Prolog
Perkenalkan namaku Tiara Salsabila. Biasanya aku di panggil Rara oleh Umi. Abi dan keluargaku. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara. Selama SD, SMP dan SMA Aku sosok pemalu.
Kerjaanku hanya sekolah, mengaji dan bimbingan belajar. Rutinitas monoton yng mungkin membuat orang bosan. Namun Aku menikmatinya. Bahkan ketika sekitar banyak mengalami apa yang dinamakan cinta monyet, Aku tidak. Pikiranku hanya belajar dan bisa masuk sekolahan negeri. Jalanku masih lurus-lurus saja.
Tapi tunggu, Aku mengalami kebimbangan saat ini. Aku bingung dan frustasi. Kakakku yang pertama mau menikah. Sedangkan Aku butuh biaya buat registrasi masuk universitas negeri. Begitu pula orang tuaku yang akan mengadakan pesta pernikahan. Aku bingung. Disisi lain ada pengaruh-pengaruh eksternal tiba-tiba datang menghampiriku. Akhirnya Aku memutuskan, walaupun Aku tidak tahu keputusanku ini benar atau salah.
First Love
Sinar mentari mulai naik perlahan, burung berkicauan diatas pohon beringin yang terletak tepat didepan gedung universitas pendidikan. Disini Tiara berada. Tiara melangkahkan kakinya menyelusuri koridor universitas dengan penuh keraguan.
Hidup ini kadang membingungkan. Tiara sebenarnya berusaha mendapatkan universitas negeri. Tapi begitu diterima, Dia malah memilih universitas swasta.
'Baiklah, mungkin hidup mulai mempermainkanku. Atau Aku yang tidak mempunyai prinsip? Iya, Aku memilih masuk ke universitas ini rasanya bukan kemauanku sendiri.' Tiara masih berpikir dalam hati. Apa maksudnya semua ini. Jelas-jelas nilai bahasa Inggrisnya dibawah rata-rata tetapi mengapa Dia justru masuk kejurusan bahasa Inggris. Tiara masih berjalan menelusuri koridor kampus baru ini. Setelah beberapa menit lalu Dia memarkirkan sepeda motornya digedung parkiran, diseberang universitas.
Tiara masih celingak celinguk mencari sebuah gedung. Maklum gedung Universitas tiga kali lipat banyaknya daripada gedung sekolah menengah umum yang pernah Dia tempuh. Tidak jauh darinya terlihat ada seseorang yang menuju ke arah Tiara dan bertanya.
" Jurusan bahasa Inggris?"
" Iya benar." Jawab Tiara
" Oya perkenalkan Aku Wina." Ucapnya memperkenalkan diri.
" Tiara." Jawab Tiara memperkenalkan diri juga.
Tidak selang lama terlihat seseorang menuju ke arah Mereka berdua.
" Jurusan bahasa Inggris kelas C?"
Tiara dan Winda bersamaan menganggukkan kepala.
" Perkenalkan, Afifah."
"Tiara."
" Wina."
Akhirnya Mereka bertiga sama-sama mencari gedung yang dimaksud dan masuk ke kelas C sesuai pengelompokan jurusan. Seperti biasa hari-hari awal perkuliahan ospek. Hal yang membuat Tiara bosan. Dan ingin rasanya cepat selesai.
Hari selanjutnya terik matahari sudah mulai terasa padahal masih jam 08.00 pagi. Tiara bersama Wina dan Afifah melangkahkan kaki kembali menuju ke gedung Utama Universitas. Seperti yang sudah terjadwalkan sebelumnya, perkenalan kampus, rektor dan lain-lain.
Sedangkan hari berikutnya jadwal Mereka hingga sore hari. Sampai terakhir Mereka ada jadwal mengaji. Maklum universitas yang Tiara tempuh saat ini merupakan salah satu universitas pendidikan yang dikembangkan oleh salah satu organisasi keagamaan.
Saat Tiara mengaji. Tiba-tiba seseorang menyeletuk.
" Wah tajwidnya standar seperti Aku." Ucap suara seorang cowok itu membuat Tiara menoleh kearahnya. Bukan karena sakit hati. Tapi menurut Tiara, Dia jujur dan berani to the point mengkritik kelemahan Tiara didepannya
Tiara tidak pernah seberani ini memandang seorang cowok. Kaum adam yang membuat sebelumnya masih malu-malu untuk melihatnya. Namun tidak kali ini. Tiba-tiba suara itu menarik perhatian Tiara. Wajahnya tersenyum, begitu mengetahui Tiara menoleh kepadanya. Saat itu juga hati Tiara berdebar. Matanya tajam, Namun wajahnya menunjukkan kejujuran bagi Tiara. Wajah yang tiba-tiba menarik perhatian Tiara saat itu juga.
'Apa Aku mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama? Entahlah. Mungkin dimata orang lain tak ada yang spesial, tapi entah mengapa bagiku Dia tiba-tiba menjadi spesial.' Batin Tiara bingung sendiri.
Tiara tidak kuasa memandangnya lebih lama.
Dia kembali memandang buku iqro. Tiara merasa matanya sudah terkotori dengan pandangan yang bukan mahramnya. Tiara istighfar dalam hati. Dan mencoba menetralisir hatinya kembali.
Dan sejak saat itu. Tiara diam-diam memperhatikannya dan mencari semua hal yang berkaitan dengannya dalam dua bulan ini. Beruntungnya Tiara, Nama Mereka berurutan. Jadi setiap tugas kelompok, Mereka selalu satu kelompok. Cowok itu bernama Tian hasto Setiawan. Dipanggil Tian. Dia lahir 20 November berzodiak Scorpio. Tingginya 175. Unit kegiatan mahasiswa yang Dia ikuti Menwa.Wajah jangan ditanya, bagi Tiara yang sepertinya jatuh cinta pada pandangan pertama, Tian itu tampan dan menarik. Walaupun Tiara tidak tahu pendapat orang lain. Tapi bukan wajahnya yang membius Tiara. Yang membius Tiara menjadi jatuh cinta, Tian itu pintar, berani dan bertanggung jawab. Iya, Tian orang yang sepertinya susah terpengaruh dengan lingkungan sekitar. Tidak seperti Tiara, Dia mengakui kelemahannya sendiri. Rasanya ada rasa iri hati saat Tiara melihatnya. Tian bisa melakukan semuanya sendiri, tanpa bergantung pada teman-teman lainnya. Tapi itu hanya penilaian dari sudut pandang Tiara saja. Itu kesimpulan penilaian Tiara selama satu kelompok dengan Tian. Tian orang yang paling berinisiatif bagi Tiara.
" Ok. Tugas kelompok Kita sampai disini. Yang penting kita sudah mendapatkan bahan-bahannya. Nanti Aku yang selesaikan." Ucap Tian seraya memandang satu per satu dari kelompok yang beranggotakan lima orang tersebut.Semua hanya bisa menyetujuinya. Iya, sepertinya Tian seperti center bagi kelompok tersebut.
" Ada yang mempunyai flashdisk?" Tanya Tian memandang ke arah anggota kelompok.
Vina, Tina, Toni tidak ada yang menjawabnya.
"Aku." Ucap Tiara seraya mengambil sebuah flashdisk berwarna hitam bermerk Sandisk.
" Aku pinjam dulu ya Ra." Ijin Tian.
" Ok." Tiara menyerahkan flashdisk berwarna hitam tersebut.
Karena tugas kelompok tersebut. Tiara mendapatkan nomornya Tian. Sehingga Dia berinisiatif untuk mengenalnya lebih jauh, tentunya lewat chat. Karena Tiara bukan tipe pemberani seperti Tian. Tiara sangat pengejut dalam mengutarakan isi hatinya.
Seminggu kemudian.
"Besok baru kukembalikan flash diskmu ya Ra."Tiba-tiba suara Tian muncul dibelakang Tiara
Tiara menoleh ke arah Tian. Dan jelas tatapannya membuat jantung Tiara berdetak lebih kencang dari biasanya. Tiara menganggukkan kepalanya.
" Ok." kata singkat yang sangat menunjukkan bahwa Tiara seorang pengejut jika didepan Tian.
Tian tersenyum penuh arti dan berlalu.Tiara jadi syuudhon, mungkin Tian berpikir bahwa realnya Tiara tidak seasyik di virtual. Iya Mereka akhir-akhir ini sering chat an. Bahkan diluar pembahasan tugas kelompok.
" Ciye ciye." Wina dan Afifah memandangi Tiara penuh selidik.
" Tugas kelompok Aqidah." Jelas Tiara pada Mereka.
" Siapa pula yang tanya." Afifah menggoda Tiara dan masih memandangi Tiara dengan tatapan curiga.
" Sudah Fah, Tiara sudah salting begitu. Jangan Kamu goda terus." Wina seraya mengajak ke kelas berikutnya yaitu grammar.
Kelas grammar berada di gedung A lantai 2. Mereka bertiga beriringan menuju kesana. Dan Mereka memilih bangku deretan nomor tiga atau nomor empat dari depan. Jangan tanya sosok seorang Tian duduk dimana. Tian pasti memilih bangku paling depan. Disitu yang membuat Tiara tertarik padanya. Tiara benar-benar jatuh cinta padanya. Tiara menghela nafas dalam-dalam.
Mata kuliah grammar kali ini membahas tentang verb. Dan Tiara benar-benar tidak memahaminya. Bagaimana Dia bisa memahaminya, Tiara bahkan tidak memperhatikan materi kuliah tersebut dengan serius. Rasanya kuliahnya ini hanya main-main. Tiara menundukkan kepala. Dia frustasi. Kebimbangan dan keraguan mulai menghampirinya. Padahal ini baru semester awal. Semester satu.
Malamnya saat Tiara sedang mengobrol dengan saudara sepupunya. Handphonenya berbunyi. Sebuah tanda pesan masuk. Gadis itu mengambil handphone warna hitam yang berada diatas meja belajarnya. Sebuah pesan motivasi dari Tian. Sepertinya Tian tahu bahwa Tiara sedang tidak bersemangat.
Semua yang kamu dapat berasal dari niat yang ada dihatimu. Bukan masalah ragu atau tidak. Tapi sebenarnya apa niat yang ada dihatimu.
^^^Terima kasih atas motivasinya^^^
Sama-sama. Tetap semangat semut
^^^Ok Marmut^^^
Mereka menggunakan sapaan khusus yang entah sejak kapan tercipta. Intinya semenjak Mereka sering satu kelompok dan komunikasi lewat chat.
Hari berikutnya. Entah setan dari mana, wina dan afifah mengajak Tiara untuk bolos kuliah dan hanya titip absen. Dan Tiara orang yang mudah terpengaruh dengan lingkungan. Dia pun menyetujuinya. Wina jelas dia langsung chat wahyu salah satu teman cowoknya yang satu SMA dulu dan sekarang satu kelas. Sedangkan Afifah minta tolong sama Toni, teman cowoknya si brian. Cowok yang sedang dekat dengan Afifah saat ini. Sedangkan Tiara, Mau tidak mau hanya Tian yang bisa Dia mintain tolong.
To be continued
Jangan lupa bantu like dan coment untuk kemajuan saya dalam penulisan kelanjutannya. Thanks you very much.
Tiara mencari kontak Tian. Dan lalu mengetik sebuah pesan.
^^^Assalamualaikum^^^
Wa'alaikumsalam nduk
^^^Maaf mengganggu, Apa Aku bisa minta tolong?^^^
Tentu saja. Selagi Aku bisa menolong, Aku akan menolongmu.
^^^*Aku tidak masuk kuliah hari ini^^^
Kenapa tidak masuk? Ada apa? Apa Kamu tidak kenapa-kenapa?
Sepertinya Tian khawatir dan takut terjadi apa-apa dengan gadis tersebut. Apalagi Tian tahu Tiara pulang pergi naik motor. Tiara tersenyum masam, tidak tahu reaksi apa yang akan Tian lakukan. Jika Dia mengetahui bahwa Tiara hanya meminta tolong untuk sesuatu yang negatif. Iya, bolos kuliah tetapi minta tolong titip absen. Tiara menghela nafas panjang.
^^^Tidak. Aku tidak kenapa-kenapa. Aku hanya minta tolong titip absen.^^^
Huh, Aku kira kamu kenapa-napa.
Jawaban yang membuat Tiara sedikit ciut membacanya.
'Apa maksudnya? Apa Dia tidak mau menolongku.'Batin Tiara jadi negatif thinking.
^^^Jadi bagaimana? Bisakah Kamu menolongku?^^^
Hmmm, Kalau Aku menolongmu. Kamu mau kasih Aku apa?
Tiara mendengus kesal. Bisa-bisanya Tian memanfaatkan kesempatan dalam peluang ini. Karena Tiara kesal, Diapun menjawab seenaknya.
^^^Apapun yang Kamu mau.^^^
Jangan pernah menjawab kata-kata seperti itu ke seorang cowok
Tiara yang masih benar-benar polos tidak tahu maksudnya.
^^^Apa maksudmu?^^^
Tidak ada maksud. Ok Nanti kuabsenkan.
^^^Terimakasih^^^
Sama-sama
Jawaban itu mengakhiri chat an Mereka. Wina dan Afifah mengajak Tiara jalan ke alun-alun dekat universitas. Wina janjian dengan teman virtualnya. Sambil menunggu teman virtualnya Wina, Mereka membeli jagung bakar.
Mereka sibuk dengan handphone masing-masing. Wina jelas sibuk chat an dengan teman virtualnya. Afifah chat an dengan kekasihnya Brian. Diantara mereka bertiga, Afifah yang sudah mempunyai kekasih. Sedangkan Tiara sibuk dengan hobinysendiri. Mengedit gambar,foto atau bahkan video. Intinya sesuai mood gadis itu.
Pertemuan Wina dengan teman virtualnya berlangsung lumayan lama. Hingga setelah waktu isya Mereka baru pulang.
" Oya tadi sore ada yang mencarimu." Ucap Sari saudara sepupu sekaligus teman satu kos an dengan Tiara.
" Siapa?" Perasaan Tiara tidak ada janji dengan siapapun.
" Dia cowok, " Jelas Sari.
Tiara melangkahkan kaki sekaligus berpikir.
'Siapa yang tahu kalau kos-kosanku disini. Perasaan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Wina, Afifah dan Lidia.'
" Kamu tidak tanya namanya Ri?"
" Boro-boro tanya. Aku melihat senyumnya saja sudah terpesona." Jelas Sari membuat Tiara semakin penasaran.
Sari geleng-geleng kepala.
" Aku kira Kamu tidak sepolos yang kubayangkan." Tambah Sari membuat Tiara mengerutkan dahi.
" Maksudnya?" Tanya Tiara.
" Kamu bisa juga mempunyai teman cowok. Aku kira Kamu masih polos karena belajar melulu. Tapi jujur Dia cowok yang menarik." Jelas Sari dengan mata berbinar-binar saat menceritakannya.
" Sudahlah, mungkin orang salah alamat." Tiara tidak mau berpikir lagi.
Sampai kamar Tiara menaruh tas rangselnya di meja belajar. Dia mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Tiara melihat Sari sedang asyik teleponan. Entah dengan siapa.
Selesai mandi, tidak lupa Tiara menunaikan kewajibannya sebagai seorang hambaNYA.
Selesai sholat isya, Gadis itu melangkahkan kaki keruang tengah, dimana ruang itu tempat ruang makan dan santai antara Tiara dan Sari. Iya, kos-kosan yang Mereka huni ini kos-kosan yang campur dengan Ibu Kos. Sehingga bermodel seperti rumah sendiri. Tidak seperti kos-kosan kebanyakan. Dan hanya mereka berdua yang kos di rumah tersebut. Ini semua kemauan istri pak liknya, yang tidak lain kakaknya Sari. Katanya kalau kos ditempat yang banyak penghuninya akan terasa ramai dan tidal konsen buat belajar.
" Bagaimana kuliahmu hari ini?" Tanya Tiara basa basi, secara Mereka beda jurusan walaupun sama-sama di Fakultas pendidikan. Tiara jurusan bahasa Inggris, sedangkan Sari masuk jurusan bahasa Indonesia.
" Biasa, masih monoton seperti biasanya." Jelas Sari.
" Oya Ra, Aku baru dapat pernyataan cinta dari kakak angkatan. Namanya Ali, Dia semester lima. Bagaimana ya Ra? Haruskah Aku menerimanya?"Sari meminta pendapat pada Tiara. Seseorang yang masih awam soal cinta. Namun Tiara terkejut, Karena setahu Dia Sari juga mempunyai cowok, yang tidak lain adalah teman sekelasnya waktu di SMA.
" Bagaimana dengan Joko cowokmu itu?"
" Aku sudah bosan padanya, Sudah kuputus tadi malam." Jelasnya tanpa merasa bersalah.
Tiara garuk-garuk kepala. Bagaimana bisa semudah itu memutuskan hubungan hanya dengan alasan bosan.
" Aduh Ri, sakit kepalaku." Tiara beranjak dari tempat duduk.
" Aisss, ga asyik banget Kamu nah Ra. Jadi bagaimana kuterima atau ga nih Ra!" Teriak Sari masih bertanya.
" Terserah Kamu nah Ri!" Jawab Tiara sambil berlalu menuju kamar.
Sari dan Tiara seumuran. Bahkan Afifah mengira Mereka berdua anak kembar. Padahal jelas-jelas berbeda. Menurut Tiara, Sari secara fisik lebih darinya. Dia mempunyai hidung yang mancung dan manis. Sedangkan Tiara, jelas kebalikannya. Sari sendiri bukan asli saudara sepupu Tiara. Dia adalah adik dari istri pak lik Tiara. Namun Mereka dibertemukan di Universitas ini. Karena SMA pun mereka berbeda. Sari diswasta, Tiara di negeri. Seminggu satu kos, Sari bilang jujur katanya dulu takut satu kos sama Tiara. Takut kebebasannya terancam. Dia takut Tiara lapor-lapor ke kakaknya. Tiara hanya tersenyum dan bilang bahwa Dia bukan tipe pengadu seperti itu. Dan sejak itu mereka akrab layaknya kakak beradik.
Semut, tadi Aku ke tempatmu berniat mengembalikan flash disk dan bertemu saudaramu.
Sebuah pesan masuk dari Tian. Dan Tiara langsung mengingat cerita Sari. Jadi Tian yang ditemui Sari tadi sore. Tiara pun senyum senyum sendiri jadinya.
^^^Maaf, Aku masih ada keperluan diluar tadi sore.^^^
Ok. No problem.
Tidak ada pembahasan lanjut. Namun Tiara bahagia. Tiara membersihkan tempat tidur dan menarik selimutnya.
" Woah!!! " Sebuah teriakan membangunkan tidur nyenyak Tiara. Tiara masih setengah sadar. Hingga sebuah suara gedoran pintu terdengar.
" Tiara! Tiara! " Suara Sari membuat Tiara langsung menyingkirkan selimut dan beranjak membuka pintu kamar.
" Tolong!" Suara Sari masih ngos-ngosan seperti habis lari maraton.
" Tenangkan diri dulu." Ucap Tiara walaupun jadi ikutan panik karenanya.
" Ayok ikut! Aku takut sekali! " Jelas Sari seraya menggandeng tangan Tiara. Sari mengajak Tiara kekamarnya yang berada di seberang ruang tengah dan lebih dekat dengan kamar mandi. Pikiran Tiara sudah tidak karuan dan membayangkan yang tidak-tidak.Begitu sampai kamar, Sari pun langsung menunjuk ke pojok kamarnya.
" Itu Ra. Aku sangat takut."Sari menunjuk Ada seekor hewan seribu kaki dipojok kamarnya.
" Astaghfirullah Ri. Aku kira ada apa." Ucap Tiara seraya keluar. Untuk hal-hal yang lainnya mungkin Tiara pengecut. Tapi soal ini, Gadis itu masih berani.
" Mau kemana Kamu Ra? Tolong Aku dulu." Sari mengejar Tiara.
" Cari kayu, tongkat atau lainnya. Masa iya Aku ambil pakai tangan." Keluh Tiara.
Tiara keluar dan mencari sesuatu yang bisa Dia gunakan dihalaman rumah. Beruntung Tiara menemukan bekas gagang sapu didekat pohon mangga. Dia pun langsung mengambilnya dan menggunakan untuk mengusir hewan kaki seribu tersebut.
To be continued
Jangan lupa like dan comentnya. Terima kasih.
Tiara yang ragu akan jurusannya, Dia mencoba mengalihkan diri untuk mencari semangat lain. Dan pagi ini ada kelas listening. Dimana gadis itu bisa duduk bersebelahan dengan Tian. Rasa suka kepada seseorang ternyata bisa menumbuhkan semangat baru untuk berangkat kuliah. Namun jangan tanya harapan tidak seperti yang dibayangkan. Tian tidak muncul. Dan dengar-dengar Dia ada kegiatan Menwa hari ini jadi izin. Kecewa, tentu saja perasaan seperti itu yang Tiara alami saat ini.
" Ayuk makan bakso! " Ajak Wina yang melihat Tiara sedang tidak bersemangat.
Tiara dan Afifah pun langsung mengangguk menyetujuinya. Mereka bertiga turun dan langsung menuju ke penjual bakso di seberang. Dan tidak sengaja, Mereka berpapasan dengan anggota Menwa yang sedang mengadakan latihan. Jelas hati Tiara langsung senang melihatnya. Tian tersenyum seraya melewatinya.
" Ciye ciye. Dengar-dengar dari Lidia kemarin ada yang menanyakan alamat." Sindir Afifah menggoda Tiara.
" Aiissh apaan sih. Dia hanya ingin mengembalikan flash disk." Jelas Tiara.
" Owh." Ucap Afifah dan Wina berbarengan seperti paduan suara.
" Besok ada tugas speaking. Kalian sudah mengerjakan belum?" Tiara mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
" Tiga bakso dan tiga es teh." Ucap Afifah.
" Baik Nduk." Sahut pak Maman selaku penjual bakso yang sudah terkenal diarea kampus ini.
" Oya Ra, Dengar-dengar Siwi masuk jadi anggota Menwa karena Tian." Ucap Afifah. Diantara Kita bertiga, Afifah lah yang selalu up to date soal gosip yang beredar dikampus.
" Terus, apa hubungannya denganku?" Tiara mencoba memendam rasa cemburu yang tiba-tiba hadir dihatinya.
" Kamu tidak apa-apa gitu? Bukannya Kamu juga suka sama Tian?" Pertanyaan yang membuat Tiara hampir tersedak.
'Begitu terlihatkah kalau Aku menyukai Tian. Aku kira tidak ada yang menyadarinya. Apa secara tidak langsung, Aku terlihat terang-terangan menyukainya.' Batin Tiara jadi overthinking.
" Apaan sih Kamu Fah. " Jawaban ambigu yang Tiara lontarkan. -
" Oya, Aku hampir lupa. Ada buku yang harus kukembalikan." Ucap Tiara langsung beranjak.
" Tapi baksomu Ra?"
" Kalian bagi dua." Ucap Tiara seraya berlalu.
Mendadak, Tiara merasa kenyang begitu mendengar Siwi masuk anggota Menwa gara-gara Tian.
Tiara ke perpustakaan. Selain mengembalikan buku juga meminjam buku lainnya. Tidak sengaja Tiara mendengar soal Sari.
" Kamu tahu, anak baru semester satu itu si Sari yang membuat Ali putus dengan Nadira." Suara seorang cewek terlihat emosi.
Sari? Ali? Apa mungkin itu Sari yang kumaksud. Tiara beranjak dari perpustakaan dan melangkahkan kakinya menuju parkiran diseberang kampus. Motor Jupiter z berwarna biru. Itu motor yang digunakan saat ini. Tiara mengambil kunci ditas dan menghidupkan mesinnya. Selama diperjalanan Dia terngiang-ngiang dengan masalah sendiri dan juga Sari.
Tepat di depan kos, terlihat Sari juga baru pulang. Namun Tiara mencoba untuk tidak bertanya dulu. Secara Mereka sama-sama baru pulang dari kampus, tentunya sama-sama lelah.
" Ra, Kamu tahu. Akhirnya Aku menerimanya." Ucap Sari yang tanpa diduga.
" Astaghfirullah." Ucap Tiara spontan.
" Kenapa Kamu malah istighfar sih Ra? " Sari tidak terima dengan respon Tiara.
" Nanti Kujelaskan. Aku gerah mau mandi dulu." Tiara blm ingin membahas apa yang Dia dengar tadi sore di perpustakaan.
Malamnya setelah sholat Maghrib selesai. Terdengar Sari mengetuk pintu dan langsung masuk ke kamar Tiara. Tiara yang baru selesai membaca surah yasin sedikit terkejut dibuatnya.
" Bisakah jangan nyelonong begitu." Ucap Tiara seraya membuka mukena dan merapikannya. Sedangkan Sari sudah menghempaskan dirinya diatas kasur Tiara.
" Aku penasaran apa yang mau Kamu bicarakan tadi sore."
" Apakah Kamu yang membuat Aki dan kekasihnya putus?" Tanya Tiara to the point.
Sari terkejut mendengar pertanyaan Tiara. Dia langsung beranjak dan pindah duduk dikursi belajar Tiara.
" Kamu tahu darimana?" Sari malah bertanya balik.
" Aku tidak sengaja mendengarnya diperpustakaan tadi."
" Maafkan Aku." Ucap Sari menundukkan kepalanya.
" Sebenarnya sebelumnya Aku tidak tahu kalau Ali mempunyai kekasih. Dia mendekatiku seakan Dia benar-benar masih sendiri." Jelas Sari.
" Lalu Aku mengetahui setelah Aku benar-benar sudah menaruh perasaan padanya dan hubunganku dengan joko sedang tidak baik-baik saja."
" Aku sudah menyuruhnya untuk memilih. Dan Dia memilihku." Sari merasa bahwa posisinya saat ini benar.
Sedangkan Tiara hanya bisa menghela nafas panjang mendengarnya. Ternyata begitu mudah orang melepaskan dan membuat hubungan baru. Tiara lagi-lagi overthinking, Dia yang masih awam tentang sebuah hubungan. Tidak bisa komentar apa-apa.
" Ok. No coment Ri."
Sari keluar dari kamar Tiara setelah pembahasan itu. Sedangkan Tiara melanjutkan mengerjakan tugas speaking. Hingga akhirnya tugas tersebut selesai.
Paginya mata kuliah speaking berjalan seperti biasanya. Begitu selesai Tiara langsung beranjak dan keluar dari ruangan. Namun tiba-tiba sebuah pulpen menjitak kepala Tiara. Tiara menoleh. Melihat siapa yang melakukannya. Ternyata Tian. Dia tersenyum devil ke arah Tiara. Seakan tahu kalau Tiara tidak akan membalasnya secara langsung.
Gadia itu melanjutkan langkah kakinya bersama Wina dan Afifah.
"Ra tunggu!" Suara Tian menghentikan langkah Tiara.
" Flashdiskmu." Tian memberikan flashdisk warna hitam tersebut pada Tiara
" Owh.Ok." Jawab Tiara singkat.
Mata kuliah aqidah ternyata kosong. Dosen tidak bisa hadir karena ada keperluan mendadak. Mereka hanya dikasih tugas.
Diam-diam Tiara memotret Tian. Lalu diedit menjadi siluet. Berharap orang tidak akan mengetahuinya, Kalau Tiara diam-diam menyukainya. Walaupun sepertinya Fifty-Fifty. Faktanya Afifah dan Wina bisa menebak kalau Dian menyukai Tian.
" Tian.Tian." Suara Siwi membuat semua orang memandang ke arahnya. Termasuk Tiara.
" Besok ada acara Menwa lagi. Bagaimana kalau Aku menjemputmu." Suara Siwi dibuat sok imut membuat Tiara cemburu. Tiara menyakinkan diri, bahwa Dia tidak berhak untuk cemburu.
" Sepertinya tidak usah Wi. Aku ada janji dengan Wahyu untuk bareng." Jawab Tian entah mengapa membuat Tiara merasa lega. Padahal hampir saja Dia dibuat down oleh kelakuan Siwi.
Tian menyenggol Wahyu disampingnya untuk merespon ucapannya.
" Benar Wi.Kami akan berangkat bersama."
Siwi terlihat kecewa. Entah Tiara salah lihat atau tidak. Siwi memandang kesal padanya. Tiara jadi bingung.
'Apa salahku pada kejadian saat ini. Yang menolak tawaran kan Tian. Tapi kenapa malah Aku yang kena. '
Tiara jadi mendengus kesal dibuatnya. Karena boring Tiara memutuskan mengajak Wina dan Afifah keluar dari kelas. Sepertinya mereka bertiga seperti tiga serangkai. Kemana-mana dikampus selalu bertiga.
Walaupun ada kalanya kadang Wahyu atau Toni ikut bergabung. Tapi tidak sesering itu. Sedangkan Tian jangan ditanya, Dia sering sendiri. Walaupun ada kalanya Dia berdua dengan Wahyu. Dan Tiara tahu Wahyu diam-diam menyukai Wina. Namun sepertinya Wina lebih tertarik dengan kekasih yang Dia dapat divirtualnya.
" Kita mau makan apa nih?" Wina melirik ke arahku.
" Bakso,"
" Bosan eh bakso melulu." Keluh Afifah.
" Hmmm, ayam bakar saja sudah." Usul Tiara
" Ok. Lets go."
" mereka langsung melangkahkan kaki menuju kekantin kampus.
" Ayam bakar tiga."
" Minumnya Neng?"
" Aku es teh."
" Aku jus jeruk." ucap Afifah.
" Es teh." ucap Wina.
" Ok. Jadi ayam bakar tiga, es teh dua dan jus jeruk satu." Ucap Ibu Inah menyebutkan ulang pesanan Kami.
To be continued
Jangan lupa like dan coment
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!