NovelToon NovelToon

The Most Beautiful Revenge

Bab 1

...Prolog...

Si Bang*sat itu telah menghancurkan hidup ku yang berharga, menghancurkan keluarga ku yang tercinta. Ba*ingan itu pantas di penggal di tangan ku!

Begitulah ucapan yang selalu tergumam di bibir seorang wanita berusia 30 tahun, tubuhnya nampak kering dengan tumpahan anggur dan permata di sekelilingnya.

Apa gunanya harta yang dia miliki? Saat dendamnya bahkan hanya tinggal menjadi angan. Padahal Pangeran mahkota bodoh itu bukan apa-apa tanpa anjing gilanya.

Wanita itu benama Serena Rigelfhof, dia wanita cantik yang tak pernah ada duanya di seluruh Kekaisaran. Namun, sikap keras Serena membuat sang Pangeran muak dan membuangnya.

Pangeran sia*lan itu memerintahkan sang Ayah Serena yang merupakan seorang Marcus yang telah sepuh untuk terjun ke medan perang, padahal bendera peperangan berkibar karena Pangeran dan kekasih-nya.

Setangguh apapun Serena, dia bukan apa-apa bila di hadapkan dengan anjing gila itu. Rencananya untuk memberontak selama 10 tahun harus lenyap di tangan anjing gila itu.

Namun di akhir hidupnya, Serena justru mendapatkan kesempatan mengulang kembali kehidupan, mampukah Serena membalaskan dendamnya?

...Bab 1. Kembali...

"Ayah aku mohon beri aku jalan untuk membalaskan dendam kita, ayah aku mohon!" Suara isak terdengar menggema di sebuah kamar mewah dengan banyak permata dan gaun indah, anggur berkualitas nampak berceceran.

"Ayah beri aku jalan untuk membalaskan dendam ini!" Ucapnya lagi, dia merasakan banyak kunang-kunang dan cahaya seolah menyilaukan matanya.

"Ayah," Wanita itu bercucuran air mata dan menutup kedua bola matanya dengan gambaran senyum yang mengembang dari sang Ayah.

.....................

"Apel manis ku yang cantik, aku ingin memberikan hadiah pada mu." Terlihat senyum tua dari seorang pria dengan baju besi dan bulu emas di ujung kepalanya.

"Ayah? Apa ini kau Ayah?" Ucap wania itu lagi dengan tubuh bergetar, dia menerjang pria tua itu dan memeluknya dengan erat.

"Ayah punya hadiah untuk mu sayang." Pria tua itu memberikan sebuah apel merah yang sangat menggoda.

"Makanlah Nak," Wanita itu mengigit sedikit apel dan memejamkan matanya.

.

.

"Kita akan bercerai!" Tiba-tiba suara itu terdengar kian nyata, Wanita benama Serena Rigelfhof itu mengangkat kepalanya.

Deg!

Deg!

Deg!

Di hadapannya saat ini adalah mayat sang Ayah, Serena terbelalak. Pedang di tangan pria tua itu nampak bersinar, dan sudah jelas saat ini siapa yang tengah berada di belakangnya.

Filip Rudwick, sang Pangeran mahkota yang tak lain adalah suaminya sendiri, Serena menyeringai dengan keji.

"Hahahaha! Bercerai?" Serena tertawa, dia menatap Filip dengan merendahkan. "Apa pantas kau mengatakan hal itu saat ini Filip?" Serena tertawa, jujur saja saat itu Filip merinding dengan tawa aneh Serena.

"Serena! Perhatikan sopan santun mu!" Pekik Filip, Serena terkekeh dan mengambil pedang di samping sang Ayah yang nampak berkilau.

"Baj*ingan seperti mu bahkan pantas mati!" Pekik Serena seraya menodongkan pedangnya, meski tubuhnya bergetar tapi dia tetap maju.

Clep!

Pedang itu melukai tangan kiri Filip, Serena tertawa dan kembali mengambil ancang-ancang untuk menyerang.

"Penjaga! Penjaga!" Teriak Filip, Serena tertawa dan beberapa penjaga datang menghentikan aksi gila Serena. Serena masih tertawa dan mengambil pedang itu dengan paksa.

Clep!

Pedang itu kembali melukai kaki kanan Filip, tawa kegirangan terdengar menggema dari bibir Serena.

"Argh! Tidak! Hentikan wanita gila itu! Dia akan membunuh Pangeran mahkota!" Pekik Filip ketakutan, penjaga menghentikan tingkah Serena.

Serena di jebloskan ke penjara dengan tuntutan berupa perencanaan pembunuhan pada anggota keluarga Kekaisaran. Serena hanya tertawa di penjara dingin itu.

"Heh, hahahahah! Bukankah kau sangat suka berdansa dan bermain panah? Lihatlah sekarang! Hahahahah" Tawa menggema membuat para penjaga juga merasa takut.

Serena kembali pada 10 tahun sebelumnya, sebelum kematian merenggutnya dari dunia. Serena tak perduli, tapi dia masih belum puas.

Serena di panggil untuk menghadap Kaisar setelah dua minggu di kurung di penjara, Serena sama sekali tak perduli dengan hukuman apapun yang akan di terimanya.

"Serena Rigelfhof, kamu akan di lengserkan dari posisi mu sebagai Putri Mahkota dan di asingkan pada wilayah yang kau miliki, di timur laut. Daerah Atlan, kau akan tinggal di sana." Tuntut sang Raja, Serena hanya tersenyum seolah tak memperdulikan tempat itu.

Tempat yang dulu di jadikan sebagai konpensasi sebagai mantan istri Pangeran mahkota adalah tempat yang sangat subur dan kaya di daerah Kailan, tapi sekarang dia di tempatkan di tempat yang sangat miskin di timur laut.

Atlan adalah tempat yang hanya di penuhi oleh salju setiap tahunnya, dalam satu tahun akan ada enam bulan musim dingin. Dan musim dingin di Altan jauh berbeda dengan wilayah lainnya.

Altan sangat dingin dan setiap tahunnya pasti akan ada orang yang mati dalam tumpukan salju, membeku menjadi es atau kelaparan karena saking miskinnya tempat itu.

Bisa juga di musim panas yang sangat panas di Altan akan kekeringan dan kekurangan air dalam sekejap, manusia banyak yang kepanasan dan tidak sedikit yang dehidrasi dan meninggal dunia.

Serena tak perduli, selagi dia dapat membalaskan dendamnya yang sangat kelam dan menghimpun kekuatan untuk melakukan pemberontakan, semua itu tak lagi jadi masalah selagi dia masih hidup dia tak akan menyerah.

"Apa yang anda lakukan Ayah? Cepat hukum dia!" Seorang pria dengan tongkat di tangannya dan sebelah tangannya yang lain nampak di perban.

Brak!

Sang Raja menggebrak singgasana miliknya, tatapannya jatuh pada sang Pangeran yang sangat bodoh di matanya. Karena cinta pada sang selingkuhan hingga membuat anaknya sendiri buta mata.

Celsie Alterta, dia adalah selingkuhan sang Pangeran. Celsie sendiri merupakan seorang budak dan akhirnya jatuh ke tangan Filip, dengan harga mahal pria yang sudah tergila-gila pada Celsie itu akhirnya membeli wanita itu dengan harga yang mahal.

Karena pernikahan politik yang terjalin antara Filip dan Serena tak pernah menyentuh cinta, hingga keberadaan Celsie tak pernah di perdulikan oleh Serena. Meski wanita itu duduk di atas pangkuan Filip di singgasana Pangeran mahkota.

Namun, karena wanita itu juga sebuah bisnis yang harusnya berjalan lancar malah menjadi bendera perang, mengakibatkan Ayah Serena yang sudah tua terjun ke medan perang atas perintah Pangeran mahkota.

Padahal, semua hal yang terjadi di sebabkan oleh dua manusia itu, tapi mengapa justru orang lain yang harus meregang nyawa? Serena terkekeh keji.

"Ayah, apa yang anda lakukan!" Pekik lagi Filip tak terima saat Serena di bawa pergi ke luar istana, seluruh harta keluarganya telah di sita. Situasi yang sangat memprihatikan bagi seorang mantan Putri Mahkota.

"Ayah, apa hanya ini hukuman yang anda berikan?" Pangeran mahkota agaknya tidak puas dengan keputusan sang Raja.

Bab 2

"Diamlah, kepercayaan rakyat pada keluarga kekaisaran mulai menurun karena tingkah mu dan kekasih mu itu!" Sang Raja memanglah penuh perhitungan dengan segala tunduk tanduknya, berbeda dengan Pangeran mahkota yang sangat keras kepala.

"T-tapi di-"

"Dasar bodoh! Di saat rakyat masih berduka dengan kematian pahlawan perang. Kau malah mengajukan perceraian, dengan mengirimnya ke Atlan adalah pilihan terbaik di mana penjara paling mematikan di seluruh Kekaisaran." Ucap sang Raja, senyum mengembang di bibir putra mahkota.

Siapa yang akan sudi tinggal di tempat seperti itu, bahkan kematian saja sudah mereka inginkan di sana. Mereka hidup selayaknya orang mati, senyum Pangeran mahkota tertera dengan jelas.

"Ayah memang benar, anda sungguh melakukan perhitungan dengan baik Ayah." Pangeran mahkota menunduk sebelum akhirnya pergi.

"Ck, bocah bodoh itu tak layak berada di posisinya. Dia malah membuang pion yang begitu berguna!" Gumam sang Raja, dia menyesalkan kelakuan putranya sendiri.

Filip sendiri lahir dari sang ratu, tak ada lagi pangeran di antara mereka hanya ada Filip. Meski dulu sang Raja pernah menghamili seorang pelayannya, tapi keluarga itu kini telah musnah oleh kaum Barbarian dan anaknya yang masih dalam kandungan tak di ketahui dengan jelas apa yang terjadi.

Serena melangkah pergi dengan senyum yang sangat luar biasa puas, tak apa bila tak punya harta. Karena Serena adalah Serena, orang yang pantang menyerah.

Di antara salju tebal yang bahkan menutupi lutut, Serena bersama seorang pengawal yang di sewa oleh pelayannya harus melewati salju tebal.

Ada perasaan ganjil kala itu, Pelayannya mencari orang yang dapat mengantarkannya dan hampir semua ksatria tak mau melakukan itu. Kecuali pria itu, perjalanan mereka telah di lalui selama 15 hari.

Sudah sepertiga dari langkah mereka menuju daerah Atlan, seperti yang sudah di duga oleh Serena. Pengawal itu memang ada maunya sekarang.

"Hah, kita sudah berjalan 15 hari tapi belum sampai juga. Aku harus segera kembali sekarang juga!" Ucap pengawal itu, sedangkan Serena tak memperdulikannya.

Tak!

Sebuah pedang tiba-tiba menghunus di samping leher Serena, memang sudah dia duga sejak awal akan seperti itu. Namun Serena hanya diam dan sekarang di saat genting pria itu menunjukkan tanduknya.

"Hei! Aku minta bayaran ku!" Ucap pengawal itu, Serena merogoh dua kantong di sakunya.

Cling!

Pria itu mendapatkannya, namun keserakahan manusia agaknya membuatnya buta untuk sekedar merasa cukup.

"Aku menginginkan semua yang ada padamu wahai mantan Putri mahkota!" Ucap pengawal itu lagi dengan tatapan aneh.

"Aku sudah memberikan semuanya, jadi enyahlah!" Serena menatap pria itu dengan tajam.

"Hahahah, dari mana datangnya keberanian itu di antara tumpukan salju seperti ini?" Pengawal itu kian mendekatkan pedangnya pada leher Serena.

"Kau sudah mendapatkan bayarannya, jadi enyahlah!" Pekik Serena geram, pengawal itu kembali tertawa.

"Hahahah, aku bilang semua yang ada pada mu! Lihatlah sepertinya pedang itu juga bagus!" Ucap pengawal itu melihat pedang yang di bawa Serena. Satu-satunya peninggalan sang Ayah yang ada saat ini.

"Beikan itu, atau kau mau aku-" Belum selesai berucap pedang itu sudah di lemparkan Serena pada si Pengawal.

"Enyahlah!" Pekik Serena, bukannya pergi. Pengawal itu malah kembali tertawa.

"Hahaha, aku bila semua yang ada padamu. Sepertinya tubuh mu juga mahal." Ucap lagi Pengawal itu, Serena berdecak dan mundur beberapa langkah.

"Jangan mendekat, ba*jingan!" Pekik Serena, namun pengawal itu justru kian mendekat.

"Tapi aku akan rugi bila tidak mencicipi tubuh mu itu, hahahah, Ah!" Sebuah batu tiba-tiba mengenai Pengawal itu, seketika Pengawal itu menjerit kesakitan.

"Si*alan! Siapa di sana? Keluar!" Pekiknya, Serena menatap batu yang entah dari mana datangnya itu.

"Darah?" Serena menatap kepala pria itu yang berlumuran darah, kesempatan bagi Serena. Bukan untuk kabur tentu saja, tapi untuk melawan.

Sring!

"Hiak!"

Crat!

Pedang sang Ayah di ambil Serena, dengan segenap kekuatan yang ada dia mengibaskan pedang itu hingga menusuk dada pengawal itu hingga tak berkutik.

Lengan Serena bergetar setelahnya, karena bagaimanapun itu adalah kali pertama baginya membunuh seseorang, Serena tertegun tak kala mendengar goyangan rumput.

"Siapa itu!" Pekik Serena menodongkan senjatanya penuh dengan kewaspadaan.

Sebuah bentuk aneh seperti bulu berwarna hitam keluar, Serena tertegun melihatnya hingga tampaklah sosok bocah yang nampak mengerikan.

'Sering ada kabar bila di sini adalah wilayah kaum Barbarian, mereka sering menggunakan anak kecil sebagai umpan untuk memangsa para manusia.' Gumam Serena membatin, tatapan bocah itu nampak begitu mengerikan.

"Jangan mendekat!" Pekik Serena tak kala bocah itu melangkah mendekatinya, Serena menatap sekeliling sekali lagi.

Tes!

Darah nampak menetes dari jemari anak itu, Serena tertegun dan nampaknya anak itu juga tidak berniat jahat terhadapnya, namun dia juga harus hati-hati dengan sekitarnya.

"Apa kamu yang melempar batu itu?" Tanya Serena menunjuk ke arah sebuah batu yang sudah berlumuran darah. Bocah itu mengangguk membenarkan.

"Kenapa kamu ada di sini?" Serena menyarungkan pedangnya, bocah itu nampak mundur saat Serena mulai mendekat.

"Siapa nama mu Nak?" Serena menyentuh kepala bocah itu dengan lembut, bocah itu menggelengkan kepalanya.

"Apa kamu seorang diri?" Tanya lagi Serena, bocah itu kembali mengangguk membenarkan.

Rambut panjang dan pakaian yang di penuhi dengan sobekan itu membuat hati Serena merasa sakit, bocah itu tiba-tiba menyentuh tangan Serena dan-

Hap!

Serena tertegun tak kala tangannya masuk ke mulut bocah itu, tidak terasa sakit sama sekali. Namun Serena dapat merasakan ada sentuhan lembut dari bocah itu di antara jemari tangannya.

"A-aku terluka?" Tanpa sadar ternyata Serena juga terluka, di bagian sela jarinya itu. Serena tersenyum dan mengusap kembali kepala bocah itu.

"Mana lihat tangan mu?" Pinta Serena, bocah itu menggelengkan kepalanya.

"Tidak," Jawab bocah itu cepat, Serena tersenyum.

"Aku ingin mengobatinya, mana aku lihat." Serena mengulurkan tangannya.

"Tidak," Jawab lagi bocah itu dengan melangkah mundur.

"Feet, apa kamu hanya bisa bicara tidak?" Ucap Serena, bocah itu terdiam.

"Tidak," Jawab lagi bocah itu. Serena tertegun, dia menatap tampilan bocah yang tak terawat itu sekali lagi.

"Siapa nama mu?" Tanya lagi Serena seraya mencari perlengkapan medis pada mayat Pengawal yang sudah meninggoy.

"Tidak," Jawab lagi bocah itu, Serena menghela nafas panjang dan tersenyum.

"Feet, baiklah-baiklah. Ulurkan tangan mu, aku ingin melihatnya. Bolehkan?" Serena menemukan perlengkapan medis, bocah itu memperlihatkan tangannya yang berdarah.

Serena mengobati luka bocah itu dengan baik, dia menatap bocah itu yang nampaknya hanya seorang gelandangan.

"Bagaimana bila kamu ikut aku saja?" Tawar Serena, dia menawarkan tanpa embel-embel. Serena tulus ingin menolong bocah itu.

Bab 3

Bocah itu nampak ragu, namun pada akhirnya dia mengangguk. Serena tersenyum, dia mengambil peta dari mayat prajurit itu. Di antara tumpukan salju itu, setidaknya di perlukan waktu satu minggu lagi untuk Serena sampai di kastil Atlan.

"Sepertinya kita harus lewat sini," Serena mulai menebak-nebak namun bocah di hadapannya langsung menghalangi langkah Serena.

"Kenapa?" Serena bingung, di tambah bocah yang sepertinya laki-laki itu kini tidak dapat bicara.

"Apa kita melewati jalan yang salah?" Tanya Serena, namun tangannya langsung di tarik oleh bocah itu. Serena tentu saja terkejut, namun saat hampir malam, Serena akhirnya sampai di depan gerbang Kastil.

"I-ini?" Serena benar-benar terkejut. Bukan hanya tujuh kali lebih cepat melainkan mereka juga sampai dengan jalur yang jauh lebih mudah.

Bocah yang di bawa Serena nampak ketakutan tak kala berhadapan dengan seorang penjaga, Serena susah payah meyakinkan bocah itu agar tidak merasa takut.

Hingga para penjaga menyadari siapa yang datang dan memberikan jalan pada Serena untuk masuk, Serena di sambut oleh seorang wanita berusia 40 tahunan, dia menunduk dan memberikan hormat pada Serena.

"Nona penguasa, maafkan saya tidak dapat menyambut anda dengan benar." Ucap kepala pelayan itu menunduk, Serena mengangguk dan menatap sekeliling.

Penjaga di sana tak lebih dari 50 orang, dan pelayannya hanya sekitar 5 orang. Serena menatap bocah yang dia bawa yang nampak begitu ketakutan.

"Nona, siapa yang anda bawa ini?" Tanya Kepala pelayan itu. Sebut saja namanya Anna, dia adalah kepala pelayan yang sangat waspada.

"Hem, sebelum bertanya sebaiknya siapkan makanan hangat untuk-nya. Siapkan tempat mandi juga dan bersihkan dia dan berikan pakaian yang layak." Ucap Serena, kepala pelayan mengangguk. Dia memerintahkan seorang pelayan untuk membantu bocah itu.

Bukannya menurut, bocah itu justru berontak dan berlarian. Alhasil beberapa penjaga juga ikut berlari mengejarnya, kejar-kejaran akhirnya tak terelakan lagi. Serena tertawa melihat kejadian itu, dia menatap kepala pelayan yang sedari tadi nampak penasaran terhadapnya.

"Siapa nama mu?" Tanya Serena, siapa yang tidak risih di tatap dengan penuh kecurigaan oleh Anna seperti itu.

"Nama saya Anna yang mulia, saya merasa bila tempat ini jauh tidak layak untuk ukuran mantan putri mahkota. Mohon maafkan kelancangan saya, namun setidaknya anda sudah terbiasa hidup dengan layak." Uap Anna dengan binar kejujuran di matanya.

'Memang benar, aku terbiasa dengan kenyamanan selama ini. Tapi bukan berarti aku tidak bisa bertahan di sini bukan?' Gumam Serena dalam hati.

"Tidak apa, jangan pernah menilai buku dari sampulnya. Selain itu, alangkah lebih baiknya bila kepala pelayan membantu saya saja, tolong selidiki asal usul anak yang aku bawa." Ucap Serena, kepala pelayan itu akhirnya menunduk dan undur diri.

Serena menatap ke luar jendela, bocah gondrong itu nampak di kejar oleh 5 orang penjaga dan berhasil menghindar dengan baik. Bahkan nampaknya dua orang pelayan di buat kelelahan oleh dirinya.

Serena kembali teringat dengan dendamnya yang belum usai, masih banyak hal yang harus di lakukan Serena selama ini. Namun, sekarang banyak pula kendala yang harus di hadapi Serena.

Pertama, masalah kemiskinan yang melanda Atlan. Selain karena di Atlan tak dapat menanam gandum, di sini juga tak ada sumber daya yang layak untuk di gunakan sebagai mata pencaharian.

Kedua, dia harus melakukan perekrutan prajurit dan memberikan pelatihan khusus. Selain itu, Serena juga harus mencari cara untuk meningkatkan sumber daya manusia di Atlan.

Ketiga, Serena harus mengambil jenazah sang ayah yang berada di kerajaan. Keempat, dia harus menemukan cara agar dapat mengalahkan anjing gila kekaisaran yang akan keluar sekitar 5 tahun mendatang.

Sebuah rahasia menarik memang di miliki Serena dari kehidupan sebelumnya, pria yang di beri gelar anjing gila kekaisaran itu nyatanya adalah sosok Pangeran yang hilang.

Fakta itu hanya di ketahui oleh Serena dan Filip saja, memang terkesan begitu mengerikan bila di perhitungkan ulang. Filip mendapatkan kepercayaan dari rakyat karena perjuangan anjing gila itu.

Namun si anjing gila bahkan tak pernah mengetahui fakta seperti itu. Anjing gila itu terus menggonggong pada siapapun musuh tuannya.

"Nona, saya sudah mendapatkan informasi mengenai bocah itu." Ucap Anna yang datang kembali, Serena tertegun. Begitu cepat Anna mendapatkan informasi yang dirinya inginkan, bahkan ini terlalu cepat.

"Katakanlah," Serena sudah siap mendengarkan, namun tatapan tidak enak dari Anna membuatnya sedikit memicingkan mata.

"Begini Nona, dia adalah seorang gelandangan yang sering berkeliaran di dekat kota Kilal, dia sering tidur di mana saja dan pergi ke manapun dia mau."

"Bagaimana dengan orang tuanya?" Tanya Serena, kini Anna nampak menunduk.

"Apa anda pernah mendengar keluarga Erisen?" Serena mengangguk, bagaimana tidak tahu. Keluarga Erisen adalah keluarga dari ibu si anjing gila itu.

"Sang ibu adalah keturunan dari keluarga Erisen, keluarga yang telah melayani Raja dan-" Anna menggantung ucapannya, "Dan dia adalah anak haram Raja." Lanjut kembali Anna.

Mata Serena seketika membulat mengetahui fakta itu, Serena mundur sebanyak dua langkah dan seringai terpampang di sudut bibirnya.

'B-berarti, dia adalah si anjing gila itu. B-bagaimana bisa?' Serena merasa tertekan sekaligus merasa bahagia.

"Berapa usianya saat ini?" Tanya Serena lagi, karena di 10 tahun mendatang Serena ingat betul bagaimana rupa dari anjing gila itu.

"15 tahun Nona, namun karena kurangnya asupan gizi yang dia terima membuat pertumbuhannya melambat." Ucap Anna lagi menjelaskan, Serena tersenyum penuh kemenangan.

Mau bagaimana-pun, saat ini Serena mendapatkan harta karun yang sungguh luar biasa. Serena menatap ke luar jendela di mana kejar mengejar masih saja terjadi.

"Panggil dia ke mari, dan rahasiakan identitasnya terlebih dahulu." Perintah Serena, Anna mengangguk.

Bocah itu akhirnya di panggil dan langsung menerjang tubuh Serena, Serena sadar. Pasti selama ini tidak mudah menjalani hidup sebatang kara, namun dia juga harus mendaptkan pion mematikan saat ini.

"Kenapa tidak mau mandi?" Tanya Serena, bocah itu menggeleng.

"Tidak," Ucap bocah itu lagi, memang terlalu aneh bila bocah berusia 15 tahun sekecil itu. Bahkan untuk ukuran 15 tahun, seharusnya sudah menjadi seorang pemuda bukan?

"Baiklah, sekarang aku ingin memberi kamu nama terlebih dahulu. Nama mu mulai sekarang adalah Arga, ingat itu!" Ucap Serena, sedangkan nama anjing gila di kehidupan sebelumnya adalah William.

"Arga?" Ucap bocah itu, Serena mengangguk mengiyakan. Dia tersenyum nampak sekali binar kebahagiaan di mata itu.

"Bagaimana bila mandi dulu, kamu pasti lapar bukan?" Tanya Serena lagi, melihat wajah tirus Arga sudah pasti anak itu sering kelaparan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!