NovelToon NovelToon

Kerinduan Di Antara Awan

Kabut yang Mengelilingi

Di sebuah kota kecil yang tersembunyi di antara pegunungan, kabut tebal selalu menyelimuti tanah dan langit seperti selimut abu-abu yang tak kunjung beranjak. Kota itu terasa sepi, hampir mati, dan mungkin seperti hati-hati yang terkunci dalam kesedihan yang tak terungkapkan. Di tengah kerinduan yang menyelimuti, sebuah taman kecil berdiri sebagai saksi bisu dari cerita-cerita yang tak pernah diceritakan.

Maya berjalan perlahan melintasi taman itu, langkahnya terasa ringan meskipun beban berat menghimpit dadanya. Rambutnya yang hitam disentuh oleh angin sehingga mengibas dengan anggunnya. Matanya, yang dulunya penuh dengan keceriaan, kini terlihat kosong, seolah-olah telah kehilangan cahaya yang dulu menyinarinya. Dia berhenti di bawah pohon rindang, duduk di bangku taman yang lapuk, dan memandang ke langit yang tertutup oleh kabut.

Taman itu adalah tempat yang dia kunjungi setiap hari, sejak hari ibunya meninggal. Di sinilah dia menemukan kedamaian, meskipun hanya sesaat. Suara angin yang berbisik di antara dedaunan, gemericik air dari kolam kecil, dan nyanyian burung-burung yang menyendu di atas cabang-cabang pohon, semuanya itu membawa kedamaian ke dalam hatinya yang hancur.

Tapi hari ini, ada yang berbeda. Di sudut taman yang jauh, Maya melihat seorang pria tengah duduk sendirian di bawah pohon. Dia membawa buku kecil berwarna hitam. Sikapnya tampak khusyuk, sepenuhnya terfokus pada langit dan awan.

Atma, demikian Maya mengenalnya, siapa yang tidak tahu dengan Atma, dia adalah penyair puisi yang selalu menyentuh hati pembaca puisinya, dia tidak pernah menjelaskan semua puisi yang ia buat akan tetapi puisinya selalu menyentuh hati pembacanya termasuk Maya.

Tanpa sadar, Maya mulai berjalan mendekati Atma, langkahnya berat oleh keheningan yang memenuhi udara. Atma menoleh saat dia mendekat, matanya yang dalam bertemu dengan mata Maya. Ada kilatan kesedihan yang terpancar di balik kedua mata mereka, seakan-akan mereka berbicara satu sama lain tanpa kata-kata.

"Maukah kau bergabung denganku?" tanya Atma dengan suara lembutnya.

Maya mengangguk pelan dan duduk di samping Atma. Dia melihat ke arah buku Atma di depan mereka, merasa penasaran akan apa yang akan ditulis Atma kali ini.

"Kau tahu, taman ini adalah tempat yang tepat untuk menyembunyikan rasa sedih," ujar Atma sambil menatap ke langit yang tertutup kabut.

Maya menarik nafas dalam-dalam. "Aku datang ke sini setiap hari sejak... sejak kepergian ibuku," ucapnya pelan.

Atma menatap Maya dengan penuh empati. "Kita semua membawa beban kita sendiri, Maya. Tapi justru di sini, di tengah kabut yang mengelilingi, kita bisa menemukan kedamaian yang sulit ditemukan di tempat lain."

Mereka berdua kemudian terdiam, terpaku dalam keheningan yang nyaman. Di antara mereka, energi yang tak terungkapkan mulai tumbuh, merangkul mereka dalam kedamaian yang tak terucapkan.

Atma, dengan lembut, meletakkan bukunya dan melihat ke arah Maya. "Kau tahu, kadang-kadang, puisi-puisi yang aku buat adalah cerminan dari suasana hati yang tak tersuarakan," katanya dengan suara lembut.

Maya menatap buku itu, merenungkan kata-kata Atma. "Apa yang ingin kau tulis untuk saat ini?" tanyanya, mencoba mengalihkan pikirannya dari luka-luka masa lalunya.

Atma tersenyum tipis. "Aku belum yakin," jawabnya sambil menggigit bibir bawahnya. "Mungkin aku akan membiarkan pikiran dan hatiku berbicara dengan rasa legah."

Maya mengangguk, mengerti bahwa kadang-kadang, kata-kata tidak cukup untuk mengungkapkan perasaan yang terdalam. Atma mulai menulis dengan hati yang penuh dengan emosi yang tak terucapkan. Di bawah sinar matahari yang tertutup oleh kabut, Atma menulis bait perbait, sehingga satu karya puisi terlah terlahir.

Atma berdiri dan menyuruh Maya mendengarkan puisi yang akan dibacakan oleh Atma, Maya mengangguk dan tak sabar mendengarkan apa isi dari puisi tersebut.

,,,Kerinduan di Antara Awan,,,

Aku tidak menginginkan semua hal di dunia ini...

Aku tidak menginginkan permintaan yang sangat tinggi...

Aku hanya menginginkan rasa dimana hati ini tak terluka lagi...

Aku hanya menginginkan senyum yang dibalut oleh pura-pura kembali bersinar di wajah asliku...

Disini aku bercerita...

Di antara awan yang sering mendengar lukaku...

Di antara awan yang sering menghelus relung hatiku...

Hanya disini aku bercerita tanpa dihakimi...

Biarkan aku memeluk diriku yang dulu...

Biarkan aku mengenal kembali diriku...

Aku merindukan diriku yang dulu...

Sangat merindu...

Ketika puisi itu dibacakan, Maya merasa seperti ada yang menyentuh hatinya. Setiap bait yang dibacakan, mewakili rasa yang tersembunyi di hati, seolah-olah membebaskan perasaannya yang terpenjara selama ini, Maya mulai meneteskan air matanya. Di tengah-tengah taman yang sunyi, di bawah pohon rindang dan kabut yang tebal, Maya berdiri dan mendekati Atma, Maya menghapus airmatanya dan menatap Atma "Terimakasih"

Seiring matahari mulai terbenam di balik perbukitan, Atma dan Maya duduk di bawah pohon rindang. Atma menutup bukunya dan menatap Maya.

"Kau tahu, kadang-kadang, keindahan bisa ditemukan di tempat yang paling tak terduga," kata Atma dengan lembut, matanya memandang ke arah Maya.

Maya tersenyum, merasakan kedamaian yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Di taman itu, di antara kabut yang mengelilingi, dia menemukan teman sejati dan penghiburan bagi hatinya yang terluka.

Mereka meninggalkan taman itu bersama-sama, namun hati mereka telah ditinggalkan di sana, di antara kabut-kabut kesedihan yang terus menyelimuti. Mereka menemukan kenyamanan yang telah lama hilang, dengan langkah yang mantap, mereka meninggalkan taman itu, memasuki dunia yang penuh dengan misteri dan keindahan, sambil membiarkan cahaya hati yang mulai bersinar di antara kabut yang mengelilingi.

Tanpa mereka sadari, mereka saling menatap pohon rindang itu, berharap esok akan ketemu dan mencoba membuka hati masing-masing, selang beberapa waktu mereka telah dirumah masing-masing, dan mengingat satu sama lain "Apa yang Atma lalui dalam hidupnya selama ini, aku merasa diri ini Atma selaras" Ujar Maya yang sedang memandang langit malam di jelndela kamarnya.

Atma yang sedang menulis puisinya terhenti "Kenapa aku memikirkan Maya, seolah diri ini bertanya-tanya apa yang telah dilewati oleh Maya, apa yang ia sembunyikan" Ucap Atma yang duduk di meja belajarnya. Mereka saling memikirkan dan tersenyum lirih dimalam itu. mereka berharap semoga esok hari akan bertemu ditaman itu lagi.

Malam penuh bintang mewarnai kenangan di bawah pohon yang rindang di sore hari, cinta mereka mulai tumbuh seperti bunga yang telah lama kuncup dan mencoba menghiasi hati mereka yang telah lama tidak di warnai oleh cinta. akan tetapi Maya menepis perasaan itu, ia sangat tidak menginginkan cinta hadir dalam dirinya dan memikirkan bahwa Atma tidak menyukainya juga.

Atma tidak ingin terburu-buru mengungkapkan perasaannya, karena pemikiran mereka sama, saling mentiadakan cinta didalam hatinya, mereka memiliki trauma yang sama tapi cerita yang sangat berbeda.

Senyum di tengah Kesedihan

Sinar mentari mulai merambat di ufuk timur, menerangi kota kecil yang di apit oleh perbukitan, hari minggu yang bersinar terang membawa suasana pagi itu sangatlah menghangatkan, akan tetapi tidak dengan Maya, ia merasa rumah ini terlalu sepi dan penuh dengan luka yang membekas.

Maya bersiap untuk keluar dari rumahnya, mengingat akan pertemuan mereka berdua di taman kemarin, Maya membawa buku diary nya dan membawa sedikit cemilan, Maya berharap pertemuan kedua sama seperti kemarin dan mencoba membuka hatinya untuk bercerita.

Sesampainya di taman, Maya mendengarkan kicauan burung seperti menyambut dirinya yang sedang berjalan dengan rasa sepi, bagi maya taman ini adalah obat untuk melupakan masa lalunya yang penuh dengan luka, Maya berjalan di taman itu sambil melirik ke segala arah, senyuman Maya yang sangat manis dan indah tercipta kembali, ia sangat menikmati disaat dirinya berada di taman.

Bagi orang yang sedang di selimuti oleh luka, taman ini menjadi tempat yang paling tenang, walau itu hanya sesaat tapi itu sangat berarti, seperti Maya dan Atma, mereka berdua adalah orang yang sedang terluka dan menginginkan ketenangan pada hati dan pikirannya.

Maya duduk di bawah pohon rindang di tempat Atma dan Maya bertemu kemarin, Maya memandangi sekitarnya dan menikmati apa yang ia lihat, Maya mengeluarkan cemilan yang ia bawa.

“Ternyata kau sudah ada disini ya” Ucap Atma yang datang tiba-tiba dan memegang pundak Maya.

“Hmm, Atma, Jangan bikin kaget dong” Ucap Maya yang hampir tersedak cemilannya.

“Makan cemilan itu nikmatnya dibagi-bagi” Sindir Atma kepada maya.

“Ini juga mau nawarin” Jawab Maya yang sambil menggerutu.

“Hahaha... aku hanya bercanda, oiya aku membawakan kopi juga nih, kata temanku kopi yang aku buat sangatlah enak, mau coba?” Atma yang menawarkan kopinya.

Maya mengangguk dan menyadari bahwa cara pandang Atma ke dirinya sangatlah berbeda, perlakuan dan caranya berbicara sangatlah lembut, Maya pun tersenyum menerima kopi dari Atma.

“Aku coba ya” Ucap Maya sambil menyeruput kopi dari Atma.

“Gimana enak, bukan?” Tanya Atma yang sedang menyenderkan badannya ke pohon rindang itu.

Maya yang meminum kopi merasa hatinya seperti bebas tanpa beban, Maya sampai kaget karena kopi yang dibuat oleh Atma yang bisa menenangkan hati dan pikirannya.

“Enak banget dan bikin nyaman juga” Ucap Maya yang tersenyum lepas.

“Maya, sudah berapa lama kamu tidak senyum seperti itu, sampai-sampai kamu tersenyum berlinang kan airmata” Ucap Atma sambil menatap Maya.

“Apa?Aku tidak tahu, aku merasa senang dan bahagia aja” Ujar Maya menghapus air matanya.

Ditengah hari yang terik panas semakin menyengat mereka, Maya mengipas wajahnya dengan buku yang dia bawa, sedangkan Atma berdiri “Oiya, kamu sudah pernah ke balik taman itu” Ucap Atma sambil menunjuk arahnya.

“Belum, emang ada apa disana?” Tanya Maya yang penasaran.

“Mumpung matahari sangat terik dan sangat panas juga kita kesana, ada sebuah danau yang dikelilingi pohon-pohon, disana ada juga perahu, kamu mau naik perahu denganku?” Ajak Atma sambil mengulurkan tangannya untuk membantu maya berdiri.

“Tapi aku takut naik perahu, aku takut tenggelam” Jawab Maya.

“Emang kamu pernah tenggelam atau gimana?” Tanya Atma dengan serius.

“Belum pernah juga sih” Jawab Maya sambil mengikat rambutnya.

Atma terpesona dengan kecantikan maya yang sedang mengikat rambutnya “Cantik sekali, berbeda dengan dirinya yang kemarin” Ujar Atma dalam hati, Maya yang memanggil Atma dan mendekati Atma menjewer telinganya “Dasar hidung belang” Ucap lantang Maya kepada Atma.

“Tidak, begini, kamu terlihat cantik kalau mengikat rambut” Ucap Atma yang tersipu malu.

“Malah terpesona, Jadi apa tidak kesana ini?” Tanya Maya yang salah tingkah karena Atma memujinya.

“Jadilah, Tapi buang ketakutanmu yang belum pernah kamu coba, itu tidak baik” Ucap Atma sambil mengambil bukunya.

“Tapi kalau aku kecebur, bantuin, awas aja gak ya” Ucap Maya.

Mereka berdua menuju ke danau itu, mereka melewati taman bunga tulip yang sangat indah dan di penuhi oleh beberapa kupu-kupu yang terbang di sekitaran bunga tulip itu.

“Kamu tahu, taman ini menginginkan dua insan mengungkapkan perasaannya” Ucap Atma sambil menatap Maya.

Maya pun terkejut akan ucapan Atma, Maya mengira Atma akan mengungkapkan perasaannya, jantung Maya berdetak dengan kencangnya, tangan Maya gemetaran saking salah tingkahnya.

“Yah, itu untuk pasangan yang mengalami pendekatan sih, nah disana tempatnya, Maya” Tunjuk Atma.

Maya menghembuskan nafas panjang, karena lega bahwa Atma tidak berniat mengungkapkan perasaan, tapi ada sedikit rasa kecewa terbesit di hati Maya, Maya yang bingung akan perasaannya. Atma memanggil Maya karena Maya berhenti berjalan, tak lama Maya tersadar dan wajah Maya memerah karena tersipu malu dan menarik tangan Atma “Ayok cepetan, katanya mau naik” Ucap Maya sambil menarik dan bergegas menaiki perahu.

“Bukannya dia ya yang ketakutan naik perahu, kenapa dia yang ingin cepat-cepat naik perahu?” Ucap Atma dalam hati kebingungan.

Merekapun menaiki perahu kecil itu, Atma mengayuh perahu itu dan Maya memegang tepi perahu itu karena ketakutan, Atma yang melihat tingkah Maya sontak tertawa.

“Kau mengejekku ya?” Tanya Maya yang ketakutan.

“Tidak, cuman lucu aja, ngelihat tingkah kamu, sudah relax, santai, tarik nafas kamu dalam-dalam” Ucap Atma.

Maya melakukan apa yang Atma suruh, Maya mulai tenang sedikit demi sedikit dan akhirnya Maya pun tenang dan menikmati, tiba-tiba Atma berhenti di tengah danau kecil itu.

“Kenapa berhenti?” Tanya Maya.

“Lihat sebentar lagi ya, Maya, Kau akan takjub dan terpesona akan danau ini” Ucap Atma sambil berdiri di atas perahu.

Tak lama angin berhembus dan menjatuhkan dedaunan kering yang ada di pohon, Maya takjub dengan apa yang ia lihat, Mereka ditengah danau dan daun-daunan itu jatuh dan melewati mereka, seolah sedang berada di dunia fantasi romantis, Maya melihat Atma yang sedang membentangkan tangannya dan Atma menyuruh Maya untuk mengikutinya.

Maya mengikuti apa yang dilakukan oleh Atma sehingga Maya terasa seperti sedang terbang di awan, suara dipikiran menghilang dan hati terasa bebas tanpa beban sekali lagi, Maya menikmati suasana itu.

Atma melihat Maya membentangkan tangan dan meneteskan air matanya, Atma membiarkan hal itu terjadi, karena Atma tau begitu dalam luka dan rasa terkurung yang ia rasakan selama ini, kebebasan seperti ini harus Maya rasakan agar hidupnya mulai berwarna.

Selang beberapa waktu mereka berdua duduk kembali “ Bagaimana rasanya terbang bebas?” Tanya Atma sambil tersenyum.

“Kau penuh kejutan ya, Atma” Ucap maya yang mengalihkan Topik.

“Jawab dulu pertanyaanku!” Ucap Atma sambil menggoyangkan perahunya.

“Iya-ya akun jawab, iseng banget sih, aku bahagia, udah lama aku gak ngerasa bebas seperti ini, apa mungkin kamu sering melakukan ini, untuk mencari kebebasan sama denganku?” Tanya balik Maya.

“Maya, Apapun yang aku perlihatkan kepadamu saat ini tidak akan pernah terjadi kalau kamu tidak membuka hati dan pikiranmu untuk bebas, Aku melakukan ini hanya untuk mencari ketenangan hati dan itu penting banget untuk kita, Alam memberikan obat tenang yang sangat berkesan, jika kamu ingin bebas datang kesini dan terbang lah setinggi mungkin” Ucap Atma sambil mengayuh perahunya ketepian.

Maya terpanah akan ucapan dari Atma, sehingga maya menginginkan terus berada disampingnya, tapi maya tidak ingin menaruh hati kepada Atma, karena ia takut perasaannya tak berbelas.

Hati manusia memang sukar ditebak, Maya yang sedikit demi sedikit membuka hatinya, akan tetapi bayangan masa lalunya selalu menghantui pikirannya, maya selalu mencoba untuk tersenyum akan tetapi kesedihan selalu melandanya karena luka masa lalu.

Puisi-puisi yang Terlupakan

Sehabis dari danau, mereka berdua beranjak pulang, Maya yang selalu menatap buku yang selalu digenggam oleh Atma menanyakan “Kenapa buku puisimu selalu kamu bawa?” Tanya Maya di depan gerbang taman.

“Karena kita tidak tahu kapan pikiran dan hati ini merasakan perasaan yang sama, ya, bisa dibilang inspirasi saat menulis itu datang secara tiba-tiba” Jawab Atma sambil membuka bukunya.

“Sudah berapa banyak puisi yang sudah kamu buat?” Tanya Maya.

“Banyak sih, ini buku diary yang baru aku beli juga” Jawab Atma.

“Banyak? Seberapa banyak?”Tanya Maya yang penasaran.

“Hmm... kalau kamu mau, datang aja ke rumahku dan kamu bebas membacanya” Jawab Atma dengan lembut

.

“Boleh?Takutnya orang tuamu tidak menerima tamu” Ucap Maya dengan senyuman.

“Hahaha... Aku tidak tahu siapa orang tuaku, Aku di besarkan oleh Almarhumah nenekku” Ucap Atma yang menundukkan kepalanya.

“Hmm... Maafkan aku yaa, aku tidak tahu soal itu, Maaf ya” Ucap Maya sambil memegang tangannya karena merasa bersalah.

“Tidak apa-apa, Besok datang aja kerumah, kalau kamu mau juga” Ucap Atma sambil tersenyum.

Maya yang mengetahui latar belakang dari Atma sontak kaget dan kebingungan “Kenapa dia bisa tersenyum secara dia hidup dengan kesendirian?” Ucap Maya dalam hati.

Matahari pun terbenam, mereka pun berjalan untuk pulang dengan arah yang berlawanan, Maya berjalan pulang dengan rasa hati yang sedih mendengar perkataan Atma tentang keluarganya, Maya melirik kebelakang untuk melihat Atma kembali.

Maya pun memanggil Atma, Atma berhenti dan menoleh kepadanya, Maya yang berlari memutuskan untuk pergi kerumahnya hari ini, mereka berdua memiliki kesamaan tentang keluarganya, Maya yang ditinggal oleh kedua orang tuanya karena perceraian dan Maya hidup dengan kesendirian karena kedua orang tuanya pergi dengan keluarga baru mereka.

“Kenapa?” Tanya Atma.

“Itu... Hmm... Aku boleh sekarang aja ke rumahmu?” Tanya Maya.

“Yakin? Nanti kedua orang tuamu khawatir loh” Ucap Atma.

“Udah jangan hiraukan mereka, Ayo... lagian aku juga belum tau rumah mu dimana, bukan” Ucap Maya yang sambil menarik tangannya.

“Maya...” Panggil Atma melihat tangannya di tarik oleh Maya.

“Apa? Astaga Maaf-Maaf” Ucap maya yang merasa malu.

“Sekarang sudah berani megang tangan aku yaa” Ucap Atma mengejeknya.

“Apaan sih” Maya yang salah tingkah.

“Masa tangan aja yang di pegang, rangkulan dong, hahaha...” Ujar Atma sambil tertawa tipis.

“Ogah” Ucap judes Maya sambil menundukkan kepalanya.

“Yasudah kalau gitu, ayo jalan, nanti jangan kaget isi dari rumah ku berantakan yaa” Ucap Atma sambil.

menggenggam tangannya.

Mereka berdua berjalan di tengah kehangatan yang tersisa oleh mentari yang kian tenggelam, mereka bercerita dan tertawa seakan masalah yang mereka sembunyikan tidak pernah terjadi, mereka menyembunyikan kepahitan pada masa lalunya.

Sesampainya di rumah Atma, Maya melihat rumah itu berantakan sehelai kertas yang bertebaran dimana-mana, Maya yang mengutip kertas-kertas itu dan merapikannya, Atma yang melihat itu tersenyum kepada Maya.

“Maaf ya, sangat berantakan dan membuatmu kerepotan” Ucap Atma yang membantu mengutipnya.

“Dasar laki-laki, kenapa kamu tersenyum?” Tanya Atma Maya sambil melihat senyuman Atma.

“Tidak, Terimakasih yah” Sambil mengarahkan tangannya ke arah kepala Maya.

Maya dengan sontak menghindari dan menutup matanya saat Atma mau mengelus kepalanya, Atma bertanya-tanya kenapa dia menolak, Atma mengira dia tidak suka di elus, apalagi baru menjalani pertemanan “Maaf ya” Ucap Atma.

“Tidak apa-apa, berantakan banget rumah ini ya, seperti kapal yang pecah” Maya yang menggerutu sambil tersenyum.

Mereka membereskan semua yang berantakan, tak sengaja Maya melihat foto-foto Atma, foto Atma hanya sendirian tidak ada foto bersama keluarga dan neneknya, Maya melihat ada tulisan “Jika aku menemukan ayah dan ibuku suatu saat nanti, aku akan memaafkan apa yang mereka lakukan, sayang dan cintaku melebihi rasa benciku terhadap ayah dan ibu, izinkan aku untuk memeluk kalian untuk satu kali saja, aku ingin merasakan peluk hangat dari ayah dan ibu, aku percaya suatu saat nanti akan ada dimana kita saling memeluk dan penuh akan cinta”. Maya ingin menanyakan tapi tidak sekarang, Maya mengambil kertas itu dan menyimpannya dikantong.

“Oiya, ayok kita keruangan puisi” Ajak Atma.

“Hmm... Ayo” Ucap Maya sambil melirik ke lemari penuh dengan foto.

Sesampainya di ruangan itu, Maya takjub dengan isi ruangan, ruangan puisi penuh dengan tulisan puisi Atma bisa dikatakan seperti perpustakaan tiga lemari penuh dengan puisi dan dua lemari lagi penuh dengan setumpuk kertas, ditengah ruangan ada tempat duduk lesehan dan ada meja belajar yang berhadapan dengan jendela dan pemandangan.

“Wah ruangan ini nyaman sekali, aku bisa menghabiskan waktu membaca nih” Ujar Maya yang takjub akan suasana ruangannya.

“Ternyata kamu suka membaca ya” Ucap Atma sambil menyalakan musik suara hujan.

“Waduh, suara hujan, ini menenangkan banget sih” Ujar Maya.

Maya mulai melihat sekeliling ruangan dan lemari, disetiap rak memiliki judul besar dari puisi-puisinya, Separuh jiwa, Menari dengan hati, Terbang lah Hati yang terkurung, Bersedih dalam Sunyi, dan Puisi yang terlupakan, Maya bertanya kepada Atma “Apa maksud Puisi yang terlupakan?”.

“Itu adalah puisi yang tidak ingin aku ingat lagi, itu tentang kepedihan, penderitaan, dan menyalahkan diri sendiri, Aku tidak mau berada di ruang lingkup kesedihan yang begitu menyiksaku saat itu, maya”. Jawab Atma sambil duduk dan memperhatikan Maya.

“Terus kenapa masih disini?” Tanya Maya.

“Puisi-puisi yang terlupakan itu suatu saat akan menuntun seseorang menemukan cahaya, dan puisi-puisi itu akan menemukan pembacanya selain diriku” Jawab Atma.

“Tapi boleh aku membacanya?” Tanya Maya dengan suara lirih.

“Tentu, baca aja sepuasnya, Kamu mau susu atau kopi?” Tanya Atma.

“Hmm... Aku pengen lihat kamu buat kopi supaya aku bisa buat kopi seenak dirimu” Jawab Maya menghampiri Atma.

“Baiklah” jawab Atma.

Mereka pergi ke dapur Atma, Maya mengira Dapurnya lebih berantakan akan tetapi dapurnya sangatlah rapi dan tertata, Maya memperhatikan Atma membuat kopi.

“Begini caranya, pertama bubuk kopi ditaruh di kertas filter yang sudah dipasang diatas dripper, seduh kopi dengan cara menuangkan air secara perlahan ke filter. Tunggu sejenak sampai air merembes dan menetes ke gelas” Ucap Atma sambil mencontohkan kepada Maya.

“Kenapa ribet banget sih? Bukannya bubuk ini dimasukin langsung terus dikasih air padas dan gula” Tanya Maya yang kewalahan mencontoh Atma.

“Udah jangan banyak protes, selanjutnya, tunggu seduhan kopi selama 30 detik, nah setelah 30 detik, tetesan dari kopi itu memenuhi gelasnya dan tinggal di sedih, kalau mau manis tinggal ditambahkan gula sesuai selera, tapi jangan di tambahkan gula sebanyak 1 kg juga, ya” Ucap Atma sambil mencolek pipi Maya dengan kopi di jarinya.

“Apaan sih, kalau 1 kg gula bukan kopi namanya, itu nambah penyakit” Ucap Maya yang menggerutu.

Maya pun mencoba hasil dari yang ia buat “Wah, enak banget, sama seperti yang kamu bikin”. Atma pun menyeduh kopi sambil melihat Maya menari karena gembira.

Atma pun menghidupkan musik instrumen romantisnya dan melihat Maya menari dengan gembira, Maya pun menarik Atma yang sedang meminum kopinya, merekapun menari bersama dengan gembira.

Kegembiraan itu membuat suasana kebebasan hati yang mereka rasakan, Maya tertawa dan melupakan kenangan masa lalunya walaupun itu bersifat sementara, Atma yang melihat kegembiraan yang menghampiri Maya, ia juga melepaskan bebannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!