NovelToon NovelToon

Dendam Bos Besar Mafia

Episode 1: Awal

Arthur, seorang pria berusia 27 tahun, bertubuh tegap berisi, memiliki tinggi 187cm, berkulit putih, dan berwajah tampan.

Tidak ada yang pernah tau dari mana pria ini berasal, asal kota, anak siapa, rumahnya di mana, tidak ada yang tau. Satu-satunya informasi yang di ketahui oleh orang-orang sekitarnya adalah, Arthur seorang pensiunan karyawan kantoran.

Arthur, pria yang terbilang sangat muda untuk pensiun itu menikah dengan seorang perempuan yang menjabat sebagai CEO sebuah Perusahaan tata busana terbesar kedua di Kota M.

Pernikahan mereka terbilang paksaan, karena Arthur sendiri awalnya hanya berniat menyelamatkan seorang pria tua dari tabrakan truk oleng.

Ternyata, niat baiknya itu malah membuat hidup Arthur sengsara. Bagaimana tidak? dia di paksa menikahi anak pria tua itu, seorang wanita judes, ketus, dan wajahnya penuh dengan kesombongan.

Hidup Arthur yang sebelumnya santai dan sangat bebas, dalam satu momen langsung di paksa untuk diam di rumah dan mengurus urusan rumah tangga.

Tidak hanya itu, kesengsaraan Arthur berlanjut pada hinaan mertua dan keluarga besar istrinya. Kata miskin, tidak berguna, pemalas, pengangguran hina, dan hinaan lainnya selalu Arthur dengar setiap acara keluarga yang di adakan seminggu sekali.

Walaupun begitu, Arthur tetap sabar dan berusaha keras menikmati hidupnya, walaupun telinga panas dan tangannya selalu geregetan ketika hinaan dilontarkan pada dirinya.

Pernikahan yang baru berusia 9 bulan ini berjalan sangat rumit dan penuh drama. Kini, Arthur sedang menghadiri pemakaman pria tua yang dia tolong 9 bulan lalu.

Pria tua itu meninggal dengan janggal, pria tua yang terkenal selalu bahagia itu tiba tiba bunuh diri dengan cara gantung diri. Kejanggalannya adalah, tidak ada ciri-ciri di tubuh pria itu yang membuktikan bahwa dia benar-benar gantung diri dengan kesadaran penuh, tanpa paksaan.

Bahkan, saat di autopsi, terdapat racun sianida di dalam tubuh pria tua itu. Di tambah lagi, sidik jari orang asing juga di temukan ditubuhnya.

Namun, keluarga memilih untuk diam dan segera memakamkan pria tua itu tanpa melaporkan kejanggalannya pada polisi.

"Pembunuh pemula." gumam Arthur terkekeh pelan.

Setelah prosesi pemakaman selesai, semua pelayat pun pergi meninggalkan pemakaman dan pulang ke kediaman masing-masing. Arthur yang telah sampai di rumah pun langsung bersih-bersih sebelum memasak untuk makan siang.

"Kamu mau kemana?" tanya istri Arthur yang bernama Abigail Bernard.

"Kamar." jawab Arthur singkat lalu lanjut berjalan pergi.

"Makanlah, aku sedang berbaik hati padamu." ucap Abigail tanpa menoleh.

"Terimakasih, tapi pria miskin dan hina seperti aku tidak cocok makan makanan tuan putri." ucap Arthur lalu masuk ke dalam kamar.

"Cih! gengsi! rendahan!" gumam Abigail ketus.

Entah apa yang Arthur lakukan di kamarnya, yang pasti, setiap selesai memasak, Arthur akan langsung pergi ke kamar dan mengurung diri sampai nanti jam makan malam.

Dan selama Arthur mengurung diri itulah, Abigail merasakan hawa yang mengerikan didalam rumahnya. Maka dari itu, dia sangat tidak betah berada di rumah dan memilih untuk bermain ke apartemen temannya.

Di suatu hari, saat keluarga Bernard melakukan pertemuan rutin setiap minggunya. Arthur yang memisahkan diri dan memilih untuk duduk terpisah memakan hidangan khusus yang terbuat dari bahan sisa setengah busuk, tiba tiba merasakan firasat buruk.

Namun, karena sedang malas bergerak, Arthur memilih untuk diam ditempat sembari menikmati makanan tidak enak di mejanya.

"Bagaimana perkembangan perusahaan kamu, sayang?" tanya Titin, nenek dari Abigail yang menjadi kepala keluarga Bernard, menggantikan posisi suaminya yang telah lama meninggal dunia.

"Masih stabil, nek." jawab Abigail dengan senyum manisnya.

"Wahh, bagus! nenek sangat bangga padamu, Abigail." ucap Titin memuji Abigail dengan senyuman lebar.

"Tapi, kapan kamu menceraikan pria menjijikkan pemakan sampah itu?!" tanya Titin yang langsung membuat senyuman Abigail pudar dan menimbulkan tawa lantang dari keluarga besarnya.

"Jujur, nenek sangat menyesal menyetujui permintaan ayahmu. Nenek juga sangat menyesal karena tau, kalau kamu menyetujui permintaannya. Kamu itu perempuan cantik, sexy dan kaya, tapi kenapa seleramu rendah!" ucap Titin kembali membuat tertawa seluruh keluarga besarnya.

"Nek, cukup, nek, aku sudah lelah tertawa dengan lelucon mingguan ini! hahahaha...." ucap Doni, saudara Abigail, anak dari adik ayah Abigail.

"Memalukan sekali! wanita karir yang sangat sukses seperti kamu harus menikahi pria miskin menjijikkan seperti dia! mengucapkan namanya saja Nenek bisa alergi!" ucap Titin.

Abigail hanya bisa menundukkan kepala menahan malu, begitupun ibu dan adik perempuannya. Berbeda dengan adik bungsu Abigail yang malah pergi menghampiri Arthur dan duduk bersamanya.

Adik bungsu Abigail ini bernama Aldo, usianya masih 18 tahun, kelakuannya berkebalikan dengan ibu dan dua kakaknya yang terlalu mengedepankan gengsi serta terlalu menjunjung tinggi kebersihan dalam hidup.

Acara keluarga hari itu benar-benar dipenuhi tawa lantang dari seluruh keluarga besar Bernard. Itu dikarenakan Titin, bibi, serta paman Abigail yang terus mengejek Abigail karena menikahi pria miskin yang menjijikkan.

Namun, tawa lantang di dalam ruangan ekslusif restoran bintang 5 itu seketika hening saat terdengar suara ledakan senjata api dari luar.

"Sembunyi di bawah meja." ucap Arthur menatap datar Aldo.

"Kakak bagaimana?!" bisik Aldo ketakutan.

"Turuti omonganku jika kau masih ingin hidup lebih lama!" ucap Arthur dengan tatapan tajam, berbeda dengan tatapan Arthur di hari-hari biasanya.

"B-baik, kak." ucap Aldo yang langsung meringkuk di bawah meja.

Perlahan, seluruh keluarga besar Bernard bersembunyi di bawah meja, mengikuti Aldo yang lebih dulu bersembunyi.

Brakkk...

Belum sempurna bersembunyi, tiba tiba pintu ruangan di dobrak dan masuklah puluhan orang bermasker serta dilengkapi senjata lengkap.

"Jangan bergerak!!! bajingan! mau bersembunyi!" teriak salah satu orang dengan suara keras.

Kyaaaaa....

Dorr...

Dorr...

dorr...

Salah satu wanita di keluarga Bernard berteriak karena ketakutan. Dan saat itu juga dia di berondong peluru hingga tewas seketika.

Melihat ancaman nyata itu, seketika membuat seluruh keluarga Bernard mematung ketakutan dengan keringat dingin mengucur deras di wajah maupun tubuh bagian lainnya.

"Titin! kepala keluarga Bernard! aku bertanya padamu, dimana Abigail Bernard?!" tanya pimpinan pasukan itu dengan menjambak rambut Titin.

Titin yang sangat ketakutan langsung menunjuk Abigail yang memeluk erat tubuh ibunya. Pimpinan pasukan itu segera memberikan kode pada pasukannya untuk menangkap dan mengeksekusi Abigail.

"J-jangan...aku mohon.." ucap Abigail dengan tubuh bergetar hebat.

"Diam!!!" teriak salah satu pasukan sambil mengokang senjata apinya.

Cekrek....

Abigail yang sangat ketakutan hanya bisa menangis dengan tubuh bergetar hebat. Saat ingin menarik pelatuk senjata apinya, tiba tiba pria yang menjadi eksekutor itu terjatuh dengan leher yang sudah patah.

Tidak hanya itu, pergerakan tiba tiba dari pojok ruangan membuat seluruh pasukan memberondong peluru mengikuti arah gerakan yang ternyata menubruk tubuh Abigail.

Dorr...

Dor..

dor..

Dor..

Hening...

Abigail yang di kira tewas terkena berondongan peluru itu membuat pimpinan pasukan memerintahkan pasukannya untuk keluar dan pergi meninggalkan ruangan.

Kepergian mereka semua seketika membuat tangis histeris keluarga besar Bernard. Di saat yang lainnya sedang menangis ketakutan, Arthur yang tadi berlari menyelamatkan Abigail berdiri memegangi lengannya.

"Fuck! terlalu lamban!" gumam Arthur meringis kesakitan.

Abigail yang sadar kalau dirinya di selamatkan oleh Arthur langsung berdiri dan mencoba untuk mengecek lengan Arthur.

"Aku tidak apa apa, urusi hidupmu sendiri." ucap Arthur menepis tangan Abigail lalu berjalan keluar ruangan untuk melakukan balas dendam.

Bersambung...

Episode 2: Amarah

"Jarvis, kau masih ada?" tanya Arthur sembari berjalan mengendap-endap menyusuri lorong restoran.

[Siap, bos!]

"Bantu aku! aku sudah lama tidak melakukan hal ini!" ucap Arthur.

[Baik, bos!]

'Kabut penghalang.' batin Arthur yang dengan sangat mengejutkan dari mulutnya keluar asap hitam yang langsung menyebar ke seluruh sudut Restoran.

[Aku sudah buka semuanya, bos! silahkan bersenang-senang!]

Entah bagaimana caranya, tiba tiba Arthur sudah berganti pakaian menjadi pakaian serba hitam dengan di punggung serta pinggangnya sudah terdapat pedang, shuriken, bomb asap, serta dua pistol berikut amunisinya yang tertata rapi di pinggangnya.

Wushhhh....

Arthur bergerak dengan sangat cepat menyusuri setiap sudut restoran memegang dua pedangnya.

Pasukan bersenjata yang ternyata datang dengan jumlah lebih dari 100 orang itu kaget saat restoran yang tiba tiba di isi kabut tebal. Mereka yang panik langsung menembakkan senjata apinya ke segala arah guna melindungi diri.

Crashh...

Crashh..

Jlebb...

Jlebb..

Jlebb..

Dorr...

Dor..

Dor..

Usaha melindungi diri itu ternyata sia sia, serangan tiba tiba yang langsung mengincar titik vital membuat mereka semua tewas mengenaskan.

Bahkan, pimpinan pasukan mati dengan mata melotot dan kepala yang terpisah dari tubuhnya. Setelah kematian seluruh pasukan bersenjata itu, tiba tiba kabut hitam yang menutupi pandangan berangsur-angsur menghilang.

Saat seluruh pengunjung restoran mencari asal dari suara teriakan kesakitan tadi, mereka dibuat kaget karena melihat kekejaman yang tidak pernah mereka bayangkan.

Setiap mayat pasukan bersenjata ternyata sudah tidak memiliki mata, telinga, dan terdapat cap dari benda panas. Cap yang terlihat asing di mata mereka semua.

Keluarga Bernard yang tidak mau ikut campur masalah ini lebih jauh, memilih untuk pergi dari restoran cepat-cepat.

Abigail di sepanjang perjalanan menuju rumah terus menerus menelepon Arthur. Namun sayangnya, setiap kali dia menelepon Arthur, panggilannya selalu di tolak dengan cepat.

Ini membuat Abigail marah dan mempercepat laju mobilnya. Sesampainya di rumah, Abigail langsung masuk dan mengetuk pintu kamar Arthur.

"Ada apa?!" tanya Arthur dengan tatapan marah.

"Kenapa teleponku kamu tolak?! ha?!" tanya Abigail dengan marah.

"Tidak penting!" ucap Arthur lalu kembali masuk ke dalam kamar dan membanting pintu.

Brakkk....

"Jangan dikira setelah kau menyelamatkan aku, aku akan mencintaimu!!" teriak Abigail penuh amarah.

Setelah kejadian tidak terduga hari itu, seluruh keluarga Bernard semakin penasaran dengan identitas asli Arthur. Bukan tanpa alasan, ini dikarenakan banyaknya sidik jari Arthur di seluruh sudut restoran.

Polisi juga sudah menginterogasi Arthur beberapa hari setelah kejadian itu. Dan Arthur mrngarang cerita kalau dia kabur dengan cara mengendap-endap.

Cerita Arthur membuat polisi sedikit curiga, bukan tanpa alasan, semua ini bisa terjadi dengan kemungkinan Arthur yang menyewa para pasukan bersenjata itu untuk membunuh seluruh keluarga Bernard yang telah menindasnya selama ini.

Namun, kecurigaan ini polisi sembunyikan karena kurangnya bukti fisik dari kecurigaan mereka.

Setelah kejadian hari itu, Arthur yang telah menyelamatkan nyawa Abigail malah semakin di tindas dan dihina. Abigail sebagai istri yang seharusnya menghormati Arthur sebagai suami malah melakukan Arthur layaknya binatang.

Kamar Arthur sebelumnya di hancurkan dan dijadikan sebuah ruangan khusus menyimpan boneka manekin. Sedangkan Arthur dipaksa untuk tidur di gudang yang lembab dan sangat kotor.

"Kamu itu miskin! tidak ada andil apapun dalam keluarga tidak sah ini! pernikahan kita hanyalah sebuah kontrak formalitas di depan ayahku! kau bukanlah suamiku! kau hanyalah babu yang aku pelihara!" teriak Abigail penuh kebencian.

"Dasar menjijikkan!" ucap Yui, adik perempuan Abigail.

"Bahkan jika dia mati, mamah yakin tidak akan ada pelayat yang datang! Lihat! betapa menjijikkan bau dan wajahnya! di kubur pun mamah yakin Bumi akan menolaknya! saking menjijikkan dan hinanya makhluk ini!" ucap Ana, ibu Abigail.

Mendengar hinaan itu, Arthur hanya bisa mengepalkan tangan menahan amarahnya yang menggebu-gebu.

Buaghhh....

"Pergii! aku sudah muak melihat wajahmu! sumber masalah di hidupku! bajingan!" teriak Abigail memukul kepala Arthur dengan balok kayu hingga berdarah.

Arthur dengan nafas terengah-engah menahan marah, pergi menuju gudang. Arthur memukul tembok gudang berkali-kali hingga tangannya mengeluarkan banyak darah.

"Bajingan!" gumam Arthur penuh amarah.

Dengan amarah yang menggebu-gebu, Arthur mengambil ponselnya yang ada di sakunya. Dia mengirimkan sebuah alamat ke nomor asing yang teridentifikasi nomor dari Negara Indonesia.

[Apa kita akan keluar, bos?]

"Ya! aku akan kembali! aku akan memuaskan amarahku!" jawab Arthur penuh amarah.

[Kalau seperti itu, saya akan menyiapkan segalanya, bos]

Setelah membulatkan tekadnya, Arthur segera membersihkan tubuhnya, membungkus tangannya dengan perban, dan menutup luka di kepalanya menggunakan perban kecil.

Arthur mengenakan setelan jas panjang rapi, lalu pergi keluar gudang. Saat melewati ruang tamu untuk keluar rumah, Arthur melihat kalau di sana sudah terdapat sosok pria tampan rupawan dari salah satu keluarga terpandang di kota itu.

"Mau kemana kau?!!" teriak Abigail marah.

"Bukan urusanmu." jawab Arthur dingin.

"Bisakah lebih lembut berbicara dengan perempuan? bukannya kau lelaki sejati?" tanya pria tampan itu berdiri dan mendekati Arthur dengan tatapan mengintimidasi.

Bruakkkk.....

Dengan wajah datar, Arthur membanting kepala pria itu ke tembok hingga membuatnya terjatuh tidak sadarkan diri dan kepalanya mengeluarkan darah segar.

"Jangan sesekali mencoba mengintimidasi malaikat maut." ucap Arthur menatap datar pria itu, lalu pergi begitu saja meninggalkan Abigail dan ibunya yang sangat syok.

Yui yang baru keluar kamar langsung berteriak pada kakak dan ibunya. Tersadar dari lamunannya, Abigail langsung menelepon ambulans guna membawa pria itu ke rumah sakit.

Tidak hanya memanggil ambulans, Abigail juga melaporkan perbuatan Arthur pada pihak kepolisian. Menjawab laporan Abigail, Polisi langsung bertindak dan mencari tau identitas Arthur.

Sebagian polisi juga langsung bergerak menuju rumah sakit untuk meminta keterangan Abigail dan Ana sebagai saksi kunci. Polisi juga menyarankan untuk melakukan visum guna menjadi bukti atas kesalahan Arthur.

Sedangkan Arthur, saat ini, dia sedang berada di depan sebuah rumah sederhana, tepatnya di kota Y, di negara China. Ya, selama ini, Arthur tinggal di Negara China.

Ting Tong...

Arthur memencet bel rumah tersebut, menunggu pintu dibuka sembari menghisap rokoknya.

"Yaa..." seorang wanita yang sangat cantik dan manis seketika tertegun saat membukakan pintu.

"Maaf mengganggu, aku hanya ingin mengambil barang yang tertinggal di belakang gudang." ucap Arthur.

"S-silahkan." jawab wanita itu tergagap.

Arthur segera masuk, lalu pergi ke halaman belakang rumah sederhana itu. Arthur pergi ke balik sebuah gudang yang terpisah dengan bangunan utama.

Di tangannya, Arthur sudah menggenggam sekop yang dia pinjam dari wanita cantik itu. Tidak mau membuang waktu, Arthur langsung menggali tanah yang terdapat tanda X.

"Ini dia..." gumam Arthur saat menemukan sebuah koper besar.

Cekrek..

Arthur membuka koper besar itu, ternyata oh ternyata, isi koper besar itu adalah beberapa pistol dengan berbagai macam kaliber, puluhan pasport, puluhan data diri palsu, ratusan uang koin emas berlogo pistol, ribuan dolar, pisau, shuriken, bomb asap, dan kotak P3K.

Setelah memastikan bahwa semuanya lengkap, Arthur segera berpamitan pada wanita cantik yang menunggu di ruang tamu.

[Bos, kau jadi DPO, setelah melakukan kekerasan pada Azka, anak dari kepala keluarga Yan]

"Aku akan membunuhnya." ucap Arthur masuk ke dalam mobil curiannya.

Bersambung...

Episode 3: Kembali

Tujuan Arthur selanjutnya adalah pengadilan agama. Arthur mengurus surat cerai sekaligus jadwal sidang perceraiannya. Beres dengan urusan perceraian, kemudian Arthur memutuskan untuk pergi ke sebuah bangunan super megah.

Hotel The Continental, sebuah hotel mewah yang di dirikan oleh Miguel. Bisnis penginapan underworld yang sebenarnya sudah menjadi rahasia umum warga sekitar.

Arthur memesan satu kamar untuk 5 malam, dia membayar 5 koin emas, lalu pergi menuju kamar sesuai nomor Card yang di berikan resepsionis.

Di kamarnya, Arthur membungkus berkas perceraiannya dengan stopmap, menuliskan alamat, lalu kembali menyimpannya.

"Oke oke, aku tunggu besok siang." gumam Arthur saat membaca pesan balasan dari nomor yang dia hubungi tadi.

Lelah dengan aktivitasnya hari itu, Arthur memutuskan untuk mandi, lalu tidur, mengistirahatkan tubuhnya yang telah lama tidak beristirahat.

Keesokan harinya, setelah melakukan sarapan di restoran hotel, Arthur berjalan ke bangunan di sebelah Hotel The Continental. Bangun itu adalah kantor pos khusus bagi orang-orang yang berkecimpung di dalam underworld.

Arthur mengirimkan berkas tersebut ke alamat rumah Abigail, setelah itu dia kembali ke Hotel sambil tersenyum menatap deretan polisi yang parkir di sebrang jalan.

Perlu di ketahui, Hotel The Continental adalah wilayah netral bagi para kriminal, polisi atau agen sekalipun tidak akan bisa menangkap incaran mereka di sana. Jika nekat, maka, para kriminal yang juga sedang menginap di sana akan langsung melakukan penyerangan terhadap polisi atau agen.

Siangnya, Arthur yang sedang menikmati hidup yang sangat damai di kamarnya sembari meminum kopi dan menonton TV, mendengar pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang.

Arthur mengintip untuk mengecek siapa yang datang, karena mengenal orang itu, Arthur kemudian membukakan pintu.

"Masuk." ucap Arthur mempersilahkan tamu berupa pria tampan berpakaian rapi masuk ke dalam.

"Sudah ku duga, kau masih hidup!" ucap pria itu setelah duduk di kursi yang tersedia.

"Siapa yang memberitakan kalau aku mati?" tanya Arthur kaget.

"Scelus Dominus, mereka yang mengabarkan pada The Doctor a.k.a mamah." jawab pria itu santai.

"Mereka sebenarnya ingin menyingkirkan aku dari dunia ini, berbagai cara mereka lakukan untuk menghabisiku karena aku dianggap sumber masalah terbesar di masa depan." ucap Arthur.

"Kau takut?" tanya pria itu.

"Aku hanya menghormati mereka yang menjadi atasanku selama ini." jawab Arthur menatap keluar jendela.

"Kau mau apa memanggilku?" tanya pria itu.

"Kau bawa pasukan?" tanya Arthur balik.

"Bawa." jawab pria itu.

"Lusa kita pergi ke pengadilan Agama, aku ada sidang di sana. Perlu sedikit bantuan untuk menghindari polisi." ucap Arthur.

"Ahh, baiklah kalau hanya itu." ucap pria itu santai.

"Menurutmu, apa ibu akan membenciku?" tanya Arthur.

"Tidak, dia malah selalu menanyakan keberadaan mu padaku. Dia sangat menyayangimu walaupun kau bukan anak kandungnya." jawabannya serius.

"Aku akan kembali." ucap Arthur yang seketika membuat pria itu tersedak ludahnya sendiri.

"Aku ingin membalas perlakuan orang-orang tidak tau terimakasih. Orang-orang yang beberapa waktu lalu mengejarku untuk dibunuh demi sebuah pengakuan." ucap Arthur.

"Zack, kau adik angkatku, bisa kau mengantarku ke markas malam ini?" tanya Arthur pada pria yang dia panggil Zack itu.

"Aku akan mengantarmu, kau sudah aku anggap kakak kandungku, mau sebesar apapun masalahmu, aku akan membantumu walaupun nyawaku harus menjadi taruhannya." jawab Zack menatap serius wajah Arthur.

"Terimakasih." ucap Arthur tersenyum tipis.

Keesokan harinya, di kediaman Abigail, dia merasa bingung karena Arthur tidak kunjungan pulang sejak kejadian malam itu. Keheranannya semakin besar ketika kurir datang memberikan paket dari Arthur.

Dengan kening mengerut, Abigail membuka paket tersebut. Ternyata, di dalamnya terdapat berkas-berkas dari pengadilan Agama yang sudah di tandatangani oleh Arthur.

"What?!" seru Abigail kaget.

Saat ingin membawa berkas-berkas tersebut ke kamar ibunya, secarik kertas terjatuh dari sela-sela tumpukan berkas.

'Hanya satu jawaban, iya, jika kau tidak menandatangani surat ini, aku akan mengirimkan salah satu mata nenekmu.'

Begitulah isi dari secarik kertas tersebut. Abigail yang memang sudah tau seberapa kuat Arthur, sejak pria itu menyelamatkan nyawanya, langsung menandatangani surat perceraian tersebut dan menyimpannya di kamar.

Setelah menyimpan surat itu, Abigail kemudian berangkat ke kantornya untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat terhambat.

"Kamu sudah sembuh?" tanya Abigail yang sedikit kaget saat melihat Azka sudah berada di ruangannya.

"Masih sedikit nyeri, sayang." jawab Azka tersenyum manis.

"Ada apa kamu datang kemari?" tanya Abigail tersenyum tipis saat Azka memanggilnya sayang.

"Ayah dan ibu selalu menanyakan kesiapan kamu untuk menikah. Kamu mau beri jawaban kapan?" tanya Azka.

"Alah alah...iya iya, kita bakalan menikah. Si Arthur itu sudah gugat aku di pengadilan. Besok sore sidangnya, kamu ikut ya, temenin aku." jawab Abigail tersenyum manis dan memeluk mesra Azka.

"Hahahaha...akhirnya, kita bisa bersama juga! akhirnya kamu bebas dari genggaman pria miskin itu!" ucap Azka penuh kebahagiaan.

"Hahaha...iya..akhirnya!" ucap Abigail tersenyum bahagia, walaupun didalam hati kecilnya terdapat sedikit ketakutan.

Di sisi lain, Arthur yang sedang jadi DPO dan menjadi orang paling di cari oleh keluarga Yan serta keluarga Bernard untuk dibawa ke ranah hukum, buntut dari Arthur yang mengadu kepala Azka dengan tembok hingga bocor.

Kini, Arthur sedang melakukan perjalanan menuju kota Y, tepatnya di sebuah wilayah khusus yang pihak pemerintahan tidak bisa masuk karena taruhannya nyawa.

"Kartu Identitas?" tanya penjaga portal perbatasan wilayah khusus dengan kota bebas.

Arthur mengambil dompetnya, lalu menunjukkan plat diamond yang membuat penjaga gerbang pucat.

"M-maaf, t-tuan besar! saya mohon maaf sudah menghambat perjalanan anda!' ucap penjaga gerbang yang langsung bersujud.

"Tidak masalah, aku memang oprasi plastik beberapa tahun lalu. Beri tau Kevin, aku datang, suruh dia cepat ke sini." ucap Arthur.

"B-baik, tuan besar!" jawab penjaga gerbang bangkit dan memberikan hormat.

"Aku tunggu di dalam." ucap Arthur lalu memberi kode pada Zack untuk lanjut jalan.

Zack kembali melaju menuruti arahan dari Arthur. Akhirnya, dia berhenti di depan sebuah bangunan mewah yang ramai orang-orang berandalan.

"Bajingan! Kevin memang bodoh!" gumam Arthur marah.

"Aku kira mereka bagian dari bawahanmu." ucap Zack kaget.

"Hey! siapa kau?! beraninya parkir di depan rumah bos!" teriak salah seorang berandalan.

Wushhh....

Jlebb...

Tanpa menjawab, Arthur tiba tiba melemparkan kunai yang melesat dan menancap di leher berandalan itu.

Cekrek...

"Pergi." ucap Zack mengacungkan pistolnya.

Melihat ancaman nyata itu, semua berandalan yang nongkrong di halaman rumah mewah itu langsung kabur melarikan diri sambil berteriak ketakutan.

"Kunai mu hampir meleset, kau harus giat berlatih setelah ini." ucap Zack.

"Aku paham itu." ucap Arthur sembari berjalan masuk ke dalam rumah itu.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!