NovelToon NovelToon

EGO

Eps 1

"Ck Chev kemana sih?” suara gerutuan terdengar begitu jelas di telinga untuk didengar.

Sejak kemarin kekasihnya tak memberikan kabar sama sekali atau sekedar menghubungi pun tidak. Membuat hatinya kesal dan urung-uringan.

“Lo kenapa lagi sih Tha? Gak pernah anteng perasaan.” Ujar Xania, selaku sahabat wanita cantik di hadapannya itu.

Sudah sejak awal mengenal wanita cantik dengan nama lengkap Agatha Adara itu, Xania paham dengan sifat sahabat satunya itu yang sering uring-uringan sendiri.

Mendengar komentar sahabatnya, Agatha melirik sebentar ke arahnya dan memutar bola matanya malas. Bosan mendengar komentar Xania yang selalu sama. Tanpa sadar kelakuannya sendiri juga selalu sama, sehingga membuat Xania bersikap seperti itu.

Mereka yang sama-sama menggerutu, tanpa menyadari seorang pria yang berjalan pelan menuju kearah mereka.

“Sayang” Panggil pria itu setelah sampai di hadapan kekasihnya. Sontak suara nya itu tentu membuat keduanya terkejut, namun hanya beberapa saat.

“Eh sayang udah sampai.” Ujar Xania berhambur memeluk kekasihnya itu. Tanpa menyadari tatapan malas wanita yang sejak tadi bersamanya, yang merasa iri. Karena kekasihnya sendiri justru tak ada kabar sama sekali.

“Tha, Arlo mau ngajak gue pergi. Gue duluan ya.” Pamitnya setelah melepaskan pelukannya bersama kekasihnya, Arlo. Tangannya tampak merangkul mesra lengan kekar kekasihnya.

Bukannya langsung mengiyakan, Agatha menahan langkah kedua sejoli yang akan pergi meninggalkan dirinya sendirian itu.

“Tunggu, lo mau ninggalin gue sendirian?” tanya Agatha dengan wajah memelas. Bosan sekali jika harus ditinggal sendirian.

Xania tersenyum manis sebelum menjawab pertanyaan sahabatnya itu. “Lo tenang aja, Qara sama Bastian bentar lagi sampai, gue udah minta mereka nemenin lo di sini. Mereka juga gak akan kemana-mana, soalnya baru dinner berdua.” Jelas Xania tanpa menunggu respon Agatha, karena sahabatnya itu tentu akan melakukan berbagai cara untuk menghentikan mereka pergi.

“Ck nyebelin benget sih semuanya.” Decak Agatha merasa kesal sembari menatap punggung sahabatnya dan sahabat kekasihnya berlalu pergi meninggalkan dirinya sendiri.

Pada akhirnya dirinya hanya mampu menyandarkan tubuhnya dengan pasrah di sofa empuk di ruang keluarga rumahnya. Mencoba mengalihkan rasa bosannya menatap pada televisi yang menyala memperlihatkan acara komedi, kesukaan Xania.

Hingga tiba-tiba atensinya terganggu, kala mengingat sesuatu. Dengan spontan menegakkan tubuhnya dengan gerakan kilat.

“Arlo kan sahabatnya Cheva, kenapa gue gak tanya dia aja Cheva kemana. Bego banget sih gue.” Gumam Agatha memukul-mukul kepalanya dengan kesal. “Ya udahlah entar gue tanya Bastian, gue baru inget dia sahabatnya juga.” Gumamnya lagi.

Agatha jadi mengingat kilas masa lalu mereka. Kala dirinya sedang melakukan pendekatan dengan Cheva, justru kedua sahabat kekasihnya itu juga ikut gencar mendekati kedua sahabatnya, Xania dan Qara.

Pada saat itu mereka memang sama-sama tidak memiliki pasangan, hingga pertemuan pertama mereka menimbulkan benih-benih ketertarikan di hati kedua sahabat Cheva dan kedua sahabatnya. Jika diingat-ingat lucu, namun begitulah faktanya.

Mengingat masa lalu mereka, membuatnya teringat kembali pada kekasihnya. Pria dengan nama lengkap Cheva Dharmarendra itu tidak ada kabar sama sekali sampai detik ini. Membuatnya kembali sedih dan sendu.

“Jangan-jangan Chev selingkuh lagi dibelakang gue.” Gumamnya lirih dengan tatapan sendu, bahkan matanya sudah mulai berkaca-kaca.

Hingga adegan melonya harus terhenti saat mendengar teriakan keras dari arah depan rumahnya, siapa lagi jika bukan sahabatnya yang paling cerewet.

“Agatha! I’am coming.” Teriaknya memasuki ruangan di mana Agatha berada.

Melangkah dengan cepat ke ruang keluarga, dengan menggandeng tangan kekasihnya, Bastian. Setelah menapakkan kaki di ruang keluarga, tampaklah sahabatnya menatap dengan tatapan malas menyambut kedatanganya bersama Bastian.

“Oh my god, lo kenapa sayangku. Utu-tu jangan sedih-sedih oke, gue udah datang sama cowok gue nih, buat nemenin lo.” Ujar Qara memeluk Agatha dengan paksa, karena Agatha tampak menolak pelukan itu.

Bagaimana tidak menolak, jika Qara berbicara dengan kencang tepat di sisi telinganya. Membuat telinganya begitu nyaring dan berdengung.

“Yang, lepasin. Liat Agatha gak nyaman tuh kamu peluk kenceng gitu.” Tegur Bastian yang mengerti dengan situasi yang tengah Agatha hadapi, hanya berniat membantu.

Sontak Qara langsung melepaskan pelukannya, perkataan Bastian memang obat paling manjur untuk wanita cantik satu itu.

Daripada menanggapi sahabatnya yang suka heboh sendiri itu, Agatha memilih fokus kearah Bastian, demi menuntaskan rasa penasarannya sejak tadi.

“Bas, lo tahu Chev di mana? Dari kemarin dia gak ada ngabarin gue, udah lupa kali gue ceweknya.” Tanya Agatha dengan ketus.

“Ya kali, enggak mungkin Tha dia lupa sama lo. Gue gak tau pasti dia di mana, tapi setahu gue dia gak ada ngomong mau pergi. Kemungkinan di rumah, kali aja rusak handphone dia, jadi gak bisa ngabarin lo.” Jelas Bastian tak ingin membuat Agatha berpikir negatif.

Mendengar jawaban Bastian, membuat Agatha mengulas senyuman sinis.

“Kalau dia emang di rumah, pasti bakal samperin gue kalo gak bisa ngasih kabar. Kalaupun rusak tuh handphone, bisa beli lagi kan. Lo lupa bukan hal sulit buat beli handphone buat dia. Kecuali dia emang sengaja gak niat ngabarin gue, atau mungkin besti lo itu punya yang baru? Haha lucu banget gue nunggu dia kayak orang gila gini.” Jelas Agatha dengan nada sinis.

“Kalian nginep aja kalau mau nginep, gue mau masuk.” Ujar Agatha meninggalkan mereka untuk masuk ke kamarnya. Agatha memilih tidur dibanding memikirkan Cheva yang belum tentu ingat pada dirinya.

“Temen kamu gimana itu, yang?” tanya Bastian tampak khawatir dengan Agatha.

Meski mereka sudah hafal dengan watak Agatha yang memang sering berpikir berlebihan dan negatif, namun tetap saja rasa khawatir akan selalu ada.

“Agatha emang gitu orangnya, entar juga sembuh sendiri kalau Chev udah ada kabar.” Ujar Qara yang paham dengan sifat Agatha, karena memang sejak kecil mereka berteman.

“Aku hubungi Chev dulu, tanyain dia kemana.” Ujar Bastian yang ingin membantu.

Padahal bukan sekali dua kali Agatha bertingkah seperti ini. Setiap Cheva absen memberi kabar, Agatha akan uring-uringan bahkan menjadi marah kepada semua orang yang ada di sekitarnya.

“Kamu temenin dia aja sana, yang. Masuk ke dalam. Entar Agatha makin menjadi.” Saran Bastian, untuk mengindari Agatha bertindak aneh-aneh. Meski belum pernah terjadi, namun tidak ada yang tahu.

“Ya udah aku masuk dulu ya, yang.” Pamitnya.

Setelah kepergian Qara, Bastian segera menghubungi Cheva. Dan langsung tersambung ke panggilan.

“Lo di mana Chev? Cewek lo uring-uringan gak lo kabarin dari kemarin katanya.” Ujar Bastian dengan apa adanya.

“Gue di rumah Bas, lagi ada acara di rumah. Bokap ngelarang gue pegang hp, karena banyak kelurga nyokap gue yang dari luar ikut dateng.” Jelas Cheva sesuai fakta.

“Hm harusnya lo kabarin dia dulu, udah tau sifatnya gimana malah lo pancing-pancing.” Ujar Bastian.

“Iya entar gue hubungin dia, mereka juga udah pada pulang ini. Tinggal beberapa lagi.” Jelas Cheva.

“Bagus lah”

Next .......

Eps 2

Akhirnya Bastian dapat bernapas lega. Memang seketat itu keluarga Cheva, jadi alasan pria itu memang cukup masuk akal. Keluarga Cheva memang termasuk jajaran pengusaha hebat sama seperti dirinya dan kekasihnya. Baik keluarga Agatha, Xania, dan Arlo juga termasuk jajarannya.

Dari mereka berenam Cheva yang paling berbeda, baik dari gaya hidup yang begitu ditekankan dengan begitu disiplin dan ketat. Bahkan keluarga sahabatnya itu dapat dikatakan berada di posisi nomor satu dalam jajaran kastanya. Cukup rumit sebenarnya, jika menjalin hubungan dengan Cheva. Karena keluarga pria itu akan menuntun ketat dan disiplin calon menantunya.

Secara kasat mata, Agatha sepadan dengan keluarga Cheva. Namun sifat Agatha yang tampak begitu rapuh, membuatnya berpikir apakah mampu mengimbangi jiwa tegas dalam tradisi keluarga Cheva. Hanya Cheva yang mampu membantu kekasihnya itu.

“Lo ngapain kesini? temenin cowok lo sana.” Usir Agatha dengan lesu. Tenaganya terkuras habis memikirkan kekasihnya yang tak kunjung memberikan kabar sama sekali.

“Gue mau temenin lo, entar aneh-aneh lagi lo.” Tutur Qara dengan gamblang, memang itu kekhawatirannya.

“Ck gue bukan anak kecil” ketus Agatha memutar bola matanya malas.

Bunyi ponsel Agatha berhasil mengalihkan perdebatan mereka.

“Tuh si Chev kali, coba liat dulu.” Ujar Qara yang menebak.

Agatha menuruti perkataan sahabatnya itu, mengambil ponselnya yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya. Dan benar saja, rupanya Cheva yang menghubungi dirinya. Dengan wajah kesal yang siap mengomel, Agatha menjawab panggilan itu.

Sementara Qara yang melihat gelagat sahabatnya yang siap untuk mengeluarkan amarah, memilih untuk menegakkan tubuhnya dan berlalu pergi. “Tha, gue keluar aja deh. Biar lo lebih leluasa ngobrolnya sama Chev.” Ujar Qara menyengir.

Agatha mengangguk pelan, perhatiannya lebih fokus pada ponselnya.

“Sayang, kamu kemana aja. Dari kemarin aku nunggu kabar dari kamu, tapi kamu gak ada ngabarin aku sama sekali. Kamu udah gak sayang aku kan, udah gak mau sama aku lagi. Udah bosen ya sama aku?” rentetan omelan keluar dari bibir Agatha dengan nada ketus.

Membuat seorang pria yang ada di panggilan seberang hanya mampu menggelengkan kepalanya dengan tingkah Agatha.

“Lagi ada acara keluarga sayang, entar aku ke rumah aku jelasin. Maaf ya.” Tutur Cheva dengan nada lembut. Paham kemarahan Agatha tidak untuk ditanggapi dengan sama kasarnya.

“Aku gak percaya, kamu pasti selingkuh atau pergi sama cewek lain kan. Udahlah ngaku aja Chev, aku juga banyak kurangnya kok. Cukup sadar diri aku, tinggalin aja udah. Gak penting juga aku, buat dikasih kabar juga.” Omelan Agatha masih terus berlanjut sampai membuat telinga Cheva panas rasanya.

Mendengar Agatha yang masih terus mengomel, Cheva hanya mampu menghembuskan nafasnya dengan berat. Selalu seperti ini jika dirinya melakukan kesalahan. Sekecil apapun kesalahan itu.

“Ya udah oke, aku ke rumah sekarang.” Putus Cheva paham dengan kegundahan hati kekasihnya itu.

Setelah mendengar ucapan kekasihnya itu, Agatha langsung menutup panggilan tanpa berkata apa-apa.

“Dasar cewek” gumam Cheva pelan.

Tanpa menunggu lagi, pria tampan itu segera pergi menuju rumah kekasihnya. Meskipun sudah malam, namun tak membuatnya menunda rencana itu. Karena Agatha akan semakin marah jika tidak segera diselesaikan urusan mereka.

“Mau kemana Chev?” tanya Mama kepada putranya itu. Sudah malam, Cheva juga pasti Lelah setelah acara keluarga yang memakan waktu dua hari ini.

“Ke rumah Agatha Ma.” Jawab Cheva dengan jujur apa adanya.

Mama mengangguk mengerti, Ia kenal dengan kekasih putranya itu. Karena sempat diajak main ke rumahnya juga tempo hari. “Udah malem sayang.” Ujar Mama tampak khawatir.

“Gak papa Ma, nanti Cheva nginep kalo kemalaman Ma. Di rumah Arlo juga deket sama rumah Agatha.” Ujar Cheva demi membuat sang mama tak khawatir lagi.

“Ya udah hati-hati.”

Mama Cheva akhirnya mengizinkan karena memang rumah Arlo begitu dekat dengan rumah Agatha, dibandingkan rumahnya yang lumayan jauh dari rumah Agatha. Karena rumah Arlo masih satu komplek dengan rumah kekasih Cheva itu.

...***...

Sesampainya di rumah kekasihnya, Cheva segera turun dan memasuki rumah mewah itu. Saat sampai di depan, dirinya telah disambut sahabatnya bersama kekasihnya. Siapa lagi kalau bukan Bastian dan Qara, sahabat kekasihnya.

“Chev Chev lo perasaan doyan banget mancing mancing masalah. Udah tau cewek lo gimana, masih aja gak ada kapoknya lo.” Tutur Bastian tak habis pikir dengan Cheva. Harusnya dapat mengantisipasi hal-hal begini terulang terus-menerus.

“Ck diem lo, ini urusan gue.” Tukas Cheva dengan datar.

Cheva kembali melangkahkan kakinya untuk menuju kamar kekasihnya.

“Sayang” panggilnya karena ternyata pintu kamar Agatha terkunci dari dalam. Sepertinya wanita cantik itu sengaja.

“Aku gak mau ketemu kamu.” Ketus Agatha menjawab dari dalam.

Cheva menghela nafasnya dengan lelah, “aku udah jauh-jauh datang kesini mau ketemu kamu. Aku kangen sama kamu, kamu enggak kangen?” ujar Cheva dengan lembut.

Sikapnya akan selalu lembut terhadap kekasihnya, berbeda jika dengan sahabatnya atau orang lain.

Mendengar tutur lembut Cheva, membuat Agatha yang berada di dalam akhirnya luluh. Kakinya perlahan terulur menapak lantai, melangkah membukakan pintu untuk sang kekasih.

Ceklek

Cheva memperlihatkan senyuman manisnya untuk disaksikan Agatha, namun berbanding terbalik dengan Agatha yang menyambut dengan tatapan sendu dan wajah sembab.

“Kenapa?” gumam Cheva yang langsung membawa kekasihnya untuk masuk ke dalam dekapannya.

“Kamu jahat, gak ada kabar sama sekali.” Isak Agatha memukul-mukul dada Cheva dengan kencang, demi melampiaskan kekesalannya yang menggunung.

Cheva masih belum menanggapi, membiarkan Agatha mengeluarkan segala unek-unek dalam hatinya. Dengan perlahan mengangkat tubuh kekasihnya untuk Ia gendong, membawanya masuk ke dalam kamar wanita itu dan mengunci pintunya. Tak ingin diganggu kala sedang menyelesaikan masalah mereka.

Cheva membaringkan tubuh Agatha di kasur empuk milik gadis itu, dirinya pun ikut berbaring dan kembali memeluk kekasihnya itu. Mengusap lembut kepala Agatha yang sedang asik terbenam di dadanya. Dapat Ia dengar dengan jelas isakan kecil Agatha yang belum berhenti sama sekali.

“Kemarin sampai hari ini ada acara keluarga di rumah. Papa ngelarang semua anggota keluarga buat pegang handphone. Kamu tau gimana keluarga aku, aku gak mungkin bantah itu. Jadi gak bisa kasih kamu kabar.” Jelas Cheva masih dengan posisi yang sama, tangannya tak berhenti mengusap kepala Agatha dengan lembut.

“Maaf ya, buat kamu sedih. Aku gak kemana-mana. Apalagi selingkuh seperti yang kamu bilang. Gak ada wanita lain kecuali kamu sayang.” Ujar Cheva kembali memberi penjelasan.

Perlahan isakan Agatha terdengar mereda, tak lagi seintens semula. Tampaknya Agatha menerima penjelasan yang Cheva sampaikan.

Next .......

Eps 3

"Kenapa kemarin gak ngabarin aku. Kamu bisa kasih tahu aku dulu, kalau bakal ada acara keluarga gak bisa hubungi aku. Tapi kamu malah milih gak ngasih tau sama sekali." Ujar Agatha yang masih tak terima dengan alasan yang Cheva jelaskan. Hatinya terlanjur sedih, kesal juga kacau.

Cheva melabuhkan kecupan di kening kekasih nya yang sedang merajuk itu. "Iya aku minta maaf ya sayang. Kemarin acaranya mendadak Mama ngasih tahunya." Jelas Cheva lagi.

Setelahnya terjadi keheningan beberapa saat. Agatha mendongak untuk melihat wajah tampan kekasihnya yang juga diam. Rupanya Cheva tengah menatap ke arahnya juga. Hingga kini mereka saling menatap satu sama lain.

Perlahan Cheva semakin mendekatkan wajahnya ke arah Agatha. Membuat Agatha sontak memejamkan matanya. Hingga Agatha dapat merasakan sebuah benda lembut yang terasa basah menyentuh bibirnya.

Cheva mencium bibirnya dengan lembut. Dirinya hanya mampu pasrah dan menikmati apa yang kekasihnya itu sedang lakukan. Hingga setelah beberapa saat, tautan bibir mereka pun terlepas.

"Udah marahnya?" tanya Cheva mengusap lembut bibir Agatha yang tampak ada sisa saliva mereka.

Agatha menggeleng pelan, menyembunyikan wajahnya di dada Cheva. Merasa malu, setelah marah-marah mau-maunya dicium oleh pria itu. Betapa dirinya begitu mudah luluh.

Melihat gelengan Agatha, membuat senyuman terukir di bibir Cheva. "Ya udah, tidur ya sekarang." Ujar Cheva dengan lembut.

"Enggak mau. Nanti waktu bangun kamu pasti udah gak ada di samping aku." Ujar Agatha dengan lesu.

Karena selama ini begitulah yang terjadi. Saat malam dirinya ditemani oleh kekasihnya itu. Namun ketikan pagi menyapa, dirinya terbangun tak ada lagi pria itu di sampingnya. Membuat dirinya uring-uringan setelah bangun tidur.

Cheva terdengar menghela nafasnya. "Sayang, aku harus pulang kalau kamu udah tidur." Ujar Cheva dengan lembut berusaha memberikan pengertian pada kekasihnya itu.

Kembali terdengar isakan lirih Agatha. Wanita itu kembali menangis setelah mendengar ujaran kekasihnya. Seolah menolak keinginan nya yang begitu sederhana.

"Sayang ..." gumam Cheva lirih. Sulit sekali membujuk Agatha.

Namun Agatha masih tak juga terbujuk, terbukti dengan gelengan kepala yang wanita cantik itu tunjukkan.

"Apa susahnya kamu temenin aku sampai bangun. Kamu emang udah gak sayang aku kan, makanya nolak. Kenapa? Kamu takut ketahuan pacar kamu yang lain kalau kamu tidur di rumah aku?" cecar Agatha menjauhkan tubuhnya dari Cheva. Mood nya kembali kacau.

Cheva mengacak-acak rambutnya merasa frustasi. Kembali lagi ke arah sana pembahasan mereka. Tuduhan Agatha yang begitu keliru.

"Oke fine, aku temenin kamu sampai besok pagi." Putus Cheva akhirnya. Membuat senyuman tersungging di bibir Agatha

Wanita cantik itu kembali mendekat ke arah kekasihnya, masuk dalam dekapan hangat kekasih itu.

"Tidur ya sekarang" gumam Cheva lembut. Meninggalkan kecupan hangat di kening Agatha.

"Huh"

"Ma, Cheva gak jadi pulang. Cheva nginep di rumah Agatha Ma." Ujar Cheva saat panggilan terhubung ke sang mama.

Cheva sengaja memberi kabar karena Mama nya akan terus menunggu dirinya sampai pulang meskipun itu selarut apapun. Kecuali jika dirinya memberitahu akan menginap. Seposesif itu sang mama padanya, semenjak kakak satu-satunya pergi meninggalkan mereka.

Akhirnya mereka pun terlelap dengan saling berpelukan.

...***...

"Gimana udah baikan mereka?" tanya Xania yang baru datang bersama Arlo.

"Cheva lagi bujukin Agatha. Kayaknya bakal berhasil sih, kayak biasanya." Ujar Bastian tanpa ragu.

Mereka mengangguk membenarkan pernyataan itu.

"Jadi kita gimana, pulang atau nginep?" tanya Qara.

"Nginep ajalah, takut mereka berantem atau gimana-gimana. Toh biasanya juga nginep kita." Ujar Xania memberikan saran.

Mereka memang sering menginap di rumah Agatha, karena rumah besar itu tampak selalu terasa sepi dan sunyi. Hingga membuat Agatha sering meminta sahabat-sahabat nya untuk menginap di rumahnya itu.

"Kita gimana?" tanya Arlo.

"Ya nginep juga sayang, kayak biasanya. Kamu sekamar sama Bastian sana." Ujar Xania memberitahu.

"Tapi rumah aku deket sinilah sayang, aku pulang aja ya. Bastian biar ikut ke rumah aku." Ujar Arlo menjelaskan.

"Kamu mau ninggalin aku sama Qara di sini?" tanya Xania menatap tajam ke arah sang kekasih.

"Ada Cheva juga di dalam sayang. Kalau enggak, Bastian biar di sini. Aku aja yang pulang." Ujar Arlo akhirnya.

"Kamu kenapa? Aku jadi curiga sama kamu?" tanya Xania menatap menyelidik. "Enggak biasanya kamu kayak gini."

Arlo menegang mendengar ujaran Xania. "Ak- aku enggak papa kok. Aku pulang dulu ya, besok pagi aku kesini lagi." Ujar Arlo berlalu pergi dengan tergesa. Seolah menghindari Xania semakin banyak bertanya.

Kini tatapan Xania beralih pada Bastian. "Lo sahabatnya kan, pasti lo tau Arlo kenapa?" tanya Xania mendesak Bastian.

Sontak Bastian ikut gugup mendengar pertanyaan itu dari kekasih sahabat nya. "Gu-gue gak .." ucapannya terpotong oleh Xania.

"Lo jangan bohong ya Bas, gue gak bakal diem kalau sampai ada sesuatu yang gue gak tau." Ujar Xania dengan tegas.

"Udah Xan, lo ngapain malah nyalahin cowok gue. Kan Arlo yang salah bukan Bastian." Ujar Qara membela kekasihnya.

"Enggak gitu Qar, tapi tingkah Arlo yang gak biasa bikin gue jadi kepikiran. Please Bas, Arlo kenapa kayak gitu?" tanya Xania lagi.

"Gue cuma tahu ada sepupunya datang dari luar negeri, kemungkinan itu yang bikin dia gak bisa nginep. Mungkin dia mau ngobrol sama sepupunya." Jelas Bastian apa adanya, meski ada satu fakta yang memang sengaja disembunyikan.

"Masa cuma karena itu. Kan dia bisa aja bilang langsung tadi kalau ada sepupunya. Gak usah kayak ada yang disembunyiin gitu. Kalian cowok tu emang nyebelin ya." Desah kasar Xania menarik tangan Qara untuk menuju kamar untuk mereka tiduri.

"Yuk Qar, kita tidur aja. Pusing mikirin buaya." Ajak Xania menuju kamar tamu yang ada.

Meninggalkan Bastian seorang diri, mengusap wajahnya kasar. "Lo cari mati emang Ar" gumamnya pelan.

...***...

"Sayang, bangun udah pagi " bisik Cheva lembut.

Tangannya terulur mengusap lembut pipi Agatha dengan sayang. "Suka ngambek, suka marah, kadang ngeselin." Gumam Cheva pelan sembari menatap teduh wajah cantik Agatha yang masih terpejam nyaman.

Kemudian Cheva meninggalkan kecupan di kening Agatha sebelum dirinya beranjak melepaskan pelukan Agatha.

Cheva keluar menuju dapur untuk membuatkan sarapan untuk mereka. Hingga kedatangan Bastian mengagetkan dirinya.

"Udah baikan?" tanya Bastian mengangetkan.

"Lo masih di sini?" tanya Cheva.

"Hm sama Xania Qara." Jawab Bastian.

"Arlo?" tanya Cheva, tak biasanya pria itu tak ikut serta.

"Shera balik dari Belanda" ujar Bastian.

Membuat Cheva terkejut, lalu menyeringai sinis. "Cari mati" gumam Cheva lirih.

"Ya emang cari mati dia. Belum pernah liat Xania ngamuk, apalagi Qara sama Agatha gak bakal diem." Ujar Bastian terkekeh miris. Membayangkan nasib sahabat nya nanti.

Next .......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!