Sabrina Angelica, gadis random dengan otak cerdasnya yang sebentar lagi memasuki masa kuliah itu harus menelan kenyataan pahit dalam hidupnya. Disaat sedang berbelanja di mall dengan sahabatnya, ia melihat kekasihnya sedang berjalan mesra dengan adik kelasnya.
Marah? Tentu saja!
Lantas ia segera berlari menuju kekasihnya, membuat sahabatnya Elena terkejut lalu ikut berlari. Sesampainya dia disana, tangan Brina sudah terangkat untuk menampar pipi kekasinya itu. Namun sayangnya, pipi mulusnya terlebih dahulu di tampar oleh kekasihnya.
Brina yang tidak siap-pun terjatuh karena tamparan keras yang ia dapatkan, lalu ia tak sadarkan diri di tempat. Elena berteriak marah disaat melihat sahabatnya tidak sadarkan diri. Elena sempat ingin membalas Revan, tetapi pria itu dengan selingkuhannya sudah berjalan menjauh dari mereka. Lantas sambil terisak ia mencari handphone nya lalu menelpon ambulance, tidak lupa ia mengabari orang tua Brina dan juga kakak laki-laki Brina.
Elena ambruk di lantai lalu tangannya terulur untuk mengangkat kepala sahabatnya untuk di baringkan di pangkuannya. "Brin" ia menyeka air matanya, "Please lo harus baik-baik aja ya, setelah kakak lo tau ini pasti Revan ngga bakal tenang hidupnya" matanya menatap wajah Brina yang semakin pucat.
Beberapa menit kemudian terlihat beberapa perawat berlarian ke arah mereka, dengan sigap Brina di baringkan di atas brankar dan Elena juga bergegas untuk ikut menemani sahabatnya ke dalam mobil ambulance.
...⏳...
Xaviera Brina Sebastiano, gadis dengan aura dinginnya membuat ia tidak memiliki banyak teman. Alasannya, karena mereka semua merasa segan karena aura dinginnya. Selama ini ia hanya memiliki satu sahabatnya dari kecil, sahabatnya itu tetap setia menemaninya walau banyak perubahan dalam dirinya yang menjadi gadis dingin seperti ini. Namun dalam hati Viera bersyukur, ia di beri sahabat sejati yang tidak memanfaatkan dirinya, malah ia sangat berterimakasih.
Sampai disaat ia pulang sekolah, ia sedikit kaget karena ada seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di sofa, ia lalu disambut oleh calon ibu tirinya itu yang ternyata entah sejak kapan sudah berada di mansion keluarganya.
"Viera, baru pulang jam segini?" Viera hanya menatap sinis wanita yang sudah satu bulan Daddy nya kenalkan kepadanya, sungguh ia sangat terusik dengan wanita paruh baya itu di mansion ini. Alasannya karena wanita itu kerap bermuka dua disaat bersama Daddy nya, dalam hatinya ia berdecak muak. Dimana Daddy nya itu bisa mendapatkan wanita ular ini? Ia tidak habis pikir.
Dengan bergegas ia melewati ruang tamu dimana wanita itu duduk lalu kakinya melangkah menuju anak tangga, ia ingin segera mandi dan makan siang, hari ini ia sangat lelah.
Merasa di hiraukan, Elizabeth__calon ibu tiri Viera itu mencekal tanganya kasar disaat ia berjalan di tangga. Akibatnya, Viera terjatuh dari atas tangga atas menuju lantai satu. Dengan kesadaran yang hampir habis, ia bisa melihat Elizabeth yang terlihat 'sedikit' panik namun tak kunjung menolongnya. Sampai matanya tertutup dan ia tak sadarkan diri.
>.<
Cerita ini adalah karangan yang author buat tanpa menyinggung pihak mana-pun, jadi mohon dukungannya agar cerita ini berlanjut dan tuntas sampai bab terakhir.
Btw panggil aja autor dengan sebutan 'Eisa' hehe, kali ini aku semangat nulis lagi setelah 3 tahun vakum nulis. Ini aku bawa cerita baru dan lembaran baru....
Yahh harapan nya semoga banyak orang yang merasa terhibur dan menikmati cerita yang aku karang yaa...
Don't forget to like, save and share this story. Thanks!!!
...Disaat orang lain terlihat bahagia dengan hidupnya, kenapa kebahagiaanku harus di renggut paksa oleh takdir yang tidak berpihak kepadaku?...
...~Xaviera Transmigration~...
Perlahan tapi pasti, manik mata itu terbuka. Viera merasakan kepalanya yang berdenyut, membuatnya seketika meringis lalu ia reflek memegang kepalanya. Ia dibuat bingung karena terdapat selang infus di punggung tangan kirinya, serta alat bantu pernapasan di mulut dan hidungnya.
Maniknya mengedar ke penjuru arah, ia dapat menyimpulkan jika ini adalah rumah sakit.
Tenggorokanya terasa kering, ia haus. Hanya ada dirinya di ruangan ini. Ia melirik ke samping, terdapat air minum di gelas yang tertutup di atas nakas. Tetapi ia tidak bisa meraihnya, karena tenaganya belum pulih.
Viera tersentak kaget disaat pintu putih ruangan itu terbuka. Nampak seorang pria ber jas putih yang berjalan ke arahnya dengan tersenyum.
"Air" lirihnya, pria berjas putih itu dengan cekatan meraih air minum dan membantu Viera.
"Terimakasih" gumamnya, dokter itu mengangguk.
"Apakah nona masih merasakan sakit?"
Viera mengangguk lemah. Dokter itu segera mengecek keadaan Viera. "Istirahat lagi nona, nanti akan ada seorang suster yang membawakan anda sarapan beserta obat." Viera kembali mengangguk. Namun ia menyerngit menyadari sesuatu.
Sejak kapan ia lancar berbahasa Inggris? Maksudnya, sedari tadi dokter tampan di hadapannya ini menggunakan bahasa Inggris dan ia dengan mudahnya paham. Dan lagi, ia tadi juga menggunakan bahasa itu?....
"Maaf pak dokter, sebenarnya saya sedang berada di negara apa?"
Samuel__dokter itu menyerngit bingung dengan pertanyaan pasien di hadapannya. "Tentu saja ini New York nona, apakah nona tidak mengingat sesuatu?" tanya Samuel was-was.
"Seingatku, terakhir kali aku bersama Elena di mall. Aku mendapati kekasihku selingkuh lalu dia menamparku. Aku terjatuh lalu aku berada disini."
Pernyataan gadis yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit itu membuat Samuel tambah bingung. Bagaimana mungkin? Setaunya gadis di hadapannya ini terjatuh dari tangga lalu mengapa?....
"Coba jawab pertanyaan saya, apakah nona mengingat siapa nama nona?"
Viera mengangguk. "Namaku Sabrina Angelica."
Samuel kembali terkejut, dia sangat amat tau jika gadis ini merupakan anak dari Tuan Sebastiano. Ia sendiri sudah 5 tahun bekerja sebagai dokter pribadi keluarga Sebastiano, lalu bagaimana mungkin gadis ini bernama Sabrina Angelica? Apakah Viera mengalami trans__ Samuel menggelengkan kepalanya mengenyahkan pikiran konyolnya.
"Lalu nona berasal dari negara apa?"
"Saya dari Indonesia, lebih tepatnya Jakarta. Tahun ini saya akan memasuki jenjang kuliah." Jawab Viera_Brina tersenyum. Ia mengingat universitas itu, ia tidak sabar menjadi seorang mahasiswi.
Samuel memijit pangkal hidungnya, ia sangat pusing sekarang. "Sebaiknya nona istirahat lagi, sebentar lagi suster kemari" setelah mengatakan itu Samuel meninggalkan ruangan putih itu.
Viera menghela napasnya, kenapa ini sangat aneh. Kenapa ia ada di negara lain? Ia kembali memejamkan mata, namun kembali terbuka di saat seorang suster datang ke kamarnya.
"Ini sarapan anda nona."
...⏳...
"Kau!" tunjuknya pada wanita didepannya. "Aku mengakhiri hubungan ini!" ucapnya tegas.
Wanita di hadapanya sudah menangis sajak pertengkaran tadi. "Kenapa Reymond? Kenapa?"
Pria yang di panggil_Reymond itu menyeringai. "Kau tanya kenapa?" ia mencengkram dagu wanita itu. "Karena kau sudah berani bermain-main denganku. Beraninya tangan kotormu ini menyentuh putriku!" ia berdecih lalu menarik tanganya kasar. "Lebih baik kau pergi dari hadapanku bahkan negara ini, atau kau pergi dari dunia ini" ujarnya dengan berbisik mengerikan di akhir kalimat.
Wanita ini menggeleng, ia tidak mau. Tetapi ia juga takut. "Aku tidak sengaja, iy-iya aku tidak sengaja. Kau harus percaya padaku Rey."
"Kau lupa siapa aku? Pergi sekarang juga, atau aku yang akan melemparmu ke neraka!"
Elizabeth menelan salivanya kasar, ia lalu pergi dari mansion itu dengan derai air mata.
"Hah, sial! Bagaimana aku bisa mendapatkan wanita busuk itu?" Reymond mengacak rambutnya kasar, gerakanya terhenti setelah mendengar nada dering dari ponsel di sakunya.
"Ya?"
"Nona sudah siuman tuan."
"Tetap jaga putri saya, saya akan segera ke rumah sakit."
"Baik-"
Reymond mematikan sambungan telephone sepihak, lalu ia bergegas pergi untuk menemui putrinya.
>.<
...Semua ketidakmungkinan itu sulit di terima, tapi mungkin saja hal-hal yang tidak mungkin itu membawa sebuah kebahagiaan....
...~Xaviera Transmigration~...
Reymond setengah berlari di lorong rumah sakit, dia sangat bahagia. Akhirnya putri kecilnya sudah siuman. Sampai ia lupa tidak membawakan sesuatu untuk putri kesayanganya. Ia lantas berhenti di depan pintu kamar purinya.
Mencari nama asisten pribadinya, ia menekan tombol panggilan.
"Belikan buah-buahan serta makanan kesukaan putriku." titahnya lalu memutuskan panggilan sepihak disaat asistennya baru akan menjawab.
Pria berumur 40-an itu membuka pintu perlahan, terlihat darah dagingnya yang sedang istirahat disana. Ia tersenyum sendu lalu memasuki ruangan itu, tidak lupa untuk menutup pintu.
Tanganya terangkat untuk mengusap surai hitam putrinya, wajah cantik itu sangat mirip dengan mendiang istrinya. Andai-andai saja kejadian itu tidak ada, maka saat ini keluarga kecilnya sudah sangat bahagia. Dan putri kecilnya tidak akan berubah menjadi gadis dingin dan pendiam. Tidak terasa satu tetes air mata meluncur tanpa di minta, Reymond dengan segera menghapusnya kasar disaat ia melihat putrinya yang terbangun.
Viera menatap pria di hadapannya bingung, "Maaf, anda siapa ya?"
Pertanyaan dari putrinya itu membuat Reymond terdiam kaku. Seketika pikiran-pikiran buruk datang. "Daddy, Daddy mu sayang."
Gadis itu tambah bingung. "Tapi-"
Perkataan Viera terhenti di saat Samuel tiba-tiba datang. "Maaf tuan, ada yang harus saya bicarakan mengenai nona muda."
Reymond memandang dokter serta putrinya bergantian, lalu mengangguk. Ia mengelus surai putinya, lalu meninggalkan ruangan itu bersama Samuel.
Ditinggal sendiri, Brina merasa sangat aneh. Sejak ia bangun tadi hanya dokter dan suster yang merawatnya. Lalu tiba-tiba datang seorang pria yang mengaku sebagai Daddy-nya. Apa maksudnya Daddy itu? Apakah itu Sugar Dad-
Brina menggeleng tegas. "Sejak kapan gue punya sugar daddy" gumamnya. "Ayah, Bunda sama Abang kemana sih? Kok gue bisa ditinggalin di negara orang gini. Aaaaa~ gue pengen balik~ " rengeknya entah pada siapa.
Tiba-tiba kepalanya terasa sakit disaat ingatan asing memenuhi pikirannya. Ia meringis kesakitan, lalu ia tak sadarkan diri.
...⏳...
"Cepat katakan ada apa dengan putriku!"
Samuel menghela napas. "Tuan, ada yang aneh dengan putri anda. Ia sama sekali tidak mengenal saya dan juga ia mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal."
"Apa maksudmu?"
"Saya tidak dapat mengatakan jika nona Viera mengalami hilang ingatan, tetapi nona benar-benar tidak memiliki ingatan itu. Tadi nona tiba-tiba menanyakan kepadaku negara apa ini."
Reymond menatap Samuel bingung. "Saya tidak mengerti."
"Nona bertanya negara apa ini, lalu saya jawab yang sejujurnya. Kemudian saya bertanya tentang siapa namanya, dan nona bilang namanya adalah Sabrina Angelica."
"Apa? Bagaimana dia bisa memiliki nama itu!"
"Tenanglah dulu Tuan." Samuel sedikit takut, ia takut jika ia salah berucap nanti.
Reymond menghela napasnya kasar lalu mengangguk. "Lanjutkan!"
"Nona bilang ia berasal dari Indonesia."
"Indonesia?"
Samuel mengangguk." Iya tuan, nona juga memberitahuku tentang ingatanya terakhir kali. Nona bilang, ia sedang berada di sebuah mall dengan seseorang bernama Elena. Lalu nona mendapati kekasihnya yang berselingkuh lalu pria itu menamparnya. Nona terjatuh lalu ia berada disini. Begitu yang nona ucapkan tuan."
Reymond memijat pangkal hidungnya. "Ada apa ini? Kenapa putriku bisa memiliki ingatan seperti itu?"
"Tuan, sepertinya nona mengalami transmigrasi."
...⏳...
Brina membuka matanya perlahan, ia bangun lalu menatap sekitarnya bingung. Terdapat berbagai macam bunga warna-warni, dan jangan lupakan air sungai yang mengalir tenang di depan sana, menambah kesan indah di tempat ini. Brina berdiri, ia lalu menyadari satu hal.
"Kok gue tiduran di rumput sih?" gumamnya. Lantas gadis itu berjalan perlahan, rumput yang di pijaknya menciptakan sensasi geli pada telapak kakinya.
Kakinya melangkah lebih dekat dengan bunga berwarna merah, rose.
"Eumm, wangi banget. Fiks sih ini bunga-bunga mirip yang di jual di area pemakaman." monolognya sambil terkikik geli. "Tapi ngapain gue disini, bukanya gue masih di rumah sakit ya?" gumamnya lagi.
"Sabrina." panggilan dari seseorang membuat Brina reflek menoleh kebelakang. Terlihat seorang gadis yang mirip_SANGAT MIRIP dengannya sedang tersenyum teduh.
"Eh, lo siapa? Sejak kapan gue punya kembaran?"
Seseorang itu mengendus. "Aku bukan kembaranmu."
"Terus lo siapa? Miripin gue lagi."
Memang kedua gadis itu terlihat seperti twins, tetapi kulit Brina sedikit gelap karena ia berasal dari Asia Tenggara.
"Namaku adalah Xaviera Brina Sebastiano."
Brina menyerngit bingung. "Terus urusannya sama gue?"
"Apakah kamu tidak menyadari sesuatu sejak bangun tadi?"
Brina mulai berpikir, lalu ia mengangguk. "Iya, masa iya sih bangun-bangun ada di NY dan Ayah,Bunda sama Abang juga kagak ada menjenguk gue." ucapnya sendu.
"Karena kamu sedang berada di tubuhku Brin?"
"Hah! Maksud lo apa? Bentar-bentar otak gue lagi ngelag nih."
"Kamu bertransmigrasi ke dalam tubuhku."
>.<
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!