NovelToon NovelToon

Tuai Benih

Anak yang Tak Diinginkan

...Chapter 1...

Dunia itu kejam, ya? Berlalu, tetap melangsungkan kehidupan walau secara sepihak dapat merugikan orang lain. Tanpa peduli, menghiraukan kaum jelata di pinggiran jalan sama sekali bukan sebuah cara kita dipandang manusia beradab.

Benci, tidak-tidak, ini lebih terasa menyakitkan. Berulang kali kucoba melupakan, menghanguskan kenangan pahit yang terbesit, namun semua itu nihil. Tiada diperintah ia senantiasa bersemayam, enggan meninggalkan kehidupan sebelum penonaktifan paru-paru dimulai.

Haaah, beginilah hidup. Mau tidak mau kita mesti menjalani. Susah senang, suka maupun duka terpaksa bertengger di dalam kalbu. Andai Tuhan mempersilahkan hambanya menjemput ajal, sedari awal prosesi kelahiran bakal kutolak.

Sama sekali!

"Ahahaha."

Omong-omong ini di mana? Mengapa benak berubah menjadi pikun? Bentar, biarkan otakku bekerja. Jangan membawaku buat melayang ke mana-mana dulu.

Ruangan gelap, penerangan hanya dilengkapi lampu disko yang hidup dalam sekian menit sahaja. Etto, oh ya, gue kan masih berada di tempat. Kemari ke titik tujuan atas inisiatif diri sendiri. Dibilang berangkat seorang juga keliru, sih. Lagian ada beberapa kawan dekat yang senantiasa menemani raga kapan pun dan dimana pun.

Bersyukur sekali raga mengenal, dapat berkawan baik dengan kalian semua.

"Bersulang."

Fuuuh, melegakan. Entah mau sampai kapan cangkir kuteguk. Rasanya kesadaran hendak diterbangkan ke alam mimpi.

Fu-fu.

Selang menempatkan kehadiran buat duduk, arahan bersulang kemudian keluar, timbul atas arahan salah satu wanita, mengajak keseluruhan orang yang terbaris dalam lingkaran tak teratur demi menyemarakkan suasana sekitar.

Oke-oke, kuakui bahwa ini tindakan tidak benar. Paham kok, tapi percayalah. Segenap hati kucoba buat melawan, namun gairah nafsu menarik, menjebak diri pada kenikmatan tiada dua.

Hahahaha, ini sangat fantastis!

Tidak berselang penabrakan antar gelas tercipta, penegakan air segera kulaksanakan, mencoba menegak bukan hanya satu dua buah, melainkan puluhan botol besar di atas.

Pertama perlu diketahui bahwa diri gak kenapa-kenapa. Tenang aja, minum beginian gak bakal membuat gue keok. Kalem, tenangi dirimu itu, oke? Semua bakal berjalan baik-baik aja.

Buahahaha.

"Wah-wah, semangat banget buat minum. Lagi ambis banget, nih?"

Berisik bro, biarkan ketenangan menyelimuti sekujur badan. Teramat menganggu kesenangan saja. Lebih baik cabut, atau perlu kukeluarkan selantang mungkin?

Hhhh.

Entah melalui keputusan ia datang kemari, seorang lelaki tiada lain pengunjung tempat berpijak lalu bercakap, membeberkan sepatah demi kata sebagai suatu kekaguman mengenai keberanian diri dalam mengkonsumsi semuanya.

Hey-hey, tolong jangan berlebihan. Apa yang kau masih belum ada apa-apanya. Jadi tolong buat membisu, berikan hamba waktu sendiri untuk merenung. Raga lagi gak sedang dalam keadaan bagus buat bercanda riang.

Ahhhhh!

Kuakui gayamu cukup keren. Kebiruan laut samudra di tiap helaian, putih tidak terlalu terang pada bagian terluar lemak, menampakkan hijau dedaunan layu teruntuk retina penglihatan bukanlah sebuah ciri biasa. Mengenakan baju berandalan, dimana sebuah selendang berstruktur duri-duri tajam terpampang bagi kedua panca indera. Tapi tetep, mau gayamu condong kebarat-baratan, mengacaukan privasi seseorang menjadi salah satu faktor hamba enggan menyukaimu, Kevin.

"Heeeh? Lu gak tahu, ya? Dia abis diputusin cowoknya, tahu."

Ya elah, ember banget nih mulut. Ada lakban gak, sih? Teringin sekali tuh rahang kututup, mengunci fungsi organ demi meminimalisir lonjakan emosi.

Tckkkk!

Belum juga selesai botol menyegarkan kuteguk, salah seorang wanita tidak bukan ialah kawan pribadi lantas berbicara, membicarakan hal tidak jelas mengenai patah hati seorang gadis bernama Tina.

Nah-nah, mulai ngelantur, dah. Sebenernya tujuan kita kemari tuh apa, sih? Sekedar bersenang-senang semata, bukan mencoba memprovokasi kehadiran, oke? Au dah, aku sama gak se-linear sama pemikiran kalian. Beruntung keengganan diri untuk balik terbenam secara terus-terusan.

Fuu- huaaaahh.

"Serius?"

Eh, jangan ikut-ikutan, ya? Kuberi "paham" baru tahu rasa. Udahlah, tak perlu ikut campur. Urusi permasalahan sendiri tanpa harus melibatkan orang tak bersalah.

Hadeh.

Mendengar pernyataan sedari mulut rekan, peresponan kemudian timbul, tersembul selaku keterkejutan subjek mengenai informasi terkini.

Jujur awalan bertemu sendiri gue dibuat sedikit syok, sih. Berjumpa, menyaksikan kehadiran seorang anggota geng motor dalam sebuah pesta kecil-kecilan tentu bukan sebuah kewajaran.

Ciri fisik? Hmmmm, putih terang kulit nan melebihi mentari, membumbui fungsi penglihat di kala kegelapan orange menutupi bagian jidat. Kacamata hitam tidak terlalu pekat yang tengah ia kenakan saat nih seolah menggambarkan kekuasaan diri anak motoran. Mengesampingkan baju punk selaku pakaian sehari-hari anak berandalan, tindikan tato menjadi ciri khas di bagian lengan kiri, kah?

Huhuhu, maaf apabila harus terlalu lantang, tapi penampilan ketemu saat nih takkan pernah dan gak bakal mampu membuatku tertarik. Selamat mencoba kembali, Brando. Kuyakin usahamu hanya menemui kegagalan belaka.

Fuuuuh.

"Iya, parah banget, kan? Dia yang main api, dia juga yang merasa tersakiti."

"Amit-amit, sumpah."

Aelah, makin ikutan aja, dah. Udah cukup, hamba jengkel bila harus dijadikan kambing hitam

Grrhhhh!!

Terus menyeruput, menghabiskan keseluruhan isi cairan botol besar, dua tulang rusuk seketika membalas, memaparkan bilamana kejijikan mesti teramat pantas buat orang idiot satu itu.

Haaaah, kuakui apabila omongan dia ada benarnya. Udahlah mohon-mohon, dia pula pihak sebagai pembuat onar dalam hubungan, tapi mengapa menit-menit akhir amukan melanda, gak terima waktu rahasia terpendam kubongkar? Aneh banget, jalan pikiranku sama sekali tidak sampai ke sana. Tak tahu mengapa kepalan hangat sudah bersiap untuk dihantarkan ke target.

Haduh.

Ohhh, lupa menjabarkan soal mereka. Kenalkan ini dan nih adalah Anita dan Sabila, salah sekian daripada kawanku. Walau status tidak terlalu dekat, akan tetapi tenang aja, keduanya sangat mengenali sekali tempat eksotis ini. Toh di selang-selang hari "pekerjaan ringan" senantiasa diambil.

Gue tidak ngerti bagaimana cara menjabarkan karakteristik dua orang dalam satu momentum. Toh kuning terang tiap helaian, penyipitan bentuk penglihat lagi putih merona dibalut dalam keminiman pakaian buat menutupi bagian terlarang menjadi menjadi ciri khas pembicara awal sesaat peresponan dilayangkan oleh oposisi. Cerah membahana, silver pucat pada ikatan rambut dan juga gaya setengah tank top di tiap struktur pakaian merupakan ciri khas terkini terhadap pihak penentang.

Entah hanya kebetulan atau bagaimana, masing-masing rambut pengucap memiliki jepitan rambut berbahan dasar nyentrik, emas lagi menerangi kehidupan. Dibalut keindahan barang ternama, loh. Mana merek brand termahal pula. Kantong orang berkecukupan aja sangat tak meyakinkan untuk membeli setidaknya satu buah benda serupa.

Huhuhu.

"Ehm-ehm, asik banget nih gosipnya."

Gila, enteng banget kalian mengobrol di saat terduga kambing hitam digiring ke lapangan? Buset-buset, salut dah, memang beda pemikiran wanita-wanita di sini.

Fu- fu- fu.

Bersambung….

Krusial

...Chapter 2...

Merasa kehadirannya hanya dijadikan bola biliard semata, peresponan alhasil timbul, tersembul selagi tangan memegang botol, menaruh benda tersebut tepat ke atas meja sembari memberi kode buat mencari topik lain.

Asli, sekian banyak obrolan bakal tetep kudengarkan. Sekalipun hanya sepele, cerita pendek sepanjang sejarah manusia didirikan bakal kudengar sampai akhir. Kumohon guys, hargai keberadaanku di sini. Apa pun boleh kalian perbincangkan, jangan malah berfokus ke diriku semata.

Hhhh.

"Haha, biar aja lah, Sis. Toh kau juga bisa lepas dari ikatan br*ngsek itu."

"Haaah, dasar baj*ngan rendahan."

"Glek-glek-glek."

Setuju akan pendapatmu, Sar. Rasa muak terus-terusan mengamuk, merongrong diri buat bangkit, mencoba memaparkan celaan terhadap subjek terkait. Sabar Sis, sabar. Lu harus kuat, jangan mau tumbang hanya karena keidiotan tingkah lelaki.

Huuuuuh.

Menyimak pembicaraanku sampai selesai, seorang gadis remaja di sekitar spontan menjawab, memaparkan sebuah anugrah atas remuknya hubungan antara gue dan dia.

Terus terang aja metode Sari bercakap cukup menyebalkan. Menunjuk, menempatkan jemari kanan untuk menusuk pipi, membiarkan helaian ayunan ungu tua bergerak bolak-balik demi kelancaran pembicaraan terkini.

Haaah, ini sebuah lelucon belaka, kan? Mungkin pendapat semata atau memang jepitan berlogo tengkorak manusia menempel di salah satu rambut? Tapi kesampingkan pasal tuh, ucapan dia ada benarnya, kok. Tidak keliru apalagi salah satu pun.

Uuuuhh, cairan kental merek ini terasa menggugah selera.

"Tapi serius deh, parah banget tuh cowok."

"Sumpah, andaikata aku berada di sana, kepalan udah melayang tepat ke tujuan."

Huhu, kalian kenapa? Mengapa terkesan seolah "menarik perhatian" banget? Denger ya, gue emang baru aja putus. Teramat menyesal sempat menjalin hubungan dengan orang biadab seperti tuh. Tapi tolong lah, mohon untuk tidak memancing di atas keruhan kolam. Dikira aku bakalan langsung kepikat gitu aja?

Hiiih, menggelikan sekali.

Tak tahu karena rasa empati atau bagaimana, pemaparan penggalan kemudian keluar, timbul melalui pengucapan rahang, eksis atas dasar kehendak, tersembul agar dapat membantu diri untuk lepas, membuang semua memori kenangan bersamanya.

Oke-oke, kuakui niat baik kalian sangat bagus. Brilian, mengesankan dipandang, loh. Cuman ingat, melupakan tidak semudah seperti linear pemikiran. Jarak untuk gak memaksa sebab kebencian bakalan mendatangi kehadiran.

Fuuaaaaahhhh.

"Hmmmm?"

Mingkem merupakan jalan terbaik. Alih-alih menimbulkan keributan, kesunyian mampu kugapai sementara waktu, bukan?

"Kalem aja, kalem. Dia cuman pecundang tak tahu aturan, kok. Selepas pelepasan ikatan, jangan harap dia bisa bertemu denganku."

Buset, jujur banget, kurang-kurangi sifatmu tuh. Walau terkesan baik, kebencian tanpa disadari akan timbul tiada terkontrol.

Memahami kedua lelaki menit lalu berusaha menyeret keberadaan buat terpikat, gumaman pelan alhasil datang, terngiang selaku fungsi indera pendengar, merangkaikan sepenggal kalimat utuh sebelum penyelaan dikeluarkan oleh wanita berambut ungu pendek.

Sukar dipercaya, mungkin bisa kuutarakan. Mau bagaimana pun kodrat kalian sebagai lelaki seolah tercemar, hangus menjadi debu akibat tindakan konyol Anda berdua. Adududuh, mumet banget kepala memikirkan dua orang ini. Siapa sih namanya? Kevin dan Brando, ya? Bisa hentikan kebiasaanmu, tak? Lama-lama kupijak juga nih.

Grrrhhhh!!

"Boro-boro ketemu, ngedengerin suaramu aja udah membuat dia merinding."

"Nyalinya ciut, itu."

"Ahahaha."

Tidak berkomentar lebih dalam, cuman diam hanya akan menjerumuskan namamu ke dalam lautan hinaan. Hhhh, tidak ada pilihan lain, suka tidak suka hamba harus menempuh prosesi terkini.

Mendengarkan perkataan Sari sampai, penyambungan selaku respon terkini Kevin kemudian rilis, eksis sesuai kehendak, menghadirkan layangan tawa begitu besar teruntuk semua orang yang tengah duduk di sekitarku.

Yah mau macam mana pula? Selepas hal-hal berlalu, takkan aku bisa melupakan pecahan memori begitu aja? Gak, bukan? Tertawalah sepuas kalian, lengkungan bibir menuju ke atas menjadi satu-satunya tindakan terkini, mengambil laju teraman demi mencegah perbuatan tidak diinginkan pada menit-menit ke depan.

Haduh, firasatku kok agak memburuk, ya?

Huhuhu.

Seperti kata pepatah, jangan pernah ragukan insting seorang wanita.

"Maksud lu ngomong kayak gitu tuh, apa?! Ngajakin gw berantem, hah?!"

Oke aku keluar, diri sudah berusaha mengingatkan untuk tidak berbuat keterlaluan, namun kebencian tetap saja meruncing, membahana di segala situasi.

Kaa- fuuuuuh.

Mengetahui harga diri dipijak serendah mungkin, penggebrakan meja nan keras spontan timbul, tersembul dan hadir melalui layangan tangan kanan seorang lelaki.

Aku tahu dia siapa, dan memahami seberapa sakit perasaan itu sendiri. Diomongin terang-terangan tiada bermaksud menyaring terlebih dahulu jelas melahirkan amurka teramat dalam. Terlebih narasumber bukan, dalam tanda kutip enggan berpikir se-linear logika. Suka tidak suka raga harus menghadapi target kembali, kah?

Hooooooh.

Omong-omong kau ngapa? Mengapa malah ikutan berbuat anarkis? Oy, sehat kan? Gak berniat melakukan tinju-tinjuan? Tolong jangan membuatku khawatir hingga harus membenahi seisi persepsi.

Fuuuuuuuhh.

Mendapati meja bar dipukul oleh pria tidak dikenal, keterkejutan pada wajah Brando kemudian dibalas, merespon anarkis barusan dengan emosi, menendang ujung meja menggunakan seperempat tenaga, melahirkan pendorongan meja beberapa meter ke hadapan.

Memang tidak bisa kupungkiri asal muasal nih bermula karena mereka sendiri. Membicarakan orang yang bisa saja menghadirkan keberadaan di atas kaki berpijak bukanlah sebuah tindakan terpuji. Cuman gimana, yah? Ikatan pertemanan terbilang sangat erat di sini. Teman kesusahan, sukarela pertolongan bakal kita beri, dan jikalau sebaliknya, balas budi kebaikan akan terasa bagi keberadaan. Menjaga, saling mempertahankan tali persadusraaan harus tetap terlaksana sampai ajal menjemput.

Uuuuuuh.

"Eh santai dikit, dong. Lu gak liat kita lagi apa?!"

"Berisik!"

Woi Brando idiot, astaga-naga. Kenapa malah kena perangkap, sih? Padahal diri berusaha tetap tenang, mencoba kalem di keadaan tak menentu.

Dasar ceroboh.

Gak berselang pemajuan meja bar berlangsung tanpa sepengetahuan pegawai terkait, penggalan selaku ketidaksenangan Brando terhadap tingkah target kemudian dibalas, merespon melalui sebuah ocehan, menutup perkataan mengenakan pelayangan kepalan nan keras. Dan begitulah, tinju tersebut berhasil menyarang tepat ke bagian wajah Brando.

Tentu aja aku bakalan panik, apalagi waktu mendapati si br*ngsek itu malah berani melakukan tindakan buruk di kedua panca indera.

Ahhhhh!

"Arrghhhh!"

Sabar Bran, sabar. Kau tenangkan diri dulu, biar hamba selaku pihak yang akan menghadapi orang kali nih. Tetep tenang, oke? Rilekskan pikiranmu dulu.

Fuuuuuhhhh.

Tak menduga aksi kriminal teringin dihantarkan oleh subjek, jeritan rasa sakit kemudian keluar, timbul seiring penempatan kedua telapak di wajah diletakkan menyelimuti kulit berkaitan.

Emang dapat kuwajarkan kemarahan nan besar suatu saat bakalan tersembul, namun melampiaskan kemurkaan dengan cara seperti nih sama sekali jauh sedari kata karma. Setidaknya persiapkan target, bawa ia ke atas ring demi hak demokrasi.

Hayya, sangat menegangkan sekali, lah. Dikarenakan persitiwa nih keseluruhan penonton tidak terkecuali kami selaku pemantik kebakaran bangkit, menapakkan badan untuk tegak, memposisikan pandangan lurus ke arah seorang lelaki, dimana kepanikan masih terus muncul tanpa tahu kapan ingin berhenti.

Haaah, padahal diri berkeinginan kemari untuk segera melupakan keberadaan. Namun mengapa kau malah nongol, datang kembali seolah tidak bersalah? Tuhan, apa salahku? Takkan kau menguji seorang hamba melebihi batasan diri?

Hu- hu- hu.

Bersambung….

Ricuh

...Chapter 3...

"Gue kasih tahu, ya? Gak usah songong di sini. Lu tuh bukan siapa-siapa, paham?"

Wowow, santai aja kali, mas. Lu juga bukan orang berkepentingan di sini. Harap berkaca sebelum melayangkan perkataan, itu aja sih.

Hihi.

Kendati merengut, mencoba menyampaikan melalui kepala dingin, kesenioran kehadiran lalu datang, hadir sejalan linear kodrat, menghantarkan tatapan tajam teruntuk Brando semata.

Aku tidak tahu ini kenapa dan mengapa, akan tetapi penarikan kerah, mendekatkan satu sama lain diperbuat sendiri oleh b*jingan, bermaksud menggertak nyali kawan sesaat pendorongan raga terlaksana setelahnya.

Yaelah, banyak gaya kali, lu. Jangan jauh-jauh membawakan harga diri jikalau lidah enggan menyeleraskan niatan hati. "Aku janji gak bakalan ninggalin kamu, kok", sekilas pernyataan sampah seketika terngiang, memenuhi isi kepala tanpa berkeinginan buat eksis.

Perkara perseteruan mampu mengheningkan suasana klub, ya?

"Eh guys, dia lagi ngamuk. Agak ngeri kalo kita berada di sini terus. Maka daripada itu-"

"Mau kemana lu pada?!"

Apa, dah? Temanku mau cabut aja dilarang? Amit-amit, udah putus aja masih banyak ngatur kehidupan orang. Emang udah keputusan terbaik buat mengakhiri ikatan di antara lu dan gue.

Haaaaah.

Memahami ketidakkondusifan bergulir setahap demi setahap, keseluruhan wanita terkecuali hamba kemudian bercakap, mengutarakan sesuatu pada frekuensi minim, memaparkan arahan buat mundur meski tertunda oleh bentakan nyaring. Menilik penggalan di atas kami semua tidak diperbolehkan untuk melangkahkan kaki walau hanya sejengkal.

Sukar dipercaya.

Haduh Ki, Ki. Jujur aku teramat malas dalam keikutsertaan obrolan. Gimana, ya? Kedatangan ia kemari bener-bener membuatku terkejut. Astaga-naga, kok jadi bgini, sih? Jauh-jauh uang keluar, terogoh demi memupus kenangan menyakitkan, tapi lihat? Apa yang kudapat selain penaikan emosi? Itulah keinginan terpendam sebagai seorang wanita normal, hah?!

Grrrhhhh!!

"Eh Ki, maksud lu kayak gini tuh apa?! Lu mau bikin gue malu di depan kawan-kawan atau gimana, nih?!"

Sempak, enyahlah engkau dari muka bumi. Pengkhianat, tidak-tidak, biadab berwujudkan rupa manusia, segera langkahkan kaki. Mumpung hamba masih nyantai.

Arrghhhh!!

Menyaksikan berbagai percobaan intimidasi terhadap sebagian besar kehendak kawan sebaya, pengutaraan seketika terdengar, mengggerakkan pengecap ke sana dan kemari, melayangkan penggalan bernadakan tinggi selaku keidiotan tingkah narasumber di tempat.

Kuakui kau bodoh, manusia tak berpengetahuan dengan segala kekurangan dalam raga. Gila, gak habis pikir aku. Sekedar murka, memberitakan kemarahan semata sama sekali TIDAK membuatku tersinggung. Tapi cobalah, punya otak tuh dipake. Capek-capek penegakan kubuat, pecahan merek ternama sekejap melanda lantai ruangan. Apa kau mau ganti semua kerusakan ini, hah?! Sekalian ngepel, gitu?! Kagak, kan? Ya udah, gak udah banyak tingkah. Sok jagoan banget kuperhatikan, kusikat dikit baru tahu rasa.

Hhhh.

Omong-omong ini hanya lantunanku atau memang beneran kejadian? Mengapa kalian semua malah membeku? Bro? Seriusan? Betulan kejadian, dong. Adududuh, macam mana nih? Serius para pengunjung serta pegawai membisu, membiarkan target hening tanpa kehadiran musik membahana.

Hiiiih.

"Gue? Bikin malu?"

"Ahahaha-"

Ada beberapa hal yang ingin kujabarkan, salah satunya ialah keengganan diri dalam menghadapi problematika. Andai boleh jujur, hamba sama sekali malas buat memberikan bantuan. Temen deket bukan, pacar bukan, jadi bukan sebuah keharusan, kan? Tapi sudahlah, mengingat KESELURUHAN wanita tidak terkecuali hamba diperintahkan tunduk, mau tidak mau gerakan revolusi perlu kulangsungkan.

Lengserkan kediktatoran!

Mendengar pemaparan hamba sampai akhir, entah alasan jelas tertawaan begitu gamblang kemudian rilis, timbul selagi ekspresi menyebalkan dihantarkan tepat ke garda terdepan.

Cukup sampai situ, jangan menaikkan parameter lebih dalam. Kuingatkan untuk terakhir kali daripada kesialan nan buruk menimpa salah satu keberadaan. Tolong untuk tidak asal menyalahkan saat pengepalan genggaman tersaji.

Kufufu.

"Sayang, aku dah beli minuman nih."

"Emmhhhh-"

Ohhh, gitu. Jadi dia cewek baru lo? Gak buruk juga. Selama kelakuan gak ikutan busuk, pendiaman senantiasa kugenggam.

Hamba tidak, dan takkan pernah terpancing dalam umpan konyolmu.

Tak tahu melangsungkan perbuatan dalam tanda kutip memanas-manasi sahaja atau tidak, seorang wanita mudah berparas jelita lantas datang, menghampiri biadab R*zki di hadapan, menawarkan sebotol bir berkualitas di kala penciuman pipi dilaksanakan.

Hayya, perlu kutegaskan kembali bila aku dan dia udah meregang. Nihil pengikat selaku pemerkuat hubungan satu sama lain, dan pemutusan tercipta atas kekonyolan orang tersebut.

Gila, tak paham sama sekali. Mau rambut dikuncir kuda, helaian merah merona seterang tomat, mengenakan baju berbahan pendek sampai bagian bawah "lemak" nyaris terekspos di kedua panca indera gak bakalan bisa ataupun sanggup meruntuhkan keindahan rekan sebaya.

Hahaha, murahan.

"Ada apa, sih? Kok rame b-"

Banyak omong, sela aja, dah. Buang-buang waktu sahaja.

"Eh, mending lu diem, kehadiran sama sekali tidak dibutuhkan satu pun."

Bener, omongaku tuh fakta. Buat apa dia datang kemari selain cari perhatian pada kami semua? Aduh, harap kurang-kurangi, deh. Sifatmu itu tergolong "penyakit" dalam keanggotaan Niscala.

Fufu.

Merasa omongan wanita tiada memberikan manfaat selain kesia-siaan, tanpa pikir panjang permintaan tegas datang, merangkaikan kehadiran pada penggalan, mencoba menegaskan bahwa situasi tidak sama persis seperti jalan pemikiran.

Hayya, hari gini masih mencoba buat geyayaan. Mending mingkem dulu, kalau sudah tenang baru boleh lanjut bercakap.

Hhhh.

"Weh-weh, santai aja keles. Enak kali kau ngusir-ngusir orang. Emang lu siapa di sini?!"

Make nanya, bisu bentar ngapa, sih? Cuman diminta merenung semata aja kerasa sukar.

Astaga-naga.

Mendengar perkataan nyelekit hamba barusan, penyulutan emosi sesuai prakira pun muncul, eksis dan tertuju tepat pada hamba di saat pemfokusan pandangan menampakkan amurka begitu besar.

Hadududuh, trik klasik. Dipikir gertakan secemen nih mampu mendobrak, menggoyahkan iman dalam dada? Terkesan agak konyol sih, tapi sudahlah. Lebih baik hamba gak mencoba mencari masalah dulu.

Huhu.

"Mis, dia nih orang yang gue ceritain itu."

Apaan? Gak usah coba bisik-bisik basi, deh. Keluarkan, beri tahu ia bahwa hamba adalah mantan pacar kasih. Penggalan sesimpel nih saja tidak mampu buat kau haturkan.

Pecundang!

Bergerak mendekatkan tengkorak ke telinga oposisi, pergerakan mulut ke segala arah terpampang hadir, menyampaikan sepenggal kalimat tidak jelas yang apabila kuartikan seperti di atas. Mirip-mirip begitu, lah. Kurang lebihnya bisa kalian koreksi, toh raga nih bukanlah seorang Maha Tahu di segala ruang waktu.

Hauuuuuhhh.

"Eh, iyakah? Lu Siska? Mantan terbodoh, salah satu bekasan gadis gak tahu dirinya Rizki?"

"....?!"

Beeeehhh, lu cakap apa barusan? Pujian? Hinaan? Atau malah ejekan? Bro, maju aja sini. Gak usah banyak omong, buktikan dalam pertarungan. Sedari awal hadir kepalan sudah bersedia di pos masing-masing.

Bersambung….

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!