NovelToon NovelToon

My BOSS Is My WOUND

Hari bersejarah

"Dalam hitungan ketiga, oke...!"

Aba aba terlontar dari Altair Aram, pemuda berusia dua puluh dua tahun untuk para sahabat dan kekasih tercinta.

"Oke....!" jawab keempat muda mudi yang berdiri disisi kanan dan kirinya.

"Satu Dua Tiga.....!"

"Yeeeee ...!"

Suara riang dari kelima pemuda pemudi itu sembari bertepuk tangan dan memandang rangkain balon warna yang baru saja mereka lepaskan bersama, guna bertemu dengan sang udara yang kini membawanya terbang tinggi kelangit jingga.

Balon balon yang membawa beban mereka selama empat tahun belakangan ini. Beban dalam mengenyam pendidikan disalah satu Universitas dikota kelahiran mereka.

"Selamat untuk gelar sarjanamu sayang...!" ucap Altair tertuju untuk sang kekasih yang berdiri disisi kirinya.

"Selamat juga untukmu Al..!" balas Gadis itu dengan senyuman manis bak semanis madu, Yara Berker.

Yara Berker dan Altair Aram, menjalin tali kasih sejak mereka duduk dibangku Sekolah Menengah Umum. Memiliki usia yang sama, garis keturunan yang sama sama terlahir dari keluarga sederhana, serta sama sama memiliki harapan dan cita cita untuk masa depan mereka.

"Selamat kawan...!" teriak Alara seraya merentangkan kedua tangannya kepada para sahabat.

Kelima muda mudi itu akhir kembali saling berseru dengan tangan yang saling bertautan dibahu lalu membentuk lingkaran.

Bersorai, melompat lompat, dan terbahak bersama. Menumpahkan semua kebahagiaan mereka karena berhasil merampungkan studi.

"Rencana selanjutnya bagaimana..?" tanya Sherin setelah kelima pemuda pemudi itu duduk melingkar dihamparan rerumputan dipinggir taman danau, dengan beralaskan tikar serta dilengkapi dengan aneka camilan juga minuman ringan.

"Tentu saja mencari pekerjaan." jawab kelima sahabatnya.

"Kalau itu aku sudah tau, maksudku kita akan mulai dari mana dan bagaimana..?" balas Sherin.

"Meltin Grup...!" jawab ketiga sahabat.

"Kau bagaimana Al..?" tanya Sherin, karena pemudi itu tidak ikut membuka bibirnya tadi.

"Aku sudah ada pekerjaan, bukankah aku sudah memberi tahu kalian..?" balas Altair.

"Ah kamu benar..!" Sherin memberi sahutan.

"Kapan kita akan memasukan lamaran pekerjaan..?" tanya Ardana.

"Bagaimana kalau lusa..?" saran Yara.

"Oke...!"

Hampir enam jam mereka menghabiskan waktu bersama, setelah sebelumnya kelima orang itu menjalani prosesi pemberian gelar sarjana pagi tadi.

Kini kelima insan itu, sudah berada dikediaman masing masing. Sama halnya dengan Altair dan Yara, yang baru saja tiba dibangunan dua lantai berpagar putih, milik keluarga Berker.

Rumah sederhana dikawasan perumahan kalangan menengah kebawah. perumahan yang lumayan padat, namun terlihat bersih dan juga asri dengan beberapa fasilitas pelengkap.

"Lusa aku sudah mulai bekerja, jadi aku tidak bisa mengantarmu. Tapi, jika nanti kamu sudah mendapatkan pekerjaan, aku yang akan menjadi tukang ojegmu." beritahu Altair seraya melepas pelindung kepala bagi pengendara roda dua yang dipakai sang kekasih.

Yara terkekeh "kamu memang yang terbaik..!" balas gadis cantik itu.

"Salam untuk ayah dan ibu, maaf aku tidak bisa menyapa karena dirumah keluargaku sudah berkumpul menunggu." kata Altair lagi.

Yara mengangguk tanda mengerti "hati hati ya, jangan ngebut." pesannya kemudian.

Altair langsung menjalankan kendaraan roda duanya setelah membalas ucapan sang kekasih. Sedangkan Yara, bergegas memasuki rumah dengan bibir yang terus saja menerbitkan senyuman kebahagiaan serta netra yang tidak juga lekang dalam memandangi rangkain bunga mawar putih dikedua tangannya.

Sementara itu, dibelahan bumi nan jauh disana, seorang pria tampan berusia dua puluh lima tahun juga sedang tersenyum bahagia, seraya menatap layar ponselnya.

Sebuah gambar wanita ayu menawan sedang tersenyum juga tertawa riang, berdiri ditengah rangkai serta taburan kelopak bunga mawar aneka warna.

Foto yang baru saja ia dapatkan, seperti foto foto yang tersimpan dibenda pipih miliknya juga tercetak dan tergantung didinding apartemen serta album memori tersimpan rapi dilemari pemuda itu.

"Tunggu aku sayang, aku akan segera pulang." ucapnya lirih memendam kerinduan.

Ting tong

Suara bel apartemen ditekan.

"Pandangi saja terus foto wanitamu, lupakan perutmu, agar kambuh penyakitmu lalu gali kuburmu." sindir Erdem menyelonong masuk setelah daun pintu apartemen terbuka.

"Sialan...!" umpat sang pemilik tempat.

"Cepat makan, aku tidak mau kamu buat susah lagi." ketus Erdem sembari mendudukan bokongnya dikursi, serta meletakkan makanan yang ia bawa bagi sahabat juga bagi dirinya sendiri.

Ck

Sura dengusan dibarengi deritan bangku yang ditarik.

"Kapan kita akan pulang..?" tanya Erdem sembari memasukan potongan daging kedalam mulutnya.

"Lusa..!" jawab singkat sang sahabat yang duduk dihadapannya.

"Apa kamu akan langsung memimpin perusahaan..?" tanya Erdem lagi.

"Tentu saja, bukankah dirimu sudah tau peraturan ayahku..?" sahut sang sahabat disela sela ia menghancurkan makanan.

"Sedih sekali nasibmu, karena akan kembali memendam rindu kepada wanitamu." kekeh Erdem.

"Setidaknya kami akan satu negara dan akan mudah untuk bertemu."

"Ya, kamu benar..!"

Untuk beberapa saat tak ada obrolan lagi dari kedua pemuda yang sudah bersahabat sejak balita itu.

Dua pemuda tampan, pewaris tunggal tahta kekuasaan keluarga kaya raya Meltin Grup dan Armagan Grup.

"Asker...!" seru Erdem.

"Ya..!" jawabnya sembari berpindah duduk disofa ruang tengah apartemen mewah miliknya.

"Apa kamu yakin dengan wanitamu..? Bagaimana paman dan Reha..?" tanya Erdem cemas.

"Tidak ada Reha jika ingin aku tetap menjadi bagian dari Meltin." jawab Asker tegas.

Erdem menghela nafas, ditatapnya sang sahabat dengan siratan sejuta arti.

"Semoga kamu bahagia..!" ucap Erdem sembari menepuk bahu sang sahabat untuk memberi semangat.

Pasalnya Erdem tau bagaimana kisah percintaan sang sahabat juga perjodohan yang sudah dirancang oleh orang tua sahabatnya itu.

"Hai hai hai...! Salam kenal bagi para pembaca setia Mangatoon. Perkenalkan Author baru yang mencoba untuk mengisi waktu penganggurannya guna berkarya diplatfom ini. Semoga karya perdana recehan ini bisa kalian terima ya..?"

"Mohon berikan dukungan kalian sahabat...!"

"Vote

"Rate bintang lima

"Like setelah membaca disetiap babnya"

"Koment, kritik dan saran"

TERIMA KASIH 🙏🙏🙏

Bidadari bersayap

Rinai air mengalir turun membasahi tubuh tinggi kokoh berotot, dengan punggung berukir tato wanita berambut gelombang dengan sayap dibagian kiri dan kanan serta juntaian sayap dibagian bawahnya.

Netra hitam legam segelap malam terpejam, menikmati segarnya air yang mengalir dari shower. Kelebatan bayangan wajah sang gadis pujaan dengan suara lembut riangnya, menari nari memenuhi fikirannya.

"Andai aku diizinkan membuat tato, aku akan mengukir seluruh punggungku dengan gambar seperti ini."

Ucapan yang ia curi dengar dari gadisnya bersama sang sahabat, seraya jari telunjuk nan lentik terarah kesebuah buku yang ia pegang.

"Kenapa kamu suka sekali dengan gambaran bidadari bersayap...?"

"Karena itu terlihat sangat cantik dan juga kuat. Dari kedua sayapnya juga warna putihnya, tergambarkan kebaikan juga kelembutan"

Sekelumit obrolan dua wanita yang tidak lama pergi dari perpustakaan.

Dihampiri rak kayu tempat dimana buku yang tadi dibaca oleh gadis yang sudah memiliki hatinya sejak satu tahun lalu.

Terulas senyum kala ia melihat lukisan yang sangat digemari oleh gadisnya.

"Aku yang akan membuat tatonya sayang, gambar dirimu dengan rambut tergerai lengkap dengan sayapnya."

Gumamnya dalam hati.

Hampir satu jam Asker bergelung dengan buliran air bening itu.

Bersiap dengan balutan pakaian formal berwarna navi, ia kemudian beranjak pergi dari unit apartemennya lalu menuju keperusahan yang berada diBenua Eropa ini.

Hari ini adalah hari terakhir baginya berada diBenua itu, setelah enam tahun lamanya ia berada disana. Disalah satu negara tempat kelahiran keluarga sang ayah, Asker Meltin mengenyam pendidikan diperguruan tinggi sekalis mengendalikan perusahaan yang berada dinegara itu.

"Selamat pagi sayang, semoga harimu menyenangkan. Aku akan sibuk hari ini, jadilah penyemangatku."

Ucap Asker setelah ia duduk dikursi kepemimpinannya, sembari menatap gambar wajah sang pemilik hati.

Detik berganti menit, lalu berganti siang dan beranjak menjadi malam.

"Aku akan tetap memantau semuanya dari sana, bekerjalah dengan baik disini." ucap Asker kepada Piere Meltin sang adik sepupu, yang akan menggantikan posisinya.

"Siap bos...!" sahut Piere.

"Jam berapa besok penerbangannya..?" tanya pemuda berusia satu tahun lebih muda dari Asker.

"Sepuluh pagi."

"Ayo pulang, aku bantu berkemas." tawar Piere kemudian.

Keduanya pun melangkah bersama, meninggalkan gedung pencakar langit berlantai tiga puluh limah itu. Unit apartemen Asker tujuan keduanya.

Dengan dibantu Piere, Liam sang asisten, Lusi sang sekertaris dan dua pekerja lainnya, Asker mengemasi barang barangnya. Tak terkecuali tumpukan album foto juga bingkai gambar sang gadis yang selalu ia dapatkan selama enam tahun ini.

"Sering sering berkunjung kemari, salam untuk paman dan bibi." pesan Piere sembari memeluk raga sang kakak sepupu.

"Salam untuk papa dan mama, hati hati ya kalian..?" ibu dan ayah Piere ambil bagian.

Asker pun membalas, sebelum akhirnya ia bersama Erdem dan Liam memasuki private jet milik keluara Meltin.

Kurang lebih butuh waktu enam jam bagi private jet itu untuk mendarat dengan selamat dilapangan udara Internasional negara asal mereka.

Senyuman bahagia tercetak dibibir Asker dan Erdem, setelah keduanya berdiri diambang pintu pesawat yang telah terbuka.

Akhirnya, setelah enam tahun mereka kembali lagi menginjakkan kaki dinegara tempat kelahiran mereka dan juga ibunda tercinta.

"Aku pulang sayang..!"

Ucap Asker dalam hati, sebelum ia menapaki satu demi satu tangga pesawat, dengan diikuti oleh Erdem dan Liam.

Sambutan hangat nan penuh suka cita, didapatkan kedua pemuda tampan itu setelah mereka tiba dimansion masing masing.

Lusa keduanya baru akan mulai menggantikan posisi sang ayah dalam mengisi tampuk kepemimpinan diperusahan Meltin Grub dan Armagan Grub. Untuk esok akan mereka manfaatkan untuk beristirahat dan berkumpul dengan keluarga dan para sahabat terlebih dahulu.

"Tidak berkunjung kerumah gadismu..?" tanya Erdem dari sambungan telefon setelah Asker menekan tombol hijau dilayar ponselnya.

"Apa telingamu tuli..?" sungut Asker yang masih berada ditengah tengah keluarga yang amat ramai dengan riangnya celotehan dan jeritan para sepupu dan juga paman serta bibinya.

Erdem terkekeh "aku punya hadiah untukmu, semoga bisa mengurangi sedikit rindu akan gadismu."

Erdem memutus sambungan suara, lalu tak lama satu pesan gambar dan video datang dari pria itu.

Kedua alis tebal Asker bertemu, selaras dengan guratan tipis didahinya. Tak lama senyuman terlukis dikedua bibir pemuda rupawan itu.

"Tunggu aku ya sayang..? Maaf belum bisa menemuimu."

Ucap Asker dengan mata yang masih betah melihat gambar bergerak sang pemilik hati. Gambar yang menampakkan seorang gadis ayu bergerak riang dideretan cake dan roti dengan tangan yang menggenggam cup minuman.

"Asker...!" seru wanita paruh baya, mengalihkan perhatian pemuda itu.

"Iya ma...!"

"Waktunya makan, ayo..!" ajak nyonya Meltin.

Asker mematikan ponselnya, lalu bergerak menuju keruang makan dimana semua keluarga serta sanak saudara sudah menduduki semua kursi diruangan besar itu.

📣 Rate bintang lima

📣 Vote

📣 Like setelah membaca disetiap babnya

📣 Koment penyemangat

Jangan lupa ya sahabat, terimakasih 🙏🙏

Gedung Yang Megah

"Selamat pagi..!" sapa riang penuh semangat Yara kala memasuki ruang makan.

"Selamat pagi nak..!"

"Selamat pagi kak..!"

Sahut ayah dan ibu serta adik lelaki Yara, yang sudah terlebih dahulu berada dikursi makan.

"Kamu cantik sekali dengan pakaian itu Yara." puji sang ibu.

Ya, Yara memang terlihat lebih cantik dengan balutan blouse satin berwarna peach serta rok sebatas lutut berwarna hitam lengkap bersama sepatu heels tujuh centi berwarna senada dengan blouse.

Surai panjangnya ia kuncir kuda dengan untaian pita merah. Wajah putih bersih tanpa polesan riasan, membuat kecantikan alami Yara terpampang nyata.

"Putri ibu ini akan selalu cantik dengan pakaian apa pun." balasan sombong bernada gurauan Yara lontarkan.

"Terlalu cantiknya, sampai membuat aku pusing." Yama sang adik menimpali.

Yara, dan kedua orang tua terkekeh.

Bukan tanpa alasan, remaja berusia sembilan belas tahun itu berucap demikian. Pasalnya, Yama hampir setiap harinya selalu diteror oleh teman temannya, yang menitip salam, menitipkan hadiah untuk sang kakak. Tak jarang pula sampai ada yang meminta nomor ponsel Yara, bahkan pernah sampai memaksa dan berakhir dengan perkelahian.

"Kakak cepat menikah dengan kak Al, aku capek dikerubuti para laron itu setiap hari." sambung Yama.

"Sabar, dua tahun lagi." sahut Yara.

Yama mendengus "selama dua tahun, kakak jangan menampakan diri didepan teman temanku. Apa lagi aku sekarang sudah masuk universitas, akan lebih banyak lagi temanku."

Gelak tawa Yara, ayah dan ibu seketika saja menggema.

"Pergi dengan siapa..?" tanya sang ayah.

"Dengan Sherin dan Erdana ayah. Altair sudah mulai bekerja diBank MB hari ini, kalau Alara akan meneruskan usaha kafe dan restoran keluarganya." jawab Yara.

"Hati hati ya..? Semoga berhasil nak doa ayah bersamamu."

"Iya ayah, terimakasih."

Tin tin

"Sepertinya itu mobil Erdana, aku berangkat ya ayah, ibu." pamit Yara sembari mencium punggung tangan orang tuanya.

"Kakak berangkat tampan." pamit Yara pada Yama sembari mengacak acak rambut sang adik.

"Semoga berhasil kak..!"

"Harus berhasil...!" sahut Yara dengan suara yang meninggi, sembari mengerakkan kakinya menuju kedepan rumah, dimana mobil Erdana sudah menunggunya.

"Semangat...!" seru ketiga sahabat bersama, sebelum Erdana kembali mengemudikan kendaraan roda empatnya, membelah jalanan Ibukota yang sudah padat merayap pagi ini.

"Bukan hanya diMeltin Grub saja, ketiga insan itu memasukan resume mereka. DiArmagan Grub dan perusahan lainnya, juga tak luput jadi sasaran mereka.

"Semoga diantara kedua gedung megah itu, kita akan menjadi karyawannya." ucap harapan Sherin sembari menatap dua bangunan yang tinggi menjulang didepan sana.

Yara dan Erdana mengamini.

Kini tiga orang yang saling bersahabat itu, tengah berada dikafe & restoran milik Alara. Mereka sengaja singgah disana untuk bersantap siang dan melihat sang sahabat bekerja.

"Dimana sayang..?" tanya Altair dari sambungan telefon.

"Dikafe Alara, kamu sudah makan Al..?" jawab dan tanya Yara.

"Ini aku sedang makan. Kamu hati hati ya..?"

Pesan pemuda itu sebelum ia mengakhiri sambungan suaranya.

Sementara itu dimansion Meltin, sang putra tunggal nampak sedang bertukar kata dengan telefon genggamnya. Senyum lebar dengan air wajah bahagia ia guratkan selama bertukar kata hampir tiga puluh menit lamanya.

"Hay Asker...!" suara Reha menyapa gendang telinga pria tampan itu.

Senyuman pudar, air wajah berubah masam, tatapan nyalang terhunus kepada wanita cantik yang membawa rangkaian bunga mawar merah berulaskan senyuman dibibir ranumnya.

"Mau apa kamu kesini.?" tanya ketus Asker.

"Bagaimana kabarmu..?" bukannya menjawab, Reha malah mengajukan pertanyaan.

"Selamat datang kembali ya..?" ucapnya kemudian seraya menyerahkan rangkaian bunga ditangannya

"Ck, mengganggu saja." ketus Asker sembari bangkit dari duduknya dan berlalu pergi meninggalkan Reha.

"Siapa yang meminta wanita itu datang kemari..?" tanya tak sopan Asker kepada orang tuanya.

"Asker..!" seru lembut sang mama.

"Aku sudah tegaskan, kalau masih terus mengatur soal wanita yang akan menjadi istriku nanti, aku akan pergi dari keluarga Meltin."

"Asker...!"

"Kakak.. !"

"Paman..!"

Seru penuh keterkejutan orang tua, saudara, serta para sepupu Pria itu.

"Papa sudah memintamu untuk memperkenalkan wanita pilihanmu, tapi sampai sekarang kamu tidak ada membawanya kemari. Bahkan setau papa, sampai detik ini kamu tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita." balas tuan Meltin.

"Selama enam tahun papa tidak mengizinkan aku pulang, sebelum pendidikan dan juga perusahaan dieropa berkembang. Bagaimana aku mau dekat dengan wanitaku..?" balas sengit Asker.

"Mama dan papa hanya ingin kamu berteman dulu, cobalah untuk menjalin kedekatan. Kalau memang tidak cocok, cukup jadi teman." imbuh nyonya Meltin.

"Aku tidak mau, dan aku sudah memiliki pilihan sendiri. Jangan pernah undang Reha datang kerumah ini kalau ada aku." ucap Asker lalu melangkah kelantai tiga dimana kamarnya berada.

"Maaf aku sudah merusak suasana, aku pamit om, tante...!" ucap Reha sendu.

"Maafkan Asker ya nak, maafkan om dan tante." usapan lembut sebagai penenang nyonya Meltin berikan dipunggung Reha.

"Tidak apa apa tante..!"

"Berikan dukungan kalian dengan meberi penilaian bintang lima yuk kawan, agar makin banyak lagi yang bisa membaca dan memberikan dukungan untuk karya perdanaku ini. TERIMAKASIH....!!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!