NovelToon NovelToon

SECRET MARRIAGE WITH FRIEND'S MOM

Pertemuan Pertama

"Sial!" umpat seorang pria sambil menendang mobil yang dipakainya. Dia sangat malas jika harus mengganti ban di tengah kepadatan kota Manhattan. Belum lagi dia telah terlambat untuk membuat janji temu dengan seseorang yang dia sendiri tidak tahu rupanya. Sesuai kesepakatan, jika dia telah di sana, kawannya akan mengirim foto orang yang akan ditemuinya.

Sebenarnya, pria dengan tinggi 185 cm tersebut tidak ingin untuk pergi. Namun, dia harus melakukannya karena kalah taruhan dengan teman-temannya dan mereka memaksa pria itu bertemu gadis tersebut.

Pria itu adalah King Arkan Foster, pria muda berusia 25 tahun, seorang playboy. Dia tidak pernah mau berkomitment dengan seorang wanita. Hanya saja Arkan adalah pria yang bertanggung jawab dan tidak mau diremehkan oleh teman-teman karena kepengecutannya.

Arkan menatap jam di tangannya waktu menunjukan pukul 3 siang, Arkan sendiri berjanji akan bertemu gadis yang telah disiapkan temannya pukul 3.30 pm. Arkan melihat halte bus tidak terlalu jauh dari tempat mobilnya berhenti.

Setelah memberi tanda, Arkan menuju halte bus. Tidak lama bus yang ditunggu datang dan pria itu naik ke dalam bus tersebut. Arkan menghubungi temannya, dan memberitahu bahwa mobil yang dipinjamnya mengalami kebocoran.

Seorang wanita tua menaiki bus setelah Arkan naik. Namun, kursi sudah penuh, Arkan yang tidak tega, akhirnya mengalah memberikan kursinya kepada wanita tua itu.

"Silahkan, Nyonya!" tawar Arkan kepada wanita tua itu.

Si wanita tua memandang Arkan dengan tersenyum.

"Terima kasih, anak muda, saya kira tidak ada lagi orang yang kasihan dengan wanita tua seperti saya maupun orang-orang dengan kebutuhan khusus." Wanita tua itu duduk di kursi yang sebelumnya di tempati Arkan.

Arkan berdiri di samping si wanita tua. Bus melaju dengan kecepatan sedang. Di halte berikutnya, naik seorang wanita cantik, hanya saja tidak muda lagi, yang jelas wanita tersebut lebih tua dari Arkan.

Wanita memperhatikan sekelilingnya, melihat sebuah kursi kosong yang baru saja ditinggalkan penumpang sebelumnya. Wanita cantik itu duduk dan mengeluarkan kertas gambar dan mulai menggambar sebuah design bangunan. Kemudian dia beralih menggambar wajah orang-orang yang berada di bus.

Arkan terus mencuri pandang ke arah wanita tersebut. Sesekali pandangan mereka beradu, si wanita tersenyum, membuat jantung Arkan berdetak kencang. Arkan menjadi salah tingkah. Si wanita kembali fokus menggambar wajah lainnya.

Arkan tidak sadar bahwa bus telah berhenti di halte tujuannya. Namun, Arkan masih fokus memperhatikan wanita tersebut. Wanita itu turun di halte berikutnya, membuat Arkan sadar bahwa halte tujuannya telah lewat.

Arkan ikut turun di halte wanita tersebut. Arkan menatap wanita itu yang berjalan menuju sebuah gang. Arkan mengikuti si wanita. Akan tetapi, ponselnya berdering. Arkan sadar saat melihat nama yang tertera di ponsel.

"Halo," jawab Arkan dia terpaksa berhenti untuk menerima telepon.

"Di mana kau? Gadis itu telah menunggu!" teriak Ryan teman Arkan yang menghukumnya.

***

Arkan melihat seorang wanita memasuki bar. Langkah wanita tersebut seperti ragu. Dia melihat ke sekeliling, sepertinya wanita itu sedang menimbang apakah akan tetap masuk atau keluar. Arkan tengah meracik minuman untuk pelanggan yang duduk di meja bar.

Wanita itu tetap melangkah ke arah meja bar. Arkan yakin ini adalah kali pertama wanita itu masuk ke dalam bar. Asap rokok dari pengunjung membuat wanita itu menutup hidung dan terbatuk-batuk.

Wanita tersebut memakai blazer berwarna tosca dan rok hitam selutut. Penampilan wanita tersebut cukup rapi dan elegan. Jenis wanita baik-baik. Dia terus menuju meja bar dan duduk di bangku yang kosong. Di samping wanita itu seorang pria paruh baya yang telah mabuk. Pria tersebut menggoda si wanita, membuat wanita itu tidak nyaman.

"Halo, cantik! Apa kau sendirian?" tanya pria itu. Tangan pria itu menepuk paha si wanita.

"Maaf, saya hanya ingin sendirian," balas wanita tersebut dengan sopan.

"Aku akan membelikanmu minuman, tapi temani aku," ujar pria itu lagi sambil tangannya kembali menyentuh paha si wanita.

Wanita itu menyingkirkan tangan si pria yang nakal meraba pahanya. Tidak tahan dengan perlakuan pria itu, si wanita melihat kursi kosong di depan meja Arkan. Wanita tersebut pindah ke sana.

"Hei, mau kemana kau? Aku akan membayarmu!" teriak pria itu.

Si wanita hanya mengabaikannya saja. Dia duduk di depan Arkan. Arkan tersenyum, ternyata benar wanita ini adalah wanita yang dijumpainya di bus. Saat wanita ini masuk Arkan tidak begitu yakin karena posisi mereka masih berjauhan.

"Apa kau baru pertama kali ke tempat seperti ini?" tanya Arkan. Dia bisa membedakan mana jenis orang-orang yang biasa ke tempat-tempat hiburan seperti ini.

Bisa Arkan tebak bahwa wanita ini belum pernah ke bar maupun diskotik manapun.

"Apakah terlihat jelas?" Wanita tersebut kembali bertanya. Sambil memperhatikan kembali sekeliling.

"Mungkin bagi orang lain tidak, tapi bagiku, itu sangat mudah," jawab Arkan. Dia mengambil satu gelas melapnya dan meletakan di depan wanita tersebut.

"Ini pertama kalinya bagiku," jawab si wanita.

"Apakah ada masalah?" Arkan tahu bahwa orang-orang yang ke sini biasanya memiliki masalah yang membuat mereka setress. Dan melampiaskannya kepada minuman, meskipun hanya sesaat masalah tersebut hilang.

"Ya, seperti itulah," jawab wanita tersebut dengan canggung. Arkan paham bahwa wanita tersebut tidak ingin membahasnya.

"Kau mau minum apa?" tanya Arkan.

"Minuman yang ringan saja, tidak usah terlalu berat," jawab wanita tersebut.

Arkan membuatkan minuman yang tidak terlalu berat. Dia mencampur bahan-bahan ke dalam cocktail shaker kemudian mengaduknya dengan profesional. Setelah selesai pria itu menuangkannya ke dalam gelas si wanita dan memberinya es batu.

"Silahkan!"

Si wanita kagum dengan kepandaian Arkan. Dia tersenyum kemudian meminum minuman itu. Rasanya manis dan menyegarkan. Namun, sedikit panas ditenggorokan. Wanita tersebut kecanduan dan meminta segelas lagi dan lagi sampai dia mabuk.

Saat mabuk wanita tersebut bersikap jujur dan mencurahkan isi hatinya kepada Arkan.

"Apa aku begitu jelek?" racau wanita itu.

"Kenapa mereka mengatakan bahwa aku wanita yang terlalu kaku? Dan kau tahu apa kata mereka?"

Arkan hanya mengelengkan kepala.

"Mereka bilang tidak akan ada pria yang mau menikahiku." Si wanita menarik nafas kasar sebagai tanda melepaskan keluh kesahnya.

"Apa kau mau menikah denganku?" tanya wanita tersebut. Dia menggoyang-goyangkan gelas minumannya, kemudian meminumnya kembali sampai habis.

"Ah, kau pasti juga tidak ingin menikahiku." Wanita tersebut mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa uang dan meletakkannya di atas meja.

"Sebaiknya aku mencari seseorang yang mau menikahiku." Wanita itu turun dari kursi dan berjalan sempoyongan.

🍒🍒🍒

Nikah Terpaksa

Arkan tidak bisa membiarkannya, dia langsung meninggalkan bar dan meminta izin kepada rekannya. Pria itu menyusul wanita tersebut.

"Hei!" Arkan menarik tangan wanita tersebut tepat saat wanita itu akan berbicara dengan seorang pria.

"Oh, kau? Apa kau berubah pikiran?" tunjuk wanita tersebut kepada Arkan. Jalan wanita itu sudah sempoyongan bahkan seperti akan jatuh.

Arkan memegang wanita tersebut dengan kuat dan menuntunnya keluar. Mereka di parkiran.

"Apa kau membawa kendaraan?" tanya Arkan. Wanita tersebut menggeleng.

"Aku tidak sekaya itu, sehingga memiliki kendaraan. Apa kau tidak akan menikahiku jika aku tidak kaya?" racau wanita itu lagi.

"Tenang saja, aku tidak terlalu miskin, setidaknya kau tidak perlu menafkahiku, cukup menikahiku saja," lanjut si wanita.

Arkan pikir mungkin wanita ini perawan tua.

"Kau yakin ingin menikah denganku?" tanya Arkan. Dia masih menuntun si wanita yang berdiri saja tidak mampu.

"Tentu saja!" Wanita itu mengeluarkan sesuatu di tasnya. Ternyata tanda pengenal.

"Ayo kita ke tempat pernikahan masal," ajak wanita tersebut. Belum sempat Arkan membaca nama yang tertera di tanda pengenal wanita itu. Dia telah kembali memasukan ke dalam tasnya.

"Kau tidak akan menyesal, bukan?" Arkan memastikan kembali. Anehnya kenapa dia menuruti kemauan wanita ini?

Arkan mengajak wanita tersebut ke parkiran motornya. Dia memasangkan helm kepada si wanita. Jarak mereka begitu dekat.

"Ternyata kau masih muda!" Wanita tersebut mengelus wajah Arkan. Kemudian melepaskannya. Si wanita muntah di samping motor Arkan.

"Kau baik-baik saja?" Arkan mengusap leher si wanita. Wanita yang tengah jongkok itu memandang Arkan.

"Maaf, aku muntah!" ujarnya dengan menyesal. Arkan membantu wanita itu berdiri dan mengeluarkan sapu tangan di sakunya kemudian melap bibir wanita itu.

"Kau pria baik, ayo kita menikah," ajak wanita itu lagi.

"Naiklah! Aku akan mengantarmu pulang. Katakan dimana alamatmu?" tanya Arkan.

"Tidak aku tidak ingin pulang, kau harus menikah denganku, sehingga mereka tidak seenaknya menghinaku lagi!" Wanita itu masih berdiri di samping motor Arkan.

"Kau mabuk dan tidak berpikiran jernih, naiklah!" perintah Arkan.

"Tidak mau, aku akan mencari pria lain." Si wanita berjalan menuju entah kemana.

Arkan terpaksa turun dari motor dan menyeret wanita tersebut.

"Apa kau gila?" hardik Arkan. Sangat berbahaya jika dia membiarkan wanita ini berkeliaran meminta setiap pria yang dijumpainya untuk menikah dengannya.

"Lepas!" Wanita mencoba melepaskan diri dari Arkan.

"Baiklah, aku akan menikahimu!" putus Arkan. Wanita itu kemudian berjalan ke motor Arkan.

Mereka mengelilingi jalanan mencari tempat yang mengadakan pernikahan masal. Adelia melihat antrian pasangan yang akan menikah masal di sebuah tempat terbuka.

"Di sana ayo berhenti," wanita itu memukul pundak Arkan. Pria muda itu terpaksa menghentikan motornya di sana. Sesampai di sana, si wanita menuju meja dimana seorang yang duduk menerima pendaftaran.

"Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas.

"Kami ingin menikah," jawab wanita itu.

"Silahkan isi formulir ini." Si petugas memberikan formulir kepada wanita itu.

Dia berjalan ke sebuah meja dan mengisinya. Kemudian meminta Arkan juga mengisi formulirnya. Setelah selesai mereka memberikan kepada petugas.

Petugas memperhatikan si wanita dan mengetahui bahwa wanita itu tengah mabuk.

"Segera nikahkan kami." Wanita itu menyerahkan formulir yang telah diisinya.

"Maaf, apakah Anda mabuk, miss Parker ?" tanya petugas.

"Aku baik-baik saja, segera saja nikahkan kami," bentak wanita bernama Parker.

Si petugas mencoba mengajak Arkan.

"Sebaiknya kalian datang dalam keadaan sadar." Si petugas menyerahkan kembali formulir mereka.

"Tidak, aku tidak akan pergi sebelum mendapatkan surat pernikahan," bentak wanita itu.

"Miss Parker, Anda tidak bisa menikah dalam keadaan mabuk," jawab petugas.

"Cukup Adelia saja, aku tidak akan pergi kemanapun." Wanita bernama Adelia tersebut menaiki meja pelayanan dan membuat keributan. Arkan berusaha menghentikannya, dan menggendong Adelia.

Adelia justru menendang Arkan dan berhasil meloloskan diri. Adelia kembali ke meja pelayanan dan memanjatnya. Situasi benar-benar menjadi kacau.

Dengan terpaksa petugas memberikan surat keterangan menikah mereka. Setelah menerimanya Adelia baru tenang. Dia memandang surat tersebut dengan bahagia.

"Akhirnya aku menikah!" Adelia memeluk surat tersebut.

"Tunggu di sini sampai nama kalian dipanggil, karena masih banyak antrian," ujar petugas.

Arkan melihat beberapa pasangan yang juga sedang menunggu giliran. Akhirnya giliran meraka. Pastor menikahkan mereka dan mensahkan mereka sebagai suami istri. Adelia kemudian mencium Arkan dengan menggebu-gebu.

"Sebaiknya kalian pergi dari sini!" usir Pastor, dia sempat melihat keributan yang dibuat Adelia tadi.

"Ayo, kita harus merayakannya, bagaimana jika di hotel itu," tunjuk Adelia pada sebuah hotel yang berada di depannya.

Adelia menarik tangan Arkan dan menuju parkiran motor. Meskipun lari Adelia terseok-seok akibat minuman. Dia langsung duduk di kursi penumpang. Arkan melajukan motor dan menuju hotel.

Adelia memesan satu kamar untuk mereka. Begitu membuka pintu, Adelia langsung mencium Arkan dengan bertubi-tubi. Namun, gerakan yang dilakukannya salah dan hanya asal mencium.

Arkan memandu Adelia, dia melepaskan blazer wanita itu.

***

Adelia terbangun dari tidurnya, dia mencoba duduk meskipun merasakan pusing yang teramat sangat. Adelia memegang kepalanya dan mencoba mengingat kejadian semalam.

Beberapa kilas balik dari kejadian tersebut terekam kembali dalam ingatan Adelia.

"Tidak mungkin?" cicitnya sambil menggelengkan kepala ke kanan dan kiri.

Dia melihat ke samping kanan, saat merasakan pergerakan. Mata Adelia melotot saat dia secara perlahan membuka selimut yang membungkus sosok tubuh di sampingnya. Ternyata benar seorang pria tengah tidur dengan nyenyak.

Adelia terkejut dan langsung berdiri, dia turun dari ranjang dan mencari pakaiannya yang berserakan. Adelia mengambil tas dan meninggalkan kamar tersebut.

"Apa yang telah kulakukan?" batinnya.

Adelia ke luar dari hotel dan menyetop taksi. Dia memeriksa ponselnya, ternyata waktu menunjukan pukul sebelas. Adelia ingat dia ada jadwal mengajar pagi dan dia telah melewatinya. Adelia menghubungi dekan untuk meminta maaf dan mengatakan bahwa dia mengalami kemalangan. Tapi, akan tetap masuk untuk mata kuliah siang.

Sampai di rumah Adelia, mandi dan membuat makanan. Dia kemudian makan, sebelum berangkat ke kampus.

"Tidak, itu pasti hanya mimpi, aku tidak benar-benar menikahi seseorang, bukan? Lagian, saat itu aku mabuk, jadi tidak bisa dianggap benar-benar terjadi," batin Adelia lagi.

Ponselnya berbunyi, sebuah pesan masuk dari Dekan. Dekan mengingatkan Adelia untuk kali ini tidak terlambat.

Adelia melirik jam, jadwal mengajarnya pukul satu siang. Adelia menyiapkan materinya dan memasukannya ke dalam tas. Dia menuju kampus seperti biasa dengan menaiki kereta bawah tanah.

Adelia bersyukur dia tidak terlambat, dia masuk ke dalam kelas. Belum ada mahasiswa yang datang. Adelia mempersiapkan materinya.

Satu persatu mahasiswa masuk, Adelia tidak memperhatikan siapa saja mahasiswa yang menghadiri kelasnya. Adelia menerangkan perkuliahan dengan lancar. Tidak terasa waktu cepat berlalu. Para mahasiswa keluar satu persatu. Adelia merapikan peralatannya.

Dia tidak menyadari bahwa seseorang telah berdiri di depannya.

"Apa kau ingin bertanya?" tanya Adelia tanpa melihat siapa yang berdiri di depannya. Dia masih sibuk menyusun bahan-bahan kuliah.

"Hallo, my wife!" ucap pria yang berdiri di depan Adelia.

🍒🍒🍒

My Wife is My Lecturer

Arkan terbangun dan mendapati bahwa dia ditinggalkan sendirian di kamar hotel. Dia berjalan menuju kamar mandi, Arkan pikir bahwa Adelia, wanita yang baru saja dinikahinya semalam sedang mandi. Saat membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci dan ternyata kamar mandi tersebut kosong.

Arkan memakai pakaiannya yang berserakan. Dia melihat surat keterangan pernikahan yang tercecer di bawah meja.

"Sara Adelia Parker!" Senyum Arkan terbit. Di sana terdapat alamat Adelia.

"Kau tidak bisa kabur dariku." Pria itu melipat dan menyimpan surat di saku jaketnya. Arkan meninggalkan kamar dan Hotel.

Pria itu akan ada kuliah jam satu siang. Arkan mengambil jurusan Arsitektur, sayang dia kuliah hanya untuk main-main saja, makanya di usia yang ke-25 tahun, dia belum juga tamat.

Setelah berganti pakaian Arkan langsung menuju kampus. Dia memarkir motor, saat bersamaan sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di samping Arkan. Pengemudinya keluar.

"King!" sapa pria yang keluar dari mobil.

"Kau rupanya," jawab Arkan dengan malas. Dia melepas helm dan menggantungnya di kepala motor. Kemudian melihat ke arah, Ryan, sahabatnya.

"Bagaimana dengan gadis itu? Apa kau telah berhasil menidurinya?" tanya Ryan antusias, dia yakin tidak ada wanita yang akan menolak pesona seorang King Arkan Foster.

"Aku tidak tertarik padanya! Jadi lupakan saja?" Arkan berjalan menuju gedung kampus.

"Apa? Apa aku tidak salah dengar? Oh, come on, Bro. Dia sangat cantik dan kau tahu? Permainannya sangat memuaskan," bisik Ryan. Dia memberikan kode kepada Arkan.

"Dari mana kau tahu? Apa kau telah mencicipinya?" terka Arkan menatap wajah Ryan.

"Tentu saja, tidak! Aku tahu kau tidak suka berbagi wanita denganku, ah padahal aku sangat ingin tahu, bagaimana rasa wanita yang pernah kau gunakan?" Ryan tertawa. Arkan menghentikan langkah kakinya dan memberikan tatapan tajam kepada Ryan. Ryan langsung ciut.

"Pergilah, kau merusak hariku yang indah," usir Arkan. Dia terus berjalan menuju gedung.

"Apa kau bertemu wanita menarik?" Ryan tetap mengikuti Arkan, dia tidak peduli dengan pengusiran Arkan.

"Bukan urusanmu!" sarkas Arkan.

"Oke baiklah." Ryan akhirnya hanya diam saja dan mengikuti Arkan.

Perut Arkan berbunyi. Dia baru ingat belum makan apa-apa hari ini.

"Aku akan ke kantin dan mencari sesuatu yang bisa dimakan." Arkan membelokan tubuhnya menuju kantin.

Ryan masih setia mengikutinya. Mereka berhenti di kantin dan memesan makanan. Arkan dan Ryan mengobrol sambil makan.

"Ryan!" panggil seorang pria yang baru saja memasuki kantin.

Pria tersebut lebih muda dari Arkan dan Ryan. Pria muda itu berusia sekitar 20 tahunan. Tinggi 182 cm dan berwajah tampan. Arkan mengingat wajah pria baru datang itu, wajahnya terasa familiar bagi Arkan, tapi dia tidak ingat dimana bertemu pria ini.

Pria itu membuka kursi di depan Arkan dan Ryan.

"Oh hi, Bro!" Sambut Ryan dengan memberikan salam ala pria dengan men-toskan tinju mereka.

"Siapa?" tanya pria itu sambil memberi kode ke arah Arkan. Arkan hanya mengabaikannya saja, dia tetap melahap makanan karena tenaganya telah terkuras tadi malam.

Percintaan dengan wanita itu adalah pertama kalinya Arkan menjadi sangat terpuaskan. Selama ini belum ada wanita manapun yang bisa membuat dia begitu puas.

"Kenalkan, ini Arkan sahabatku. Arkan kenalkan Shaga, junior kita. Dia adalah mahasiswa yang pintar," ujar Ryan memperkenalkan mereka.

"Hi!" Hanya itu yang diucapkan Arkan. Dia menyeruput minumannya kemudian langsung berdiri.

"Sorry, aku harus pergi karena kuliah sudah mulai," ujar Arkan, dia meninggalkan Ryan dan Shaga.

Arkan berjalan menuju kelas mata kuliah hari ini. Sepertinya Arkan terlambat semua mahasiswa sudah di dalam ruangan, bahkan dosen pun tengah sibuk menyiapkan materi kuliah hari ini.

Arkan tersenyum memperhatikan dosen wanita tersebut.

Catch you!

Arkan duduk di pojok tengah, dan terus memperhatikan wanita itu menjelaskan pelajaran. Arkan tahu wanita itu masih tidak menyadari kehadirannya.

Akhirnya kuliah selesai, wanita itu mengakhiri kuliah. Semua siswa langsung keluar dari ruangan. Arkan sengaja keluar terakhir agar bisa berbicara dengan wanita itu. Sang pria mendekati wanita yang tengah membereskan buku-buku di mejanya.

"Apa kau ingin bertanya?" tanya wanita itu tanpa melihat siapa yang berdiri di depannya. Dia masih sibuk menyusun bahan-bahan kuliah dan memasukannya ke dalam tas.

"Hallo, my wife!" ucap Arkan kepada wanita yang baru saja memberikan kuliah kepadanya.

Mau tidak mau wanita itu akhirnya melongakan kepalanya untuk melihat pria yang berada di depannya.

"Kau!" Adelia membekap mulutnya, tidak percaya pria asing yang semalam dinikahinya sekarang berada di depannya.

"Yes, it's me, your husband." Arkan merentangkan tangannya, menunjukan diri kepada Adelia.

Adelia dengan cekatan menutup mulut Arkan dengan tangannya.

"Jangan keras-keras." Adelia memperhatikan sekeliling, memastikan bahwa tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Why?" Arkan menggoda Adelia. Baginya Adelia terlihat lucu padahal wanita itu telah berusia 38 tahun Desember ini.

Arkan telah membaca biodata Adelia dari surat keterangan menikah mereka.

"Hmm, kita harus bicara, jangan di sini karena kelas ini akan digunakan oleh dosen lain." Adelia berjalan keluar kelas dengan membawa barang-barangnya yang banyak.

Arkan tidak tega untuk membiarkannya membawa itu semua. Pria gentlemen itu mengambil beberapa barang-barang dan membantu Adelia membawanya.

Adelia mengintip salah satu kelas dan sepertinya kosong. Dia membuka pintu ruangan tersebut dan menyalakan lampu. Adelia menekan-nekan saklar lampu, tapi tetap tidak mau menyala.

"Gelap mungkin lebih baik, agar tidak ada yang melihat," putus Adelia.

"Kau benar, gelap lebih baik." Arkan mendekatkan diri ke arah Adelia. Refleks wanita itu mundur dan menabrak meja.

Adelia menahan dada Arkan yang semakin dekat dengan tubuhnya. Bayangan malam pertama mereka kembali dalam ingatan Adelia. Dia mengelengkan kepala, mengusir pikiran kotor yang menyenangkan itu.

"Dengar, aku tahu kita telah melakukan kesalahan semalam, terutama aku, aku mabuk dan tidak sadar dengan apa yang terjadi kemarin. Ku harap kau mau memaafkan aku," ujar Adelia tulus. Tangannya masih menahan dada Arkan agar mereka tidak terlalu dekat.

"Sure, aku telah memaafkanmu, my wife or my lecturer." Senyum Arkan mengembang

"Oh, tidak usah mengatakan itu. So, kapan kita akan membatalkannya?" Adelia membelai dada bidang Arkan tanpa sadar.

"Membatalkan apa?" Arkan pura-pura tidak mengerti. Dia menarik tangan Adelia yang membelai dadanya.

Arkan menarik Adelia hingga memeluk dirinya.

"Tentu saja penikahan kita semalam. Bukankah itu seharusnya tidak terjadi? Kau pasti setuju denganku?" Adelia kembali menarik tubuhnya ke belakang.

"Siapa bilang? Aku tidak akan membatalkan pernikahan itu," ujar Arkan dengan yakin.

Adelia menatap tidak percaya kepada Arkan, dia pikir akan sangat gampang merayu pria muda ini.

🍒🍒🍒

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!