NovelToon NovelToon

Selepas Talak Tiga

Prolog pasangan sempurna

JAMEELA ISKANDAR

Itu namanya.

Seorang wanita muda berusia dua puluh tujuh tahun. Dia cantik, modis, elegan, pintar, supel, dan juga seorang wanita karier. Dan berasal dari keluarga kaya raya pula.

Apa lagi yang kurang pada dirinya?

Tidak ada...!

Itulah kira-kira jawaban yang diberikan jika yang ditanya adalah sahabat, keluarga, atau orang-orang di sekitarnya.

Karena selain dari segala kelebihan di atas, Jameela juga punya anugerah lain, yaitu suami yang tampan, mapan, dan sangat mencintainya. Sungguh benar-benar merupakan definisi kebahagiaan sempurna.

Bekerja di sebuah rumah sakit swasta, Jameela berprofesi sebagai seorang dokter spesialis anak. Jameela termasuk sosok yang sangat dikagumi, bukan hanya oleh teman, tetapi juga atasan dan keluarga pasien.

Dirga Wijaya, suaminya, adalah seorang CEO di sebuah perusahaan tambang besar, dan masuk dalam jajaran lima besar di negeri ini. Kekayaan berlimpah, perusahaan tersebar di hampir setiap penjuru pelosok negeri.

Dengan masing-masing profesi mereka, materi jelas bukanlah sebuah masalah dalam kehidupan rumah tangga mereka.

Sekali lagi, sungguh kehidupan yang sempurna. Siapa yang tak akan iri melihat kehidupan mereka?

 

Pukul enam pagi...

Jameela sudah berkutat di dapur, menyiapkan sarapan sebelum dia dan suaminya berangkat ke tempat kerja masing-masing. Mereka memang memiliki beberapa asisten rumah tangga, tetapi untuk suaminya, Jameela selalu berusaha untuk menyiapkan segalanya sendiri, dan Dirga, suaminya, yang memang sangat menyukai sikap istrinya yang seperti itu.

"Heemmm, harum sekali! Ayo kita cek, apa yang dimasak istri cantikku pagi ini...?" Dirga tiba-tiba saja sudah berada di belakang tubuh istrinya. Direngkuhnya tubuh ramping sang istri dalam pelukan.

"Lepas dulu, Sayang. Kita akan terlambat ke tempat kerja kalau kau mengikatku seperti ini!" Jameela berusaha melepaskan diri dari tangan kekar itu. Dia merasa geli dengan tangan Dirga yang melingkar di pinggangnya dan wajah yang mengusap-usap lehernya.

Diliriknya dua orang asisten rumah tangganya yang perlahan undur diri, menyingkir dari drama romantis mereka. Suaminya ini benar-benar tak tahu tempat.

"Sebentar saja, Sayang. Ini benar-benar harum, nikmat...?" Dirga masih betah menelusuri leher mulus sang istri dengan bibir dan lidahnya. Hidungnya tak henti mengendus, menghirup harum yang selalu menenangkan baginya.

"Sayang... aku bahkan belum mandi, masih bau keringat, bau bumbu dapur!" Jameela menepuk punggung tangan sang suami yang semakin lama semakin nakal. Dia harus segera melepaskan diri, atau jika tidak, maka dia yang akan ikut terpancing gairah, dan mereka berdua akan berakhir dengan terlambat pergi ke tempat kerja.

"Tak masalah. Aku suka aroma keringatmu!" Dirga memang selalu seperti itu jika mereka sudah menempel.

"Baiklah, ayo kita lanjut. Tapi nanti malam kita libur. Kau puasa, bagaimana?"

"Tidak!" Dirga langsung melepaskan tangannya dari tubuh sang istri. Ancaman sang istri sungguh mengerikan. "Kau benar-benar menyebalkan!" Dirga cemberut seperti anak kecil yang direbut mainannya.

"Lihat kan bajumu jadi kusut, Sayang...?" Jameela merapikan baju sang suami dan menuntunnya untuk segera duduk di kursi. "Aku mandi dulu ya, kau boleh mulai sarapannya!" Jameela mengambil secentong kecil nasi goreng seafood yang merupakan makanan favorit sang suami, tak lupa dua potong mentimun diiris bulat, selembar selada, dan daun kemangi sebagai lalapan. Di hadapan sang suami juga sudah tersedia segelas susu bebas kalori.

Jameela memang selalu menerapkan pola hidup sehat dengan gizi seimbang untuk mereka. Itu juga salah satu alasan yang membuat Dirga begitu tergila-gila pada istri yang dinikahinya hampir dua tahun yang lalu tersebut.

"Aku akan menunggumu saja...?" sahut Dirga yang sudah duduk dengan ponsel di tangannya, untuk memeriksa barangkali ada email masuk.

"Baiklah, aku tak akan lama!" Ucap Jameela segera berlalu. Dirga melihat sang istri yang berlari kecil menaiki tangga menuju kamar mereka. Diletakkan lagi ponselnya, lalu dengan cekatan mengambil piring yang tersedia untuk istrinya, dan kemudian diambil juga separuh centong nasi goreng dan lalapan, sama persis seperti yang diambil sang istri untuknya. Hanya berbeda di jumlah porsi saja; jika untuk dirinya lebih banyak nasi, maka untuk sang istri lebih banyak sayuran mentah. Sehafal itu Dirga dengan kebiasaan sang istri.

"Baiklah, kita berangkat!" Ucap Dirga ketika mereka berdua telah selesai dengan sarapan paginya. "Ingat, jaga mata, jaga hati!" Lanjutnya. "Jangan tebar pesona, jangan lirik-lirik!"

Jameela menghela napas pelan. Kuliah pagi yang tak pernah terlupa oleh sang suami. "Iya, Sayang, iya. Kalau perlu aku akan pakai kacamata kuda biar tidak bisa melihat ke samping," jawab Jameela. Tak dipungkiri, dia memang tersanjung dengan sikap posesif sang suami, tetapi dia juga kadang merasa jengah. Kadar posesif sang suami sungguh overdosis.

"Kau melupakan sesuatu, Sayang?" Tanya Dirga saat mereka melangkah menuju mobil.

"Apa...?" Jameela menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah suaminya yang telah lebih dahulu berhenti.

"Berikan jejak di sini!!" Dirga berucap sambil mengetuk-ngetukkan jari di lehernya.

"Biarkan para wanita di luar sana tahu jika aku adalah milikmu, agar tak ada yang ganjen dan cari perhatian di hadapanku!" Dirga meraih dua tangan Jameela untuk dikecupnya.

Wajah Jameela memerah, selalu saja merasa tersipu malu dengan tingkah romantis suaminya yang menurutnya begitu unik. Tapi dia melakukan juga apa yang diminta suaminya.

"Sayang, apa kau tak merasa malu dengan tanda ini?" Jameela menundukkan wajahnya yang terasa panas. "Tanpa tanda ini pun seluruh negeri ini tahu jika pria yang tampan paripurna adalah milikku!" Lanjutnya. Boleh saja kan dia merasa sombong saat ini, dan tak dipungkiri itu bisa dibilang satu kebanggaan.

Tentu saja seluruh negeri tahu, karena pesta pernikahan mereka yang memakan waktu selama tujuh hari tujuh malam saja disiarkan secara langsung di seluruh stasiun TV negeri ini.

"Kenapa harus malu? Semua orang memang harus tahu Dirga Wijaya ini hanya milik Jameela Iskandar seorang!" Tandasnya.

"Aku mencintaimu, Sayang!" Serta-merta Jameela menubrukkan tubuhnya masuk dalam dada bidang Dirga. "Terima kasih untuk cintamu yang begitu besar padaku. Aku benar-benar tersanjung!" Jameela memandang suaminya dengan mata yang berkaca-kaca, dan tanpa diduga oleh Dirga sebelumnya, sang istri melumat lembut bibirnya; hal yang langka sang istri menyerangnya duluan.

"Aku juga mencintaimu!" Ucap Dirga setelah membalas perbuatan sang istri.

Dirga merapikan pakaian sang istri yang terlihat sedikit kusut akibat pelukan mereka barusan, kemudian menaikkan kerah lehernya dan juga menutup kancing hingga yang paling atas. "Jangan ijinkan siapa pun melihat leher jenjang ini. Hanya aku yang boleh menikmatinya!" Ucapnya lagi sambil mengurai rambut yang tadinya diikat ekor kuda.

"Kau memberikan aku cinta begitu besar, sampai-sampai aku tak tahu bagaimana cara membalasnya!" Ucap Jameela.

"Cukup setia padaku, dan jangan pernah berkhianat di belakangku. Karena aku paling benci dengan yang namanya pengkhianatan!" Ucap Dirga sambil membersihkan bibir sang istri yang baru saja dilumatnya.

"Kau tahu aku bukan orang seperti itu!"

"Aku percaya padamu...?"

cemburu buta

Tring...

Suara notifikasi pesan terdengar masuk ke ponsel Dirga. Saat CEO tampan itu sedang sibuk dengan tumpukan berkas. Dirga meliriknya sekilas. Ada notifikasi pesan dari nomor tak dikenal. Dan dia memilih mengabaikannya. Lalu kembali fokus kepada pekerjaannya.

Jam istirahat makan siang tiba. Dirga menutup laptop di hadapannya. Mengundurkan kursi kebesarannya. Lalu merentangkan kedua tangan guna meregangkan otot-otot pinggangnya yang terasa mulai kaku. Ditepuk-tepuknya kedua pundaknya, kiri dan kanan bergantian. Hari ini dia benar-benar merasa penat.

Berkas yang datang menghampirinya seakan tiada henti. Proposal-proposal permohonan kerjasama dari berbagai perusahaan yang telah diselesaikan oleh sekretaris dan asistennya. Dan hanya membutuhkan pemeriksaannya kembali serta tanda tangan. Akan tetapi, meskipun begitu, itu cukup menguras tenaganya. Terlebih lagi juga menguras pikiran.

"Hidangan untuk makan siang Anda sudah disiapkan, Tuan." Ucap seorang sekretaris laki-laki. Setelah sebelumnya mengetuk pintu dan mendapatkan perintah masuk dari Dirga.

"Bawa ke sini saja. Aku sedang tidak ingin keluar dari ruangan." Perintah Dirga. Sang sekretaris pun kemudian undur diri. Setelah membungkukkan sedikit tubuhnya untuk memberi hormat.

Dirga beranjak dari kursi kebesarannya. Kemudian menuju kamar mandi di tempat istirahatnya. Di sebuah wastafel, Dirga mencuci kedua tangannya dengan sabun cair yang sudah tersedia di sana. Kemudian juga membasuh mukanya agar merasa lebih segar. Dirabanya janggutnya. Ada sedikit bulu halus tumbuh di sana. Diperhatikannya wajahnya lewat cermin di hadapannya.

"Bukankah wajahku masih terlihat tampan? Hai cermin di dinding, katakan padaku siapa lelaki tertampan di dunia ini?" Ucap Dirga pada cermin di hadapannya.

Dirga tersenyum puas. Karena hanya ada wajahnya di dalam cermin itu. Seakan-akan dia mendengar bahwa cermin itu sedang berkata, "Andalah pria tertampan di dunia ini, Tuan. Tuan Dirga Wijaya, suami dari Nyonya Jameela Iskandar!" Itulah suara yang seakan terdengar oleh telinga Dirga.

"Tentu saja hanya aku yang pantas menjadi pendamping Jameela. Dan Jameela tak akan pernah melihat ke arah pria lain selain aku!" Ucap Dirga dengan tersenyum manis ke arah cermin. "Karena jika ada pria lain yang dilihat oleh Jameela, maka aku bersumpah itu akan menjadi hari terakhir yang bisa digunakan oleh pria itu untuk bernapas menghirup udara di dunia ini!" Tiba-tiba saja senyum manis di bibir Dirga berubah menjadi seringai yang mengerikan.

Selesai membersihkan wajahnya, Dirga kembali ke ruang kerjanya. Di meja yang ada dalam ruangan itu, tak jauh dari meja kerja Dirga, telah tersedia berbagai hidangan. Itu pasti hasil kerja Kevin dan chef pribadinya.

"Silakan dinikmati, Tuan." Ucap sekretaris Kevin. Sambil membungkuk hormat setelah Dirga duduk di satu sofa single yang ada di sana.

"Terima kasih. Kau juga istirahatlah untuk makan siang." Ucap Dirga. Kemudian mengibaskan tangannya, memberi isyarat agar sekretaris Kevin keluar dari ruangan. Sekretaris Kevin pun membungkukkan badannya sedikit. Kemudian undur diri keluar dari ruangan tersebut. Agar tak mengganggu kegiatan makan siang tuannya.

Dirga membersihkan mulutnya dengan tisu. Setelah dia selesai dengan makan siangnya. Disandarkannya tubuhnya sejenak di sandaran sofa. Dipejamkannya matanya. Ingin dia istirahat sejenak. Sebelum dia memulai kembali pekerjaannya.

Meskipun seorang CEO, Dirga adalah seorang yang taat dan disiplin. Baginya, waktu adalah uang, waktu adalah emas. Dan dia tak boleh sedikit pun berleha-leha. Hanya beristirahat sebentar. Kemudian hendak memulai lagi. Dan hal itu pun diterapkannya kepada seluruh karyawannya.

Dirga sama sekali tidak mentolerir karyawan yang malas. Dan tidak ada istilah kerja santai baginya. Itulah yang menjadikan Dirga sebagai pebisnis yang sukses. Disegani kawan dan juga lawan. Dihormati karyawan. Tidak hanya sekedar ditakuti.

Karena Dirga tak pernah hanya asal perintah. Tak pernah hanya asal berucap. Tetapi Dirga juga menerapkan dan memberikan contoh melalui dirinya sendiri dengan tindakan yang dilakukannya setiap hari.

Akhirnya, Dirga kembali ke kursi kebesarannya. Setelah beristirahat sejenak dan merasa telah hilang penatnya. Baru saja hendak membuka kembali laptopnya. Ketika pandangannya tertuju kepada ponsel yang sedari tadi disingkirkannya. Teringat Dirga akan notifikasi pesan dari nomor tak dikenal yang tadi belum sempat dibukanya.

Diraihnya ponselnya. Kemudian dibukanya. Ada beberapa notifikasi pesan. Salah satunya dari istrinya yang mengucapkan selamat makan siang. Dengan disertai foto makanan yang sedang disantap oleh istrinya. Tampak oleh pandangan matanya satu porsi beef steak dan satu porsi salad buah.

Dirga tersenyum. Melihat wajah selfie istrinya. Istrinya itu memang selalu cantik, kan? Dan karena itu dia begitu terpesona dan tergila-gila. Dan bahkan bersumpah tak akan pernah melepaskan istrinya. Tak akan membiarkan seorang pun mendekatinya. Bahkan walau itu hanya untuk sekadar meliriknya.

Diciumnya wajah dalam foto itu. Kemudian dibalasnya pesan itu dengan emoticon love berderet. Setelah itu, Dirga keluar dari room chat bersama istrinya. Dan dicarinya pesan yang tadi belum sempat dilihatnya.

Mata Dirga memicing tajam. Giginya bergemeletuk menahan kemarahan.

"Apa yang sedang kau coba lakukan di belakangku, Jameela? Apa kurang kasih sayang yang kuberikan semua padamu, hingga kau mencari pelukan dari pria lain?" Mata Dirga berkilat merah. Hingga jika saja kilatan itu berupa api, pastilah gambar di hadapannya akan terbakar. Gambar seorang wanita yang berada dalam pelukan seorang pria. Di mana wajah pria itu tak dikenalnya. Tetapi wajah wanita itu jelas-jelas adalah Jameela Iskandar, istrinya.

Jam baru saja menunjukkan waktu selesai istirahat siang. Tentu bukan kebiasaan bagi Dirga meninggalkan perusahaan sebelum waktu pulang. Akan tetapi, Dirga sudah tak lagi mampu membendung kemarahannya. Dengan hanya membawa ponsel di tangan saja, dia bergegas keluar dari ruang kerjanya. Bahkan dia pun melupakan tas kerjanya yang biasanya selalu ditentengnya.

Bunyi klakson bersahutan. Manakala Dirga mengendarai kuda besinya secara ugal-ugalan. Dirga bahkan tak segan menyalip dengan cara yang berbahaya. Dan juga membunyikan klakson tak beraturan. Dengan maksud meminta semua yang ada di hadapannya menyingkir memberi jalan. Membuat dia mendapatkan berbagai umpatan dan makian dari pengguna jalan yang dilaluinya.

Apa Dirga peduli? Tidak. Yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana caranya dia segera sampai di rumah.

"Di mana kau?" Tanya Dirga. Dengan menggeram menahan amarah, yang dilakukannya begitu sampai di rumah adalah menghubungi ponsel istrinya.

"Aku? Tentu saja di rumah sakit, Sayang." Jawab suara di seberang sana.

"Pulang sekarang juga!" Sahutnya cepat.

"Tapi...?"

"Cepat pulang sekarang atau tidak sama sekali!" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Dirga memotong ucapan sang istri. Tanpa peduli apa pun.

"Sayang, apa yang terjadi? Ini masih jam kerja. Aku tidak bisa seenaknya seperti itu. Aku bukan pemilik rumah sakit ini!" Jameela berusaha memberikan pengertian. Walau seharusnya suaminya mengerti tanpa dijelaskan.

"Pulang, kataku, Jameela. Jangan menguji kesabaranku. Aku bahkan tahu kau tidak sedang bekerja!" Dirga semakin geram.

"Apa maksudmu?" Jameela tersentak bingung dengan ucapan suaminya.

"Pulang!!"

Tut... Tut...

Sambungan diputus sepihak. Jameela memijit pelipisnya. Ada apa sebenarnya dengan sang suami? Jameela pun mau tak mau berkemas pulang. Setelah sebelumnya menghubungi rekan sejawatnya untuk menggantikan pekerjaannya.

pertengkaran

Jameela mengendarai mobilnya dengan perasaan yang campur aduk tak menentu. Dia tak tahu apa yang terjadi pada suaminya.

Ckiiitt...

"Astaghfirullah hal adzim ...!" Jameela mengusap dadanya. Jantungnya berdebar sangat kencang. Nyaris saja dia menabrak seorang wanita tua, jika saja dia tak cepat menyadari dan segera menginjak rem.

"Apa yang sebenarnya sedang terjadi pada Mas Dirga?" gumam Jameela. dia segera kembali melajukan kendaraan yang di naikinya.

"Cepat pulang sekarang atau tidak sama sekali !" ancaman itu kembali terngiang di telinganya . membuat Jameela semakin tegang.

"Aku bahkan tahu kau tidak sedang bekerja!" lagi. Kalimat itu muncul lagi di telinga nya.

"Apa maksudnya coba? Kalau tidak sedang bekerja, memang apa yang sedang aku lakukan. Kau membuatku bingung, Mas!" gumam Jameela lagi. jelas jelas suaminya itu tadi tahu kalau dirinya berangkat bekerja dan menggunakan baju kerja juga. Tapi kenapa suaminya bisa bicara seperti itu. Berulang kali di pikir pun, Jameela tak dapat menemukan jawaban nya.

*

Jameela segera bergegas turun dari mobil dan berlari untuk masuk ke dalam rumah.

"Mas.. !" nafas Jameela terengah-engah. Bahkan mungkin nyaris terputus saking begitu tegang dan terburu burunya dia berlari.

"Dari mana kau?"

Jameela terkejut, suaminya sudah menyambutnya di depan pintu dengan kedua tangan berada di.pinggang nya.

"Aku? Mas, kamu tidak salah bertanya? Tentu saja dari rumah sakit, mas. Dari mana lagi?" jawab Jameela bingung. Walau bingung dia tetap harus memberi penjelasan, kan? Barangkali sang suami memang benar benar lupa.

"Jangan coba coba bohong padaku, Jameela!" teriak Dirga membuat Jameela terjingkat kaget.

"Apa maksudmu, Mas?" Jameela semakin bingung. Dia benar-benar dari rumah sakit. Kenapa di bilang berbohong.

"Jujurlah, Jameela, agar aku punya alasan untuk memaafkan mu!" Dirga berbicara dengan menggigit giginya bergemeletuk membuat Jameela semakin tak mengerti apa yang membuat suaminya begitu marah .

"Aku jujur mas. Aku dari rumah sakit!"

"JAMEELA ISKANDAR !" suara Dirga menggelegar sehingga bergema di seluruh ruangan berdinding beton itu .

Di ruang berbeda, para asisten rumah tangga saling berpegangan tangan. Mereka tak tahu apa yang terjadi sehingga Tuan nya begitu marah. Kesalahan apa yang telah dilakukan sang nyonya.

"Ada apa sebenarnya mas? kalau aku tidak dari rumah sakit, lalu menurutmu aku dari mana? Kau tidak lihat aku bahkan masih mengenakan pakaian dinasku. Aku bahkan tak sempat berganti pakaian sebelum pulang karena begitu terburu buru!" Jameela merendahkan suaranya. Dia tak tahu lagi harus menjawab apa. Jika jawabannya yang sebenarnya di anggap salah oleh suaminya.

"Kau sungguh pintar bicara Jameela !" Dirga berucap sinis

"Apa maksudmu, Mas?"

"Kau berselingkuh, Jameela!" teriak Dirga karena menurutnya Jameela terlalu berbelit Belit dalam memberi jawaban.

"Apa mas !!" teriak Jameela begitu kaget "Aku? berselingkuh?" Jameela menunjuk dirinya sendiri tak percaya

"Ya Jameela, kau! Kau berselingkuh di belakang ku. Jujurlah, Jameela. Dan memohon ampun lah agar aku bisa memaafkanmu !" teriak Dirga

Para ART yang ada di belakang tersentak kaget. Mereka saling pandang tak percaya, mana mungkin nyonya mereka yang begitu baik hati melakukan perbuatan hina itu. Mereka menggelengkan kepala, pertanda apa yang mereka dengar itu tidak mungkin benar.

"Tapi itu tidak benar..!" teriak Jameela tak terima dengan tuduhan tak berdasar itu .

"Jangan berbohong lagi, Jameela Iskandar!" teriak Dirga. "Aku bahkan tahu kau tidak ke rumah sakit. Kau berpelukan dengan kekasihmu!" teriak Dirga lagi. Kemarahannya sudah mencapai ubun ubun. Kenapa istrinya tidak mengakui saja perbuatan menjijikkannya .

"Kau menuduhku tanpa alasan, Mas. Kau seperti orang yang baru saja mengenalku. Sakit, mas. Di sini rasanya sakit!" Jameela memukul mukul dadanya sendiri.

"Sudahi sandiwaramu, Jameela, itu tak mempan untuk ku !" teriak Dirga lagi .

"Apa bukti nya mas ?!" kali ini Jameela tak lagi bisa menahan diri. "Apa buktinya aku selingkuh? Jangan menuduh tanpa bukti!" akhirnya Jameela ikut terpancing emosi .

Dirga mengambil ponsel yang berada di saku celananya lalu mengotak-atiknya sebentar. kemudian..

"Ini buktinya Jameela, Ini bukti kalau kau telah berselingkuh di belakangku!" teriak Dirga sambil melemparkan ponsel itu tepat mengenai dada Jameela. Sakit, tapi Jameela tak menghiraukan nya. Lebih penting baginya untuk segera tahu alasan kemarahan suaminya.

Jamilah menangkap ponsel itu dengan gerakan yang cepat sebelum ponsel itu jatuh ke lantai. Matanya terbelalak melihat apa yang ada di dalam ponsel.

"Mas... ini ?" Jameela tak bisa berucap.

"Katakan Jameela, katakan kalau itu bukan kamu! bukti apa lagi yang harus aku tunjukkan padamu! " Dirga berbicara dengan nafas yang memburu

"Iya , memang benar Mas, wanita di dalam foto ini memang aku! tetapi....!"

"Kau menjijikkan, Jameela, !" sahut Dirga. memotong ucapan Jameela. "Apa yang kurang dari kasih sayangku selama ini? Hingga kau mencari kehangatan pelukan dari pria lain?" teriak Dirga lagi.

"Itu tidak benar, Mas !" Jameela menggelengkan kepalanya. Air mata Jameela menetes. Kata-kata Dirga sungguh menyakiti hatinya. Begitu hina kah dia di mata suaminya itu . "Pria itu adalah...!"

"Aku tidak menyangka bahwa selama ini aku hidup berdampingan dengan seorang pelacur!" sahut Dirga.

"Mas ...!" hati Jameela benar-benar hancur. Sampai dia tak bisa lagi untuk berkata-kata, Kata-kata suaminya benar-benar telah menjatuhkan harga dirinya. Dia Terasa seperti dilempar, dihempaskan ke dalam jurang yang paling dalam.

"Apa yang kurang dari kasih sayangku, Jameela? Apakah karena badan dia lebih besar dariku? Apakah barang yang tersembunyi di balik celananya juga lebih besar dari milikku? Apakah karena selama ini aku kurang bisa memuaskanmu? Jawab Jameela!" teriak Dirga semakin berapi api .

Tubuh Jameela Luruh ke lantai. Kata-kata yang keluar dari mulut suaminya benar-benar membuatnya merasa, bahwa dirinya hanya sampah yang tak berarti. Dia begitu di rendahkan. Seburuk itukah pandangan suaminya terhadap dirinya? Tak ada kata yang keluar dari mulutnya selain suara isak yang coba ditahan. Air matanya mengalir deras.

"Kenapa tidak kau akui saja perbuatanmu itu Jameela !" teriak Dirga .

"Karena aku merasa aku tidak pernah melakukan kesalahan itu, Mas !" jawab Jameela sambil memandang sendu ke arah suaminya. Lagi-lagi air matanya merembes .

"Bukti sudah ada di depan mata Jameela, dan kau masih mau menyangkal? Lalu bukti apa lagi yang harus aku tunjukkan di hadapanmu? Apakah aku harus mendapatkan videomu ketika sedang berbagi peluh dulu dengannya, barulah aku bisa membuatmu mengakuinya?"

Jameela menggeleng tak percaya, perkataan suaminya semakin tak masuk akal, semakin di luar nalar. Dan semakin menyakitkan.

"Dengarkan aku dulu, Mas. Pria itu adalah...!"

"Pria itu yang tadi membuatmu tak masuk kerja!" potong Dirga sebelum Jameela menyelesaikan ucapannya dengan maksud memberikan penjelasan .

"Pria itu yang membawamu bersenang-senang di cafe. Pria itu yang tadi tertawa-tawa bersamamu. Apa kau sudah cukup bahagia Jameela? Apakah sudah cukup puas bermain-main di belakangku?" Dirga tak ingin memberikan Jameela kesempatan untuk berbicara .

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!