal sebagai ketua OSIS yang cerdas, tegas, dan ramah, selalu menjadi pusat perhatian di sekolah. Ketampanannya yang menawan ditambah dengan sifatnya yang baik hati membuat banyak siswi terpikat. Bisa dibilang, dia adalah idola bagi seluruh siswa di sekolah.
Oliv, yang sudah terbiasa dengan popularitas Rangga, tidak terlAlu ambil pusing. Ia lebih memilih untuk fokus pada persiapannya ke sekolah. Dengan langkah santai, Oliv menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sesampainya di sekolah barunya, Oliv disambut oleh kemewahan mobil hitam milik ayah tirinya. Saat mobil itu meluncur memasuki area parkir, pandangan para siswa langsung tertuju pada mereka. Oliv yang duduk di kursi penumpang terlihat begitu anggun dengan seragam sekolahnya yang baru. Rambutnya yang terurai lembut dan wajahnya yang cantik semakin menambah pesonanya.
Saat pintu mobil terbuka, semua mata terbelalak kagum. Oliv keluar dengan anggun, langkahnya begitu percaya diri. Para siswa yang baru saja menyaksikan kedatangannya tak bisa menyembunyikan kekaguman mereka. Bisikan-bisikan pun terdengar di antara mereka, membicarakan gadis cantik baru itu.
Di sepanjang perjalanan menuju ruang kepala sekolah, Oliv menjadi pusat perhatian. Tatapan-tatapan penuh rasa ingin tahu mengikuti setiap langkahnya. Namun, Oliv berjalan dengan tenang, seolah sudah terbiasa menjadi pusat perhatian.
"Wah, wah, Pak William! Lama tak berjumpa!" sapa Kepala Sekolah dengan hangat, langsung berdiri dari kursinya.
"Bagaimana kabar Anda, Pak Gerry?" balas ayah tiri Oliv, sambil menyalami Kepala Sekolah. "Baik-baik saja. Anda sendiri? Silakan duduk."
"Terima kasih," jawab ayah tiri Oliv, lalu mereka berdua duduk di kursi yang sudah disediakan.
"Saya benar-benar minta maaf tidak bisa hadir di pernikahan Anda," ujar Kepala Sekolah.
"Tidak masalah, Pak. Pasti Anda sangat sibuk," balas ayah tiri Oliv.
"Jadi, apa yang bisa saya bantu?" tanya Kepala Sekolah.
"Begini, saya ingin mendaftarkan putri saya untuk bersekolah di sini. Saya dengar sekolah ini sangat bagus," jelas ayah tiri Oliv.
"Oh, saya baru tahu kalau Kevin punya adik," ujar Kepala Sekolah sedikit terkejut. "Saya kira dia anak tunggal."
"Dia adik tirinya, anak dari istri saya. Namanya Olivia Grizelliya," jelas ayah tiri Oliv.
"Ah, begitu. Semua dokumen Oliv sudah siap, Pak William. Jadi, dia bisa langsung masuk hari ini," ujar Kepala Sekolah.
Ayah tiri Oliv menyerahkan semua dokumen yang diperlukan. Setelah memeriksa semuanya, Kepala Sekolah mengangguk puas. "Wah, kamu sangat pintar ya, Olivia. Sampai bisa loncat kelas. Padahal, kamu seharusnya di kelas 2, tapi sekarang bisa langsung ke kelas 3 bersama Kevin."
"Oh ya, Pak Gerry, bolehkah putri saya satu kelas dengan Kevin?" tanya ayah tiri Oliv.
"Tentu saja, boleh. Kebetulan kelas Kevin masih ada beberapa kursi kosong," jawab Kepala Sekolah.
Setelah urusan administrasi selesai, Oliv dan ayahnya pamit. Oliv kemudian diantar wali kelasnya menuju kelas barunya. Saat memasuki kelas, semua mata tertuju padanya. Gadis cantik dengan rambut panjang terurai itu langsung menjadi pusat perhatian.
"Pagi, anak-anak!" sapa wali kelas. "Sebelum kita mulai pelajaran, saya ingin memperkenalkan siswa baru kita. Perkenalkan, ini Olivia Grizelliya. Semoga kalian bisa berteman baik dengannya."
"Cantik banget!" teriak salah satu siswa laki-laki.
"Iya, punya pacar belum?" sahut siswa lainnya. Yang dijawab anggukan oleh Oliv membuat beberapa siswa kecewa.
Oliv hanya tersenyum malu-malu. "Halo semuanya, nama saya Olivia Grizelliya. Senang bertemu kalian semua."
"Olivia, kamu bisa duduk di sebelah Riska," ujar wali kelas, menunjuk seorang gadis yang sedang tersenyum ramah.
Oliv berjalan menuju tempat duduknya. Riska menyambutnya dengan hangat. "Hai, aku Riska. Senang bertemu kamu."
"aku Olivia Grizelliya, senang mengenal mu juga!",
"Riska aku boleh nanya?"
"Apaan tuh!"
"Kamu kenal namanya Kevin yang dikelas ini."
"Ahh.. Iya kenapa emang?"
"Dimana dia? Kelas ini bukan?"
"Iya dia disini, tapi memang dia jarang masuk di kelas di jam pertama paling² nanti jam kedua baru masuk."
"Ha! Dia sering kaya gini ya? " ucap Oliv terlihat kesal.
"Iya setiap hari malahan jarang masuk dia di jam pertama "
"Awas aja kamu, Ayah biayai kamu sekolah bukan malah jadi anak nakal kaya gini." batin Oliv terlihat kesal.
.
Riska yang melihat raut wajah Oliv berubah menjadi cemberut, segera bertanya, "Kamu kenapa, oliv? Kok tiba-tiba nanya Kevin? Ada masalah apa?"
Sebelum Oliv sempat menjawab, beberapa cowok populer di kelas itu langsung menghampiri mereka. Dengan santainya, mereka mulai menyapa Oliv dan melemparkan pujian. Oliv dan Riska hanya menanggapinya seadanya, lebih karena sopan santun daripada ketertarikan.
Tak lama kemudian, Kevin dan temannya memasuki kelas. Wajah Kevin terlihat sedikit lelah, tapi tetap saja aura ketampanannya terpancar. Saat mata mereka bertemu, Oliv langsung berdiri dan menarik lengan Kevin cukup keras. Semua mata di kelas terbelalak kaget.
"Hey, apa-apaan sih, Oliv?" protes Kevin, sedikit terkejut dengan tindakan Oliv.
Riska menutup mulutnya tak percaya. "oliv, apa yang kamu lakukan?"
Oliv menatap tajam ke arah Kevin. "Kamu kira aku suka sama tingkah laku kamu yang suka datang terlambAt terus? Ayah bayar sekolah kamu mahal-mahal, tapi kamu malah jadi anak nakal!"
Teman-teman Kevin yang lain saling berbisik, tak percaya dengan keberanian Oliv.
Semua orang di kelas terbelalak kaget melihat adegan itu. Riska rasanya ingin pingsan saja melihat Oliv yang tampak begitu berani. Tepat saat Riska hendak melerai, seorang pria tinggi besar tiba-tiba muncul dan memisahkan mereka.
"Maaf, Kevin. Pacarku sedikit kelewatan," ucap pria itu sambil melepaskan tangan Oliv dari lengan Kevin.
Oliv hanya bisa menatap pria itu dengan tatapan bingung. Sebelum dia sempat bereaksi, pria itu sudah menarik tangannya dan mengajak Oliv pergi.
"Lepaskan tanganmu dari adikku!" teriak Kevin, membuat seluruh kelas semakin heboh.
"Apa?!" Pria itu terkejut mendengar ucapan Kevin.
Apa!!" Riska ikut terkejut
pria itu langsung melepaskan tangannya dari Oliv dan memohon maaf pada Kevin dan pergi, Kevin tak mempermasalahkannya dia menggap pria tadi pemberani jadi dia respect.
Kevin mengambil kursi disampingnya dan langsung duduk didepan Oliv sedangkan sahabat Kevin duduk diatas meja dekat Kevin sambil menguyah permen lolipop.
"Maaf kalo kemarin aku cukup menyebalkan, itu karna gigiku sedang sakit dan aku sedikit sensitif karena kurang tidur akibat sakit gigi" ucap Kevin dengan lembut.
"Heyy dimana Kevin yang menyebalkan kemarin." ucap Oliv terkejut pria didepan ternyata sikapnya lembut walaupun auranya bad boy.
"Giginya patah karna habis berkelahi dengan ketua geng...auu.. sakit" Kevin segera memukul paha pria disebelahnya yang membuat pria tersebut sedikit kesakitan.
"Juan diam sebelum kau ku goreng" ancam Kevin kepada sahabatnya Juan.
"Kau berkelahi?"
"begitulah, biasa kesalah pahaman aj" ucap Kevin mencoba mencari aman.
Juan merasa Kevin sedang berpura-pura terlihat dari wajah temannya. membuatnya ingin menganggu sahabatnya itu. Kevin yang tau itu segera menarik kerah baju Juan pergi dari sana.
" Aku akan masuk jam ke 4 nanti, Sampai jumpa dirumah Oliv." ucap Kevin pergi bersama Juan yang lebih tinggi sedikit dari Kevin.
Seorang siswa dikelas itu merekam kejadian itu dan menguploadnya di situs web sekolah mereka khusus siswa saja, Berita itu menjadi sangat viral di sekolah dan jadi pembicara bahwa adik Kevin bersekolah disana.
Saat menuju kearah kantin Oliv dengan Riska mereka melihat sekumpulan laki-laki sedang Menganggu setiap siswi masuk kedalam kantin.
"itu ad apaa?"
"Ah, kita ke kantin lain aja yuk mereka dikenal geng paling gak sopan terhadap wanita malas aku." ucap Riska Menarik Oliv Pergi.
"gak ah, kita kesana jika mereka macam-macam akan ku laporkan pada Guru"
"haduh.. Disekolah ini tuh Setiap tempat punya penguasa disatu tempat disekolah ini sedang ada 5 grub besar yang paling ditakutin disekolah ini."
"Ha apaan sih! Ini sekolah bukan arena perang."
"Astaga aku tidak menyalahkan mu karna tidak tau, tapi Kevin itu ketua squad Scorpio boy's ia menempati posisi pertama di sekolah sebagai grub paling di takutin." ucap Riska yang membuat ia semakin terkejut.
"Jadi, Kevin ditakuti bukan? Baik kita kesana kita gunakan nama Kevin pasti mereka tidak akan menyentuh kita " ucap Oliv dengan ide yang akan membuat ya dalam masalah.
Mereka kemudian bejalan kearah kantin benar saja mereka di ganggu oleh ketua squad itu dan beberapa anggota nya mulai mengganggu Oliv
"Kamu sepertinya baru disini, sangat cantik boleh dong temani kamu hahha..." ucap ketua mereka yang akan mencolek dagu Oliv tapi gadis itu menepisnya.
"uhh.. Galak... Suka nih aku sama kaya gini hahah.. Cantik² tapi garang" ucap ketua itu lagi
Mereka terus menganggu Oliv, gadis itu bersikap tenang walaupun rasa ingin memukul nya lebih besar dibandingkan rasa jijiknya, tak berapa lama salah satu anggota squad itu memberikan hormat dengan cara membungkuk kepada Oliv yang membuat mereka heran.
"Apa kau bodoh, berdiri!!" ucap bos mereka.
pria itu langsung bangkit dan memberitahu bosnya "Bos maaf tapi biar kan saja dia lewat itu adik Kevin."
"Apa dari mana kamu mendapat info itu. Jangan bersikap menjadi pahlawan"
Pria itu segera mengeluarkan ponsel ya dan memberikan rekaman yang viral disekolah yaitu : Oliv adalah adik tiri Kevin bisa terlihat ketakutan dan memberikan jalan bagaimana tidak takut ia pernah dihajar Kevin hingga tak berdaya lebih tepatnya Juan yang menghajar mereka.
Saat itu Kevin dan Juan menuju kantin mereka melihat seorang gadis diganggu mereka hingga menangis, Kevin yang tidak suka melihat itu menegur mereka tapi mereka tidak mau mendengar dan malah menantang Kevin 2 vs Everybody, Kevin tersenyum dan berkata "Jangan terlalu yakin Lawan dulu Juan apa kau sanggup jika ia aku akan melawan kalian." senyum sinis Kevin yg meremehkan mereka membuat mereka mendidih dan akan menyerang Kevin tapi benar saja cukup Juan saja yang menumbangkan squad itu. Kevin terlihat puas melihat mereka bonyok tak berdaya. Juan jongkok dihadapan mereka yang terbaring ditanah menahan sakit.
"Jika kami melihat ini lagi, ku pastikan tanganmu patah !" ancam Juan yang membuat mereka gemetar. Juan menghampiri gadis itu dengan tenang dan menyuruh gadis itu tidak takut lagi karna dia akan menjaga gadis itu dari para binatang tadi. Kevin hanya melihat dan memberikan Juan jempol karna terlihat keren.
"Dengar jika kalian memukul wanita, atau mengganggu mereka hingga menangis itu tidak keren tapi itu tindakan pengecut yang tidak berdaya, Itu tak akan membuat mu terlihat kuat tapi seperti laki-laki paling rendah 4!" ucap Kevin pergi bersama Juan setelah memberitahu mereka
Nah, itu sebabnya mereka segera mempersilahkan Oliv dan Riska masuk walaupun sudah diberikan pelajaran mereka masih saja tetap melakukan itu Tampa sepengetahuan Kevin.
mereka masuk dengan deg-degan "kita selamat."
"Ngeri juga, jika enggak ada bekingan nama Kevin, kamu juga keren bisa tetap tenang menghadapi mereka "
"matamu bestie lihat!" Oliv memperlihat tangannya yang gemetar takut tapi ia paksa terlihat kuat
"Anjir tangan mu gemetar Cok"
"Sekolah ini ternyata tidak terlihat seperti sekolah biasa ternyata banyak calon pekerja dunia gelap (perkejaan yang ilegal atau berbahaya)"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!