NovelToon NovelToon

Something different

Prolog

Namanya Dhea. Dia adalah salah satu alumni mahasiswi di Semarang. Dia merupakan orang yang sangat beruntung, karena kepintarannya dia berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi S2 di London, negara yang diidam-idamkannya sejak lama. Dhea memiliki paras yang lumayan cantik. Walaupun berada di negara bebas itu, namun dia tetap mempertahankan diri untuk selalu memakai jilbab, dan tidak mau budaya negatif di kota itu mempengaruhinya sedikitpun.

Dhea memiliki seorang sahabat pria bernama Bram.

Bram merupakan orang pertama yang dikenalnya saat pertamakali masuk ke kampus itu. Dia sama-sama mahasiswa baru seperti Dhea. Bram bukan hanya sekedar sahabat, tetapi dia juga yang menawari Dhea bekerja di swalayannya saat membutuhkan kegiatan di sela waktu kuliahnya. Orangnya ramah dan begitu menghargainya, tidak berani sedikitpun menyentuh atau berbicara kurang ajar padanya.

########

Di suatu malam Bram mengajak Dhea menghadiri pesta rekan bisnisnya. Sebenarnya dia sedikit keberatan, tapi Bram tetap bersikeras meminta Dhea untuk menemaninya. Rasanya tak enak hati untuk menolak ajakkannya itu, karena dia sudah banyak membantu Dhea selama berada di negara orang ini.

" Kamu yakin akan mengajakku ke pesta itu Bram?"

Tanya Dhea sambil membenahi jilbab di balik kaca mobil yang hendak dikemudikan Bram.

" Ya, aku yakin."

" Pasti orang-orang akan menatapku aneh disana nanti, penampilanku berbeda dengan mereka Bram."

" Hahaha....itu bukan masalah buatku, bukankah itu identitasmu?"

" Kenapa kamu tidak mengajak Alice tadi? bukankah dia pacarmu?" tanya Dhea.

" Ahhh sudahlah, aku ingin kamu yang menemaniku bukan dia, " sahutnya lagi.

Tak lama kemudian mereka berdua sudah sampai di tempat pesta itu.

" Ayo turun! kenapa ragu?"

" Eh iya." Entah kenapa Dhea begitu gugup setelah sampai di rumah mewah bergaya klasik itu.

Dibenahinya gaun dan jilbabnya agar terlihat rapi.

" Kau sudah nampak cantik Dhea, orang-orang pasti akan menatapmu kagum."

" Benarkah Bram? yakin aku tak akan membuatmu malu?"

" Tidak, percayalah padaku."

Kemudian mereka berdua berjalan beriringan, dan mulai memasuki ruangan yang begitu megah itu.

Beberapa pasang mata melihat ke arah mereka, mungkin mereka merasa aneh melihat penutup kain yang ada di kepala Dhea, sedangkan rata-rata wanita yang ada di ruangan itu memakai baju yang sedikit terbuka, membuat setiap mata lelaki yang melihatnya tidak berkedip.

Bram beberapa kali menyapa teman-temannya, sedangkan Dhea hanya tersenyum sesekali saja.

Dhea amat risih melihat tatapan orang-orang terhadapnya, diajaknya Bram ke sudut ruangan yang sedikit sepi, ada tempat duduk di situ. Mereka menikmati segelas minuman ringan sembari memperhatikan orang yang sedang bercengkerama di depannya.

" Dhe kamu lihat pria berjas hitam di sudut kiri kita itu?"

Dhea melihat seorang pria tampan dengan tubuh atletis dan begitu berkharisma, dengan setelan jas yang melekat di badannya. Terlihat dia sedang memeluk pinggang seorang wanita.

" Ya aku melihatnya."

" Dia itu anak teman papaku, pemilik rumah ini."

"Jadi dia tuan rumah acara pesta ini?"

" Ya benar. Namanya William."

" Dia itu pemuda yang mapan dan masih lajang, memiliki beberapa perusahaan di kota ini."

" Lalu kau sendiri? apakah bukan pria mapan? kau juga memiliki beberapa tempat usaha."

" Hahaha hanya beberapa, tapi dia banyak Dhe, bahkan mungkin dia mampu beli semua tempat usahaku itu ", jawabnya lagi.

" Hmmm sekaya apa dia? apakah hartanya itu sedemikian banyak sehingga sudah tidak terhitung lagi?" bathin Dhea.

" Dia sering mengadakan party seperti ini?"

" Ya, dia itu orang yang royal Dhe, apalagi untuk kesenangannya, dia tidak segan-segan untuk mengeluarkan uang berjumlah besar."

" Tapi jangan pernah bermain asmara dengannya!! kau tidak akan pernah bisa melupakannya, karena dia ahli di bidang itu hahaha." sambung Bram.

" Iihhhhh...!!" gumam Dhea.

Saat ini saja Dhea sudah begitu muak menatap pria itu memeluk wanita tersebut sambil sesekali menciumnya, apalagi membayangkan jika bercinta dengannya. Dhea langsung bergidik ngeri.

Mereka lalu melanjutkan ngobrol dan menikmati minuman sambil menatap pemandangan di luar jendela. Sesekali Dhea tertawa kecil mendengar cerita-cerita Bram.

" Hai Bram!! apa kabar?"

Tiba-tiba saja ada seorang pria menyapa Bram, Bram langsung menengok ke arah suara itu, ternyata pria yang menegurnya tadi adalah William.

" Hai will....kabarku baik," sahut Bram sembari menjabat tangannya.

" Sudah lama kau di sini?" tanyanya lagi.

" Yah lumayanlah," sembari menunjukkan gelas minumannya yang hampir habis.

" Kenapa kau tak menghampiriku? bukankah kita sudah lama tidak saling ngobrol?"

" Aku tak mau mengganggumu, sepertinya kau sedang asyik dengan wanitamu disana." Sembari mata Bram mengarah ke sosok wanita yang dipeluk William tadi.

" Hahaha kau bisa saja Bram."

" Sepertinya kau tidak pernah berubah Will....!!! kata Bram lagi.

Tiba-tiba tatapan William berpindah kepada Dhea, Dhea merasa sedikit kikuk melihat dia menatapnya begitu tajam. Lalu Dhea menundukkan pandangannya menghindari beradu mata dengan pria di depannya. Bram mengetahui William sedang memandang Dhea.

" Ohhhh kenalkan ini Dhea sahabatku." Kata Bram.

" Hai...aku William," kata William kemudian, sembari mengajak Dhea berjabat tangan.

" Aku Dhea...", sambil menyambut uluran tangannya.

Tiba-tiba dia hendak mencium tangan Dhea sebagai bentuk penghormatan seorang pria kepada wanita, namun Dhea buru-buru menarik tangannya.

" Maaf," kata Dhea.

" Sorry teman dia tidak sama dengan kita," kata Bram.

" Ooohh tidak masalah, kamu cantik sekali nona," katanya.

Dhea hanya sedikit tersenyum dan kembali sibuk bermain dengan gelas minuman di tangannya.

" Hei dia wanita yang sangat menarik Bram, yah walaupun sedikit berbeda," bisiknya sembari bermain mata dengan Bram.

" Jangan main-main dengannya dia wanita baik-baik Will," kata Bram.

" Hahaha santai saja teman, aku tak akan menyakitinya, hanya ingin memberinya perhatian sedikit saja." Kata William sambil mengerling penuh arti.

" Awas kau ya," sahut Bram lagi.

Sesaat kemudian William berpamitan meninggalkan Dhea dan Bram berdua, namun bukan kembali menemui wanitanya tadi, tapi justru seorang gadis yang sedang terlihat duduk sendirian sembari menikmati musik di depannya, perlahan William mengulurkan tangannya, saat uluran tangannya disambut gadis itu , William segera menciumnya seperti saat hendak mencium tangan Dhea tadi. Dhea hanya memperhatikan tingkahnya dari jauh saja, dan sedikit bergidik ngeri.

" Sepertinya William memang sengaja mengadakan pesta untuk menarik perhatian gadis-gadis cantik di kota ini ", kata Dhea dalam hati.

" Kau tau Dhe, kenapa aku tak mau mengajak Alice ke pesta ini?" tanya Bram setelah William pergi.

Dhea mengernyitkan dahinya mencoba mencari tahu jawaban pertanyaan Bram.

" Karena di sini banyak pria kaya seperti William, dan jika Alice kubawa kemari, mungkin dia akan langsung mengajak kencan William malam ini, dan aku tak akan dibutuhkannya lagi hahaha."

" Tapi kenapa kau masih berhubungan dengannya? sedangkan kau tau sifatnya."

" Aku hanya ingin bersenang-senang dengannya tidak lebih," sahut Bram sambil tertawa.

" Ternyata kau pria brengsek juga Bram." Kata Dhea.

" Tapi aku tidak seburuk William Dhe hehehe."

" Sepertinya William pria yang tidak suka basa basi ya Bram?" tanya Dhea kemudian

" Ya, dia memang pria yang tidak suka basa basi dan tidak suka ditolak, khususnya wanita," katanya lagi sambil terkekeh.

" Kau sudah lama mengenal William?"

" Cukup lama, kami berteman dari kecil walaupun selisih usia kami terpaut 3 tahun."

" Pantas kau sudah sangat mengenalnya."

" Yang jelas aku sudah sangat hafal tindak tanduknya nona." Kata Bram sambil mengerling penuh arti.

" Hhhhhhhh dia pasti laki-laki Don Juan," bathin Dhea.

Merekapunpun segera hanyut dalam lantunan musik di pesta itu, orang-orang mulai berdansa.

Bram langsung turun ikut berdansa ditemani seorang teman wanita, sedangkan Dhea tetap duduk di kursinya sambil memperhatikan mereka menari sembari saling memeluk. Kemudian Dhea mengalihkan pandangannya keluar jendela, rasanya sedikit risih melihat pemandangan yang buatnya tak biasa itu.

" Haaiii nona!! maukah kau berdansa denganku?" tiba- tiba William datang mengulurkan tangannya, dan berusaha mengajak Dhea berdansa.

" Ohh maaf tuan, aku tidak bisa berdansa," jawab Dhea sopan.

" Ayolah jangan malu-malu, aku akan mengajarimu, kau pasti bisa," katanya.

" Maaf sekali lagi aku tidak mau." Kata Dhea lagi.

" Lho kenapa? bukankah aku bersedia mengajarimu?"

Tidak mungkin Dhea menjelaskan kepada William, bahwa agamanya melarang saling berdekatan apalagi berpelukan dengan non mahram, tapi pasti dia tak akan paham soal itu, maka Dhea hanya bisa terus menolaknya saja.

" Hai teman, Dhea tidak akan mungkin mau berdansa dengan kita," Bram tiba-tiba sudah ada di samping Dhea.

" Kenapa?" Jawab Bram.

" Itu sudah aturan buat dia."

" Aturan yang seperti apa sehingga tidak membolehkan kita menari?" jawab William.

" Bukan begitu teman tapi.....!!!"

" Ahhhh sudahlah kau tak akan paham," sahut Bram lagi.

" Okelah kalau dia tak mau," jawab William.

" Tapi aku sepertinya sedikit tertantang dengan wanita cantik ini, karena belum ada satupun wanita yang berani menolakku," bisik William.

" Awas kalau kau mengganggunya!!!"

" Hahaha tenang saja teman," sahut William sembari pergi dan melirik Dhea sambil tersenyum.

" Ahhh syukurlah kau datang Bram, aku bingung harus menjelaskan seperti apalagi untuk menolaknya tadi."

" Tenang saja Dhe, kamu tak usah khawatir," jawab Bram.

Bram tau segalanya tentang Dhea, tentang agamanya, tentang keluarganya, tentang aturan-aturan buatnya, karena Dhea sering bercerita dengannya, maka dia sedikit paham mengenai itu.

Kemudian mereka kembali asyik mendengarkan alunan musik yang menggema di ruangan pesta.

Sedangkan William terus mencuri pandang ke arah Dhea sembari tersenyum licik, seolah sedang membayangkan sesuatu, walaupun sedang ada seorang wanita yang berada di pelukannya.

" Dhe kita pulang yuk! sudah malam," kata Bram sembari melirik arloji di tangannya.

" Tapi kita pamit dengan William dulu ya?" katanya lagi.

Dhea mengangguk sembari ikut berjalan di sampingnya, dan menghampiri William yang sedang asyik bercengkrama ditemani teman wanitanya.

" Will kita pamit dulu ya?"

William menengok ke arah mereka berdua, teman wanitanya menggelayut manja di lengannya, Dhea risih sekali melihat mereka seperti itu di hadapannya, apalagi melihat potongan baju teman wanitanya itu yang hampir menunjukkan belahan dadanya, rasanya perutnya langsung mual.

" Bukankah ini masih terlalu sore teman? apakah kau tidak ingin menikmati pesta ini sampai selesai? masih banyak acara yang seru nanti," sembari bermain mata ke arah Bram.

" Ihhh menyebalkan, pasti itu acara orang-orang dewasa yang menjijikkan," bathin Dhea.

" Maaf Will, aku harus mengantar temanku ini."

" Bukankah dia sudah cukup umur untuk mengikuti acara kita teman? ayolahh....!!!"

" Will kali ini aku tidak bisa, maaf sekali ya?"

" Okelah kalau itu maumu, tapi lain waktu aku mau kamu jangan menolak ajakanku ya?"

" Ok teman aku permisi dulu."

" Oh iya...temanmu ini sangat cantik sekali, maukah kau berbagi denganku?" katanya sembari melirik Dhea.

" Kau gila...!! ingat jangan kau ganggu dia ya!!!"

William tertawa terbahak-bahak, sambil menatap Dhea tajam seolah seperti serigala yang siap menerkam mangsanya.

Kemudian mereka segera keluar menuju kendaraan yang diparkir di luar gedung.

" Bram aku takut dengan temanmu tadi, sepertinya dia bukan pria yang baik ya?"

" Sebenarnya dia baik Dhe, hanya sedikit play boy hahaha."

" Ah itu sama saja Bram."

Kemudian Bram langsung menjalankan mobilnya dan meluncur membelah jalan di keramaian kota menuju tempat tinggal Dhea.

Insiden Pagi Hari

Pagi ini Dhea pergi ke kampus seperti biasanya. Dia mengenakan kaus tunik warna hitam, lalu dipadu padankan dengan celana jeans warna biru, tak lupa jilbab warna senada dan dibiarkan menutupi dadanya. Dipandanginya wajahnya di cermin, kemudian tersenyum puas, dan perlahan diayunkan kakinya menuju halte yang tak jauh dari tempat tinggalnya.

Dihirupnya udara pagi yang begitu segar. Dhea terus melangkah ke arah halte di seberang jalan. Namun entah kenapa, tiba-tiba pikirannya kembali membayangkan wajah William di pesta semalam.

" Pria itu sebenarnya tampan sekali, bahkan ketampanannya di atas rata-rata. Hanya saja sepertinya dia tipe pria yang suka bergonta ganti pasangan, tapi wajar saja dia orang yang kaya raya, dan bisa melakukan apapun dengan uangnya itu." Kata Dhea dalam hati.

" Seandainya ada pria seganteng itu di negaraku sana, hmmm sudah pasti jadi rebutan abg-abg di kampus," bathin Dhea lagi sambil tersenyum.

Namun betapa kagetnya dia, tiba-tiba sebuah mobil sport mewah hampir saja menabrak tubuhnya, dia langsung tersentak dari lamunan, dan terjatuh karena terkejut. Untung pengemudinya langsung menginjak rem sehingga tubuhnya tidak sampai tertabrak.

" Ahhhh hampir saja!! ini pasti karena aku melamun tadi, sehingga tidak tau ada mobil yang datang dari arah kiriku," kata Dhea dalam hati.

Perlahan pintu mobil terbuka, dan pengemudinya turun menghampirinya.

" Haaiii nona!! apakah anda baik-baik saja?" Tanyanya sambil menghampiri Dhea.

" Iya tuan aku baik-baik saja, maafkan aku," sahut Dhea sembari berusaha berdiri dan membersihkan celananya yang kotor.

Dia hendak membantu Dhea sembari memegang tangannya, namun Dhea segera menepiskan tangannya.

" Maaf, tolong lepaskan pegangan anda! aku bisa berdiri sendiri," sahut Dhea.

" Heiiii...!! kamu teman Bram semalam kan?" katanya.

Dhea langsung mengarahkan tatapannya ke wajah pria di depannya itu.Ternyata orang itu adalah William.

" Ohhhh iya benar, aku teman Bram." Kata Dhea.

" Anda tuan William kan?"

" Ya...kau masih mengingatku Dhe?" katanya sembari menyebut nama Dhea.

" Panggil saja aku William, aku masih terlalu muda untuk jadi tuanmu," jawabnya sambil tersenyum.

Dhea hanya tertawa kecil.

" Kau mau pergi kemana pagi-pagi begini?"

" Anda sendiri mau kemana?" Tanya Dhea balik bertanya.

" Ada sebuah urusan kecil dengan seorang teman," katanya.

" Pasti teman wanita? sepagi ini?" tebak Dhea tanpa basi basi.

" Hahaha begitu buruknya kau menilaiku nona, sudah cerita apa saja Bram tentangku, sehingga kau bertanya seperti itu?"

" Tidak, aku hanya melihatnya dari sikap anda semalam, sepertinya anda tipe pria pemuja wanita cantik?" kata Dhea lagi.

" Hmmm kamu benar nona manis, tapi bukankah itu bukan kesalahan?"

" Mungkin....tapi itu bagimu." Kata Dhea sedikit ketus.

" Hei mengapa jadi membahas tentang hal pribadiku? ayo aku antarkan!! kau mau pergi kemana?" tanyanya.

" Aku mau ke kampus, terimakasih atas tawaranmu, tapi aku sudah biasa pergi sendiri."

" Ohhh jadi ternyata kau seorang mahasiswi?"

" Kau pikir aku gadis yang berkeliaran di pinggir jalan, kemudian dibawa ke pesta oleh Bram, Tuan...??"

" Kenapa kau pemarah sekali? bukan begitu maksudku!"

" Aku tidak marah, hanya sedikit merasa aneh dengan pertanyaanmu."

" Oh maaf kalau begitu. Ayolah jangan menolak tawaranku, kamu tidak usah takut, karena aku tidak akan membawamu kabur," katanya lagi.

" Hahaha justru itu yang sedang kutakutkan tuan besar," sahut Dhea sembari tertawa kecil.

Kemudian langsung berlari menghampiri bus yang perlahan datang mendekatinya.

" Aku pergi dulu ya!! hati hatilah jika bermain-main dengan wanita!" teriak Dhea sembari melambaikan tangan padanya.

Sebenarnya Dhea sedikit ngeri dengannya, apalagi mendengar cerita Bram semalam, pasti dia seorang laki-laki hidung belang.

" Aku harus menghindarinya," bathin Dhea.

" Hhmmmmm gadis yang menarik," bisik William sembari tersenyum menyeringai, kemudian naik kembali ke dalam mobilnya.

Tak berapa lama Dhea telah tiba di kampusnya.

" Pagi Bram?"

" Pagi Dhea!!"

" Bagaimana tidurmu semalam? tidak terlalu larut kan untukmu memejamkan mata?"

" Hahaha biasanya juga aku selalu pulang malam dari swalayanmu," jawab Dhea.

Bram tertawa kecil.

" Aku tadi bertemu William saat akan berangkat kemari."

" Hah benarkah?" kata Bram terkejut.

" Ya, aku hampir saja tertabrak mobilnya, tapi itu karena salahku sendiri sih," kata Dhea kembali.

" Lalu kamu tidak apa-apa kan?"

" Nih lihat! aku baik-baik saja kok."

" Syukurlah," jawab Bram.

" Mau pergi kemana dia?"

" Katanya ada urusan dengan temannya, mungkin dengan teman wanita hahaha." Sahut Dhea sambil tertawa.

" Kamu ini ada-ada saja."

" Kamu sendiri kan yang mengatakan bahwa dia ahli di bidang itu," kata Dhea lagi.

" Tadi dia juga mau mengantarkan aku kesini Bram."

" Lalu kamu terima ajakannya?"

" Hahaha aku tidak sebodoh itu untuk masuk perangkapnya Tuan Bram," kata Dhea sembari tertawa.

" Syukurlah.....gadis yang pintar," kata Bram sambil menarik nafas lega.

" Aku pikir kamu akan terpesona melihat ketampanan dia kemarin Dhe...."

" Hehhhhh mana mungkin aku mau dengan dia, sedangkan dia selalu bergonta ganti pasangan, bisa bisa aku patah hati dibuatnya tuan."

" Hahahaha kau ini bisa saja Dhe..!!"

" Bram, apakah semalam Alice tau kita pergi bersama ke pesta itu?"

" Tidak Dhe, aku tidak memberitahukannya, jika dia tahu pasti akan langsung protes padaku."

" Iya Bram pasti itu, dia kan pacarmu jadi lebih berhak pergi bersamamu dibanding aku. Aku tidak mau dia salah paham denganku, karena selama ini dia amat cemburu padaku."

" Tenanglah Dhe, aku akan merahasiakannya," jawab Bram lagi.

Sementara itu William terus menambah kecepatan laju kendaraannya. Gara-gara insiden bersama Dhea tadi dia kehilangan sedikit waktunya, padahal dia sudah berjanji untuk datang ke apartemen Paula tepat waktu.

Setelah tiba di tempat tujuannya, William segera berlari kecil menuju kamar Paula.

Wanita cantik itu telah menunggunya sedari tadi.

Paula merupakan teman wanita William, dan baru dikenalnya 2 bulan yang lalu saat mereka sama-sama berada di pesawat. Paula sosok perempuan cerdas, energik, berani, dan menyenangkan. William sangat terpesona oleh kecantikkannya. Walaupun belum ada komitmen khusus diantara mereka, namun keduanya sudah sama-sama dekat, bahkan tidak jarang tidur bersama. Namun sebenarnya William tidak pernah serius menjalani hubungan dengan satu wanita. Saat inipun bukan hanya Paula saja yang mengisi kekosongan hatinya. Namun ada beberapa lagi yang juga dikencaninya. Dia bisa dengan mudah mencari wanita lain yang diinginkannya, dan dia belum pernah mengalami penolakan dari satu orangpun karena semua tau siapa William itu. William adalah Sosok konglomerat muda, tampan, dan membuat semua wanita tergila-gila padanya.

" Hai sayang maaf ya aku terlambat!!" kata William sambil mengecup bibir Paula yang sudah menunggunya dari tadi.

" Darimana saja kamu? sudah setengah jam aku menunggumu di sini."

" Tadi aku hampir menabrak seseorang, jadi perjalananku terhambat karena harus menolongnya sayang." Kata William sambil memeluk tubuh sintal Paula.

" Apakah yang kau tabrak itu seorang wanita?"

" Ya seorang wanita, kau sungguh pintar menebak."

" Hmmm aku tau kamu Sayang. Tak akan mungkin kau mau membuang-buang waktumu hanya demi menolong seseorang, karena pasti kau akan segera meninggalkannya dan hanya memberikan selembar cek jika itu bukan seorang wanita bukan? benar tidak dugaanku?"

" Hahaha kau benar-benar wanita cerdas dan sangat mempesona, aku menyesal semalam minum terlalu banyak di pesta itu, dan lupa menemanimu tidur. Tapi aku akan menggantinya hari ini sayang," kata William sambil menggendong tubuh Paula ke atas ranjang dan mencumbunya di situ.

Pertengkaran di toko

Sepulangnya dari kampus Dhea hanya sempat beristirahat sebentar, karena sore ini harus berangkat lebih awal ke tempat kerja, banyak nota-nota barang yang harus diperiksa.

Dhea amat sibuk di depan meja kasir, sehingga tidak memperhatikan satu persatu orang yang masuk ke dalam toko. Tiba-tiba dia dikejutkan dengan suara ribut-ribut di dalam sana. Dhea spontan langsung berdiri dan mencari sumber suara itu, dan berjalan tergopoh-gopoh mengikuti suara yang sepertinya berasal dari dalam toko itu. Benar saja, ternyata salah satu rekan kerjanya Olive sedang dimarahi seorang pengunjung toko. Dilihatnya Olive sedang merangkak, memunguti beberapa benda yang berjatuhan di bawah wanita yang berdiri angkuh di atasnya sambil memaki-makinya. Tiba-tiba Dhea melihat ada sebuah benda yang menarik perhatiannya, sebuah alat kontrasepsi, ya wanita itu membeli satu kotak alat kontrasepsi pada barang belanjaannya.

" Maaf ada apa ya?" tanya Dhea.

" Lihat temanmu ini! apakah dia tidak punya mata sehingga menabrakku dan menjatuhkan semua barang belanjaanku?" sahutnya kesal.

" Ooohhh maaf nona, mungkin dia tidak sengaja."

" Mana bos kalian? aku akan menelfonnya karena memiliki pegawai yang tidak becus bekerja!!" teriaknya lagi.

" Sekali lagi maafkan dia nona, apakah anda benar-benar merasa dirugikan sehingga semarah ini?"

" Ya, jelas! aku merasa terkejut tadi, dan sekarang waktuku terbuang sia-sia, karena harus menungguinya memunguti belanjaanku!!"

" Maafkan saya nona, saya tadi benar-benar tidak sengaja!!" kata Olive memelas sambil berusaha berdiri.

Dhea membantunya bangun, dilihatnya wajah Olive begitu pucat, mungkin dia amat takut melihat kemarahan wanita tersebut.

" Mudah sekali kau meminta maaf, dasar pegawai bodoh!!!" teriaknya lagi.

" Nona cukup! anda sudah sangat keterlaluan!!" kata Dhea sedikit keras.

" Heiii....kau berani membentakku ya!!"

" Karena anda sudah di luar batas!!" jawab Dhea tak kalah sengit.

" Ooohhh kau mau membelanya?"

" Saya tidak membelanya, tadi saya hanya berusaha melerai, tapi justru anda semakin memaki-makinya!!"

" Ya ya ya....sepertinya toko ini memang berisi sekumpulan orang-orang bodoh dan tidak tau sopan santun!"

" Maaf, saya rasa andalah yang tidak mempunyai sopan santun, lihat sendiri sikap anda dari tadi, teriak-teriak dan memakinya seperti orang yang kurang waras saja."

" Kau ya, mulutmu memang kurang ajar!!" kata wanita itu sambil berusaha ingin menampar Dhea, tapi Dhea segera meraih tangannya, kemudian dipelintir semampunya.

" Auuuwww....lepaskan tanganku! kulaporkan kau ke pihak yang berwajib karena telah menganiayaku."

" Silahkan, laporkan saja, aku tidak takut. Lihatlah banyak orang di sekelilingmu, mereka semua bisa jadi saksi atas tingkah lakumu tadi."

Tiba-tiba saja Dhea mendengar teriakan seorang pria yang sedang berasal dari ujung sana.

" Sayang....!!! hei ada apa ini? apa yang terjadi?"

Dhea tidak tau siapa pria itu, karena posisi tubuhnya membelakangi pria tersebut.

Dhea tetap mencengkeram tangan wanita tersebut, tanpa memperdulikan suara pria yang berteriak di belakangnya.

" Sayang...tolong aku, pegawai gila ini menyakitiku!!"

" Hei lepaskan tangan dia!!!" kata pria itu sambil menarik kasar tangan Dhea.

" Auuuwww...!!" teriak Dhea, tenaganya begitu kuat mengibaskan tangannya, sehingga Dhea merasa kesakitan.

" Kau tidak apa-apa sayang?" kata teman pria wanita itu.

Dhea meringis sambil memegangi lengannya, Dhea merasakan sedikit ngilu di bahunya, mungkin tadi terkilir akibat ditarik terlalu keras.

" Lihat Will...pegawai gila ini sudah keterlaluan denganku," kata wanita itu.

Pria yang dipanggil Will tadi langsung membalikkan tubuhnya. Dhea masih meringis kesakitan. Namun alangkah kagetnya dia saat tau siapa pegawai yang berdiri di depannya tersebut.

" Dhea? kamu Dhea?"

Dhea terkejut saat menatap teman pria wanita itu.

" William!!"

" Ada apa Dhe? kenapa kalian bertengkar?"

" Ohhh rupanya wanita yang tak memiliki etika ini pacar anda tuan?"

" Kau jangan sembarangan bicara ya!! kaulah yang tidak beretika, idiot dan tidak berpendidikan!!"

" Hahaha kasian sekali teman anda ini Tuan William, mengatakan aku tidak berpendidikan, jelaskan padanya apa pendidikan terakhirku!! dan tolong ajarkan dia sopan santun untuk lebih menghargai orang lain, jangan pernah merendahkan kami!!" kata Dhea ketus.

" Ya Dhe, maafkan dia," kata William kemudian.

" Heii...kenapa kau justru meminta maaf padanya sayang? aku yang dirugikan saat ini?"

" Sudahlah Paula, malu dilihat orang, ayo kita pulang saja!"

" Tidak Will, aku harus buat perhitungan dengannya."

" Sudahlah, jangan kau perpanjang ", kata William sambil menarik tangan Paula, kemudian beranjak pergi dari toko.

" Hei....apa kalian tidak jadi membeli ini?? bukankah bisa berbahaya nanti jika tidak dipakai!!" teriak Dhea sambil menunjukkan sekotak alat kontrasepsi yang akan dibeli Paula tadi ke arah William yang menengokkan kepalanya, sembari tersenyum mengejek.

William hanya diam saja, sambil menarik tangan Paula yang tidak berhenti mengumpat.

William terus menarik Paula hingga masuk ke dalam mobilnya.

" Hei Will, kenapa sih kau malah membiarkan mereka? aku disini yang merasa dirugikan, kau lihat sendiri kan pegawai itu tadi menyakitiku?"

" Sudahlah Paula, aku tau kamu, emosimu itu tidak pernah bisa kau kendalikan."

" Hei kenapa kau menyalahkanku?"

" Aku tidak menyalahkanmu, seharusnya kamu bisa lebih sabar tadi, dan tidak perlu marah-marah di tempat umum, apakah kau tidak malu jadi tontonan banyak orang?"

" Hmmm sepertinya kau memang ingin membela mereka, apakah karena wanita penjaga tadi? oh ya siapa tadi kau sebut namanya? Dhe? ya Dhe, kamu tadi memanggilnya seperti itu. Apakah kalian sudah saling mengenal sebelumnya?"

" Dia itu teman Bram sahabatku, aku juga baru mengenalnya tadi malam saat Bram mengajaknya ke pesta."

" Ooohhh so sweet, ternyata benar dugaanku, apakah kau tertarik dengannya? aku lihat wanita itu memang lumayan cantik."

" Sudahlah jangan membuat masalah, aku tidak membela siapa-siapa, aku hanya tidak ingin kau mempermalukan dirimu sendiri di depan banyak orang tadi."

" Aahhh persetan, aku tidak perduli. Ingat!! masalah ini belum selesai, aku akan buat perhitungan dengannya nanti," kata Paula dengan mimik wajah penuh dendam.

" Terserah kau saja," jawab William kesal sambil terus mengemudikan mobilnya.

Sementara itu Dhea masih merasakan sedikit nyeri pada tangannya, sehingga sakit untuk digerakkan.

" Kuat sekali tenaganya saat menghempaskan tanganku, sampai tanganku terkilir seperti ini," bisik Dhea.

" Dhe, tanganmu masih sakit? sini aku bantu memijatnya."

" Oh tidak perlu Liv, terimakasih. Nanti juga akan sembuh sendiri, aku sudah memberinya obat gosok tadi."

" Baiklah kalau begitu," kata Olive sambil meninggalkannya.

" Sialan kamu Will, gara-gara ulahmu tanganku jadi sakit begini, ternyata kamu bukan cuma pria menyebalkan tapi juga kasar," umpat Dhea dalam hati.

Kemudian Dhea segera berjalan ke meja kasir, untuk kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi.

Sementara itu mobil William sudah hampir tiba di apartemen Paula.

" Sayang aku nanti langsung pulang ya?" kata William memberitahu Paula.

" Kenapa Will? bukankah tadi kau sudah janji ingin menemaniku sepanjang hari? apakah kau tidak tertarik untuk tidur di bawah selimut yang sama denganku nanti?"

" Maaf Paula, aku sepertinya berubah pikiran."

" Ada apa Will? apakah kau ada janji dengan wanita yang lebih menarik daripada aku?"

" Hahaha kau sepertinya tau sifatku, kau sungguh wanita yang pintar baby."

" Huh kamu memang menyebalkan Will!!" sahut Paula sambil membuang pandangannya keluar jendela.

Setelah Paula turun dari mobil, William langsung pergi meninggalkannya. Tiba-tiba saja moodnya untuk bersama paula malam ini hilang, karena sikapnya yang menyebalkan tadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!