NovelToon NovelToon

Lily ( From The Hill To The Valley)

Lily of the Valley

Lily of the Valley, begitu teman-temannya memanggil Lily Brown. Gadis muda 23 tahun yang bekerja sebagai petugas kebersihan di perusahaan catering milik keluarga Watson.

Lily yang walau tidak begitu cantik tapi baik hati, suka menolong dan penuh semangat membuat semua orang menyukainya.

Lily selalu ceria dan tidak pernah nampak bersedih. Tapi beberapa temannya malah seperti mengasihani Lily yang dulu adalah anak orang kaya dan sekarang jatuh miskin bahkan menjadi petugas kebersihan di kantor itu. Karena itulah mereka menjulukinya Lily of the Valley. Lily dari Lembah.

Lily adalah seorang pekerja keras. Dia sebenarnya lulusan S1 tapi mungkin nasib baik belum berpihak padanya. Walau dia cukup pintar, tapi mungkin benar kata orang, bahwa ada kekuatan orang dalam agar bisa masuk ke perusahaan besar.

Tapi Lily tidak ambil pusing. Asal itu halal, dia mau mengerjakan hal itu.

Sore pulang dari kantor, Lily masih bekerja lagi sebagai pekerja paruh waktu di kafe milik sahabatnya, Veda, laki-laki yang dari dulu menaruh hati pada Lily tapi tidak pernah punya keberanian untuk menyampaikan isi hatinya. Karena itulah, Veda sekuat tenaga selalu memposisikan dirinya sebagai sahabat Lily, tidak lebih.

Sore itu Lily baru saja pulang dari kantor saat dilihatnya pintu rumahnya terbuka dan beberapa orang tetangganya terlihat berkerumun di jendela bahkan pintu rumah. Para tetangga yang berdiri di depan pintu langsung menyingkir begitu melihat Lily datang.

"Lily datang, Lily datang." begitu suara beberapa orang.

"Ada apa ini?" Lily bertanya entah pada siapa.

Lily masuk rumah dan dilihatnya sang nenek terbaring dengan mata tertutup di atas sofa. Sedang Rose terlihat cemberut sambil memainkan ponselnya entah sedang apa.

"Kok lu baru dateng sih, Ly. Kemana aja ditelepon dari tadi nggak bisa bisa." cerca Rose padanya.

Lily merasa tidak ada yang meneleponnya tapi dia tetap membuka tasnya dan memeriksa ponselnya. Ternyata ponselnya mati.

"Maaf Kak, tadi ponsel aku mati."

Rose memutar bola matanya.

"Terus ini Nenek gimana? Kita panggil dokter apa kita bawa ke rumah sakit? Aku nggak pegang duit, makanya nelpon kamu."

Lily melihat dandanan kakaknya yang pasti dari jalan-jalan. Dia juga melihat beberapa tas belanja dari beberapa toko baju ternama tergeletak berusaha di sembunyikan di samping sofa.

Lily mendengus kesal tapi tetap menahan sabar. Dia akan menanyai ini pada kakaknya ketika semua tetangganya pulang.

"Tadi kita mah udah mau bawa nenek kamu, Ly. Tapi kata Ambar nggak boleh. Suruh nunggu kamu dulu. Katanya nggak punya duit. Budhe udah bilang, pakai uang Budhe dulu tapi Ambar ngeyel nunggu kamu. Yaudah mau gimana."

Lily hanya tersenyum mendengar penuturan Budhe Atin, tetangga mereka yang paling akrab. Setidaknya dengan Lily dan Corey, karena nenek dan kakaknya selalu berusaha membatasi interaksi mereka dengan warga sekitar.

"Makasih, Budhe. Udah perhatian ma kita."

"Telepon dokter aja, Kak. Aku takut uangku kurang kalau harus dibawa ke rumah sakit. Kan gajiannya masih lama."

"Pakai uang kita dulu aja, Ly." kata beberapa warga.

"Nggak usah ibu-ibu. Makasih. Nenek emang udah beberapa kali kayak gini kok. Kata dokter mungkin faktor kelelahan aja."

"Ohh.. Yaudah." kata mereka kompak.

"Kamu yakin nggak mau bawa nenek kamu ke rumah sakit aja, Ly? Pakai duit Budhe dulu nggak apa-apa kok. Kamu nggak usah pikirin gimana dan kapan bayarnya. Gampang itu dipikir ntar. Yang penting nenek kamu ketahuan sakitnya apa."

Nenek

Lily meminjam sebentar hape Rose yang sepertinya sudah tidak begitu peduli dengan keadaan nenek mereka. Buktinya sejak dia protest karena Lily susah dihubungi, dia tetap asyik dengan ponselnya sambil senyum-senyum tanpa peduli omongan orang yang berbisik-bisik menggosipkannya.

Budhe Atin yang bisa melihat Lily kesal segera menegur Rose.

"Ambar, kamu ini gimana sih. Neneknya pingsan dari tadi belum sadar malah asik aja main hape."

Budhe Atin memang selalu memanggil Rose dengan Ambar. Dan Rose setengah mati benci panggilan itu. Berulang kali dia bilang namanya Amber bukan Ambar. Tapi tetap saja Budhe Atin memanggilnya Ambar. Bahkan beberapa tetangga pernah memanggilnya Ember.

"Dasar lidah kampung." umpat Rose tiap kali mendengar namanya diplesetkan seperti itu.

"Budhe nggak usah lebay deh. Nenek emang sering kik tiba-tiba lemes kayak gitu. Paling tensinya naik." jawab Rose sambil merebut kembali ponselnya dari tangan sang adik.

"Dokter Agus mau kesini. Ini udah nggak apa-apa kok, Budhe. Budhe ama ibu-ibu yang lain boleh pulang. Maaf ya, dah ngrepotin."

"Budhe mau disini dulu, Ly. Kalau ibu-ibu yang lain mau pulang silakan aja." kata Budhe Atin kepada ibu-ibu dan beberapa bapak-bapak yang berkumpul.

"Yaudah kita pulang deh. Lagian si Ambar katanya udah biasa neneknya gitu kenapa tadi teriak-teriak. Bikin orang kaget aja. Jadi heboh kan kita." ucap salah satu ibu.

"Maaf ya, Buk. Udah bikin kaget. Maaf banget udah ngrepotin semuanya." kata Lily sambil sedikit membungkukan badannya.

"Kita pulang deh. Yuk ahh Ly, Budhe Atin. Balik dulu ye kite." kata Mpok Gayoh. Penjual nasi uduk dekat rumah Lily.

"Makasih semuanya. Sekali lagi maaf ya."

"Udah nggak apa-apa, Ly. Santai. Mudah-mudahan nenek kamu cepet sembuh ya."

"Amiin. Makasih doanya, ibu-ibu."

Lily kemudian duduk di lantai rumahnya. Dia terlihat sangat kelelahan. Padahal harusnya dia sudah ada di kafe Veda saat ini. Tapi gara-gara kejadian ini dia malah sepertinya harus ijin untuk tidak masuk.

"Kak, pinjem hapenya lagi donk." pinta Lily.

"Mau ngapain?" jawab Rose cuek sambil terus memainkan ponselnya danntersenyum.

"Mau telepon Veda bilang nggak masuk hari ini."

"Udah Ly, kamu jangan khawatir. Budhe dah bilang ma Veda nenek kamu sakit. Ini dia nggak bisa kesini karena kafenya lagi rame. Ramdan sama Husna kerepotan kalau cuma berdua."

Lily merasa sangat malu pada ibu sang sahabat.

"Maafin Lily ya, Budhe."

"Minta maaf segala kamu, Ly. Namanya juga musibah siapa yang tau, siapa yang mau. Tapi kalau dah beneran dateng, mau gimana lagi. Iya kan?"

Lily mengangguk canggung.

Tidak berapa lama setelah itu, dokter Agus datang.

Setelah diperiksa ternyata benar kata Rose. Tensi nenek mereka naik. Jauh lebih tinggi dari biasanya. Dokter Agus bahkan mengungkapkan kekhawatirannya. Padahal biasanya dokter Agus selalu menenangkan mereka.

"Kamu harus bener-bener jaga nenek kamu, Ly. Alhamdulillah nenek kamu ini kuat banget saya lihat. Coba orang lain, bisa stroke. Ini juga nenek kamu kalau sering kayak gini ya bahaya. Sekarang saya kasih resepnya. Ntar kamu tebus ya. Kalau sampai 5 hari nanti Bu Hannah masih sering pusing atau kliyengan gitu, kamu bawa langsung ke rumah sakit. Nanti saya kasih rujukannya."

"Iya, Dokter. Makasih."

"Bilangin neneknya, jangan capek jangan mikir berat."

"Iya, Dok."

"Saya pamit dulu, ya. Permisi, Bu." pamit dokter Agus pada Budhe Atin dan mereka semua.

"Nenek kenapa sih, Kak? Kok ampe pingsan."

"Lahhh, mana gua tau. Orang nyampe rumah gua liat nenek udah jatuh sambil megangin dada kayak sesak napas. Terus nggak sadar."

"Kok nggak nelpon dokter Agus langsung?" desak Lily.

"Dibilang gua nggak punya uang juga."

"Tadi kata Budhe Atin kan boleh minjem uangnya dulu." ucap Lily mencoba tenang.

"Ahhh udah lah. Yang penting nenek masih idup itu. Dah ya, mau tidur. Capek." Rose beranjak pergi sambil menenteng barang-barang belanjaannya ke kamar mereka.

Budhe Atin hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak sulung di keluarga itu. Lalu dia berpaling ke Lily. Hatinya langsung luluh melihat gadis itu nampak menangis sambil memijit kaki neneknya yang belum juga sadar.

"Ly, Budhe tadi masak rendang daging, gulai nangka, ama rebusan. Budhe ambil dulu ya, kamu pasti laper. Ntar Budhe buatin bubur juga buat nenek kamu. Tunggu ya." kata Budhe Atin sambil beranjak pergi.

"Budhe, nggak usah repot-repot. Ntar Lily bisa beli di Warteg kok."

"Udahhh.. Kamu tenang aja. Nggak repot Budhe mah. Kamu pasti capek banget. Istirahat gih. Nenek kamu pasti nggak apa ditinggal sebentar."

"Iya, Budhe. Lily mau disini dulu aja ampe nenek sadar. Baru tenang." Lily mengantar Budhe Atin sampai ke depan pintu.

Budhe Atin tersenyum melihat ketulusan gadis itu. Gadis yang diam-diam dicintai anak laki-laki satu-satunya yang dia miliki. Ingin rasanya melamar Lily tapi Veda memohon padanya untuk tidak mengatakan apapun pada Lily. Dan Budhe Atin menyanggupinya.

Begitu Budhe Atin benar-benar pergi, Hannah langsung membuka matanya dan duduk di sofa.

Lily yang membalikkan tubuhnya sampai kaget karena sang nenek sudah sadar bahkan duduk dengan tegap.

"Nenek udah sadar?"

"Duhh... Si Atin lama banget disini. Capek kan aku tiduran terus." gerutunya.

Lily mengernyitkan dahinya mendengar kata-kata sang nenek.

"Kok Nenek tau Budhe Atin disini?" tanya Lily penasaran.

"Ya taulah. Rame banget orang. Berisik tau." Hannah terus saja menggerutu.

"Nenek, nenek tadi nggak lagi akting pingsan kan?" mata Lily menyipit mencurigai neneknya.

"Ishh.. sembarangan kamu nuduh nenek sendiri kayak gitu. Masa aku akting. Kalau emang akting, masa dokter Agus pesen macem-macem ke kamu."

"Tuhhh, kan. Kok tau sih kalau dokter Agus pesen macem-macem. Nenek denger dari siapa? Lily bahkan belum ngomong apapun." Lily duduk disamping neneknya sambil menelisik wajah sang nenek. Hannah yang merasa jengah dilihat seperti itu langsung menjentikkan jarinya di jidat Lily.

"Nggak sopan kamu ya liatin Nenek ampe kayak gitu. Udah ayo, anterin Nenek ke kamar. Badan nenek sakit semua nih tiduran di sofa."

Hannah mencoba berdiri tapi langsung terhuyung.

"Nenek..." jerit Lily.

"Nggak usah berlebihan Lily. Kamu mau orang-orang kampung itu kesini lagi." ucap Hannah.

"Iya maaf. Kan Lily kaget. Tadi emang nenek kenapa sih kok bisa sampai pingsan?" tanya Lily sambil menuntun pelan neneknya ke kamar.

"Itu si Corey. Emang bener-bener kurang ajar tuh anak. Cucu nggak berguna." umpat Hannah.

Nenek... Jangan marah-marah dulu ah. Nenek mau minum teh? Lily bikinin ya?"

"Boleh deh. Haus banget ini."

"Nenek rebahan dulu ya?" kata Lily sambil pelan-pelan merebahkan neneknya.

"Mana itu si Atin. Katanya mau anter makanan?"

Lily menggelengkan kepalanya. Tidak percaya dengan ulah sang nenek.

"Tadi Budhe Atin bilang mau bikin bubur dulu buat nenek. Makanya lama. Nenek udah laper ya? Lily beliin nasi ke warteg depan dulu."

"Ahhh enggak ah. Paling ntar lauknya tempe lagi telur lagi. Bosen. Mau makan daging."

"Iya ni Lily beliin daging ya."

"Nggak usah, Ly. Kamu disini aja. Ntar kalau si Atin dateng, kamu yang temuin yak. Lagian si Atin masa orang sakit malah di kasih bubur.. mana ketelen. Bubur??? Dipikirnya aku ngga punya gigi apa?"

Hannah terus saja mengomel. Lily menyibak rambutnya. Frustasi.

Amber Rose, bunga keluarga Brown.

Amber Rose Brown adalah kesayangan keluarga Brown. Menjadi anak pertama dari keluarga Sage Brown, Amber Rose sangat merepresentasikan keluarga mereka. Cantik, cerdas, mempunyai manner yang baik serta mempunyai jaringan sosial yang luar biasa.

Sage Alexander Brown menikah dengan gadis sederhana asli Indonesia bernama Rosiana Amelia Siregar. Gadis pekerja keras keturunan Batak yang yatim piatu dan tidak memiliki saudara satupun. Rosi hidup di panti asuhan dari kecil. Orang yang meninggalkan bayi Rosie hanya meninggalkan kertas bertuliskan nama bayi itu. Sang empunya panti merawat Rosie hingga akhirnya pada usia 18 tahun dia harus keluar dari panti dan memulai hidup mandiri.

Dengan bermodalkan tekad yang kuat bahkan bisa dibilang nekat, Rosi hijrah ke Jakarta. Bekerja menjadi pelayan rumah makan khas Tapanuli. Selama 3 tahun dia bekerja di rumah makan itu hingga akhirnya dia mengundurkan diri dan minta ijin pada sang pemilik rumah makan untuk mendirikan warung makan sejenis.

Untunglah sang pemilik rumah makan yang marganya masih bisa dibilang sama dengan marga Rosi memperbolehkan itu. Dia yakin rezeki tidak tertukar. Tapi dia meminta syarat, jangan membuka rumah makan terlalu dekat dengan rumah makan miliknya. Rosi tentu menyetujui hal itu. Walau bagaimana juga, dia tau etika.

Akhirnya dengan modal seadanya Rosi mengontrak sebuah rumah kecil di dalam gang yang terasnya bisa untuk berdagang.

Ayam Napinadar, Ayam Cipera dan Tasak Tilu jadi andalannya. Semua dibuat halal mengingat target pasarnya memang orang Islam yang mayoritas di Jakarta.

Tidak disangka makanan sederhana dengan cita rasa luar biasa itu peminatnya membludak. Bukan cuma orang-orang Batak yang suka. Tapi semua orang suka. Apalagi sangat susah mendapat makanan Batak halal di Jakarta.

Rosi akhirnya pindah ke sebuah ruko yang lebih besar dan tentu saja sewanya lebih mahal. Tapi Rosi tidak menaikkan harga jual. Semua bisa tertutup karena pembelinya sangat banyak.

Rosi akhirnya merekrut 2 orang karyawan lagi untuk membantunya yang mulai kuwalahan.

Suatu hari sebuah perusahaan memesan makanan di tempatnya.

Entah bagaimana ceritanya anak pemilik perusahaan itu ingin bertemu dengannya.

Namanya Sage Alexander Brown. Anak dari Oliander Wood Brown dan Hannah Brown.

Rosi merasa laki-laki muda itu gila. Karena langsung melamarnya begitu mereka bertemu.

Rosi yang sebenarnya belum ingin menikah akhirnya menerima pinangan itu walau dia takut setengah mati karena dia samasekali tidak mengenal calon suaminya.

Rosi bahkan sempat berpikir dia dinikahi untuk dijadikan tumbal. Apalagi mereka jelas beda status sosial.

Calon ayah mertuanya menyambutnya hangat. Dan dialah alasan sebenernya Rosi mau menerima Sage. Sedang calon ibu mertuanya Hannah, adalah sosok yang membuatnya terus merasa segan bahkan setelah dia menikah dengan anak laki-laki Hannah memberinya 3 orang cucu. Hannah tidak pernah berkata buruk pada Rosi. Tapi tatapan meremehkan itu tetap ada.

Tapi hidup Rosi bahagia.Mereka bahkan akhirnya mendirikan perusahaan katering yang mengakomodasi catering untuk perusahaan-perusahaan asing dan acara-acara olahraga di Indonesia.

Saat Amber Rose lahir, wajahnya yang sangat mirip dengan wajah Sage menjadi berkah tersendiri bagi Rosi. Mertua perempuannya mulai agak lembut padanya walau tetap saja gayanya congkak.

Dan itu membuat Rosi selalu segan.

Amber Rose tumbuh menjadi gadis cantik dan pintar. Ketika umur 6 tahun, lahirlah Lily dan akhirnya Corey 6 tahun berikutnya.

Ketika Amber Rose berusia 12 tahun. Tepat sehari setelah kelahiran Corey, ayah Sage..Oliander Wood meninggal dunia.

Perusahaan otomatis jatuh ke tangan Sage. Karena Sage memang putra satu-satunya yang mereka miliki.

Amber Rose semakin dewasa semakin mempesona. Tidak hanya cantik tapi pintar. Selalu menjadi bintang dikelasnya.

Sedang Lily walau gadis itu tidak kalah bersinar, tetap saja kilaunya tidak bisa mengalahkan sang kakak.

Waktu terus berjalan. Rodapun terus berputar. Siapa sangka perusahaan milik ayah Sage mengalami kebangkrutan. Begitu juga dengan perusahaan katering milik Sage dan sang istri, Rosi.

Entah apa penyebabnya. Dana perusahaan bisa diselewengkan. Dan perusahaan katering bisa tertipu oleh vendor yang tidak jelas. Ada beberapa SOP yang disalahi dan berakhir fatal.

Perusahaan Sage dan Rosi sama-sama bangkrut. Mereka merumahkan semua karyawan.

Sage merutuki kebodohannya yang tidak mau menabung di bank dan berinvestasi di tempat lain.

Gaya hidup hedon sang ibu dan anak pertamanya membuat Sage makin pusing.

Mereka berdua tidak mau tahu apa yang terjadi. Pokoknya mau tidak mau keinginan mereka harus dituruti.

Amber Rose yang tidak mau tahu urusan keuangan keluarga tiba-tiba menjadi bahan pembicaraan di kalangan para sosialita.

Kebangkrutan Sage memang susah tidak bisa disembunyikan lagi dari publik.

Perlahan tapi pasti. Semua orang menarik diri dari lingkup keluarga itu.

Amber Rose yang biasa menjadi bintang di setiap pesta para sosialita tiba-tiba saja jadi tidak dianggap. Bahkan tidak lagi diundang di pesta-pesta itu.

Dia yang baru saja menyelesaikan ujian nasional untuk siswa SMA mulai menunjukkan sisi lain yang menakutkan. Dia jadi mudah emosi dan mudah marah. Beberapa orang bersaksi bahwa Amber Rose kemungkinan jual diri untuk tetap hidup mewah.

Tapi Amber Rose menyangkal tuduhan itu dan menyebut itu fitnah karena keluarganya telah jatuh miskin.

Padahal gossip itu benar adanya. Rose diam-diam menjajakan tubuhnya pada para pria tua teman ayahnya yang ternyata kebanyakan sekumpulan bapak-bapak tua yang breng sek.

Suatu hari, Sage mendapatkan email berisi video mesra tak beretika yang menunjukkan Amber Rose berhubungan dengan salah satu temannya. Lebih tepatnya rekan bisnisnya, Adiguna Wiranata.

Dengan penuh emosi, Sage beserta Rosi ingin melabrak rekan bsinisnya itu walau mereka sadar itu juga salah anaknya.

Tapi sebelum mereka bertemu Adiguna, mereka malah mengalami kecelakaan maut. Rosi meninggal di tempat. Sedang Sage meninggal di rumah sakit. Sedang Corey yang diam-diam masuk ke bagasi mobil selamat tanpa cidera yang berarti.

Di akhir hidupnya, Sage meminta berbicara empat mata dengan si putri sulung.

Amber Rose menangis melihat keadaan ayahnya. Rose sangat mencintai ayahnya. Ayahnya selalu memanjakannya. Berbeda dengan sang ibu yang agak keras padanya.

"Rose..." kata Sage dengan napas yang tersengal.

"Rose disini, Dad."

"Rose, maaf Daddy gagal menjadi ayah yang baik buat kamu."

"Nggak , Dad. Daddy itu ayah terbaik yang Rose tau. " ucap Amber Rose di sela tangisnya.

"Rose, Daddy mohon. Tinggalkan Oom Adi. Dia itu lebih pantas jadi ayah kamu daripada pacar kamu. Dan tinggalkan semua yang dibenci Tuhan. Jangan rendahkan diri kamu demi uang. Jangan berhubungan dengan laki-laki karena harta mereka. Kamu mau kan janji sama Daddy?"

Amber Rose tersentak. Dia tidak percaya ayahnya mengetahui hal itu. Dia terdiam begitu lama hingga sang ayah kembali memanggil namanya.

"Kamu mau janji ke Daddy kan, Rose?" desak ayahnya.

Dilihatnya sang ayah yang kondisinya sangat memprihatinkan. Rose merasa ayahnya hanya sejengkal dari ajal.

Mau tidak mau Rose mengangguk walau dia tidak yakin akan bisa memenuhi mau ayahnya itu. Tapi dia ingin ayahnya bisa pergi dan beristirahat dengan tenang.

Benar saja. Setelah Rose mengangguk dan berjanji untuk meninggalkan Adiguna. Ayahnya menghembuskan napas terakhirnya.

Rose masih sempat meneriakkan kata Daddy sebelum tiba-tiba dunianya menggelap. Dia jatuh pingsan

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!